Tahun 2132.

Tahun dimana negara terkuat diseluruh dunia tak kuat lagi menuntaskan hasil perkerjaannya sendiri. Akibat kearoganan tersebut, Amerika diserang oleh hasil karyanya sendiri.

Yaitu.. Para mutan.

Dan dari 50 distrik yang ada di negara tersebut hanya tersisa 12 distrik yang masih aman ditempati oleh manusia. Shelter, begitu mereka mengatakan tempat tinggalnya. Sisanya, para mutan yang telah menguasai wilayah mereka.

Tak kuat lagi mengatasi kebodohannya sendiri—Amerika meminta bantuan dari seluruh dunia dengan iming-iming uang yang begitu banyak untuk para pemenang dan negara asal mereka. Dan setiap negara pun berlomba-lomba mengirimkan relawan untuk menolong Amerika.

Dengan banyaknya para relawan, Amerika pun membentuk kelompok-kelompok dari relawan yang datang dan segera mengirimkan ke distrik-distrik dimana para mutan berkuasa.

Dari banyaknya relawan yang dikirimkan, tak satupun yang kembali. Duka menimpa para keluarga relawan yang ditinggal pergi. Namun berkat para relawan yang telah gugur tersebut, dua distrik yang dulunya dikuasai para mutan—kini telah kembali kepada Amerika.

Menghindari kematian besar seperti yang sebelumnya, kali ini Amerika meminta 'khusus' siapa saja yang bisa menjadi relawan dan bisa menghabisi para mutan itu.

.

.

Shelter 1.03

Pemuda berpakaian putih itu memandang sebuah hologram yang muncul dari jam dinding yang ada didalam kamarnya yang juga berwarna putih. Hologram itu menunjukkan sebuah tempat yang indah, dengan tawa, senyuman, rasa yang membuat dadanya hangat. Lalu semuanya berganti dengan sebuah tulisan.

Hari ini adalah hari mu yang terbaik. Dan esok adalah hari terbaikmu yang pernah ada.

Pemuda berambut pirang itu memandang datar ke hologram yang telah hilang tersebut. Setiap hari diberikan kata-kata yang sama untuk memulai hari—ia merasa jenuh.

Beranjak dari ranjangnya ia mengabaikan sarapan yang otomatis tersaji diatas meja yang ada disamping ranjangnya.

Ia tidak lapar. Sejak dulu ia tidak merasakan lapar. Yang ia tau makan adalah salah satu kegiatannya. Dan setelah itu ia akan dibawa kesebuah tempat luas dengan orang-orang yang tak ia kenal. Walau ia sering bertemu mereka dan bahkan menghafal wajah-wajah mereka—ia tidak bisa berkomunikasi dengan salah satu dari mereka. Ia hanya bisa berkomunikasi dengan pria-pria berjas hitam atau seseorang berkaca mata dengan sebuah suntikan ditangannya.

Dan saat sebelum ia membuka pintu—pintu itu terjeblak terbuka dengan sendirinya bersama orang-orang berjas hitam yang lebih tinggi darinya berada didepan pintu kamarnya.

"Human 1010."

Pemuda pirang itu mendongak memandangnya, "Ada apa?"

Mengangguk, si pirang membiarkan dirinya dibawa oleh orang-orang tersebut.

Mungkin ini gilirannya, sama seperti beberapa orang yang pernah ia lihat dibawah oleh mereka dan tak kembali lagi.

Ya.. Ia dan lainnya diciptakan untuk menjadi pengganti tubuh pemilik mereka yang sebenarnya.

Apa yang kau harapkan dari manusia kloning, hm?

Tidak ada. Kecuali kau mengharapkan kulit, mata, jantung, hati dan yang lainnya yang sangat kau butuhkan dari mereka.

Menutup mata saat tubuhnya dibawah turun oleh lift bersama orang-orang itu—Naruto menghela nafas.

Ini adalah hari terakhir 'terbaik'nya.

.

#

.

District 13

© Ryuuki Ukara

Naruto © Masashi Kishimoto

Rate: M

Warning: Yaoi/BL, AU, Sci-fi, Psikopat, Death Chara, Mutan, Typo(s), Bahasa sesuka hati Author dan lainnya..

.

#

.

