Author : RasKaid.o
Cast :
Do Kyungsoo
Kim Jongin
Oh Sehun
And Others Cast
Rate : T (Gs)
Genre : Marriage Life, Hurt/Comfort, Drama
.
.
.
Desclaimer : Semua cast milik Tuhan, tapi cerita ini murni milik saya sepenuhnya ^^
Warning : Genderswitch, typo's bertebaran, cerita pasaran, cerita gaje, OOC
Yang enggak suka jangan di baca ya :)
NO BASH !
.
.
.
Kyungsoo sekali lagi terperanjat kaget dengan ucapan yang keluar dari ibu mertuanya ini. Hatinya mencelos saat kalimat itu keluar dari mulut ibu mertuanya sendiri. Sebegitu besarnyakah mertuanya menginginkan seorang cucu ?
Apakah mereka tidak memikirkan perasaanya ? Sungguh hari ini adalah hari paling buruk untuknya, kejutan demi kejutan ia dapatkan. Namun kejutan ini bukan membuatnya merasa bahagia, tapi membuatnya begitu merasakan sakit di dalam hatinya yang paling dalam.
'Tuhan kenapa Kau memberikanku masalah seberat ini ?'
.
.
.
Chapter 5!
.
.
.
Kyungsoo diam tidak menjawab pertanyaan mertuanya. Ia malah menundukkan kepalanya, ia sedang berusaha menahan airmatanya tidak keluar.
"Eomma, mohon Kyungsoo. Kau tau bukan, jika eomma sudah tua ? bisa saja ini menjadi permintaan terakhir dari eomma." Nyonya Kim memohon dengan wajah yang penuh harap. Hanya Kyungsoo yang dapat membantunya.
"Eomma tau ini pasti akan sulit untukmu. Tapi eomma sangat mohon padamu, anggap saja ini permintaan terakhir dari eomma"
Kyungsoo mendongakkan wajahnya saat mendengar suara isakan dari orang yang berada di hadapannya. Ia melihat mertuanya sudah mengeluarkan airmata. Kyungsoo benar-benar tidak tega melihat mertuanya menangis seperti itu.
"Tapi apakah eomma mengerti perasaanku ? aku mencintai Jongin, sangat mencintainya. Bagaimana bisa aku menyuruh suamiku sendiri menikah dengan orang lain. Aku tidak bisa. Maafkan aku"
"Eomma mohon Kyungsoo"
Kali ini Kyungsoo benar-benar terkejut akan kelakuan mertuanya. Nyonya Kim berlutut di hadapan Kyungsoo dan itu membuat Kyungsoo benar-benar tidak tega keadaan mertuanya itu. Segera saja ia membimbing mertuanya untuk berdiri.
"Baiklah. Aku akan membantu eomma"
Sedari tadi Krystal hanya diam saja melihat percakapan antara mertua dan menantu. Hatinya bersorak senang saat mendengar penuturan dari bibir Kyungsoo yang akan membantu Nyonya Kim membujuk Jongin agar menikah dengannya.
"Kau tidak bercanda Kyungsoo ?" Nyonya Kim juga tak kalah senangnya, ia langsung menghambur ke pelukan Kyungsoo dan memberikan kecupan di kedua pipi milik Kyungsoo.
Kyungsoo tidak tahu apakah keputusannya ini benar atau tidak. Tapi yang pasti Kyungsoo sudah memantapkan hatinya, ia hanya tidak mau mertuanya ini menangis terus-menerus. Karena memang Kyungsoo sudah benar-benar menganggapnya seperti ibunya sendiri. Dan ia tidak pernah tega melihta ibunya menangis terus-menerus.
"Gomawo sayang. Eomma sangat menyayangimu"
Kyungsoo tersenyum miris mendengar ucapan sayang dari mulut Nyonya Kim.
.
.
.
.
.
"Aku pulang"
Ucap Jongin saat memasuki apartemennya. Ia melihat Kyungsoo keluar dari kamar dan menghampirinya.
"Apa sangat lelah ?" Tanya Kyungsoo saat meraih tas kerja serta jas milik Jongin.
