Chapter 6

I Only Wanna Be Your Friend

Cast: Kim Jongin, Oh Sehun, Kim Sunny, Irene, Park Chanyeol, Byun Baekhyun and many more

Pair: HunKai, slight HunRene

Genre: Drama, Romance, Friendship and Hurt/comfort

Warn: Yaoi, Boys love and Typos everywhere

Rate: T

Summary: "Sudah ku bilang, kita terlalu terbiasa bersama Sehun." -Kai / "Kalau begitu, berhentilah jadi teman ku." -Sehun / "I only wanna be your friend." -Kai / This is HunKai! Bad summary, i know. Just read, DLDR, BL.

Disclaimer: Casts are not mine but this fanfiction belongs to me, don't copy, don't bash, click close button if you don't like, critics are accepted but with polite words, review if you like it. I don't respect silent readers. Thank you.

Happy reading

Kai menenggelamkan wajahnya pada bantal. Bantalnya sudah sangat basah sekarang. Sehun sudah pergi dari 30 menit yang lalu dan orang tua Sehun juga baru saja pulang. Tuan dan Nyonya Oh juga meminta maaf pada nya atas sikap Sehun yang tidak sopan karena tiba-tiba pergi. Dan Kai berusaha tersenyum memaklumi walaupun matanya terasa panas.

Sunny disana. Mengelus pucuk kepala adiknya yang menangis sesenggukan. Kai tau jika konsekuensi nya akan begini. Sunny juga tidak bisa menyalahkan siapa-siapa disini. Posisi Sehun adalah kekasih orang lain dan wajar jika Sehun merasa khawatir setelah Sulli menelepon nya tadi. Tapi bagi Sunny, mencium adiknya lalu meninggalkan nya begitu saja bukan lah hal gentle yang seharusnya dilakukan laki-laki.

"Berhenti menangisi nya, Kai. Katakan padaku, kau mau aku memukulnya? Menamparnya?" tangis Kai makin pecah mendengar ucapan Sunny. Kai tidak ingin hal itu terjadi. Sehun tidak salah, Kai lah yang salah karena sudah lancang mencintai kekasih orang lain sekaligus sahabatnya sendiri. "Tidak, tolong jangan lakukan apapun." suaranya serak. Sunny memeluk Kai makin erat.

"Tolong jangan beri tau siapapun tentang ini." Kai menenggelamkan wajahnya pada pundak wanita yang 4 tahun lebih tua darinya itu. Sunny mengangguk dan mengelus rambut adiknya. Kai benci menjadi lemah. Kai tau bahwa pada akhirnya ia dan Sehun hanya akan berakhir seperti ini. Kai tidak tau harus bereaksi apa saat Sehun tiba-tiba mencium nya tapi lalu meninggalkan nya begitu saja. Tanpa jawaban, setidaknya Kai butuh jawaban. Walaupun mungkin semacam cacian atau penolakan, bukan tiba-tiba pergi tanpa penjelasan.

….

Sehun mengendarai mobilnya menuju apartment Sulli. Harus ia akui, ia khawatir pada Irene yang saat ini statusnya masih kekasih nya. Tapi Sehun tidak bisa membantah juga kalau bayangan Kai juga memenuhi otak nya saat ini. Sehun tau bahwa Kai menangis setelah Sehun meninggalkan nya. Hatinya jadi merasa makin bersalah.

Sehun memarkirkan mobilnya asal dan berlari menuju apartment Sulli di lantai 8. Sehun mengetuk kasar pintu apartment Sulli setelah segera ia menemukan nya. Lama Sehun menunggu, tapi tidak ada yang datang untuk membukakan nya pintu. Ia jadi makin khawatir.

"Sulli! Aku sudah datang! Cepat buka pintunya!" Sehun berteriak, tapi tetap saja tidak ada jawaban dari dalam. Sehun mengambil ponsel nya di saku nya, berniat menghubungi Sulli. Tapi, sial ponselnya mati. Sehun makin frustasi. "Sulli! Cepat buka pintu nya!" Hampir 10 menit Sehun menunggu dan ia makin frustasi memikirkan hal yang tidak-tidak. Ia takut terjadi sesuatu pada Irene.

BRAK!

Sehun mendobrak kasar pintu apartment Sulli. Sehun mendesah lega ketika melihat Irene sedang tertidur di sofa dengan segelas beer di tangan nya, tapi kemudian senyuman nya luntur. Irene memang sedang tertidur, tapi dengan seorang pria yang merangkul nya. Sehun menarik kasar kerah kemeja pemuda yang sepertinya setengah sadar karena sedang mabuk berat itu.

