A/N : Akhirnya chapter terakhir. Saya udah males buatnya, tapi akhirnya jadi juga, hahaha. Have a nice read, everyone!

Disclaimer : Seluruh karakter di Harry Potter milik J.K. Rowling. Saya hanya pinjam saja buat menyalurkan imajinasi.


EPILOG

"Akhir-akhir ini kau sering bersama dengan Malfoy, ya, Al." Roxanne Weasley duduk di samping sepupunya yang tengah menulis essay tentang ramuan Felix Felicis di perpustakaan. Albus hanya ber'hn' pelan tanpa mengangkat wajahnya dari perkamen.

"Padahal kupikir kalian tidak terlalu suka satu sama lain." Lanjut Roxanne. Albus mendongak, mata hijaunya menatap Roxanne tak percaya.

"Kau ngomong apa, sih? Kami teman baik, kok." Ujar Albus. "Tapi jangan bilang-bilang Scorpius aku bilang begitu, ya. Soalnya kelihatannya dia masih agak menjaga image. Tahu sendiri lah, sejarah keluarga kami." Kata Albus lagi sambil meringis. Roxanne mengangkat alis.

"Hm. Tidak kusangka Malfoy tipe orang yang begitu." Sahut Roxanne, kemudian beranjak mengambil salah satu buku di rak dekat Albus duduk. Tanpa ia ketahui Albus menyeringai di balik perkamennya.

xXx

"Aku tidak percaya orang-orang bisa berpikir bahwa kita berteman." Gerutu Scorpius sambil duduk bersila di samping Albus yang tengah membaca buku tentang Quidditch.

"Halo juga, Scorp." Albus hanya mengangkat wajah sekilas dari bukunya, lalu kembali menekuri buku setebal setengah inchi-nya. Scorpius memandang Albus tidak percaya. Dia lalu menyingkirkan buku yang dipegang Albus, membuat pemuda itu memandang protes.

"Aku serius, Al. Orang-orang pikir kita berteman."

"Ya sudah, kita berteman saja."

xXx

"Albus!" Pemuda berambut hitam berantakan itu menoleh ketika namanya dipanggil. Diana Thomas, seorang gadis berperawakan mungil berlari-lari mendekatinya.

"Aku – baru saja dengar sesuatu – dari Malfoy." Ujar gadis mungil itu sambil mengatur napasnya. Albus mengangkat alis. Diana menatap Albus ragu-ragu sejenak, kemudian menghela napas sebelum berkata, "kudengarkaupenyukasesamajenis!"

Albus mengerutkan kening. "Ya?" Tanyanya bingung. Diana menghela napas lagi, lelu mengeluarkannya pelan.

"Kudengar dari Malfoy…. Kalau kau –gay." Diana berkata hati-hati.

"Oh." Ujar Albus. Dia tampak bingung mau menjawab apa.

"Ehm… kurasa ini memang agak tidak sopan, tapi aku dan teman-teman yang lain ingin tahu… apakah…. itu benar." Tanya Diana, agak kikuk. Albus melihat ke belakang Diana, dan melihat sekumpulan gadis kasak-kusuk dibalik salah satu pilar lorong.

"Well…" Albus dengan sengaja menggantungkan kalimatnya. Mata Diana langsung melebar.

"Jadi itu benar?" Tanyanya cepat.

"Well, aku dan Scorpius…. Kau tahu…." Albus tampak agak kikuk mengatakannya. Diana menutup mulutnya, matanya terbelalak.

"Jadi… kau dan Malfoy… in relationship?" Bisik Diana. Albus tampak agak malu, tapi dia mengangguk sedikit. Diana memekik pelan.

"Err… tapi tolong, ini rahasia, oke?" Tanya Albus dengan wajah memelas. "Scorpius agak… kau tahu, belum siap mengumumkannya, jadi…"

"Oh, oh! Tentu saja. Aku janji tidak akan bilang siapa-siapa." Sahut Diana cepat. Lalu gadis mungil itu berbalik pergi kembali pada teman-temannya. Mereka kasak kusuk sebentar, lalu sambil melihat Albus penuh maksud mereka pergi. Albus berbalik dan melangkah menuju ruang rekreasi Gryffindor dengan seringai lebar di wajahnya.

xXx

"Adikmu memanggilku pacarmu. Tidak hanya dia, tapi SELURUH SEKOLAH mengira aku PACARMU. Bloody hell, Potter !"

