Naruto © Masashi Kishimoto.

36 Meter © A'velha.S no palgiarism.

Genre : Frienship & Hurt-comfort.

Cast : [ Naruto & Matsuri ]

Warning : Alternate Reality, Crackpair, Friendzone, Thypo(S), ETC.

Seperti hari biasanya, di pagi hari semua orang mulai melakukan rutinitas mereka di Konoha-gakure. Ada yang berjualan, berlatih, pergi bertugas dalam misi dan sebagainya. Namun, tidak bagi Naruto si Jonin special yang kini sedang diterjang kebosanan tingkat tinggi.

Kakashi yang kini menjabat sebagai Kage kali ini memaksa Naruto untuk libur karena khawatir akan keadaannya. Bagaimana tidak, akibat sahabat-sahabatnya yang dulu anggota Rokkie kini telah memiliki kehidupan masing-masing, Naruto jadi kembali kesepian lagi. Tak ada satu pun dari mereka yang bisa diajaknya untuk berkumpul bersama untuk sekedar menghabiskan waktu seperti dulu saat mereka semua masih lajang. Naruto memakluminya, ia sadar betul kalau kini ada hal yang lebih penting buat mereka yakni keluarga mereka.

Jadi, untuk mengisi waktu luang, Naruto sering kali meminta misi mau, dari Rank-S sampai Rank-D pun ia klaim. Bahkan pernah sewaktu-waktu Naruto menjalankan Misi 3 Bulan Nonstop tanpa mengambil cuti.

Alhasil, Kakashi pun khawatir dan membuat jadwal untuk Naruto supaya dalam seminggu ia akan dibebas tugaskan selama 1 Hari. Kakashi yang begitu bersikeras akhirnya membuat Naruto suka tak suka menyetujui permintaannya karena biar mau complaint seperti apapun juga dia adalah Kage. Keputusan mereka itu mutlak walau Naruto benci melakukannya.

Jadi, di hari libur seperti ini, dengan wajah suntuk Naruto pun membawa raganya kesebuah Tebing yang biasa ia gunakan untuk bersantai.


"Statement when it Rains"


"Hahh, bosan …"Gerutu Naruto pelan sambil menjatuhkan raganya ke batang pohon didekatnya. Ia pun menatap langit sambil mendengus.

"Ah… sial, seharusnya Madara tidak kubunuh. Biar dunia kembali kacau dan Misi pun berlimpah. Kan, dengan begitu jadi ada kerjaan." Sesal Naruto, entah kenapa otaknya jadi sedikit ngawur akhir-akhir ini.

Sebelum akhirnya tiba-tiba langit pun bergemuruh, awan-awan hitam mulai berkumpul. Naruto akhirnya sadar kalau hari ini Matahari tak kunjung menampakan wajahnya. Sebelum akhirnya hujan pun tak terbendung lagi dan memaksa Naruto untuk mengangkat kaki dari tempat faforitenya dalam bersantai itu."Tck… pakai segala hujan lagi !" Gerutunya sebal ditengah pelariannya dari hujan yang kian melebat.

Setelah beberapa saat, Naruto pun akhinya menemukan sebuah Toko tutup dan meneduh disana. Disana begitu sepi, toko itu terletak terpisah cukup jauh dari bangunan-bangunan lainnya, entah apa yang di pikirkan oleh pemiliknya sehingga bisa-bisanya membuat Toko ditempat jauh dari khalayak umum seperti ini. Wajar saja kalau Toko ini mungkin tidak laku karena buruknya penempatan Lokasi.

Namun Toko ini sedikit mengingatkan tentang dirinya. Yang selalu sendirian…

"Ehm…"

Naruto tersentak dari lamunannya,ia pun menoleh dan menemukan wanita berambut Coklat sebahu yang lepek terkena guyuran hujan. Naruto mengenalinya, Mat-Mats-Matsu ?

"Mat-Matsu-chan ?"

Perempatan mucul dipelipis gadis itu. Sebelum akhirnya satu tinjuan telak pun didaratkannya tepat di perut Naruto yang tanpa pertahanan dan pasrah terkena serangan tersebut.

BUG

"Bisakah untuk bersikap formal, Naruto-san ? Dan tolong… panggil aku Matsuri-san saja !" Serunya dengan wajah merah entah karena marah atau malu. Naruto pun hanya terkekeh sambil mengelus-elus perutnya.

"Kebiasaanmu berbicara lewat 'tinju' tak pernah berubah ya, Matsu-chan~ !" Serunya dengan santai dan sedikit menggoda yang membuat wajah gadis itu semakin memerah dan mulai mengancang-ancang untuk meninju dan kali ini Naruto pun segera tanggap dan ambil langkah seribu karena sungguh ! Pukulan wanita itu adalah teken kontrak ke Rumah Sakit. Dan percayalah, Naruto pernah mengalaminya.

