Happy Read and Enjoy, Mits~

.

.

.

.

.

.

.

Tao pikir dirinya akan baik-baik saja hari ini ditempat ini. Sekarang di sekitarnya ada Xiumin dan Baekhyun. Dua laki-laki yang tingginya tidak jauh beda. Sama-sama sekupingnya. Namun bukankah mereka bisa melindunginya, kakak sepupunya ahli dalam bidang taekwondo dan temannya Baekhyun menguasai beladiri hapkido. Jadi apa yang perlu dikhawatirkan. Dia sendiri tergabung dalam klub wushu di ekskul sekolah dan menjadi salah satu atlet terbaik. Jadi kemungkinan kecil tidak ada yang bisa mengganggunya-kan?

Ya. Tidak akan ada yang mengganggunya jika ia selalu berada di dekat dua laki-laki yang lebih tua darinya dan jika tidak secara dadakan ia kebelet buang air kecil dan seketika kemampuan yang ia pelajari sejak usia delapa tahun lenyap begitu saja saat melihat wajah yang lebih menyeramkan dari Incubus.

Atau jangan-jangan lelaki ini memang mahluk astral yang suka berhubungan badan dengan gadis-gadis muda dengan tujuan membuat targetnya mengandung anaknya dan akan mati perlahan karena janin itu akan perlahan-lahan menghisap daya hidup sang ibu hingga akhirnya ibu meninggal. Oh, tidak! Bahkan lelaki ini lebih parah dari Incubus. Pria pirang itu menyukai laki-laki. Menyukai sesama jenis. Dia lebih parah dari Incubus.

Apa laki-laki itu Succubus.

Gila! Belum ada dua puluh empat jam dia sudah berjumpa dengan seseorang yang menjadi khayalannya di toilet dan sekarang dia berkhayal bahwa mahluk yang berdiri gagah dengan pakaian resmi yang membuat tubuh pria itu jauh lebih gagah dan tampan dengan cahaya lampu yang lebih terang adalah mahluk mitologi yang horror.

Bahkan rasanya, Tao lebih horror dari itu. Karena dia telah membayangkan bersenggama dengannya.

.

.

.

.

.

.

.

Test

Chapter 3

KrisTao / FanTao

Rate M. Yaoi. BL

.

.

.

.

.

.

.

Tao rasanya ingin menangis saat ini. Ia dilecehkan. Dan tidak ada yang bisa di andalkan untuk dimintai pertolongan. Namun ia malu jika ia menangis saat ini apalagi di depan pria seperti Kris. Ia malah semakin terlihat lemah. Dan rasanya menangis pun tak pantas, mengingat dirinya telah melakukan sesuatu yang bisa membuat ia malu setengah mati.

"Ayolah jangan diam saja. Kau akan mengurangi waktu kita."

Tao akui bahwa ia telah membayangkan pria itu dalam pikiran kotornya. Namun untuk mengwujudkan menjadi nyata itu.. Err Tao rasa sedikit ekstrim.

Kris berdecak cukup keras. "Kau memintaku menyentuhmu di sini?"

Tao mengerjap beberapa kali. Terkejut dengan decakan Kris dan ucapanya. "A-aku punya seorang kakak yang bekerja di sini, di departemen marketing dia ahli dalam taekwondo dan temannya Baekhyun yang sudah ku anggap menjadi kakak ku mengusai hapkido. Aku sendiri dapat menggunakan tongkat dan pedang karena aku atlet wushu terbaik disekolahku. Kau tidak merasa takut?"

Kris diam sesaat, memandang wajah Tao lekat-lekat. Membuat orang yang ditatapnya merasa menang karena berpikir ia telah takut padanya. Hanya sesaat, karena setelah itu Tao melihat senyum yang bahkan seribu kali lipat lebih menjengkelkan dan mesum.

"Bukankah itu menguntungkan? Kau bisa memainkan tongkat atau pedangku dengan lihai hingga aku bangga padamu, Zitao. Dan aku sama sekali bukan anak tujuh tahun yang takut dengan ancaman seorang kakak." katanya sensual.

Wajah Tao memerah hingga kekupingnya. Bukan hanya malu tapi juga marah dan lagi-lagi merasa terhina. "Hyah! Aku bahkan bisa mematahkan rahangmu dalam satu tinju dengan buku jariku!"

"Kalau begitu aku memintamu untuk mematahkan yang lain. Tapi nanti," Kris mengalihkan pandangannya dari Tao dan menatap sekilas pintu toilet dan menatap jam mahalnya sambil bergumam sesuai waktu jam saat itu. "Kau pernah menonton film blue? Khusus film gay?" ia menatap Tao.

Zitao menggeleng sekali. "Tidak. Aku terlalu jijik." munafik.

"Kau tidak akan berpendapat jijik jika kau belum menontonnya."

Aku telah menontonya. Bahkan mengulangnya beberapa kali.

"Kau mau menontonnya denganku dan membuktikan itu tidak menjijikan seperti yang kau katakan?"

Tao tidak yakin orang yang berdiri dihadapannya ini adalah orang yang paling tertinggi kedudukannya ditempat ini. Ucapannya sugguh frontal. Dan sepertinya pria ini tidak punya cukup kapasitas otak untuk menampung rasa malu.

"Kau bebal ya?" bahkan Tao rela berbohong dan munafik untuk tidak terlihat malu. Tapi rasanya sia-sia.