"Eum, lelah sekali"
"Kalau begitu duduklah, aku akan membuatkan teh untukmu"
Kyungsoo kembali dengan secangkir teh hangat di tangannya, ia memberikan teh itu pada suaminya. Lalu ia beranjak meletakan tas dan jas suaminya ke dalam kamar. Dan juga menyiapkan air hangat untuk mandi. Itu memang sudah kewajiban Kyungsoo sebagai seorang istri.
Tak lama kemudian suara pintu terbuka, Jongin menghampiri Kyungsoo yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Ini mandilah dulu. Aku sudah menyiapakan air hangat untukmu"
Jongin menganggukan kepalanya dan mencuri satu kecupan pada bibir kissable milik istrinya
Saat Jongin keluar dari kamar mandi, Kyungsoo sedang berbaring memunggungi dirinya. Jongin heran dengan tingkah Kyungsoo, ini masih jam 7 malam dan saat ini waktunya untuk makan malam. Tapi ia malah melihat istrinya tiduran di ranjang. 'Apa Kyungsoo sakit ?' batin Jongin.
Segera saja ia menghampiri sang istri.
"Kau sakit sayang ?" Kyungsoo menggeleng. Dan itu membuat Jongin semakin khawatir, tidak biasanya istrinya begini.
"Lalu kenapa jam segini kau tiduran, ini waktunya makan malam"
"Aku mengantuk Jongin. Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu di dapur"
"Tidak. Aku tidak akan makan jika kau tak ikut makan denganku"
"Aku tidak lapar, sungguh"
"Sebenarnya ada apa sayang ?"
"Tidak apa Jongin, aku hanya sedikit merasa pusing"
"Aku akan mengambil obat di bawah, dan membawakan makan ke sini. Kita makan di kamar"
Jongin menuju ke dapur meninggalkan Kyungsoo sendirian di kamar.
Kyungsoo memang tidak berbohong, kepalanya memang sedikit pusing. Dan penyebabnya adalah tadi siang, ia masih bingung bagaimana cara berbicara pada suaminya itu. Ia takut suaminya akan marah padanya. Dan mungkin akan mengira dirinya sudah tidak mencintainya lagi. Tapi Kyungsoo sudah terlanjur berjanji pada mertuanya, dan janji tidak boleh diingkari.
Ia sedikit menyeka airmata yang tiba-tiba meluncur begitu saja di pipinya. Akankah ia mampu membagi suaminya dengan wanita lain ? mampu melihat suaminya memeluk wanita lain ? mencium wanita lain bahkan hingga berhubungan badan ? Mampukah ia ? Hanya membayangkannya saja membuat dadanya semakin sesak. Tapi bukankah itu sudah keputasan yang sudah dia ambil ?
Suara pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Jongin yang membawa sebuah nampan ditangannya. Di atas nampan itu terdapat dua piring masakan yang Kyungsoo buat dan 2 gelas air putih, tak lupa juga obat pereda rasa pusing untuk istrinya.
"Ini makanlah, setelah itu kau minum obatnya"
Kyungsoo mengangguk patuh, namun ia segera meletakkan piring itu kembali setelah menyuapkan 2 sendok ke dalam mulutnya. Jongin yang melihat itupun ikut meletakkan piringnya.
"Kenapa hanya sedikit makannya ?" Tanya Jongin sambil merapikan rambut Kyungsoo yang sedikit berantakan.
"Aku sudah kenyang Jongin"
"Kau harus menghabisakannya sayang, aku akan menyuapimu" Kyungsoo menggeleng, ia memang sudah benar-benar kenyang sekarang. Jongin hanya mengehela nafas panjang, jika sudah begini ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Dan hanya bisa menuruti kemauan istrinya.
Ia lalu mengambil obat yang tadi di bawanya dan menyodorkannya pada Kyungsoo. Tak lupa juga ia memberikan air putih untuk membantu menelan obat yang pahit itu.
Kyungsoo menidurkan dirinya kembali, ia menatap Jongin dengan tatapan bersalah. Jongin yang menyadari tatapan itu langsung bertanya.
"Sebenarnya ada apa sayang ? Kau tak bisa menyembunyikan apapun dariku"
Ya Kyungsoo memang tak bisa menyembunyikan sesuatu apapun dari suaminya itu.