BUAGH!

"Keparat! Apa yang kau lakukan, hah?!" Sehun kehilangan kendali atas dirinya. Ia terus melayangkan pukulan nya pada lelaki itu. Buagh! Lelaki itu kini sepenuhnya tersadar dan balik mengumpat pada Sehun. Ia juga berusaha membalas pukulan Sehun yang beberapa mengenai sasaran. Irene terbangun dan terkejut melihat pertengkaran dua pria itu.

BUAGH!

"Bajingan! Berani sekali kau!" Sehun memukuli pria itu makin menjadi-jadi. Hidung Sehun juga berdarah dan tangan nya terasa sakit sekali. Tapi Sehun seakan tidak ingin berhenti. Pria asing itu bahkan sudah jatuh berkali-kali, tapi Sehun terus mengangkatnya dan memukulinya. Sehun terlihat seperti ingin membunuh pria itu sekarang. Irene yang panik pun berusaha melerai keduanya. "Cukup! Sehun hentikan!" Irene berteriak. Sehun berhenti. Ia melepaskan cekikan nya pada kerah lelaki itu dan menjatuhkan tubuh nya kasar. "Kau mau membunuhnya, hah?!" Irene terlihat frustasi. Matanya sembab dan bengkak. "Apa? Kau ingin aku kesini kan? Aku sudah disini, Irene." Sehun menatap gadis itu nyalang. "Kau tau? Kau membuat ku meninggalkan Kai hanya demi dirimu! DAN SETELAH AKU DISINI KAU MALAH BERSELINGKUH DENGAN BAJINGAN ITU, HAH?!"

Irene terdiam. Matanya memerah menahan emosi. Irene berjalan mendekat pada Sehun, ia memukuli dada pemuda itu. "Kau pikir siapa diri mu, hah?! Kau meninggalkan ku hanya untuk Kai? Pemuda murahan dan aneh itu? KAU YANG BRENGSEK!" Irene berteriak di depan wajah Sehun, wajahnya memerah dan nafasnya memburu. Sehun tau jika wanita itu sedang emosi, tapi ia lebih emosi. Tidak ada yang boleh mengatakan hal semacam itu pada Kai. Tidak satu orang pun. Sehun mati-matian berusaha menahan tangan nya untuk tidak berbuat terlalu jauh pada Irene. Irene hanya menatap Sehun datar, tapi ia sedikit takut melihat wajah Sehun yang tiba-tiba merah padam setelah ia menyebutkan nama Kai.

Sehun menarik nafasnya dalam-dalam, "Aku rasa kita sudah selesai, noona." Irene hanya memandang tidak mengerti. "Apa…apa maksudmu?" Sehun mengelap kasar luka di sudut bibirnya. "Aku ingin kita sampai disini." Sehun berjalan menjauh tapi Irene menahan tangan nya. "Kau tidak bisa seenaknya Sehun! KAU TIDAK BISA MENINGGALKAN KU!" Sehun hanya acuh, ia melepaskan kasar tangan Irene. "Maaf noona, aku harus pulang." Sehun berlalu, berjalan secepat mungkin menuju mobilnya. Sehun merogoh saku jaketnya dan hendak memasukkan kunci untuk membuka pintu mobilnya ketika seseorang memukul punggung nya dari belakang. Sehun oleng, ia hampir kehilangan kesadaran nya. Tapi ia masih berusaha untuk membalikkan badannya. Mungkin ada sekitar 4 orang mengelilingi nya, mereka membawa sebatang kayu yang Sehun yakin digunakan untuk memukulnya tadi dan satu orang pria yang ia kenal, pria itu yang tadi bersama Irene. "Hajar dia." Pria itu tersenyum sinis dan menyuruh pria lain untuk memukuli Sehun. Mata Sehun berkunang-kunang, ia berusaha melawan tapi tenaga nya tidak sebanding dengan 4 pria berbadan besar yang mengeroyoknya. Sehun tidak bisa mendengar dan tidak ingat apa-apa lagi ketika salah satu dari pria itu memukul telak perutnya hingga Sehun memuntahkan darah dari luka di mulutnya. Sehun jatuh tersungkur dan pria-pria itu meninggalkan nya di pinggir jalan. Ia pingsan tapi ia masih sempat mendengar seseorang meneriakkan nama nya.

"Oh Sehun!" Baekhyun, bocah itu berlari panik ke arah Sehun yang tidak sadarkan diri di tanah. "Park Chanyeol, demi Tuhan ini Sehun! Ayo bawa dia ke rumah sakit." Chanyeol hanya melongo melihat keadaan Sehun yang mengenaskan. Untung, Baekhyun menendang lututnya untuk menyadarkan nya agar segera memasukkan tubuh Sehun ke dalam mobil nya.