Human 1010, atau yang baru saja diberi nama oleh pria berjas putih dengan kacamata bulat norak—bernama Naruto—duduk disebuah mobil truk besar yang tengah berjalan menuju tujuan yang tak ia ketahui akan dibawa kemana ia.

Dihadapan Naruto, terdapat 5 pria yang tengah duduk diam dengan raut wajah datar—yang salah satu diantaranya diikat dan matanya ditutup. Naruto mengernyit, ingin bicara "Kenapa dia?" tapi tak bisa. Ia yang dilatih berbicara dengan orang-orang tertentu saja, tak bisa berbicara seenaknya.

Tiga orang disamping kanannya terdapat wanita yang saling menunduk, tubuh mereka bergetar ketakutan sepertinya dan satu orang disamping Naruto terdapat laki-laki dengan raut wajah malasnya bersender lalu tertidur dengan sendrinya karna bosan.

Diam selama perjalan cukup lama, mata birunya terus tertuju kepada pemuda yang diikat datn matanya ditutup tersebut. Pemuda itu tidak berbicara sepatah katapun walau mulutnya tidak di lakban atau disumpal. Dipikirannya banyak pertanyaan yang ingin diucapkan, tapi mengingat siapa dirinya dan untuk apa dirinya diciptakan—ia memilih diam.

Mobil berhenti, suara rem angin dari mobil truk besar itu membuat seluruhnya menoleh ke satu-satunya pintu keluar.

Dan tak lama jalan keluar mereka terbuka—menampakkan personil-personil berpakaian lengkap dan bersenjata menyambut mereka diluar.

Berbaris rapi dan turun satu persatu, Naruto berada diurutan keempat dari pria berambut merah berwajah marah dipaling depan. Sedangkan pemuda yang diikat itu digendong seperti barang oleh pria jangkung berkuncir lemas. Naruto dan pria itu sempat bertatapan, tapi Naruto segera mengalihkan pandangannya. Merasa tatapan pria itu membuatnya..takut.

"Oi! Pirang! Cepat turun!" mendengar kalau ia yang dipanggil, Naruto pun turun dari truk itu dan langsung menatap kesebuah bangunan tua dan gedung tua tak terpakai.

"Ki-Kita dimana?" gadis berambut hitam panjang itu beringsung ke gadis pirang panjang, ia begitu ketakutan.

"Oi, petugas!" si pinky yang menjadi pusat perhatian saat ini—memandang petugas yang merasa terpanggil olehnya. "Kami ada dimana?"

"Distrik 13. Kalian akan bertugas disini."

"Bertugas?" beo Naruto, ia langsung memandang pria berambut merah yang mendecih meremehkan padanya.

"Jangan bilang kau tak tau gunanya kau ada disini, pirang!"

"Aku memang tidak tau."

Seluruh mata memandang heran padanya.

"Baiklah. Kalian segera lakukan tugas kalian!"

Pria jangkung yang membawa pemuda yang diikat—berjalan lebih dahulu, meninggalkan mereka lalu akhirnya mengikuti si pria jangkung itu menurut insting.

xXXXx

Tiga gadis itu duduk menyudut dari pria-pria yang berwjah garang—kecuali si pirang yang berwajah bodoh dan tak tau apa-apa didepan sana.

Mereka berteduh disebuah gedung tak terpakai, diluar keadaan tengah hujan besar dengan petir yang menyambar dimana-mana. Membuat ketiga gadis ini harus bersama untuk menghilangkan ketakutan satu sama lain.

Ketujuh pria yang duduk agak berdekatan itu pun saling pandang akhirnya membuka suara.

"Jadi kalian dari tahanan mana?" si merah yang bertanya duluan, pemuda jabrig dengan tato segitiganya mengernyit heran.

"Aku bukan tahanan." Sahutnya.

"Aku juga." Lanjut si kuncir nanas.

"Sama." Pria berambut coklat acak-acakan mengangkat tangannya.

Melirik kedua pria yang duduk berdampingan dengan sang pemuda yang masih diikat—si merah mengangkat bahu. Kedua orang itu tak usah ditanya, beritanya sudah mendunia.

"Kalau kau, pirang?" tunjuknya pada Naruto.

Naruto berkedip heran, ia pun segera menggeleng, merasa kalau dirinya bukanlah orang jahat.

"Nah, bagaimana kalau kita berkenalan?" usul si jabrig, "Aku Kiba. Aku dari Shelter 81.04."