Alis tebal itu nyaris tertaut. " Kau mengataiku apatadi?"

"Bebal. Dan sepertinya kau pria yang paling mesum dan tidak tahu malu. Atau kau memang tidak tahu diri?"

"Zitao, kau sepertinya lupa berbicara dengan siapa."

"Aku cukup sadar untuk mengetahui dengan siapa aku berbicara dan berhadapan, Mr. Wu."

"Berhenti berbicara atau kau akan menyesal mengucapkannya."

"Jika aku tidak berhenti dan mengatakan kau sungguh tidak pantas menjadi seorang Presdir. Apa yang akan kau lakukan?"

"Kubilang berhenti berbicara Tao!"

Zitao diam. Bibirnya terkatup rapat setelah melihat dengan jelas mata Kris yang lebih tajam dari awal mereka bertatapan dan suaranya meninggi. Apa dia tersinggung dengan ucapan Tao. Tanpa sadar Tao menggigit lidahnya. Helaan napas berat Kris dapat ia dengar jelas. Tangan kanan yang sedari tadi memenjarai tubuhnya terlepas dan lunglai disisi tubuh tegap itu.

Tao menunduk tidak berani menatap manik coklat lumer milik Kris yang setajam mata pisau.

"M-maaf," gumam Tao.

Tao memang tidak menyukai perangai pria itu, namun ia di didik untuk sopan santun terhadap orang lain yang lebih tua darinya. Dan Kris sendiri mempunyai kekuasaan ditempat ini. Siapa tahu setelah ini Kris akan memecat Xiumin dan Baekhyun, karena tadi dia sudah menyebutkan nama mereka. Ya, mungkin saja Kris melakukannya untuk membuktikan pada Tao, dengan siapa anak itu berbicara.

"Kau meminta maaf untuk apa?" Kris tentunya tahu anak ini mengatakan untuk apa. Namun biarlah, biar anak ini merasa takut padanya.

"S-semuanya. U-ucapanku yang telah menyinggungmu." bisik Tao.

"Seharusnya kau tidak berbicara seperti tadi." suara Kris menusuk pendengaran Tao. Ia sungguh menjadi bersalah dan takut.

"M-maaf a-aku-"

Ucapan Tao lenyap saat mendengar suara sol sepatu beradu dengan keramik menggema jelas dan hilang bersama pintu toilet yang terbuka lalu tertutup otomatis. Kris keluar dan Tao jauh lebih takut lagi.

Zitao membalikkan tubuhnya hingga dirinya tergambar sempurna di kaca besar.

"Aku membuat neraka." gumamnya lirih.

.

.

.

.

.

.

"Kau berbicara dengan lelaki yang bahkan masih memakai baju seragam sekolahnya seperti itu?" Kyuhyun menggeleng tidak percaya di sofa tamu ruangan Kris. "Wajar jika dia berbicara seperti itu Kris. Jika aku menjadinya, aku pasti akan meninjumu hingga pingsan."

Kris mendesah berat. Ia melepaskan pena hingga berbunyi "tuk" dimeja. "Aku sungguh terhina saat dia mengatakan aku mesum, tidak pantas menjadi pimpinan dan bebal."

"Jika aku menjadinya lagi aku akan mengataimu bajingan, brengsek dan anjing jalanan."

"Hyung!"

"Apa? Kau pikir aku akan membelamu. Dan mengatakan semua yang telah kau lakukan padanya adalah tindakan yang benar dan patut mendapat pembelaan dariku?"

Kris diam. Menjatuhkan punggungnya pada kepala sofa lalu memejamkan matanya sesaat. Menimang apa ucapan Kyuhyun benar. Kalau dipikir-pikir memang sepertinya dia pantas marah, mungkin ia terlalu berlebihan tadi. Kris membuka matanya. Menatap Kyuhyun yang kini mengambil cangkir kopinya dan menyerumput nikmat.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

Lelaki yang menjadi konsultan dadakan untuk Kris itu berdecap-decap merasakan sisa rasa kopi di lidahnya. Ia memainkan cangkir kopi hingga liquid hitam didalam sana bergeriak kecil. Dan menatap intens. "Kenapa kau menanyakan kau harus melakukan apa, padaku? Kau mencintainya?" tanyanya menatap Kris.

Kris kembali diam. Ia juga, kenapa ia bertanya seperti itu. Kenapa juga ia menanggapinya serius. Dia awalnya hanya bermain-main dan mengikuti saran Kyuhyun, kenapa ia jadi menikmatinya dan menseriusinya.

Apa dia mencintainya?

.

.

.

.

.

.

.

.

"Kenapa lama sekali si, Tao? Kau pipis seember?" Xiumin menatap Tao dan meninggalkan layar monitor yang sedari tadi ditatap tanpa berkedip. Adik sepupunya itu berjalan lesu dan duduk di kursi samping Xiumin sangat lemas seperti tanpa tulang.

"Apa kau sulit buang air kecil? Apa kau pipis batu?"

"Ge. Berhenti bercanda."

"Lalu kenapa kau datang-datang lemas. Kau bertemu dengan hantu di toilet, Sadako? Chucky? Annabelle? Leak? Poc-"

"Lebih seram dari itu Ge!"

"Apa? Zombie?"

"Bukan."

"Lalu apa?" Xiumin gemas sendiri.