"Aku ingin membicarakan sesuatu padamu"
Jongin memeperhatikan Kyungsoo dengan cermat, tapi Kyungsoo menyuruhnya untuk berbaring lebih dulu di sampingnya. Jongin menurut.
"Dengarkan aku baik-baik ya" Jongin hanya mengangguk, ia menikmati setiap sentuhan yang istrinya berikan.
"Tadi eomma datang kesini. Kau sudah tahu bukan ?"
"Ya. Dia meminta password apartemen, karena kau tak ada di rumah. Apa terjadi sesuatu ?"
Kyungsoo terdiam sejenak, ia mencoba mencari kata yang tepat untuk diucapkan pada suaminya. Setelah berpikir sedikit lama, akhirnya ia memberanikan diri mengucapkannya. Ia memang harus melakukannya.
"Sayang, menikahlah dengan Krystal."
Seketika itu juga Kyungsoo dapat melihat perubahan wajah suaminya. Jantung Kyungsoo berdegub cepat, ia menanti respon yang di berikan suaminya.
"Eomma yang menyuruhmu ?"
Ucap Jongin dengan nada yang begitu datar. Ada rasa sakit saat suaminya berkata dengan suara seperti itu, tatapannya juga tak selembut tadi. Kyungsoo ingin menangis saat itu juga, tapi ia mencoba untuk menahannya.
"Tidak. Aku sadar Jongin, kau pasti menginginkan sosok malaikat mungil yang melengkapi sebuah keluarga. Sosok yang dapat membuat sebuah keluarga menjadi lebih hangat akan kehadirannya, sosok yang bisa membuat kita tertawa karena tingkah lucunya, sosok yang membuat rumah menjadi ramai. Jujur akupun juga menginginkannya, tapi aku bisa apa ? Aku mungkin tidak dapat memberikan keturunan lagi untukmu setelah Kyungin pergi. Jika kau menikah dengan Krystal mungkin kau bisa memiliki keturunan kembali, aku mohon"
"Kau sama seperti mereka Soo! Tak bisakah kau mengerti perasaanku ? Aku tak peduli kau bisa memberikanku keturunan lagi atau tidak, yang terpenting kau selalu berada di sampingku. Hanya itu Kyungsoo!"
Airmata Kyungsoo sudah mengalir membasahi kedua pipinya, ia memandang suaminya dengan rasa bersalah. Seharusnya ia tidak seperti ini, seharusnya ia memikirkan perasaan suaminya juga.
"Tapi kumohon Jongin, turuti permintaanku kali ini jika kau memang benar-benar mencintaiku."
Jongin menatap Kyungsoo dengan lekat saat mendengar ucapan sang istri.
"Aku memang mencintaimu, tapi tidak begini. Aku tak akan menuruti permintaanmu itu"
"Aku simpulkan kau tidak mencintai-"
"Baiklah. Aku akan menikah dengannya, kau puas ?"
Jongin mengakhiri ucapannya, lalu berbalik memunggungi Kyungsoo. Kyungsoo mematung saat mendengar jawaban dari suaminya. Kenapa rasanya sangat sakit ? Tapi inikan jawaban yang ia mau ? Dia yang menyuruh suaminya menikah, dan suaminya sudah menyetujuinya.
Dan kini ia benar-benar harus menyiapkan hatinya untuk kedapannya, karena pasti sakitnya tidak dapat terungkapkan.
.
.
.
.
.
Hari yang sangat tidak ditunggu-tunggu Kyungsoo tiba, terasa sangat cepat menurutnya. Padahal ia berharap hari ini tidak pernah ada, tapi itu sungguh mustahil.
Selama ini Jongin seperti menjauhinya dan selalu bersikap dingin padanya. Kyungsoo sadar ia memang salah. Tapi sekarang ia memberanikan diri menemui suaminya yang berada di ruang make up.
Dapat ia lihat suaminya sedang duduk dalam diam di depan sebuah cermin yang besar. Kyungsoo merasa tatapan Jongin terlihat kosong, Jongin juga tak menyadari kedatangan dirinya yang mulai mendekati dirinya.
