Karna kau di kirim Tuhan untuk melengkapiku..

.

.

Title :

My King

Cast :

Xi Luhan as Girl

Oh Sehun

Kim Jongin

Do Kyungsoo as Girl

Etc.

Pair :

HunHan, KaiSoo, Kaihan and other official pair

Genre :

Drama, Romance, Little bit Action and Fantasy in this chapter

Warning:

OOC, Typho(s), Genderswitch, etc.

.

Dont Like,

.

Dont Read.

.

.

.


Semakin modern dunia maka semakin banyak pula kejahatan yang terjadi di muka bumi ini. Korupsi dimana mana, perdagangan manusia, perdagangan ilegal dari satwa langka yang di lindungi, perampokan, pencurian dan lain lain.

Kejahatan yang saat ini sedang hangat di bicarakan oleh para netizen dan para manusia di muka bumi ini adalah Pencurian artefak dan benda benda kuno lain yang harganya selangit bila di jual kepada para kolektor. Tak heran bila banyak individu atau organisasi yang melakukan pencurian tersebut. tapi kebanyakan keberadaan mereka dapat di endus oleh pihak berwajib dan terpaksa mereka harus mendekam di penjara.

Hanya ada beberapa organisasi profesional yang jejaknya saja tidak di ketahu oleh para pihak berwajib.

Black, Salah satu nama organisasi yang terkenal di mata para kolektor gelap di seluruh dunia. Karna keprofesionalan dan kecerdasan para anggotanya, organisasi itu dapat berdiri selama bertahun - tahun.

Dan siapa sangka organisasi hebat itu hanya di gawangi oleh empat orang mahasiswa.

Jung Daehyun, namja 22 tahun. Otak dan pendiri organisasi ini. Mahasiswa di jurusan tekhnik. berpenampilan Nerd dan kutu buku jika di kampus. Tapi menjadi singa liar jika di luar kampus.

Kim Jongin, namja 20 tahun. Pengatur strategi, bekerja di lapangan. Mahasiswa di jurusan nuklir. Sedikit mesum dan Berpenampilan menarik.

Bang Yongguk, namja 23 tahun. Menjual barang ke black market atau kepada kolektor gelap, beraksi di lapangan. Mahasiswa jurusan Marketing. Terlihat dingin di luar, tetapi dia adalah kakak yang baik dan pengertian.

Xi Luhan, Yeoja 20 tahun. Meneliti keaslian benda, bekerja di lapangan. Mahasiswi di jurusan Kimia. Feminim, bersikap lembut dan menjadi idola jika di kampus. Tapi siapa yang menyangka kalau gadis ini adalah seorang pemegang sabuk hitam di dalam dunia karate dan menguasai Matrial Arts. Pacar dari Kim Jongin.

.

.

Dua orang berpakaian hitam-hitam ala ninja itu berlari sambil terengah-engah. Lalu mereka berhenti di sebuah koridor sepi yang sepi.

"Seharusnya kau tidak usah ikut dalam misi kali ini. hosh.. ini.. terlalu berbahaya". Jongin menyenderkan punggungnya pada sebuah tembok yang ada di dalam kuil itu. nafasnya tersengal sengal karna baru saja melawan 22 penjaga kuil ini bersama luhan saat di gerbang tadi, dan setelah itu mereka lari secepat kilat masuk ke dalam kuil.

"kau.. hosh... meremehkanku?". Luhan membungkuk dan menumpukan tangan pada lututnya. Luhan tipe orang yang tidak suka di remehkan dan di anggap lemah. walaupun penampilannya terlihat seperti itu.

Tapi hey, jangan menilai buku hanya dari covernya saja.

Mereka akui, misi kali ini lumayan merepotkan karna benda yang mereka incar di jaga sangat ketat oleh para penghuni kuil ini. di tambah lagi yongguk yang tidak ikut dalam misi kali ini dikarenakan sakit.

"Jung daehyun memanggil, apa kalian sudah masuk ke dalam kuil? bagaimana rasanya melawan para assassin tadi? nikmat?".