"Neraka."

Singkat. Padat. Sangking singkat dan padat juga wajah kosong Tao yang seperti menuliskan tidak adanya bercanda disana membuat Xiumin tertawa sumbang.

" .ha. Sejak kapan kau indigo?"

Tao memutar bola matanya mendengar kata-kata Xiumin yang konyol. "Siapa yang indigo?"

Xiumin memincingkan mata. Menusuk-nusuk bahu Tao denga telunjuknya. "Kau. Yang datang, duduk lemas seperti kehilangan setengah nyawa dan tiba-tiba mengatakan telah melihat neraka."

"Neraka yang kumaksud itu adalah manusia. Seorang laki-laki." jelas Tao.

"Jadi kau mengataiku, aku neraka?"

"Ge, bukan kau."

"Lalu siapa namanya?"

Tao menatap Xiumin lalu melirik monitor yang menampilkan sederet tabel dan angka yang ia tidak ketahui itu untuk apa. "Dia-"

"Hai, Tao. Hai, Xiumin." Baekhyun yang tingginya tidak jauh beda dengan Xiumin. Menarik pandangan kakak beradik itu. "Sedang apa?" tanyanya menyender di filling cabinet meja Xiumin.

"Kau yang sedang apa," Xiumin menjawab.

"Jutek sekali." cibir Byun Baekhyun. "Awalnya aku mencari Tuan Goo, tapi orang yang aku cari sedang tidak ada dikursinya. Dan aku ingat aku tidak membawa mobil dan aku ingat mobil temanku punya dua bangku kosong dimobilnya. Jadi Xiumin, nanti pulang bersama ya?"

Xiumin berdecak tiga kali dan Tao tersenyum lucu.

"Ya!"

Baekhyun tersenyum senang. "Terimakasih, Xiumin. Dan sampai jumpa Tao. Bye,"

Baekhyun pergi. Xiumin langsung menjatuhkan tatapannya pada Tao.

"Jadi siapa?"

Lelaki penyuka leopard itu menelisik wajah pria dihadapannya serius. Menghela napas pelan Tao membisikkan nama kramat dengan suara yang teramat lirih. Sampai-sampai Xiumin menaikan satu alisnya, dan mendekatkan wajah ke wajah Tao.

"Kau berbicara apa sih? Aku tidak dengar." ia menggeleng tanda isyarat suaranya yang sama berbisik.

"K-kris." ucap Zitao lebih jelas.

"Oh, Kris.. Aku kira aku." kata Xiumin sambil mengangguk beberapa kali, lalu menjauhkan wajahnya dari Tao dan sibuk kembali dengan pekerjaannya.

"Gege tidak marah?" tanya Tao heran.

"Untuk apa aku marah, kalau yang kau maksud itu bukan aku. Tidak ada gunanya. Membuang-buang waktu." unjarnya melirik Tao sekilas.

Zitao bernapas lega. "Syukurlah, jika Gege tidak marah. Aku kira Gege akan memarahiku setelah aku mengatai Kris bebal dan tidak pantas menjadi Presdir."

Xiumin mengangguk menyetujuinya, tapi hanya dua kali setelah ia menangkap perkataan Tao yang sedikit janggal. "Tidak pantas menjadi Presdir?" ulangnya.

"Ya. Dia terlalu bodoh atau beruntung menjadi pimpinan."

"Tao, sebenarnya siapa orang yang kau maksud?" wajah tegang Xiumin menatap Tao. Ia merasa perasaan yang tidak enak sekarang.

"K-kris,"

"Kris?" kepalanya sedikit miring menatap lekat-lekat Tao. Saat Tao menggerakan kepalanya isyarat "iya" Xiumin menahan napasnya. "Mr. Wu?" Tao mengiyakan kembali.

Benar-benar tidak baik.

"Apa yang telah kau lakukan padanya!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Huang Zi Tao telah menceritakan semuanya tentang kronologi kejadiannya bertemu dengan Kris di klabing dan bertemu lagi dengan pria yang ternyata memiliki darah keturunan Canada itu di toilet. Tao menceritakan secara terperinci, tanpa sensor walau pada bagian Kris yang berani-beraninya meraba-raba tubuhnya pada saat ia masih belum mengerti tentang seks bahkan hubungan sesama jenis. Tao menceritakan pada Xiumin secara gamblang dan transparant. Dan ceritanya habis sampai ia menyinggung si Kris dengan mengatainya dan laki-laki itu marah.

Dan Xiumin juga marah.

Bahkan sepertinya Xiumin tidak marah pada Kris yang telah lancang berbuat asusila padanya. Lelaki berwajah bulat itu selalu mencerca Tao dengan pertanyaan yang selalu diawali dengan kata "kenapa" dan saat Tao menjawab pertanyaan kakak sepupunya itu Xiumin kembali mengucapkan "kenapa." ya.. "kenapa kau begitu."

Terus seperti itu sampai pertanyaan yang ada diotaknya habis. Dan Xiumin menggeretnya kedepan pintu yang besar dan terdapat papan petunjuk yang membuat Tao takut setengah mati.

Xiumin bilang ia harus meminta maaf agar dirinya tidak di pecat. Agar ia bisa melunasi apartement yang menunggak dan melunasi semua total cicilan yang tercetak rapi disurat di laci kamarnya. Jika Tao tidak mau, maka pria panda itu harus menanggung semua dan membayar semua tunjangan hidup Xiumin sampai menikah. Tao tentu tidak mau menanggung kehidupan Xiumin, kalau kenyataannya ia masih bergantung pada orang lain. Jadi Tao terpaksa melakukan ini semua.

