Believe My Story

A Naruto's Fanfiction

[Warning : typo(s), boring, AU, OOC, don't like don't read]

.

.


Kalian pernah mendengar jejak langkah di belakang kalian ketika sedang berjalan di malam hari, dan menemukan tak ada seorang pun di sekitar kalian?

Kalau begitu coba dengarkanlah ceritaku, dan aku bersumpah bahwa aku tidak berbohong sekalipun.

-Konohagakure, Sakura Haruno-


.

.

.

Terkadang, aku melewati sebuah jalan ketika tengah pulang ke rumah ibuku. Aku selalu ingat hari itu adalah Sabtu malam, dan aku memilih hari itu karena pekerjaanku di rumah sakit sudah selesai dan aku tidak ingin melewatkan weekend-ku hanya dengan bermalas-malasan sendirian di apartemen. Oh, jangan tanyakan Ino. Dia pasti selalu—SELALU, sehari dalam seminggu dan di waktu yang sama—berkencan dengan kekasihnya yang freak itu. Siapa namanya? Shimura Sai?

Tunggu, masa bodoh sekali dengan itu.

Ngomong-ngomong soal jalan ITU, sebenarnya hanyalah sepetak jalan kecil yang menghubungkan jalan raya dengan jalan aspal menuju rumah Ibu, yang kulewati akibat malas memutar jauh. Dengan kata lain, itu hanyalah sebuah jalan pintas. Di kanan-kirinya hanya tembok pekarangan milik warga dan tak ada penerangan, namun cukuplah terlihat jika ada orang yang sedang berjalan di tengahnya sehingga aku tidak akan menabraknya.

Seperti sekarang ini. di pukul 21.00 waktu setempat, aku melihat seseorang yang melewati jalan itu, dan tentu saja secara otomatis memberi jalan. Aku tidak melihat seperti apa wajahnya, tetapi aku tahu pasti bahwa itu laki-laki akibat tubuhnya yang lebih tinggi dan terlihat bidang. Sumpah demi Tuhan. Jalan itu harus diberi penerangan sebelum aku memiliki sifat seperti detektif akibat kegiatan menebak-nebak ini.

Eh, ngomong-ngomong lagi, sejak kapan pemuda tadi melewatiku? Dan rasa-rasanya aku tidak mendengar jejak langkahnya?

DEG!

Segera saja jantungku berdegup lebih cepat ketimbang normalnya. Bagaimana tidak? Mengalami hal seperti ini adalah pertama kalinya dalam hidupku!

'Mungkin saja orang tadi memang terlatih untuk berjalan tanpa suara', pikirku berusaha posiive thinking. Aku tidak ingin berakhir dengan menjadi pemeran film horor versi nyata!

.

.

.

.

.

Dan sejak kapan tubuhku tidak bisa digerakkan?

.

.

.

"KYAAA!"

.

.

.

.

Sakura segera tergagap, sedetik setelah ia sadar bahwa ia baru saja berada di tempat yang terang dan terutama melihat Ibunya yang memasang wajah cemas.

"Ibu?"

"Oh, astaga, Sakura! Ibu terkejut menemukanmu tergeletak di depan teras ketika tadi mendengar suara ketukan pintu. Apa kau kecapekan? Atau kau butuh memeriksakan diri ke dokter? Ibu bisa panggilkan seseorang kemari untuk mengantarkanmu ke sana"

"Akusudah sampai rumah?"

Pertanyaan Sakura yang masih belum sepenuhnya sadar segera menghentikan gerakan Mebuki yang sudah bergerak gesit mengambil telepon yang berada di samping kasur tempat Sakura berada. Ia menelengkan kepalanya, heran.

"Apa maksudmu? Tentu saja kau berada di rumah."

"Tadiaku berjalan di jalan pintas yang gelap itu dan berpapasan dengan seorang pemuda yangbahkan tidak mengeluarkan suara ketika kakinya menjejakkan tanahlalu aku berteriak dan akupingsan?" Sakura menggantungkan kalimatnya dengan sebuah tanda tanya sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia sama sekali tidak mengerti, bagaimana dia bisa berakhir pingsan di depan teras rumahnya jika ingatannya terhenti di tempat yang berjarak 500 meter dari rumahnya?

"Hah? Jangan bilang kau bertemu hantu, Sakura?"

"I-Ibu! Jangan bilang hal menyeramkan seperti itu!" Sakura segera memalingkan wajahnya yang pucat pasi ke arah jendela sebelum Ibunya meledeknya habis-habisan tentang kecengengannya. Apalagi hal itu menyangkut tentang makhluk astral.

"Habis kau tadi bilang bertemu pemuda kan?"

"Eh, iyamungkin perawakannya seperti pemuda itu" Sakura menunjuk random sesosok pemuda yang terlihat berdiri di jalan depan rumahnya, menghadap tempat pengumpulan sampah yang bertepatan di depan rumah Mebuki, "rambutnya hitam jabrik dan dia lebih tinggi dariku, tapi dia bahkan tidak mengeluarkan satu suara pun ketika dia berjalan, laludia menghilang ketika aku menoleh dan badanku segera menjadi kaku dan"

"Ibu hanya tahu pemuda yang berambut hitam jabrik di sekitar sini itu hanya Sasuke Uchiha yang sudah meninggal seminggu yang lalujangan memasang wajah terkejut, kau sedang dinas ke Suna saat itudan Ibu ingat kalau dia menyukaimu, tapi kau sepertinya tidak tahu ya?" Mebuki terdiam sebentar, tidak menanggapi raut wajah Sakura yang semakin abstrak akibat shock dan bingung. "Oh, ya, dan mana pemuda yang kau tunjuk?"

"Itu! Yang di depan tempat pengumpulan sampah itu! Masa Ibu tidak"

Sakura bergeming.

Ibunya tidak melihat pemuda yang jelas-jelas sendirian berada di sana, berdiri diam sedari tadi, dengan kulit yang jelas-jelas pula seputih salju?

"Mana sih, Sakura? Mana ada manusia normal berdiri sendirian di depan tempat sampah jam segini! Sudah, sana! Mandi, makan, dan bantu menyiapkan pohon natal di lantai satu!"

.

.

.

"Cuma aku yang bisa lihat…?"

.

.

Nah, menurut kalian bagaimana? Apa kalian pernah mengalami hal seperti yang kuceritakan ini? Dan kuulangi lagi, aku tidak berbohong. Sekarang pun aku masih bisa melihat pemuda pucat itu menatapmu dari kursi kosong di sudut ruangan ini.

-Sekali lagi, Sakura Haruno-

.

.

.

THE END


Author Note :

Salah satu dari berbagai pengalaman mistis saya (dan suami saya) ohohoho, sekalian latihan nulis fiksi horor. Jelek banget sih kayaknya, menuai flame juga kayaknya...*pundung* fiksi lama sih udah pingin di unggah tapi masih ragu, walau akhirnya di unggah juga X"DD

Well, Happy Reading dan sekali lagi maafkan kengandatan cerita saya yang lain m(_ _)m