Vocaloid (c) Yamaha, Crypton FM. No profit taken. Ditulis sambil mendengarkan Dekat di Hati-RAN, sila diputar o/
a/n: lagi seneng lagu tsb, inspirasi drebel ini juga pas dengerin haha. Judul juga diambil dari satu lirik di lagunya. Bisa tebak yang mana? :3

oya, saya lagi bikin polling di profil saya, tolong dijawab juga ya 8D


langit yang sama

(c) nabmiles

.

Miku mengambil ponsel dari dalam tas. Jemarinya sigap bermain di atas layar, langkah-langkahnya lincah dan ringan dan tanpa beban menapaki baris hijau; sepatu putih yang talinya tak tersimpul menghampiri rumput seolah menyapa kawan lama.

Manik mata sejernih kristal warna turquoise gemar memindai pemandangan apa saja di sekitar; bukit, bukit, bukit, langit biru cerah, matahari tak membagi cahaya yang begitu terik; gadis itu rebah dengan permadani rumput sebagai kasur. Helai-helai identik netra sesuka hati merambah tempat, sepoi angin berlari-lari seakan ingin bermain.

Senyum cerah tak henti terulas di rupa dan ia tidur berbantal lipatan langan. Ponsel digeletakkan begitu saja sedang Miku tertawa pada langit.

"Langit seperti apa yang kaulihat, Kaito?"


Ketuk keyboard menggurat alfabet di layar adalah aktivitasnya, secangkir latte hangat menjadi kawannya, dan alun akustik dari speaker di sudut kafe adalah musiknya.

Kaito menyelesaikan lembar terakhir essai dan menutup piranti pengolah kata. Jemari menggeser mouse pada folder permainan, hampir mengklik open kala satu pandang di luar menarik perhatian.

Seorang pemuda mengayuh sepeda membonceng di belakang, si pemudi menggenggam benang-benang putih segerombol balon warna-warni mengambangi udara, menggenggam pelangi di satu tangannya. Rupa mereka ceria seolah disiram mentari dan tawa mereka mengudara renyah; mengundang senyum dari yang melihat.

Kaito menempelkan tangan pada dinding kaca tepat di sisi untuk mengikuti pasangan itu menjauh, meninggalkan warna-warni pastel menari-nari di balik sudut pandang. Terlihat seperti anak belia dalam petualangan kecil nan menyenangkan.

Itu terasa seperti déjà vu bagi Kaito. Ia melihat dia dan seseorang di sana, seorang yang menyimpan pantulan danau di netranya, yang berdansa bagai pebalet di tengah musim panas, dipayungi lukisan biru sebagai cahaya.

Kaito memandang langit, tersenyum pada segumpal tipis awan.

"Langit yang bagus. Bagaimana dengan kau, Miku?"