"Kau masuk dan minta maaf dan penyesalan sebesar-besarnya pada Mr. Wu dan bilang padanya bahwa ia sungguh baik, bijaksana, adil, dan berkompeten memimpin perusahannya hingga sesukses ini. Tidak lupa kau harus memasang wajah semelas mungkin hingga dapat menarik simpati dan rasa iba, Mr. Wu, kau mengerti Huang Zi Tao?"

Tao mengangguk.

"Jika ia meminta lebih. Kau harus memberinya." mata Tao melebar. Ingin menyela tapi Xiumin terlebih dahulu melanjukan. "Kau harus ingat betapa kayanya dia, bahkan kau bisa membeli seluruh koleksi Gucci keluaran terbaru. Bahkan mungkin ia akan mengangkatku sebagai wakil Direktur." gumam Xiumin saat mengenai dirinya. "Kau tidak perlu bersusah payah mencari uang kalau Mr. Wu menjadi pacarmu. Ia bisa dijadikan mesin Atm berjalan. Jadi Tao kau harus memikirkan ini baik-baik, kau akan bahagia bersamanya. Hartanya mungkin tidak akan habis-habis sampai tujuh turunan. Kudengar dia mempuyai beberapa real estate di Korea dan China dengan tanah yang berhektar-hektar. Kau bisa bayangkan Tao jika kau benar-benar menjadi Mr(s). Wu. Kau akan menjadi pangeran. Kau mendengarkan dengan baikkan Tao?"

Tao mengangguk kembali. Bohong jika ia menangkap semua ucap Xiumin yang panjangnya menandingi tembok China.

"Jadi masuk dan lakukan apa yang telah aku ajarkan. Jangan buat aku kecewa dengan surat pemecatan, oke!"

Tao mengangguk lagi. Tidak ada gerakan kepala selain menaik turunkan jika tidak mau mendapat cubitan super pedas milik Xiumin. Laki-laki yang ternyata matrealistis itu membuka pintu untuk Tao. Dan liciknya pria ia menyembunyikan diri dibalik tembok. Yang seakan-akan pintu terbuka sendirinya setelah mendapat persetujuan masuk dari siempunya ruangan.

Tao melirik Xiumin sebelum menjejalkan kakinya pada keramik yang sepertinya sangat dingin walau ia memakai sepatu dengan sol tebal. Xiumin yang ditatap seperti itu menaikkan kedua alisnya dan menggerakan tanyanya seakan berbicara Tao harus masuk secepatnya.

Tao menggigit bibir dalamnya dan masuk membawa perasaan yang campur aduk. Takut, malu, marah, tidak terima dan masih banyak lagi. Semua perasaan yang membuat Tao hampir menangis. Ditambah pandangan mata pisau dari Mr. Wu atau Kris itu yang terus menguntit setiap gerakkan tubuhnya sampai dihadapannya.

Tao menunduk takut dan memainkan jari dibawah perutnya. Ia harus meminta maaf, tapi ia tidak mempunyai keberanian sebesar itu, menatap mata yang seolah siap menusuknya saja ia takut. Apalagi berbicara. Selain itu ia pikir itu sama saja menjatuhkan harga dirinya. Ego Tao terlalu kuat.

Jadi beberapa detik terlewat, sampai tak sadar mereka telah menghabiskan beberapa menit saling diam dan sibuk sendiri. Tao takut. Dan Kris yang menatap yang Tao ketakutan.

Kris berdeham keras, memecahkan atmosfer keheningan diruanganya. "Kau kenapa datang kemari Huang Zi Tao."

Tao mendengar namanya di lafalkan begitu lancar. Tapi entah kenapa ini semakin membuat ia takut. Dan memilih tetap diam sambil memainkan jarinya lebih cepat.

Kris menghembuskan napasnya dan menyenderkan punggung seraya memundurkan kursi setelah itu ia bangkit. Merapihkan jasnya kemudian mulai berjalan mendekati Tao.

Ketukan tapal sepatu Kris. Tao menggigit bibirnya keras. Kenapa pria ini selalu dapat membuat ia merasa ketakukan dan memilih untuk menyerah. Aura yang dikeluarkan Kris sangat mengancam baginya.

Dagunya terangkat bersamaan dengan suara yang berat menggelitiki gendang telinganya. "Kau pasti diajarkan tentang ini. Jika ada orang yang bertanya kau harus menatap matanya dan menjawabnya dengan tegas dan lugas." kata Kris tepat diwajah Tao dan tangannya tidak lepas dari dagu pria panda itu.

"Aku bertanya padamu, Zitao. Kenapa kau masuk keruanganku? Kau menyesali ucapanmu? Dan berniat untuk meminta maaf?" bisik Kris. Terlalu dekat, Tao bahkan dapat mencium bau mint dari mulut Kris.

Tao mengangguk pelan. Ia membuka matanya kecil. Karena keberaniannya hanya itu. Ucapan Xiumin mukin sangat mudah bagi Tao. Ya, sangat mudah jika di dengarkan tapi sulit untuk diterapkan, apalagi dengan orang seperti Kris. Belum ada tiga hari Tao mengenalnya dan pria itu sudah cukup membuat Tao tahu tipikal seperti apa.