"Oh, ayolah Scorp. Aku bilang pada orang-orang kalau kau gay, dan kau bilang pada orang-orang kalau aku gay, ditambah tatapan lasermu yang seolah mengatakan pada mereka agar tidak dekat-dekat denganku. Terang saja mereka pikir kita pacaran." Ujar Albus santai sambil duduk di salah satu meja kelas. Scorpius ingat tatapan galaknya tiap kali ada cewek yang bertanya apa Albus sudah punya pacar atau belum. Pemuda pirang itu mengerang frustasi.

"Lagipula tidak ada gunanya kalau kita berusaha meluruskan. Tidak akan ada yang mendengarkan." Tambah Albus lagi. Scorpius bersandar pada meja guru di hadapan Albus.

"Lalu kita harus bagaimana?"

"Ya sudah, kita pacaran saja."

xXx

"Mr. Potter. Lama tidak bertemu." Seorang pria setengah baya dengan kacamata berbingkai tebal menyapa Albus sembari mengulurkan tangannya.

"Halo juga, Mr. Reinald. Akhir-akhir ini memang Kementrian sibuk sekali." Ujar Albus, menjabat tangan Reinald hangat.

"Memang benar, rasanya sudah lama sekali Daily Prophet tidak memberikan berita selain yang berkaitan dengan Kementrian." Reporter senior Daily Prophet itu menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin. "Tapi sekarang situasi sudah agak tenang. Kalau tidak mana mungkin aku bisa bertemu Auror andalan Kementrian di tempat minum seperti ini!" Reinald tersenyum lebar. Albus hanya tertawa menanggapi.

"Ngomong-ngomong soal gosip, rasanya akhir-akhir ini keluarga Potter tenang sekali. Bahkan kakakmu tidak membuat ulah apa-apa sejak beberapa bulan lalu –selain aksi nekatnya menangkap teroris di kereta." Ujar Reinald, mata kelabunya bersinar-sinar menatap Albus.

"Oh, James jauh lebih sibuk dariku. Dia ikut kesana kemari menangani masalah Kementrian, dan sekarang setelah situasi membaik, dia membantu mengembangkan produk terbaru Sihir Sakti Weasley."

"Akan ada produk baru rupanya! Aku jadi tidak sabar menunggu!" Seru Reinald riang. "Lalu kau sendiri?" Tanya Reinald. "Hubunganmu dengan Mr. Malfoy kelihatannya tenang-tenang saja. Tidak berniat bertunangan atau semacamnya?" Reinald menyipitkan matanya, jelas ingin mengorek informasi.

"Well, bukannya kami tidak memikirkannya…"

"Oh, dan kapan tepatnya? Atau jangan-jangan kalian diam-diam sudah bertunangan?" Albus tersenyum sambil mempermainkan gelasnya, tidak terlihat buru-buru menjawab. Reinald hendak bertanya lagi, tapi tepat saat itu pintu kedai membuka dan Hugo Weasley muncul. Mata coklat pria itu memandang Albus, dan seolah-olah mengerti Albus segera berdiri dari tempatnya.

"Kelihatannya aku sudah harus pergi. Maaf sekali tidak bisa berbincang lebih lama." Albus menyunggingkan senyum meminta maaf, kemudian membayar minumannya dan beranjak menuju Hugo dengan seringai lebar di wajahnya, membuat kening Hugo berkerut, berpikir sepupunya sudah gila.

xXx

"Oh, kau rupanya. Kupikir ada troll merangsek masuk rumahku." Albus duduk di atas sofa sambil mengusap wajahnya. Kepalanya agak pening karena terlonjak duduk tiba-tiba.

"Tidak lucu, Al. Lihat apa yang mereka katakan sekarang." Sahut Scorpius sambil menunjuk ke arah koran bertajuk "SCORPIUS MALFOY BERTUNANGAN DENGAN ALBUS POTTER?" di atas meja. Albus melihat Daily Prophet sekilas dan tertawa. Scorpius memutar matanya jengah. Tapi kemudian laki-laki berambut pirang itu menyipit.

"Jangan bilang –"

"Ya sudah, kita bertunangan saja."

xXx

"Oh-ho! Mr. Potter! Kita bertemu lagi." Reinald terkekeh sembari duduk di samping Albus di Leaky Cauldron. Albus bermalam di penginapan itu bersama beberapa Auror lain karena ada urusan Kementrian. Tidak diduga ia bertemu dengan reporter Daily Prophet.