Suara yang terdengar dari headset yang masing masing berada di telinga jongin dan luhan pun berbunyi. Itu suara Daehyun yang sedang berada di mobil van yang berada di hutan yang letaknya berada tidak jauh dari gerbang kuil. Namja itu bertugas mengawasi dan memberi arahan kepada Jongin dan Luhan melalui monitor kecil.

Luhan dan Jongin mendongak ke arah kamera kecil yang sedang terbang di dekat mereka. Kamera itu merupakan salah satu alat mata mata koleksi daehyun.

"F*CK YOU!".

Luhan mengangkat jadi tengahnya ke depan kamera itu dengan wajah kesal dan jongin hanya terkekeh melihat kelakuan gadisnya itu.

terdengar kekehan dari headset mereka berdua. "hey hey santai saja kawan hahaha~.. aku janji setelah misi ini berhasil, kita akan mengadakan pesta besar besaran".

"Jika yang kau maksud adalah pesta sex seperti minggu laku, maka aku akan mematahkan lehermu". ucap luhan sarkastik sambil melirik Jongin dan kamera itu.

Minggu lalu setelah menjalankan misi, Daehyun mengadakan pesta dan tentu saja Luhan di undang. tapi saat baru berada di ambang pintu wajah Luhan langsung memerah di karenakan melihat banyak wanita dan pria yang hanya mengenakan bawahan, bahkan ada yang full naked. Luhan bukan tipe wanita seperti itu. Dan mata Luhan membelalak saat mendapati jongin tengah asyik di pesta itu dengan di kelilingi para yeoja nakal. Dan Jongin harus di bawa ke rumah sakit setelah Luhan menghajarnya habis habisan.

"iya, aku juga tidak ingin masuk rumah sakit lagi". Jongin menyindir Luhan.

"haha~ tenang saja, kali ini bukan pesta sex. pomoknya selesaikan tugas kalian dulu lalu kita akan membahas ini setelahnya. okay?".

mereka berdua memutar bola matanya malas.

"oh iya, ada dua orang biksu di arah jam tiga. bersiap lah".

Luhan segera merapatkan dirinya di sisi kiri di samping sebuah tiang untuk bersembunyi dan Jongin di sisi kanan dekat dengan sebuah gucci besar. langkah kaki mulai terdengar jelas di pendengaran Luhan dan Jongin.

tap

tap

tap

Langkah kaki semakin terdengar jelas di koridor yang sepi itu pertanda bahwa kedua biksu itu semakin mendekat. Jongin dan Luhan mengambil ancang ancang. dan..

Brukk

Jdakk

Brughh

Jeduakh

Luhan segera memukul tengkuk salah satu biksu tepat di tengkuknya sehingga membuat biksu itu terkapar tak sadarkan diri. Sementara Jongin meninju wajah biksu yang satunya lalu memukul tengkuknya hingga biksu itu terkapar. Jongin shock saat biksu yang ia pukul mengeluarkan darah dari hidungnya, dan Jongin merasa bersalah.

"maafkan aku biksu.. maafkan aku.. duh, aku reflex tadi, maaf ya". Jongin membungkukan tubuhnya berkali kali kepada biksu itu.

Luhan menatap malas Jongin. Namjachingunya sangat berlebihan saat ini. padahalkan ia biasa membunuh dan menghajar orang orang yang menghalangi mereka jika sedang menjalankan tugas.

"kau berlebihan".

"dia ini biksu, chagi. dan aku telah melukainya. aigoo aku akan berdosa". Jongin masih saja membungkuk kepada biksu yang tidak sadarkan itu saat Luhan menariknya untuk melanjutkan perjalanan mereka.

.

.

.

Jongin menaiki tangga dengan pelan pelan di ikuti Luhan yang ada di belakangnya. sesekali mata mereka melirik ke kanan dan ke kiri untung mewanti wanti jika ada orang kuil yang melihat mereka. samurai panjang di condongkan Jongin ke arah depan, sementara Luhan memegang pistol kecil untuk berjaga jaga.

mereka berhenti melangkah saat di hadang oleh tiga assasin yang mengacungkan pedangnya ke arah mereka.

Jongin dan Luhan terdiam.

Tidak, mereka tidak takut. Mereka hanya sedang memikirkan strategi.