"Jadi katakan penyesalanmu sekarang." Kris melepaskan dagunya dan memundurkan diri sampai tubuh tinggi itu menyandar di meja satu biro dengan kedua tangan meyilang begitu juga dengan kakinya.

Tanpa sadar Tao menelan ludahnya. Tenggorokannya kering, padahal seingatnya ia sudah menghabiskan setengah botol air mineral dan ruangan ini memiliki pendingin. Tapi ia merasa kekeringan ditenggorokannya.

Tao membuka mulut. "A-aku." suaranya terdengar serak. Ia menarik napas dalam. "A-ku minta maaf. Sungguh meminta maaf dan menyesal telah berkata seperti tadi, Mr. Wu."

Kris menarik alisnya keatas. "Berkata seperti apa, Huang?"

Dada Tao sesak sangking takut. "M-mengatakan Anda bebal dan tidak pantas menjadi Presdir."

Kris tersenyum dan Tao melihat senyuman itu seperti melihat Joker yang menemukan sekarung dolar. "Lalu?"

Tao melirik lirih Kris. "A-aku meminta maaf darimu. Dan tolong jangan pecat kakak ku."

Kris hampir tertawa. "Siapa yang akan memecat kakakmu? Aku sangat proposional dalam bekerja, Huang."

"Jadi Anda memaafkan aku?" Tao tetap memainkan jarinya.

Kris menatap Tao sambil kembali mendekati anak laki-laki itu. "Ada satu kata yang belum kau pintai maaf dariku." ucapnya berada dihadapan Tao. Sama dekatnya seperti tadi.

Tao diam, mungkin memikirkan ucapan Kris yang belum ia tangkap.

"Ada satu satu yang terlewat, Zitao."

Apa? Ia tidak mengingatnya.

Napas Kris dapat ia rasakan dipermukaan wajahnya. Itu sama sekali tidak membantu, karena ia tidak bisa mengingat lagi.

"Kau ingat?"

Tao tidak dapat mengiantnya. Ia menggeleng. "Tidak." akunya.

"Kau mengatiku. Mesum."

Oh. Ya, Tao ingat.

"Maaf juga untuk perkataanku itu Mr."

"Bagaimana aku bisa memaafkanmu." Kris bersuara tapi tak terdengar seperti pertanyaan.

"Mohon maafkan aku." Suara Tao amat memelas dan terdengat lucu.

"Bagaimana kau dapat mengataiku mesum?"

Tao diam. Sebenarnya bisa saja ia mengatakan kekurangajaran Kris padanya. Bisa saja kalau ia tidak sedang dalam keadaan seperti ini.

"Katakan, jangat takut."

Ia diam sejenak. Menarik napas dan mengeluarkan pelan-pelan. "Perlakuanmu padaku yang ..." ucapannya menggantung. Tao bingung harus melengkapinya dengan kata apa supaya terdengar lebih sopan atau halus.

"Yang..?"

"..."

"Yang mesum?"

Tao mengangguk kecil takut. Kris ada di hadapannya hanya terpaut jarak lima jari. Siapa tahu pria itu akan tersinggung dan memberi hadiah bogem mentah padanya.

"Memang apa yang telah aku lakukan padamu, hingga kau berpikir seperti itu."

Hati Tao rasanya mau pecah. Jelas-jelas pria itu tahu perbuatan asusila padanya, kenapa mesti menanyainya lagi. Dia mau melihat wajah Tao meledak sangking malu dan marah.

"K-kau pasti tahu, Mr."

"Aku lupa. Mau mengingatiku?"

Bibirnya gigit keras-keras. Tao tidak khawatir akan berdarah. Atau sadar bahwa orang yang sedari tadi dihadapan menatap intens bibir kucingnya.

"Kau-kau me-meraba-raba tubuh ku." wajah Tao memerah padam.

"Apa yang aku raba? Bagian tubuh yang mana?"

Tao tak sanggup mengatakannya. "B-barang berhargaku."

Mulut Kris terbuka membuat pola o kecil. "Karena itu kau mengataiku mesum?'

Zitao mengiakan.

"Kau harusnya tahu bahwa aku tidak mesum yang seperti kau pikirkan." Jeda untuk Kris. "Mungkin lebih dari itu."

Kris menarik dagu Tao hingga wajah mereka begitu dekat. Tao menutup mata erat-erat ia tidak berani menatap Kris sejelas ini. Terpaan napas hangat Kris dirasakan di pori-pori halus kulit wajahnya. Dan lama-lama napas hangat milik Kris hilang dan digantikan sesuatu yang lembut dibibir Tao, kenyal.

Dan setelah itu ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kris telah menciumnya. Bahkan lebih dari itu. Lelaki itu melumat bibir Tao seperti permen hingga decap decakkan bibir mereka terdengar sensual dan erotis. Ia tidak dapat melakukan apapun selain diam. Bahkan sampai ia tidak sadar bahw ia telah membuka mulutnya memberi peluang lidah Kris memasuki mulut dan membalas setiap gelutan Kris.