Saat ini suaminya sangat tampan, dengan tuxedo berwarna putih bersih dengan dasi kupu-kupu yang mengantung dilehernya, rambutnya dibelah pinggir dan disisir kebelakang. Sungguh suaminya benar-benar mempesona.
Kyungsoo memegang bahu suaminya dan menatap kedepan pada kaca besar yang ada dihadapannya, ia dapat melihat suaminya sedikit kaget karena sentuhannya yang tiba-tiba.
"Kau sangat tampan Jongin" Kyungsoo tersenyum, ia juga terlihat cantik dengan polesan wajah natural. Rambut yang diikat setengah dan gaun dengan panjang selutut berwarna senada dengan suaminya.
Jongin diam, ia menatap Kyungsoo di pantulan kaca. Jongin tahu, sangat tahu jika senyum yang diberikan istrinya itu adalah senyuman palsu, senyuman yang diliputi rasa sakit.
"Jangan berpura-pura kuat Kyungsoo. Aku tau kau tidak menginginkan pernikahanku ini"
"Tidak Jongin, aku yang memintamu untuk menikah. Bagaimana bisa aku tak menginginkannya ?"
Jongin tersenyum meremehkan, ia lalu berdiri dari duduknya lalu menatap datar sang istri. Dapat Jongin lihat airmata istrinya yang mulai tumpah dari matanya. Tatapannya melembut kala ia memegang kedua pipi istrinya, menghapus airmata yang membuat dadanya begitu sesak. Lagi, dia membuat istrinya menangis, tapi bukankah ini yang di inginkan istrinya ?
"Jangan menangis, nanti make up mu luntur. Kau akan bertambah jelek jika begitu."
Tidak. Kyungsoo tidak bisa menghentikan airmatanya, sangat sulit menurutnya. Ia tidak peduli make up-nya luntur, ia hanya ingin melampiaskan rasa sakitnya dengan menangis sepuasnya. Tapi ia tahu menangis hanya akan membuang waktunya dan juga tidak akan menghentikan pernikahan yang akan di mulai sebentar lagi.
"Hiks..." Sebuah isakan lolos dari bibir Kyungsoo. Segera saja Jongin membawa istrinya kedalam pelukan hangatnya. Dapat Jongin rasakan tubuh istrinya bergetar hebat karena tangisannya.
"Uljima sayang, aku akan membatalkan pernikahan ini kalau kau mau"
Kyungsoo menggeleng kuat,
"Tidak Jongin, tidak. Aku tidak mau orangtuamu malu karena gagalnya pernikahan ini." Tolak Kyungsoo dengan tegas.
"Aku tidak peduli dengan itu"
"Kau sudah berjanji padaku bukan ?"
"Baiklah aku akan tetap melangsungkan pernikahan ini. Aku melakukannya karena kau memintaku. Tapi ketahuilah hanya kau yang menempati hati ini, dan hanya kaulah yang menjadi istriku sesungguhnya. Saranghae"
Jongin mengecup dahi istrinya, lalu turun kemata hidung, kedua pipi chubby istrinya dan yang terakhir bibir kissable milik istrinya. Ia melumatnya sebentar lalu melepasnya.
"Kau percaya bukan ?" Kyungsoo mengangguk
"Lihat itu.." Jongin menunjuk bayang mereka yang berada di kaca besar.
"Kau jelek sekali kalau menangis, make up mu luntur aku akan membenarkannya"
Canda Jongin, ia hanya ingin mencairkan suasana. Kyungsoo sedikit menyunggingkan senyumnya saat mendengar ucapan suaminya. Sempat-sempatnya suaminya bercanda dalam suasana seperti ini, tapi Kyungsoo tahu suaminya hanya ingin menghibur dirinya agar tidak terlalu kalut.
"Kau hanya akan membuatku bertambah jelek"
"Hahaha..kau benar, mana bisa aku mendandanimu yang ada aku akan membuatmu bertambah jelek"
Tidak, istrinya akan tetap cantik dalam keadaan apapun. Dan kata jelek yang ia lontarkan semata-mata hanya untuk memberi candaan pada sang istri.