"Kankurou. Dari shelter 49.01."

"Shikamaru. 81.14."

"Kyuubi 07.01."

Kiba memandang kearah si pirang, "Namamu?"

Diam.. Naruto berusaha ingin mengatakannya, tapi bibirnya terkunci rapat.

"Oi, cepat katakan!"

"Na—Naruto." Dan akhirnya ia bisa mengatakannya juga.

"Hei! Gadis-gadis! Nama kalian siapa?" Kiba tersenyum lebar, apalagi kepada gadis pemalu yang kini beringsut dibalik tubuh si pirang.

"Ino."

"Sakura."

"Hi—Hinata."

Mendengar nama dari si pemalu, Kiba tersenyum lebar.

"Baiklah! Mohon kerja samanya!" seru si jabrig.

"Jangan mengharapkan kerja sama, Kiba." Si merah melirik duo yang tengah memandang kearah mereka, "Lebih baik melindungi diri sendiri."

"Tapi bukankah kita disuruh berkerja sama untuk menuntaskan para mutan disini?"

"Kau ingin mati dimutilasi dengan orang gila satu itu?" si merah menunjuk pria yang diikat tersebut, matanya menatap jijik. "Aku sudah merelakan hukuman mati ku untuk mati disini, dan aku tidak mau menjadi daging potong oleh orang gila itu!"

"Tapi kita tetap harus berkerja sama. Apapun caranya." Kankurou memandang Kyuubi.

"Che."

"Baiklah. Untuk tugas kali ini kita harus mencari senjata." Usul Kankurou, si merah menatapnya nyalang.

"Siapa yang menunjukmu menjadi ketua, hah?"

"Aku tidak ditunjuk siapapun, Kurama." Kyuubi membelalak menatap Kankurou, "Well.. Jika kau tidak tau, aku adalah seorang inspektur polisi di Jerman." Kyuubi menggertakkan gigi, "Terima kasih sudah menghancurkan gedung perusahaan keluargaku." Ia tersenyum, "Kali ini kita berhadapan langsung, teroris."

"Sialan!"

Aura persaingan dari kedua pria itu membuat Naruto meneguk ludahnya. Sebenarnya ia sedang berada dengan siapa sih?

"Hei.. Naruto.. Kau ini pendiam sekali." Goda Kiba, ia berpindah duduk dari samping Kyuubi ke samping Naruto.

"A—Ah.. Tidak juga."

"Kau tidak mengatakan asalmu." Kiba memandangnya yang mengalihkan wajah, "Katakanlah. Kita menjadi keluarga disini—

"Jangan seenaknya mengatakan kita keluarga manusia berbau hewan!"

Kiba menatap si mulut tajam—Kyuubi, lalu mengabaikannya. "Ayolah!"

"Aku dari Shelter 01.03."

"Wow.." Kiba menatap binar pada Naruto, "Bukankah dulu tempat itu disebut New York? Kota termaju didunia!"

"U—Um.."

"Jadi? Bagaimana disana?"

"Putih."

"Eh? Sudah musim salju kah?" Kiba memiringkan kepalanya, bingung.

Kankurou beranjak dari duduknya, ia menghampiri Naruto dan menatapnya sejenak. "Boleh aku lihat ke belakang telinga mu?"

Naruto mengangguk pasrah.

Kankurou menunduk, ia menyingkirkan rambut pirang Naruto lalu melihat ke belakang telinga Naruto. Disana terdapat sebuah tanda 'Human 1010'.

"Dia seorang kloning. Manusia kloning."

Semua mata memandang kaget padanya.

"Untuk apa kau disini?!" seru Kiba, "Kau punya pemilik 'kan? Kenapa kau merelawankan dirimu untuk mati?"

Naruto memandang mereka, "Aku tidak merelawankan diri. Aku dibawa oleh petugas kesini."

"Kau tidak menolak?" mendadak si merah ikut dalam pembicaraan.

"Manusia buatan tidak boleh menolak perintah, Kyuubi." Jawab Kankurou. "Kita harus berkerja sama. Diantara kita ada satu orang tak berpengalaman dalam berkelahi dan tiga gadis."

"Terserah kau, inspektur."

Sambil menunggu hujan reda, mereka pun berbincang ringan dan kadang bercekcok.

xXXXx

BRAAK!