"Menyelidiki soal kejadian pemboman kemarin, eh? Kudengar ada yang melihat pelakunya di sekitar sini." Reinald berbisik penuh rahasia. "Tapi kalau dilihat dari kerusakannya, pasti si pelaku menggunakan mantra ledakan-super-kuat ditambah beberapa peralatan…"

"Mr. Reinald," Potong Albus. "Akan kuberitahu sesuatu, mau?" Lanjutnya dengan suara misterius.

"Apa itu?" Reinald mencondongkan tubuhnya, berharap mendapatkan informasi.

"Tidak baik ikut campur apa yang bukan urusanmu." Ujar Albus. Bibirnya tersenyum, tapi matanya memberikan tatapan mengancam. Mata Reinald menyipit. Albus kadang-kadang bisa sangat ramah, tapi kadang-kadang juga terlihat menakutkan. Reinald tampak menimbang selama beberapa saat.

"Oke kalau begitu. Toh juga kalau pelakunya tertangkap pasti kami akan segera tahu." Kata Reinald, sambil menimbang-nimbang siapa yang bisa membocorkan informasi. Mungkin ia akan mencari Auror muda yang kurang berpengalaman.

"Jadi, kapan kalian menggelar acara pernikahan?" Tanya Reinald, mengalihkan pembicaraan. Setidaknya jika bukan soal kriminal, gosip mengenai Albus Potter bisa dijadikan headline.

"Siapa?" Tanya Albus.

"Kau dan Mr. Malfoy, tentu saja."

"Hm, kapan ya?" Albus memutar-mutar gelas minumannya. "Mungkin dalam waktu dekat." Lanjutnya.

"Oh, akhir tahun, mungkin? Kalau pelaku pemboman ini sudah tertangkap, tentu saja. Bisa sekalian merayakan, iya kan?" Berondong Reinald. Albus hanya tertawa menanggapi. Reinald hendak bicara lagi suara 'ding' terdengar dari sakunya. Reinald mengambil jam sakunya. Dibukanya jam itu, dan di dalamnya terlihat foto seorang laki-laki tua kurus berwajah cemberut mulai mengomelinya tentang waktu rapat.

"Ayahku. Memang menyebalkan, tapi omelannya selalu efektif membuatku tidak terlambat, karena membuatku teringat bagaimana dia dulu selalu mengomeliku." Kata Reinald sambil menutup jam sakunya. Kemudian pria setengah baya itu pamit pergi. Ketika Reinald menutup pintu masuk, Albus menyeringai menyesap gelasnya.

xXx

"Kupikir reporter Daily Prophet sudah gila semua. Darimana, sih, mereka dapat gosip beginian?" Sungut Scorpius sambil duduk di kursi dapur. Dia melempar koran ke meja dapur, yang bertajuk 'ALBUS POTTER DAN SCORPIUS MALFOY MENIKAH AKHIR TAHUN'.

Albus melirik koran sekilas, menyesap teh-nya dan berkata, "Ya sudah, kita menikah saja akhir tahun."

xXx

Albus mengelus perlahan rambut pirang suaminya, yang tertidur lelap dalam pelukannya. Akhirnya kudapatkan. Pikirnya. Tidak sia-sia usahanya selama bertahun-tahun. Albus menyeringai puas, kemudian mengeratkan pelukannya dan ikut terlelap.


A/N : Jadi kesimpulannya selama ini yang nyebarin gosip Albus sendiri, hahaha. Dia udah lama ngincer Scorpius, dari jaman masih di Hogwarts. Albus meski Gryffindor tapi liciknya udah menyaingi Scorpius yang Slytherin, hehehe..

Ini chapter terakhir, dan saya mau ngucapin terimakasih buat reader yang udah susah payah mau gerakin tangan, mata dan otak untuk membuka, membaca dan mencerna fic saya yang ga jelas ini. Silahkan meninggalkan review kalo berniat. Kalo ga niat ya udah gapapa. Saya ga tahu kapan buat fic lagi. Mungkin nanti kalo ada niat juga, hahaha. Mungkin bakal mencoba fandom lain. Saya nulis di fandom ini karena kayaknya fandom AlbusxScorpius sepi banget. Well then, sampai jumpa di fic saya yang lain (kalo saya niat buat tapi, ya, hihihi)