Tao tidak menyangka bahwa berciuman dengan dia. Kris. Seseorang yang sama jenis kelamin sepertinya akan sebegitu menggairahkan. Bagaimana untuk menggambarkannya. Tao bahkan bisa merasakan aura pengusa yang kental dalam setiap gerakan Kris. Baik jika pria itu sedang diam dalam posisi dinginnya atau pada saat ini. Menggerakan lidahnya gila-gilaan didalam mulut Tao. Rahang Tao terasa nyeri dengan lidah yang keluh. Namun ia tidak bisa menghentikan Kris, karena Tao yakin pria ini tidak dapat dihentikan.

Tangannya dlterkepal meremas jas mahal Kris. Ia mendorong Kris, butuh napas dan butuh perenggangan di are mulutnya. Laki-laki dengan marga Wu itu akhirnya melepaskan setiap pangutannya.

Kris bisa melihat wajah merah padam Tao yang menyerupai tomat segar. Terutama mata tajamnya tak lepas dari bibir yang nyaris bengkak. Tapi Kris sama sekali tidak merasa kasihan sekalipun. Bahkan saat anak laki-laki itu menghirup napas banyak-banyak Kris sama sekali tidak merasa iba. Karena menurut Kris, itu sangat seksi.

"Itu bahkan belum cukup menggambarkan ku, Tao."

Orang yang diajak berbicara terdiam. Tao terlalu sibuk dengan kapasitas udara yang ia hirup. Lelaki itu hampir saja membuat ia mati konyol.

Kris membuka dasi dan jasnya bergantian, tidak lupa ia membuka kancing lengan kemejanya dan menggulung sampai kesiku. Secara cepat ia merengkuh pinggang Tao dan membawa tubuh yang ternyata begitu pas dipelukannya. Tao tersentak ia memberontak, tapi tidak memberi efek yang baik karena tubuh mereka makin dekat bahkan menyatu.

"Aku sebenarnya kurang begitu suka bermain dengan anak kecil, sepertimu. Tapi semenjak awal pertemuan kita kau telah berhasil membuatku penasaran. Penasaran hingga kedalam-dalam." kata Kris begitu ambigu. "Tapi kurasa penasaranku akan terjawab. Jadi Tao sebagai anak baik, kau harus diam dan patuh. Mungkin aku akan berubah pikiran dan segera membawa surat pemecatan secara sepihak pada kakakmu."

Tao menggeleng, wajahnya takut. Ia tidak bisa membayangkan ia akan diperkosa dengan seorang seperti Kris. Tapi ia tidak mau juga melihat amukan Xiumin. Tao bingung. Dan sialnya Kris selalu tahu kelemahannya.

"Kau mau kakakmu aku depak sekarang?"

Tao menggeleng, ia harus segera memilih. Menelan ludah seperti menelan batu, itu yang dirasakan Tao saat itu. "J-jangan pecat kakaku."

"Jadi?"

Kenapa Kris suka menggodanya.

"Aku akan melakukannya." bisik Tao lirih.

Senyum kemenangan tercetak diwajah Kris. "Aku tidak suka memaksa. Tapi, kau sendiri yang membuat aku harus memaksamu." Kris mencium pipi Tao lembut. "Kau benar-benar anak yang manis, Babe."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pendingin ruangan Kris seperti tidak beguna. Sama sekali tidak menyejukkan dua orang manusia yang kini tengah merenggup kenikmatan dari pasangan, membuat tubuh mereka dibanjiri peluh disekujur tubuh. Yang bisa Tao tangkap, dirinya sudah telanjang, duduk dipangkuan Kris yang keadaannya masih berbaju lengkap.

Bangku besar tanda kekuasaan Kris menjadi tempat mereka berpangku-pangku. Tao yang naked duduk dipangkuan Kris dengan menghadap kearah pria itu. Bibir Kris sibuk di tulang selangka Tao, memberi banyak bercak yang dijamin beberapa haripun tak akan hilang. Tangan Tao sibuk meremasi rambut pirang Kris, bahkan kakinya tanpa sadar mengalung dipinggang Kris.

"Stt.. Kr-kriss.."

"Oh.. Ahh,, Kriss,"

"Hm?"

Wajah Kris menjauh leher Tao, ia menatap laki-laki manis itu dan mencium kedua pipinya berkali-kali, gemas. "Kau sungguh menggoda, Babe.."

Zitao berusaha menjauhkan wajahnya dari Kris, ia merasa kegelian. Namun tangan besar Kris menangkup kedua belah sisi mukanya hingga ia hanya bisa menatap Kris. "Jangan banyak bergerak, oke. Kau tahu kau sedang duduk di atas apa? Jangan buat proses ini semakin cepat."

Kris dapat melihat wajah Tao yang begitu lucu. Merona. Mungkin karena perkataannya. Bibir tebalnya dituntun kembali ke bibir Tao. Ia kembali menyesap, dan bermain peduli pada bibir Tao yang sudah bengkak karena habis ia gigiti, karena dimata Kris. Tao akan selalu sama. Ia sempurna.

"Hmm.." Tao tidak bisa menahan semua ini. Satu tangan Kris yang seharusnya menjadi sandaran punggungnya kini telah merayap dan berkerja di kesejatiannya.

Meremas. Menarik-narik, sampai mengocok dari perlahan hingga makin cepat. Tao melepas ciuman mereka, membuat tali saliva yang panjang dan mendesah gila-gilaan.

"Oh.. Ahh.. Kris, Kris.. Ohh,, faster Kris!"