Sebuah toko senjata yang telah disiapkan oleh Amerika didobrak paksa oleh Kyuubi, padahal Kankurou sudah memegang sebuah kunci toko tersebut.

"APA KAU BODOH, HAH?!" Kankurou naik pitam, "KALAU BEGINI PARA MUTAN BISA MENGAMBIL SENJATANYA, SIALAN!"

Mengabaikan kemarahan inspektur tersebut, Kyuubi langsung menyerbu kedalam toko senjata itu dan berteriak kesenangan.

"AKHIRNYA! AKU BISA MEMEGANG SENJATA LAGI!" ia pun segera membongkar sebuah lemari kaca yang menampilkan bermacam senjata.

Melihat keantusiasan Kyuubi mendapat senjata, Kankurou hanya bisa menghela nafas. Ia pun berjalan kesebuah kotak kaca yang menampilkan sebuah senjata api Uzi Sub. Tanpa basa-basi, ia pun memecahkan kotak kaca itu dan mengambil senjata nomor tiga terbahaya didunia lalu mengambil pelurunya.

Kiba yang telah mengambil senjata F-2000 Assault Riffle langsung mencocokkan ditangannya, setelah pas digenggaman sang pemburu ini—ia pun mengambil tiga senjata yang sama dengannya serta pelurunya dan memberikan pada ketiga gadis tersebut.

Sedangkan Shikamaru dan Naruto, kedua pemuda itu hanya terdiam disana.

"Oi pirang! Tangkap ini!" Kyuubi melempar senjata api biasa pada Naruto dan ditangkap lancar oleh si pirang. "Kau nanas! Ambil senjata yang kau mau!" Kyuubi mengatur senjata-senjata yang kini menggantung ditubuhnya.

Mendengus, Shikamaru berjalan kesebuah lemari kaca yang menampilkan Thompson Gun M1921, dengan memecahkan kacanya dengan hanya menendang—pemuda itu menenteng senjata terbahaya nomor dua didunia lalu membawa berkotak-kotak peluruh didalam kaca tersebut.

Sedangkan si pria jangkung mengambil sebilah katana dan DSR-Precision 50.

Kyuubi menandang pria jangkung tersebut yang dengan entengnya menggantungkan senjata berat itu kepunggungnya dan katana disamping tubuhnya.

Setelah semua diambil sesuai keinginan dan persediaan—Kankurou pun mengumpulkan mereka untuk memberi informasi.

Tapi sebelumnya ia mengamuk karna Kyuubi mengambil terlalu banyak senjata.

"KAU INI MANIAK YA?!" Kankurou memijit pelipisnya.

"Apa?! Aku tidak suka mengisi ulang peluru, jadi lebih baik membawa banyak senjata seperti ini, Inspektur!" ejeknya.

Ditubuh Kyuubi, terdapat dua AK-47 dipunggung, empat F-2000 Assault Riffle dipinggang, dan dua senjata biasa dibalik mantelnya.

"Cih.. Terserah.." ia lalu memandang Naruto, "Kenapa kau hanya satu senjata?"

"Aku tidak pernah menggunakannya dan aku tidak tau caranya." Ia mengangkat senjatanya ke sang inspektur, meniru cara Kiba memegang senjata.

"Oke! Turunkan, nak!" Kankurou mendengus, kesal dengan anak buah dadakannya ini. "Ambil satu lagi!"

"Tidak usah!" Kyuubi melarangnya, ia melirik Naruto. "Dia lemah, dan aku memastikan dia yang akan mati lebih dulu daripada kita."

"Oi, Kyuubi! Jaga omonganmu!" Kiba berseru tak suka.

"Apa? Itu benarkan? Manusia kloning bisa apa?Ya.. mereka bisa memberikan jantung dan bla blanya ke pemiliknya. Lebih dari itu? Mereka tak bisa apa-apa." Ia melirik jijik Naruto yang memandangnya datar, bahkan tak mengerti.

"Sudah!" Kankurou melerai, "Aku hanya ingin memberikan penjelesan singkat. Kita akan mengalahkan mutan-mutan buatan Amerika yang tak kita ketahui apa jenisnya. Mungkin saja monster atau bahkan berbentuk manusia seperti kita. Intinya jangan percaya orang lain selain tim sendiri, jangan mudah terpengaruh. Dan usahakan saling melindungi satu sama lain. Mengerti?"