…..

Baekhyun dan Chanyeol terduduk di ruang tunggu di lorong rumah sakit. Bau obat menguar dimana-mana, belum lagi kaos putih yang Baekhyun pakai terkena darah Sehun, entah dari bagian tubuh mana. Chanyeol frustasi, ia mencoba menghubungi Kai sedari tadi, tapi bukan Kai yang menjawabnya, malah suara operator wanita yang mengatakan bahwa ponsel Kai sedang tidak aktif. Chanyeol ataupun Baekhyun tak punya kontak keluarga Sehun, jadi mereka memutuskan untuk menghubungi Kai tapi Kai juga tidak bisa dihubungi.

Mungkin Chanyeol dan Baekhyun juga sedang tidak beruntung. Mereka sedang jalan-jalan tadi, dengan mobil sedan milik Chanyeol. Niatnya sih mencari makanan, tapi sialnya, malah menemukan seorang Oh Sehun tergeletak penuh darah dan tidak berdaya di pinggir jalan. Dan mereka berakhir disini sekarang.

"Menurut mu, apa Sehun akan baik-baik saja?" Baekhyun memainkan ujung kaos nya. "Tentu Baek. Aku juga tidak habis pikir, apa yang ia lakukan hingga berakhir dengan luka parah seperti itu? Memangnya dia ingin mati." Chanyeol berkata sadis. Baekhyun mencubit pinggang sahabatnya. "Jangan bercanda. Aku tidak mau melihat Kai sedih kalau Sehun mati."

"Iya iya. Aku akan coba menghubungi Jung sonsaengnim untuk meminta kontak orang tua Sehun." Chanyeol kembali memandangi handphone nya dan mencari kontak gurunya itu.

Kai membuka matanya perlahan. Ia melirik jam di dinding, sudah hampir jam tujuh. Kai tak ingin beranjak dari kasurnya yang empuk, apalagi dari balik selimut hangat nya. Salju di luar makin tebal dan dingin sekali. Kai merapatkan selimutnya. Kai tau matanya bengkak karena menangis semalaman, jadi ia juga tidak mau turun walaupun hanya untuk sekedar sarapan.

Kai terdiam, pikiran nya melayang kemana-mana. Kira-kira apa yang sedang Sehun lakukan saat ini? Sudah bangun? Sudah sarapan? Kai juga tidak tau kenapa ia masih ingin memikirkan Sehun. Tapi, kenapa tiba-tiba perasaan nya jadi tidak enak? Entahlah. Lupakan saja.

Perutnya berbunyi, Kai sangat lapar karena tadi malam pun ia hanya makan sekitar lima sendok dan sialnya ia punya sakit maag. Kai tidak ingin sakit dan terlihat makin lemah. Ia tidak mau jadi pihak yang dikasiani disini, jadi ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan turun ke dapur untuk mengganjal perutnya.

"Selamat pagi." Sunny tersenyum menyambut adiknya itu. Kai balas tersenyum, walaupun Sunny sendiri tau bahwa Kai sedang tidak dalam mood yang baik untuk tersenyum. "Selamat pagi." suaranya masih serak, efek menangis semalaman belum hilang juga sepertinya.

Kai mengambil cangkir kesayangan nya, hadiah dari Sehun setahun yang lalu. Ah, sudah cukup. Kai tidak ingin memikirkan Sehun terus. Kai menuangkan susu dingin dari kulkas ke cangkirnya. Kai baru saja akan mendudukkan dirinya di kursi ketika mendengar suara ibunya "Astaga! Benarkah?" Kai dan Sunny berpandangan aneh dan segera menghampiri Nyonya Kim, khawatir jika ada apa-apa pada ibu mereka.

Nyonya Kim baru saja menutup telefon nya. "Ada apa bu?" Sunny bertanya dan mendekati ibu nya. "Kai, Sehun…. masuk rumah sakit."

PRANG!

Kai menjatuhkan cangkir nya ke lantai.

…..

Masih inget?wkwk. Maaf ya update nya lama hehe dan chapter ini dikit kkk~ Ini sengaja dibikin pendek biar pada penasaran ama kelanjutannya.g

Chap depan bakal lebih panjang lagi deh hehe. Dan buat FF yang lain, masih dalam proses jadi sabar yaa. Thank you for all of your supports. Love yaaa~

/bow/

With love, wolfy.