Kris menyeringai. Ia tenggelamkan lagi kepalanya diperpotongan leher Tao, berkerja kembali seperti tadi. Membiarkan Tao merusak tatanan rambutnya dan menikmati tangannya yang berkerja lincah.

Kalau dilihat-lihat mereka seperti Koala. Induk yang meringkuh anaknya. Tapi Kris bukan induk ia pria sejati, dan Tao memang Baby-nya. Kris mempercepat gerakan tangannya dan menambah kekuatan menghisap kulit Tao hingga lebih merah nyaris biru.

"Kris.. Ohh,, aku mau,,,"

"Stt.. Keluarkan saja, Baby.."

"Kris! Ahh.. Kris!"

Tao keluar. Dua kali semburan dan anak itu langsung terkulai lemah di dada Kris. Membiarkan spermanya yang telah mengotori kemeja Kris. Deru napasnya tak beraturan. Bahunya naik turun sanhking lelahnya mungkin. Namun Kris tidak mungkin membiarkan ini berakhir, karena ini belum mencapai target yang diinginkanya.

Lalu ia mendorong bahu Tao setelah merasa dia telah cukup stabil. Membawa anak itu turun dari pangkuannya dan mendudukan Tao dilantai, mengangkangi anak itu hingga dia berhadapan dengan gundukan besar dibawah kain celana Kris yang masih tertutup rapi.

Kris mengusap helai hitam rambut Tao lembut, sampai kerahangnya hingga Tao mendoak menatap Kris, dengan tatapan bertanya. "Kenapa?"

Kris tersenyum masih mengusap rahang bawah Tao lembut seperti mengusap seekor kucing. "Kau pasti tahu blow job. Dan bukannya tadi kau bilang kau ahli menggunakan pedang dan tongkat. Jadi tunjukan padaku."

Tao mengerjap. Tentu ia tahu apa itu blow job, Kai teman sekelasnya yang duduk dibelakang bangkunya, ia sering berbicara mengenai seks dengan Sehun. Tao tidak ikut dalam pembicaraan, namun sesekali ia menguping. Dan blow job salah satu kata yang pada waktu paling dapat ia dengar begitu jelas. Memaikan atau menggunakan tangan dan mulutmu pada penis, atau vagina dalam kasus yang berbeda.

Pastinya jika hanya melihat seperti ini Tao bisa membayangkan betapa besar dan panjangnha milik Kris. Dan bodohnya si bebal ini menyamai penisnya sendiri dengan tongkat dan pedang. Tao gugup, ia tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Kris merasakan apa yang Tao rasa, memilih menuntun kedua tangan anak itu diatas celananya yang menggembung tinggi. "Kau yang harus membukanya." katanya tegas.

Tao menelan ludahnya. Memulai membuka kepala gesper Kris, lalu kancing celananya dan dilanjutkan menurunkan kepala resleting itu perlahan. Boxer yang digunakan Kris terlihat, hitam tanpa corak dan sangat cocok untuk kulit Kris. Saat Tao ingin menjatuhkan seutuhnya celana Kris, tangan besar si pemilik mencegalnya.

Tao mendongak menatap Kris.

"Jangan buka semuanya. Aku tidak mau telanjang di kantorku."

Dan membiarkan Tao telanjang. Bijak sekali.

Tapi Tao tidak memilih untuk berkomentar, ia diam dan mengangguk patuh. Kedua tangannya berada disisi karet boxer Kris dan menurukan secara perlahan kembali. Penis Kris mengacung begitu tegap, hingga membuat Tao tanpa sadar menelan ludahnya sendiri. Mungkin tingginya menyamai telapak tangannya jika direntangkan. Dan itu sungguh gemuk. Ini membuat ia jadi sungkan, mungki juga takut.

"Tao," panggil Kris.

Zitao mendongak. Kris tersenyum dan menuntun kembali tangannya kebatang besar itu. Menaik turunkan dan mengocok, seperti mengajarkan Tao. Pemuda yang menjadi patner Kris itu menatap setiap gerakanya tangannya. Tao bisa merasakan urat penis Kris dengan jelas, juga mendengar desisan halus dibibir Kris.

Setelah terbiasa Kris melepaskan tangannya dan membiarkan Tao berkerja pada penisnya sendiri. Tao menggerakan sesuai yang Kris ajarkan. Ia bahkan menekan dan meremas batanga Kris yang keras. Menyaksikan tangan kecilnya yang tak mampu menutupi semua penis Kris, ia harus menggukan kedua tangannya.

Kris mendesah, ia meremas tangan kursi kerjanya sampai buku jarinya memutih sangking nikmatnya. "Akhh!" desahan besarnya lolos. Saat ia merasakan sensasi baru pada kesejatiannya.

Tao baru saja menjilat penisnya. Pria itu sudah berani, bahkan sampai mengulum penis Kris sampai keujung tenggorokkannya, memainkan lidah dan giginya. Tao resus melakukan itu, mempercepat gerakannya sampai merasakan penis Kris membesar didalam mulutnya.

"Ohh, Tao.. Ahh.. akhh.."

"Akhh!"

Tao tidak siap menampung semua sperma Kris yang begitu banyak. Pria itu menumpahkan spermanya didalam mulut Tao sangat banyak hingga tumpah dan membuat Tao tersedak.