Seluruhnya menjawab, terkecuali duo misterius serta Kyuubi.

xXXXx

Berjalan disore hari dengan jalanan berbecek serta udara lembab membuat suasana seram mengancam mereka. Ditambah kemunculan mutan tak diketahui kapan. Tanpa kecanggihan teknologi diabad ini—mereka bisa saja mati kapanpun karna tidak bisa memperkirakan pergerakan para mutan.

Sebuah suara seperti sesuatu yang diseret membuat kesepuluh orang itu segera membalikkan badan. Mutan berbadan tinggi berwajah manusia namun berbadan seekor kingkong—memandang marah pada mereka. Dan dalam satu loncatakan, ia hampir menerkam Kyuubi.

Tapi senjata yang ada ditangan Kyuubi lebih dulu membunuhnya. Dua peluruh dari senjata biasa yang dia miliki berhasil menembus dada dan kepala si mutan tersebut.

"Fyuh~ senangnya kembali seperti dulu." Ia menyeringai senang.

"Untuk pertama kalinya, aku berterima kasih padamu—Kyuubi." Sang inspektur bernafas lega, maut yang ia kira mendekatinya kini menjauh.

Teriakan kaget dari para gadis sontak membuat seluruhnya membalikkan badan lagi dan memandang para manusia mutan gagal.

Banyaknya mutan cacat fisik yang membuat mereka meringis jijik, sedikit menurunkan keberanian mereka. Tapi tidak dengan duo misterius yang masih berdiri didepan sana.

"Sasuke.." untuk pertama kalinya, mereka mendengar suara berat pria jangkung itu memanggil nama pemuda yang terikat dan kini berada diaspal basah—tengah berdiri menghadap para mutan.

Ikatan yang berada ditubuhnya dibuka oleh si pria jangkung, lalu penutup matanya ditarik begitu saja. Para wanita dan Naruto sejenak takjub dengan keseluruhan wajah pemuda bernama Sasuke itu.

"Tampan, eh?" Kyuubi menggosok senjatanya dengan saputangan. "Tunggu kalian lihat 'kegilaannya'."

Dengan katana yang diberikan oleh si pria jangkung, raut wajah datar tampan milik Sasuke perlahan memudar. Berganti dengan seringai dan tawa yang langsung membuat seluruhnya merinding, kecuali si pria jangkung tersebut.

"Membutuhkanku, eh? Itachi?"

"Aku sedang malas menggunakan tanganku, tubuhku lelah, beratmu membuat tubuhku pegal."

Sasuke membuka sarung katana tersebut lalu menjilatnya dengan sensual. "Come to me.." ujarnya dengan seringai yang mengerikan.

Berjalan lambat menuju rombongan mutan cacat, Sasuke menebaskan katanya secara vertikal dan berhasil memotong para mutan bagian terdepan.

Para gadis berteriak ketakutan saat usus-usus itu terbuyar dan tubuh itu terbagi dua.

"HAHAHA! I FEEL FREE~!" Ia mengayunkan katananya sesuka hati, menebas tiap tubuh yang ada didepannya, menusuk-nusuh para mutan gagal dan memijak-mijak tubuh yang seperti tercabik monster itu. Hanya saja potongannya lebih rapi.

Dan dalam waktu singkat puluhan mutan cacat itu terbuyar dijalanan, dan sisanya berlari ketakutan. Aspal becek itupun berwarna merah, dan Sasuke sudah bermandikan darah.

"Itachi~ aku masih ingin~" ia membalikkan badan, onyxnya sekelebat melihat rambut pirang Naruto—tapi tubuh Itachi menghalangi pandangannya.

Sentikan dijidat Sasuke, lalu memasang kembali penutup mata dan tali ketubuhnya, Itachi menghela nafas.

"Bisa kita istirahat lagi? Dia butuh mandi, dan juga hari sudah malam." Usul Itachi.

Dalam diam.. sang ketua, Inspektur Kankurou—mengangguk.

xXXXx

Hotel berlantai lima tak terpakai dan tersegel didobrak oleh Kyuubi, si pendek itu bertenaga raksasa sepertinya. Dan untung saja hotel tak berpenghuni itu masih bisa digunakan seluruhnya.

Setelah menghidupkan pembangkit listrik, mereka pun pergi ke lantai dua. Sesuai kesepakatan, mereka harus tidur bersama dengan kamar mereka saling berdekatan. Bila jika nanti terjadi sesuatu tak diduga, mereka bisa berkumpul dengan cepat.