Punggung Luhan menyentuh Punggung Jongin, mereka saling membelakangi. Mata mereka menatap was was para assassin yang sedang mengitari mereka berdua dengan pedang di tangan para assasin itu. Jongin menolehkan kepalanya kesamping dan mengangguk kepada Luhan pertanda ia sudah siap.

Luhan yang menerima isyarat dari Jongin pun langsung berteriak, "SEKARANG!".

Jongin maju dan langsung menusuk salah satu perut assassin sehingga assassin itu tersungkur. Ia reflex mengangkat lengannya untuk melindungi wajahnya yang ingin di serang oleh assassin lain sehingga lengannya mendapat luka sayatan yang panjang dan mengeluarkan darah. Lalu Jongin menangkis lagi pedang salah satu assassin menggunakan pedangnya saat saat assassin itu berusaha menebas kepala Jongin. Lalu jongin melayangkan tinju ke perut assassin tersebut dan menebas lehernya.

Luhan menusukkan pedangnya ke perut assassin yang menyerangnya, lalu menendang assassin itu hingga tersungkur. setelah itu ia menghampiri Jongin dan terpekik melihat luka dari namjachingunya itu.

"aigooo.. tanganmu...". Luhan menggigit bibirnya sendiri seakan ikut merasakan nyeri yang Jongin rasakan.

Jongin meringis. "tidak apa apa. kajja!". Jongin menarik tangan Luhan menuju ke lantai paling atas.

.

.

.

Setelah melawan dua penjaga, Luhan dan Jongin memasuki ruangan yang paling di jaga itu. Luhan mengerenyit saat melihat isi ruangan yang kosong tidak ada benda atau apapun disana. Luhan membuka masker yang sedari tadi menutupi wajahnya, dan Jongin juga membuka maskernya.

"Jongin, apa kita salah tempat?". Luhan mengedarkan pandangannya ke segala arah. dan Jongin tidak menjawab pertanyaan Luhan.

Luhan menolehkan kepalanya ke arah Jongin yang kini tengah meraba sebuah dinding. Sebelumnya tangan Jongin dan Luhan sudah terlapisi sarung tangan khusus.

"hey cantik, kemarilah".

Luhan merona mendengar Jongin yang masih saja bisa menggodanya di saat seperti ini. Lalu ia menghampiri Jongin yang masih meraba dinding, dan ternyata dinding yang di raba Jongin terdapat tulisan. Luhan ikut ikutan meraba dinding itu, berusaha untuk membacanya. Luhan memang bisa membaca tulisan kuno seperti ini. yah, tuntutan pekerjaan yang membuatnya wajib belajar untuk membaca dan mengerti tulisan kuno.

"a...abad... abadi...". Luhan mencoba memahami satu persatu huruf yang ada di dinding itu. "sep.. separ-ahh bukan, seperti.. ede...edel.." Luhan mengerenyit saat mengartikan huruf terakhir. "..weis. Abadi seperti Edelweis. Bunga edelweis".

Jongin baru saja ingin bertanya tentang maksud dari tulisan itu, tetapi tembok yang terdapat tulisan tersebut bergeser ke samping menunjukkan sebuah ruangan rahasia yang ada di belakang dinding itu.

Di ruangan kecil itu hanya di beri penerangan sebuah obor. Luhan dan Jongin masuk dengan waspada, berjaga jaga jika ada sebuah jebakan yang tersembunyi. Saat langkah kedua mereka menyadari ada sebuah meja dengan tutup kaca di tengah ruangan yang seluruhnya di buat dari tanah liat itu. Dengan langkah normal, Luhan menghampiri meja itu karna penasaran dengan apa yang ada di meja yang tertutupi kaca itu.

Baru saja Luhan ingin menyentuh kaca penutup itu tetapi suara Jongin menginterupsinya.

"Stop!".

Luhan menolehkan kepalanya kearah Jongin dan menatap heran namja tan itu. Tanpa menghiraukan tatapan bingung Luhan, Jongin maju mendekati meja itu dengan menggenggam serbuk putih.