"Jangan lari kau bodoh kuning !" Teriak Matsuri sambil berlarian mengejar Naruto.

Melihat wanita itu mengejarnya malah membuat Naruto pun semakin bersemangat menjahili Gadis bertempramen 11-12 Tsunade kalau ketemu Jiraiya itu. Entah kenapa ia bisa begitu senang jika melihat gadis berperawakan menggemaskan itu jika sedang marah-marah seperti itu. Padahal, tulangnya bisa remuk kalau terkena amukan gadis itu. Tapi, Naruto, nggak peduli. Karena saat melihat Matsuri kesal, disanalah Naruto bisa tertawa lepas, dan merasa terbebas dari beban apapun yang dialaminya. Mungkin itulah mengapa saat ini ia masih saja tersenyum walau Matsuri sudah meneriakinya dengan cacian-cacian yang pasti bisa membuat orang sakit hati.

Dan akhirnya keduanya pun berlarian dia bawah guyuran hujan. Mereka berdua seakan tak peduli dengan kondisi pakaian mereka yang kotor terciprat lumpur. Mereka pun tak malu-malu walau warga sekitar melihat kejadian itu dan mungkin membuat presepsi bahwa mereka 'kekanak-kanakan'. Seakan Tuli dan Buta, mereka seperti memiliki dunia mereka sendiri. Dimana hujan membatasi dua dimensi tersebut.

"Hai, Naruto no Baka, ku bilang berhenti !"

"Haa ? Kenapa aku harus menuruti mu Matsu-chan ? Kau bahkan lebih muda dariku. Jadi, apa motivasiku ?"

"Grrrr… awas kau, lihat saja kalau tertangkap !"

"Weee !"

Dan akhirnya setelah beberapa perdebatan mereka berdua pun berakhir disebuah kaki bukit perbatasan desa Konoha. Mereka lelah, setelah berlari-lari seperti anak kecil kini mereka pun sudah sampai batasnya. Sebelum akhirnya mereka pun berbaring terlentang di bawah rerumputan.

Mereka saling mengatur nafas. Sebelum akhirnya bertatapan muka. Hening menginterubsi, sebelum akhirnya mereka pun terkekeh pelan sampai tertawa terbahak-bahak entah karena apa. Mereka gila ? tidak ! Mereka hanya bahagia. Namun mereka belum tahu pasti, apa dasar dari kebahagian yang kini mereka rasakan.

"Hahaha, kau terlihat bodoh Matsu-chan ! Lihat lah dirimu, wajahmu itu, lho. Lumpur dimana-mana."

"Hm, berkacalah sendiri Naruto-san." Jawab Matsuri sambil tersenyum.

Sebelum akhirnya Naruto pun terdiam kala menatap wajah Matsuri yang tersenyum kearahnya. Matanya terfokus dan entah kenapa tiba-tiba waktu terasa melambat bagi Naruto. Wajah itu tampak bersinar baginya, membuatnya tenang sekaligus bahagia. Entah apa yang mebuat Naruto berasa demikian. Sebelum akhirnya tanpa sadar tangan Naruto pun mulai bergerak dan menangkup pipi Maturi.

Ia mengelus pipi itu dan membersihkannya dari lumpur-lumpur yang menciprat. Dan tentu saja, tindakan Naruto itu pun membuat Matsuri terperangah, ia agak tidak siap dengan hal yang terjadi saat ini. Dan Matsuri pun tidak mengerti kenapa Naruto terus saja memandanginya. Dan kenapa juga tubuhnya tidak bisa merespon. Seharusnya ia menampar Naruto atau mendorongnya, tapi ia tidak bisa. Ia terlanjur dirasuki oleh kepolosan manik shaffire biru Naruto yang begitu indah. Membuatnya serasa tenggelam, tenggelam dalam lautan biru yang amat luas yang bisa ia lihat dari keseriusan dalam sorot Mata Naruto.

Tanpa sadar, jantung keduanya pun berdebar lebih cepat. Mereka terus bertatapan sampai akhirnya.

"Cup"

Satu kecupan pun mendarat di bibir Matsuri. Membuatnya melayang. Serasa terbang dan memabukan. Dan Matsuri sama sekali tak keberatan. Itu ciuman pertamanya, yang seharusnya ia berikan kepada Gaara. Tapi itu dulu ! Sekarang, mungkin … itu memang untuk Naruto.

"Na-Naruto-san, ke-kenapa kau menciumku ?" Tanya Matsuri malu-malu dengan wajah yang sudah sangat memerah. Namun Naruto malah menaruh satu jarinya dibibir Matsuri, mengisyaratkan untuknya agar ia diam. Sebelum akhirnya Naruto pun menarik nafas dalam-dalam. Sampai akhirnya sebuah pernyataan pun ia lontarkan.

"Matsuri !"

"Huh ?"

"Menikahlah denganku !"

END