Tiga gadis itu sudah pasti sekamar, Naruto bersama Kyuubi dan Kiba, Kankurou dan Shikamaru, lalu Itachi tentu dengan Sasuke. Satu-satunya yang bisa mengatasi si psikopat itu adalah Itachi.

Kakaknya.

"Kau bercanda?! Jadi mereka beneran kakak-adik?!" Kiba berseru tak percaya mendengar cerita Kyuubi.

"Untuk apa aku bercerita bohong, bau anjing!" Kyuubi membersihkan senjata-senjatanya dari debu. "Mereka berdua adalah klan terakhir Uchiha di Jepang. Klan yang 100 tahun berturut-turut menjadi keluarga Kaisar, dan sejak pembantaian Uchiha oleh Itachi, adiknya menjadi gila." Ia melirik si pirang yang sudah berbaring memunggungi mereka, "Sasuke terobsesi kasih sayang, setelah kasih sayang orang tua dan kakaknya hilang mendadak karna pembantaian tersebut—ia mencari orang-orang yang bisa menyayanginya. Dan ketika ia dapat, siapapun orang yang mendekati 'miliknya' akan dibunuh! Dan dengan cara itulah, ku kira Itachi menghindari Sasuke untuk 'menandai' seseorang diantara kita. Jika itu pun terjadi kita harus menjauhi 'miliknya', atau kau mau bernasib sama seperti mutan cacat itu?" Jelas Kyuubi lengkap, ia memandang Kiba yang masih berpikir.

"Tadi kau bilang yang membunuh Klan Uchiha adalah Itachi—apa Sasuke tidak tau yang membunuh keluarganya sendiri adalah kakaknya?"

"Entahlah." Kyuubi mengangkat bahu, "Ku rasa dia tidak tau."

Kiba meringis, "Kasihan sekali."

Naruto yang mencoba tertidur terpaksa mendengar cerita dari mulut Kyuubi dan Kiba. Sebenarnya ia tak sepenuhnya mengerti apa yang mereka bicarakan—tapi melihat raut wajah Sasuke saat penutup mata itu dilepas, Naruto tau, kalau mata Sasuke sama dengannya.

Kosong.

Tak tau untuk apa kau diciptakan.

Tak tau untuk apa kau hidup.

Tak tau apa-apa.

Sama sepertinya ketika ia menatap cermin dikamarnya.

"Aku... Apa?"

xXXXx

Pagi hari, suara tembakan sudah menjadi alarm mendadak untuk para penghuni bangun.

Tujuan utama mereka pun sama—jendela.

Memandang kebawah, banyak mutan-mutan cacat seperti kemarin menyerang. Sebagian mereka saling menyerang satu sama lain dan memakan bagian dari mereka.

"Che.. Pemandangan yang bagus untuk pagi hari." Kesal Kyuubi, matanya lalu memandang ke arah kanannya dan menemukan DSR-Precision 50 mengancung dari jendela tempat Itachi menginap.

Satu tembakan terdapat rentetetan peluru-peluru yang mengena tepat ke jantung atau otak mutan cacat tersebut lalu mati seketika. Beberapa saat, Kyuubi terpana dengan aksi heroik sang Uchiha.

"Sugee.. dia bisa menghabisi seluruhnya dalam sepersekian detik." Kiba memandang Itachi yang telah membawa masuk senjatanya. "Pantas banyak yang membayar malahnya hanya untuk membunuh."

"Dasar kakak dan adik gila." Lanjut Kiba.

Kyuubi setuju, tapi pikirannya melayang kearah lain.

...dia mempesona.

.

.

Hari kedua mereka disana ditugaskan oleh sang inspektur untuk segera menghabisi para mutan yang mereka temui. Sang inspekturpun membentuk dua kelompok untuk berpencar.

Duo Uchiha, Kyuubi, Naruto, dan Shikamaru berada dalam kelompok satu.

Sedangkan kelompok dua terdiri dari, Kankurou, Sakura, Ino, Hinata dan Kiba.

Dengan senjata masing-masing yang sudah mereka siapkan—mereka pun berpencar.

"Ingat! Sebelum matahari tenggelam kalian harus kembali ke hotel!" perintah sang inspektur.