Mungkin itu tepung. Jongin mengangkat tangannya yang terdapat segenggam tepung lalu meniupnya.

Dan Luhan tahu alasan Jongin menghentikannya. Setelah Jongin meniup tepung itu terlihatlah cahaya-cahaya laser berwarna merah melindungi meja itu. Setelah itu Jongin mengeluarkan sebuah alat dari ranselnya dan mengarahkan alat itu ke arah meja. Seketika cahaya laser itu menghilang.

Luhan meruntuki dirinya sendiri. Mengapa Luhan bisa sebodoh itu? Hampir saja ia terkena jebakan.

Sambil terkekeh, Jongin menyentil pelan dahi Luhan sambil berkata, "babo!". Dan yang di sentil pun hanya mempoutkan bibirnya.

Mereka berdua memfokuskan pandangannya kepada kotak kaca tersebut. Di dalam kotak kaca tersebut terdapat sebuah kotak kayu berwarna biru tua, sebuah gulungan kertas dan Beberapa Bunga edelweis yang diawetkan.

Dengan hati-hati jongin membuka kaca penutup itu. Dan Luhan langsung mengambil gulungan kertas usang berwarna kecoklatan yang Luhan yakin sudah diberi zat pengawet. Dan Entah mengapa Luhan tertarik kepada gulungan kertas itu. Perlahan Luhan membuka tali berwarna merah yang ada di gulungan kertas tersebut dengan hati-hati.

Entah mengapa ada rasa bahagia di hati Luhan saat terbukanya gulungan kertas itu yang ternyata berisi lukisan seorang namja. Namja yang memakai Gonryongpo –pakaian untuk raja- bercorak naga.

Namja yang penuh dengan wibawa.

Sempurna!

Namja itu memiliki bola mata yang yang indah berwarna kecoklatan, hidungnya sangat mancung seperti hidung patung yang di pahat, jawline nya menambah kesan sempurna.

Dan senyuman tipis dari namja itu membuat lukisan tersebut semakin indah.

Perlahan tangan Luhan terangkat dan membelai lukisan itu. Mata Luhan menunjukkan kekaguman akan ke indahan lukisan ini, Atau mungkin objek yang ada di lukisan tersebut. Perempuan itu menggulung kertas itu kembali dan menaruhnya di tempat semula saat Jongin memanggil namanya.

"ada ap- woaahhh..". Luhan menatap kagum sebuah kalung yang saat ini sedang Jongin tunjukkan kepadanya. Kalung yang memiliki bandul sebuah-

"The Hope diamond".

Berlian langka berwarna biru.

Inilah benda yang mereka incar. Benda yang memiliki selangit. Benda pesanan dari Choi Siwon seorang CEO sebuah agensi hiburan ternama di korea. Jujur saja dari sekian banyak benda yang mereka curi, Luhan merasa benda inilah yang terbagus dan terindah.

Luhan menyentuh bandul dari kalung itu masih dengan memasang ekspresi kagum.

"kau suka kalung ini?".

Luhan mengangguk antusias masih dengan mata yang terfokus pada kalung itu.

"kau bisa memilikinya".

Luhan mendongak menatap Jongin yang sedang tersenyum tulus. "kau gila?! Kau mau di bunuh oleh Daehyun?".

Jongin masih menampilkan senyum tulusnya. "aku rela mati asalkan kau bahagia." Jongin terkekeh.

Jujur saja Luhan terharu mendengar ucapan Jongin yang terlihat penuh dengan kesungguhan. Tapi, dia bukan yeoja gila yang rela menukarkan nyawa kekasihnya hanya demi sebuah berlian yang.. eum... indah.

Jongin terkekeh lagi, "lagi pula, Daehyun tidak akan berani membunuhku. Kau tenang saja."

Luhan tersentak saat tiba-tiba Jongin memasangkan kalung itu di lehernya, ia memandang takjub ke sebuah berlian langka berwana biru yang kini sudah menggantung indah di lehernya. Luhan menggumam sendiri-

"beautiful".

"kau lebih cantik daripada berlian itu, dear" Jongin mengelus surai coklat Luhan.