Suara ketuka pintu membuat mereka menghentikan acara candaan mereka. Sesosok yeoja yang berusia hampir memasuki kepala lima terlihat diambang pintu, senyumnya terlihat mengembang. Terlihat sekali jika ia sangat bahagia.
"Jongin-ah acaranya sudah akan dimulai, cepatlah keluar."
"Sebentar lagi aku akan keluar"
Nyonya Kim –yeoja itu menganggukan kepalanya lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan yang di terdapat Jongin dan Kyungsoo disana.
"Kajja, sayang" Kyungsoo mengulurkan tangannya, lalu menggenggam tangan Jongin dengan erat. Kyungsoo berusaha menampilkan senyum terbaiknya, walaupun saat ini jantungnya berdegub dengan cepat.
.
.
.
.
.
Upacara sakral itu berjalan dengan lancar, tamu yang diundang memang tidak sebanyak pernikahan Jongin dan Kyungsoo dulu. Karena memang pernikahannya terkesan sedikit mendadak.
Saat ini Kyungsoo sedang berada di taman dekat dengan gereja, ia tak kuat berlama-lama di dalam gedung. Ia tidak sanggup melihat suaminya bersanding dengan wanita lain, sungguh hatinya benar-benar tak bisa diajak kompromi sesuai dengan keinginannya.
Kyungsoo merasakan kehadiran seseorang di sampingnya, ia menolehkan kepalanya ke samping dan melihat Sehun yang duduk dengan tenang di sana, dengan pandangan lurus ke depan. Sehun tidak berani melihat Kyungsoo yang sedang menangis, takutnya ia kelapasan.
"Apa yang harus kulakukan Sehun" Kyungsoo membuka obrolan, sekarang ia tak sungkan untuk menceritakan masalahnya pada Sehun. Karena memang dari dulu Sehun adalah tempat bersandarnya saat ia merasa senang dan duka.
"Kenapa pernikahan ini bisa terjadi noona ? Yang aku tahu Jongin sangat mencintaimu"
"Aku yang menyuruhnya Sehun" Kali ini Sehun memandang Kyungsoo lekat, mencoba mendapatkan penjelasan yang lebih.
"Aku yang menyuruhnya melakukan itu, ibu Jongin yang memohon-mohon padaku bahkan ia sampai berlutut di depanku." Kyungsoo menghela nafas.
"Beliau begitu berambisi ingin memperoleh cucu kembali setelah Kyungin pergi. Tapi saat aku memeriksakan diriku, ternyata aku mungkin tidak bisa memiliki keturunan kembali. Sejak saat itu beliau mulai mencari jodoh untuk Jongin." Air mata Kyungsoo mengalir melewati kedua pipinya, namun ia segera menghapusnya.
Sehun masih setia mendengarkan penjelasan Kyungsoo, ia tidak mau menyelanya.
"Itu wajar, yah sangat wajar menurutku. Karena memang Jongin anak tunggal dan pastinya mereka ingin keturunan dari anak semata wayangnya."
Sehun membimbing Kyungsoo kedalam pelukannya saat ia melihat Kyungsoo semakin tidak bisa membendung airmatanya. Dengan sayang Sehun mengelus punggung Kyungsoo, ia berusaha menenangkan orang yang di sayangnya.
"Noona, jika noona tidak kuat dengan keadaan seperti ini pergilah denganku. Aku akan membawa noona pergi jauh dari tempat ini. Tempat dimana mereka tidak bisa menemukanmu."
"Menjalani kehidupan baru denganku, dan membuka lembaran baru denganku. Apa noona mau ? Noona tidak harus menjawabnya sekarang, aku akan tetap bersabar menunggu."
"Saranghae"
.
.
.
.
.
TBC!
.
.
.
Chap depan mungkin akan ngaret lagi ya T.T
Besok udah masuk sekolah kembali, dan yah saya adalah seorang siswi kelas 3 kalian pasti tahu bagaimana kesibukannya T.T
Tapi saya usahakan buat mengetik di sela-sela waktu senggang :))
Terimaksih buat riviewnya chap kemarin ^^
Sampai jumpa chapter selanjutnya ^^