Jalan lebih dahulu dibandingkan yang lainnya, Kyuubi mencari para mutan yang bersembunyi. Sedangkan dibelakangnya Naruto yang masih terlatih dengan 'bicara seenaknya' terpaksa hanya bisa mengekori Shikamaru tanpa berbicara sepatah kata pun. Dan duo Uchiha itu berada dibelakang dengan masih Sasuke yang digendong seperti barang oleh Itachi.

Kyuubi menggunakan ide gilannya, ia menembak kesebuah gedung kosong dan tak lama setelahnya para mutan berbentuk monster keluar dengan marah. Liur-liur pun membahasahi aspal.

"Oookay.." ia menyesal karna ide gilanya sendiri.

Ratusan mutan monster mengepung mereka.

"Baka." Ejek Shikamaru, ditangannya sudah terdapat Thompson Gun M1921 yng diancungkan pada para mutan.

Bersiap, Itachi menurunkan Sasuke dari gendongannya dan membuka segala hal yang mengekang si raven, ia pun juga menutupi pandangan belakang Sasuke.

Dari belakang, Naruto memandang senjata pemungkas yang sudah terlepas dari kekangannya. Dan saat mata itu terbuka—bayangannya yang tengah bercermin terlintas diotaknya.

Begitu sama..

"NARUTO!" Shikamaru menembak seekor monster yang akan menerkam Naruto, setelahnya si pirang tersadar dan mengancungkan senjatanya ke para mutan.

Dipihak Uchiha, Sasuke sudah melakukan tugasnya dan Itachi membantu sayap kiri menghabisi para monster lalu Kyuubi—ia dengan lihai dan sedikit kerepotan bertukar senjata demi membunuh para mutan.

Naruto mencoba menembak seekor monster, tapi sayang ia meleset dan melesat kearah lain—namun tembakan dari Kyuubi lagi-lagi berhasil menyelamatkannya.

"ARGH! Kau membuatku kerepotan bocah kloning!" Kyuubi bertukar senjata lagi, "Che!"

Mencoba tak ingin merepotkan siapapun lagi, Naruto menembak asal senjatanya dengan mata tertutup.

BANG!

Suara tembakan dari peluru terakhir membuat suasana hening seketika.

Penasaran kenapa suara tembakan atau suara sabetan katana—tak terdengar tiba-tiba, Naruto membuka mata dan tertuju lurus pada seorang pemuda yang berdiri membelakanginya, dengan lengan yang terluka dan mengeluarkan banyak darah.

Suasana begitu berat, bahkan para mutan monster itu pun berhenti menyerang seolah mengetahui suasana berat ini begitu berbahaya.

"Ma—Maaf.." satu kata yang terlontar dari bibir Naruto, ia merasakan tubuhnya bergetar hebat dan rasanya ia ingin segera mati disana saat itu juga. Ia ketakutan.

Tubuh yang melawan sinar matahari itu—membalikkan tubuhnya, kepalanya tertunduk dan tangan kirinya menggenggam lengan tangan kanannya yang terluka.

Itachi bahkan tak bisa mengejar adiknya ketika ia berlari begitu cepat menuju Naruto dengan katana yang siap menebas ketubuh si pirang kapan saja.

TRAAANG!

"Pergi. Dari. Hadapanku." Desis Sasuke begitu benci, darah dari lengannya mengalir deras hingga menetes ke aspal. Naruto tak bisa berbicara sedikitpun, hampir saja nyawanya...

"Dia temanmu, dan dia tidak sengaja." Jelas Shikamaru, ia yang menghalau katana Sasuke dengan Thompson Gun M1921 menatap tajam Sasuke.

Itachi mengambil alih, ia segera menutup mata Sasuke dan menarik adiknya. Sontak katana ditangan Sasuke terjatuh, Itachi pun langsung menutup matanya dengan penutup mata lalu mengikat tubuhnya kembali dan memaksa tubuh itu duduk diaspal disebelah Naruto. Setelahnya mereka kembali membunuh para mutan tersebut.

Naruto masih shock dengan apa yang dilakukannya, ia lalu melirik kesebelah kanannya dimana Sasuke terduduk dengan keadaan terikat, darah masih mengalir dari pelurunya yang meleset dan menyerempet lengan Sasuke.

"Maaf.." ujarnya, hanya itu yang kini ada dipikiran si pirang.