Tidak menunggu waktu lama, Kris segera menarik tubuh Tao bangkit dan meletakkan tubuhnya disisi meja kerjanya dengan posisi yang menungging. Membuat beberapa berkas dan dokumen jatuh berantakan, Kris tidak peduli. Ia menyiapkan tiga jarinya dan memasukan kedalam lubang Tao.

Tao berteriak, rasa perih dan panas dirasakannya kala benda asing itu membobol lubangnya tanpa persetujuan. Ia menggit bibir bawahnya kecang, matanya berair sangking perihnya. Kris memasukkan apa kedalam tubuhnya sih.

Kris menggerakan jarinya lebih cepat. Tao mulai merasa nyaman dan merakan hal yang berbeda dari yang awal. Ia mendesah, tapi hanya sesaat karena setelah itu dirinya merasa kosong. Kris mencabut jarinya.

Tao mendesah kecewa, namun beberapa detik kemudian suatu benda yang lebih besar memasukinya hingga ia tidak tahan untuk menangis. Kris mendesah nikmat. Penisnya telah sempurna tertanam dilubang Tao yang begitu sempit. Dindingnya menjepit penis Kris seperti memijat-mijat. Bahkan ia tidak sadar membuat Tao menangis.

Kris menggerakan pinggulnya, membuat suara tamparan antara atas pahanya dengan bokong Tao yang terdengar sangat seksi. Tao mencengkram tepi meja erat, rasa perih yang ia rasa kini bercampur dengan rasa yang mendominan nikmat. Walau rasanya panas dilubangnya, Tao mendesah saling besahut dengan Kris.

"Akhh.. Ahh,, hh,, Kris.. Kris.."

"Ohh.. Kau begitu sempit, Babe."

"Kri-kriss.. Ohh.. Ahh.."

"Kau sexy, Sayang.."

"Kris aku-aku ..."

"Keluarkan bersama-sama, Babe."

Crootttt!

Mereka berdua memburu napas. Kris langsung duduk dikursinya dan Tao kembali duduk dipanhkuannya lagi. Kris mengusap sayang rambut hitam Tao yang basah. Ia letakkan kepala itu dibahunya. Mengusap-usap layaknya seorang meniduri anaknya.

"Kapan kau lulus Tao?" Kris besuara.

Tao bergumam tapi Kris tidak jelas mendengarnya.

"Apa?"

"Beberapa bulan lagi." kata Tao.

"Nanti kau ku antar pulang, sekalian aku ingin bertemu orangtua mu."

"Orangtuaku di China." jawab Tao.

"Kau tinggal dengan siapa di sini?"

"Xiumin Ge,"

Kris mengeryit. "Yang bekerja di sini?"

Tao mengangguk dipelukan Kris.

"Nanti kau pindah, tinggal bersamaku saja nanti kubilang orangtua mu." katanya seenaknya.

"Aku tidak- akhh!"

Sial.

Kris memasukan kembali penisnya, dan mendorong-dorong pinggulnya. Ia berbisik pada Tao. "Aku sama sekali tidak menerima bentuk penolakan, Sayang."

Ya. Kris sama sekali tidak menerima penolakan apapun. Ia dan Tao bahkan melakukan tebih dari tiga ronde. Diberbagai tempat, sofa, belakang pintu, lantai, dan kembali kekursi besarnya dengan Tao terlelap sangking lelahnya.

Dengan demikian. Tao adalah milik Kris. Pertemuan mereka memang sangat singkat dan bahkan kesan yang tidak begitu baik. Tapi mau dikata apa, Kris mencintai Tao, dan menginginkan anak itu ada disekitarnya. Dan Tao, Kris tidak tahu perasaan anak itu padanya tapi biarlah biar hubungan ini berkembang seiring waktu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Xiumin membanting handphone lamanya diatas meja Baekhyun dan tersenyum bahagia. Temannya menatap Xiumin aneh. Ia mengambil ponsel Xiumin yang dibanting dan menelisiknya. Masih bagus.

"Kau mau membuangnya? Kau cukup kaya untuk membeli handphone baru?" tanya Baekhyun.

Xiumin tersenyum lebar. "Ya. Karena aku akan segera mendapatkan promosi dan naik jabatan menjadi wakil direktur." katanya penuh percaya diri.

Baekhyun tertawa. "Jangan terlalu lama berjemur dibawah matahari Xiumin, kurasa otakmu mengkerut."

"Baekhyun. Baekhyun. Temanku, ada saatnya kau tidak dapat mengetahui sumber kebahagianku. Tao adalah sumber kebahagianku sekarang." Senyum lebarnya tak pernah luntur.

"Tao apanya?"

"Dia..."

"Ya... Kenapa Tao?"

"Telah menjadi milik Mr. Wu."

Baekhyun menatap Xiumin makin aneh, apalagi pria itu tertawa-tawa tidak jelas. Baekhyun segera mendial salah satu nomer telepon di kontak Xiumin dan menempelkan ponsel itu di telinganya.

"Hello Chen. Kurasa kau harus segera menikahkan Xiumin, sebelum temanku tambah gila!"

.

.

.

.

. END.

Berakhir dengan gajenya. Terimakasih banyak untuk kalian semua yang ngga bisa disebutin karena kepentok waktu dan males. Makasih juga yang udah ingetin buat update nih ff gaje.. Typo pasti bertebaran kaya sampah. Jadi mohon maaf. Dan makasih banyak sekali lagi. :"*