Dengan mata berkaca-kaca, tangan Luhan masing-masing menggenggam kedua tangan Jongin. "Jongin..". Ia menatap mata Jongin dengan dalam.

"heum?". Jongin menatap balik mata Luhan

"terima kasih karna telah menjadi bagian dari hidupku. Aku.. sangat beruntung".

"aku lebih beruntung karna telah mendapatkan berlian seperti dirimu. berlian paling indah yang ada di alam semesta ini".

Jongin mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan.

10 centi..

8 centi..

5 centi..

Jongin memiringkan wajahnya.

4 centi..

3 centi..

'dziingg..'

Jongin menghentikan wajahnya yang sedang berusaha untuk mengecup bibir manis Luhan saat sebuah sinar menyilaukan muncul yang ternyata berasal dari kalung yang di pakai Luhan.

"J-Jongin.. apa yang terjadi?".

Luhan mengeratkan genggamannya yang sedang menggenggam tangan Jongin.

Cahaya itu keluar semakin terang sehingga mereka memejamkan kedua mata mereka. Luhan dapat merasakan tangan jongin yang menggenggam erat tangannya.

"a-apa yang terjadi? Luhan, jangan lepaskan genggamanku".

Luhan mengangguk walaupun ia tahu jongin tidak melihatnya. Perlahan Luhan merasakan tubuhnya seperti tersedot sesuatu. Tautan tangannya dengan tangan Jonginpun terlepas.

Luhan panik.

"Jongin!".

"Luhan, kau dimana?".

Luhan berusaha untuk membuka matanya tetapi cahaya itu terlalu menyilaukan sehingga ia memejamkan kembali matanya.

"Jongin..."

Luhan dapat merasakan tubuhnya melayang dan tersedot ke bawah.

'ya Tuhan, apa yang terjadi?'.

Luhan merasakan tubuhnya yang tertarik ke bawah. Sebesar apapun usaha Luhan untuk membuka mata, itu tidak akan bisa terwujud karna cahaya itu terlalu menyilaukan sehingga menyakiti matanya.

Ia juga tidak mendengar suara Jongin lagi. Luhan ingin mengeluarkan suaranya untuk memanggil Jongin, tetapi entah mengapa suaranya tertahan di tenggorokan.

Luhan takut.

Luhan panik.

Apa yang sebenarnya terjadi?.

Ia berusaha untuk menggerakkan tangannya dengan susah payah. Ia menggenggam kalung berlian itu. Ia meneteskan air matanya.

Yeoja manis itu merasakan genggaman di tangannya seakan mengempes. Seakan berlian itu menciut, dan memang benar, berlian itu lenyap dari genggaman Luhan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, Luhan pasrah akan apa yang akan terjadi pada dirinya.

'Tuhan, kumohon lindungi aku'.

Dan kesadarannya pun menghilang.

.

.

.

Luhan membuka matanya perlahan, dan bias cahaya matahari pun berlomba lomba masuk ke indra penglihatannya. Hal pertama yang ia lihat adalah daun-daun kering yang berada di tanah tempat tubuhnya yang tertelungkup saat ini.

Perlahan Luhan mendudukan dirinya. Entah mengapa tubuhnya terasa lemas dan sakit bila di gerakkan. Luhan membiarkan matanya melihat kepenjuru arah.

Ia ada di hutan. Mungkinkah ini hutan yang berada di dekat kuil tadi?

Jongin... Ya, dimana Jongin?

Apa Jongin sudah bersama Daehyun di dalam van?

Ia harus menemui Daehyun. Perlahan luhan bangun tetapi tubuhnya terduduk lagi ditanah. Sungguh ia sangat lemas. Tapi ia harus menemukan jongin dan daehyun. Ia ingin pulang, masa bodolah dengan berlian yang sekarang sudah lenyap itu.

Ia rasa setelah sampai di rumah, ia akan memanggil tukang pijat dan memanjakan tubuhnya di tempat spa. Luhan berdiri dengan susah payah dan berjalan dengan sedikit terhuyung menelusuri hutan itu.

.

.

.

Hari sudah mulai gelap tetapi Luhan belum juga menemukan jalan keluar. Luhan frustasi, tubuhnya sudah sangat lemas saat ini. Tenaganya terkuras habis saat ia menghindari singa yang ada di hutan ini.

Yup, singa. Luhan heran sendiri, mengapa ada binatang liar di zaman modern ini? bukankah semua hewan liar sudah berada di tempat penangkaran?

Entahlah.

'srekkk'

'srekk'

Luhan melirik semak-semak yang bergoyang dengan was-was.

'srekk'

'sreekk'

Luhan mundur beberapa langkah saat beberapa semak-semak itu bergoyang.

Oh, semoga saja bukan singa lagi.

Dan Luhan membelalakan matanya saat sesuatu atau lebih tepatnya sekumpulan namja memakai baju prajurit ala zaman kerajaan keluar dengan pedang di tangan mereka masing-masing.

Tidak, Luhan yakin bahwa mereka adalah temannya assassin yang Luhan hajar bersama Jongin tadi. Ehh, atau kemarin ya?.

Seorang yang paling depan menghampiri Luhan dengan perlahan. Ia maju selangkah, Luhan mudur selangkah. Oh sepertinya mereka bukan orang baik. Orang yang Luhan yakin adalah pimpinan dari kawanan itu semakin maju.

Luhan bisa saja melawan mereka semua jika tubuhnya saat ini bermasalah. Ia semakin panik saat pimpinan dari kawanan itu semakin dekat.

Luhan melirik batu yang ada di tanah dan menendangnya.

'bukk'

Batu itu tepat mengenai wajah pimpinan itu.

Luhan lari sekuat tenaga saat mereka lengah. Oh Tuhan, Luhan tidak mau mati. Ia belum menikah dan mempunyai anak.

.

.

.

Sambil berlari pelan Luhan menengok ke belakang dan sekawanan prajurit tadi tidak terlihat. Luhan mengelap keringat yang ada di dahinya dengan punggung tangannya. Sungguh, tubuh Luhan sudah sangat lemah saat ini. sekuat tenaga Luhan menjaga agar kesadarannya tidak hilang.

Luhan menatap ngeri jurang yang ada di sisi kanannya.

luhan bingung sendiri. Setahunya tadi ia sedang bersama Jongin di dalam kuil. Tapi mengapa ia bisa berada di hutan? Dimana Jongin? Apa ia baik-baik saja?

Ugh, memikirkan itu semau membuat kepala Luhan pusing. Luhan terhuyung dan kakinya tidak sengaja tersandung oleh batu.

Astaga, Luhan pasti akan jatuh ke jurang! Ia memejamkan matanya erat-erat.

Tapi bukannya merasakan permukaan jurang, Luhan malah merasakan ada tangan kekar yag memegang pinggangnya, menahannya untuk tidak jatuh ke jurang yang dalam itu.

Dengan mata sayu, Luhan membuka matanya, dan matanya langsung menangkap manik mata berwarna coklat milik seorang namja yang wajahnya berada beberapa centi dari wajah Luhan.

Luhan bahkan dapat merasakan hembusan nafas dari namja yang memegang pinggangnya menerpa pipinya. Luhan memerhatikan wajah namja yang saat ini juga sedang memerhatikan wajahnya. Dalam hati Luhan takjub akan ciptaan Tuhan yang ada di depannya.

Sempurna.

Wajah namja itu seputih susu, hidungnya sangat mancung seperti di pahat dengan sempurna, jawlinenya yang menambah kesan sempurna, dan alisnya yang tegas.

Tidak ada suara selain suara jangkrik dan itu membuat Luhan semakin khusyuk menikmati wajah ciptaan tuhan ini, cahaya rembulan menyinari mereka dan sinar dari kunang-kunang berterbangan di sekitar mereka.

Perlahan tangan Luhan terangkat untuk mengelus pipi putih mulus itu.

Kemudian Luhan merasa familiar dengan wajah ini, Luhan merasa pernah melihat wajah ini. Ia memutar otak yang membuat dirinya semakin merasa pusing.

Dan sebelum kesadarannya hilang, Luhan menyadari bahwa namja ini adalah –

.

-namja yang ada di lukisan yang berada di kuil.

.

.

.

.

TBC or END?