Tak dibalas. Kata-kata maaf Naruto tidak dibalas oleh Sasuke. Dihiraukan. Naruto mengerti karna itu adalah kesalahannya.

"AARRGH! SIAL!" seluruh mata memandang kearah Kyuubi, senjata-senjata kecil miliknya kini bergeletak diatas aspal, tersisa AK-47nya yang berada dipunggung.

"Dasar bodoh." Desis Itachi, geli dengan tingkah Kyuubi—ia mengubah sasarannya kedepan si merah dan menghabisi sisanya dalam waktu empat detik.

Shikamaru yang akhirnya kehabisan peluru tepat setelah ia berhasil membunuh monster terakhinya—menghela nafas.

Lelah, Kyuubi jatuh terduduk dengan sendirinya, ia benci jika seseorang menolongnya. Membuatnya tampak begitu lemah.

"Kita harus lanjutkan lagi, mutan kanibal akan datang sebentar lagi." Itachi menggendong adiknya, ia sejenak beratatapan dengan Naruto lalu melenggang pergi.

"Kau bisa berdiri, Naruto?" Shikamaru mengulurkan tangan.

"U-Um.." Dan setelah menunggu Kyuubi yang memaki-entah-apa-sejenak, akhirnya mereka pun menyusul Itachi yang telah jauh.

xXXXx

Pihak Kankurou, dua laki-laki yang seharusnya melindungi wanita—dibuat tercengang.

Sejenak mereka ingin berteriak, "MANA SISI KEWANITAAN KALIAN?!"

Yang benar saja, sungguh tidak dipercaya—ketiga wanita yang mereka kira lemah dan lembut, menyimpan sisi monster mereka.

Bayangkan saja, Sakura yang mereka kira adalah gadis yang pasti hanya akan merepotkan dan meminta bantuan terus menerus—malah mengalahkan sebagian besar dari musuh yang seharusnya mereka habisi.

Gadis pink itu mempunyai kekuatan yang luar biasa, ia mampu meretakan jalanan beraspal dengan satu tinju dipermukaan aspal yang berlapis beton. Setelahnya ia menghajar dengan satu bogeman dan membuat ratusan mutan cacat itu berterbangan dimana-mana.

"Haha! Kau lihat itu, Ino? Aku bisa 'kan?!" sombongnya pada si gadis pirang.

"Heh.. jangan remehkan aku, Sakura!" ia menaruh senjatanya disisi kiri pinggang lalu melakukan sesuatu yang membuat Sakura mengernyit heran.

Dengan menutup mata dan kedua tangan kedepan dan jarinya membentuk sebuah kotak—Ino melakukan sesuatu yang tak bisa ditangkap oleh nalar Sakura.

Tapi, satu persatu mutan cacat itu jatuh dengan sendirinya dan bahkan dada mereka terkoyak tanpa alasan yang jelas.

Puas dengan hasil karyanya, Ino kembali membuka mata dan tersenyum meremahkan pada Sakura.

"See? Aku bisa menghabisi mereka dari dalam tubuh."

Sakura menganga tak percaya.

Sedangkan Hinata—gadis itu begitu mahir dengan senjata yang ada ditangannya.

Tapi—

"Hinata? Kau dapatkan dari mana senjata-senjata itu?" Kankurou mengernyit tak mengerti. Seingatnya si gadis tak berpupil itu hanya memiliki satu senjata. Tapi kenapa—

Membalikkan badannya secara mendadak—Hinata menutupi sesuatu dari mereka.

"Ano.. Haha.. aku hanya memakai satu senjata kok!" ujarnya, menyembunyikan sesuatu yang membuat Kankurou menaikan alis.

Terpukau dengan para gadis, lelaki-lelaki ini kehilangan konsentrasi dan hampir diterkam oleh mutan monster yang datang entah dari mana.

Untung tembakan dari Hinata mengena tepat dimata sang mutan monster dan menembus kekepala sang monster.

Darah terciprat dari tembakan Hinata mengenai wajah sang inspektrur.

Lagi-lagi ia dibuat terpana.

"Sugee.."

Sementara, mereka bisa mengatasi kegilaan ini.

xXXXx

Mati.

Adalah kata yang terlintas dari pikiran Kyuubi saat mereka tiba disebuah wilayah yang ditempati oleh para mutan raksasa.

Mutan-mutan itu memiliki tinggi sekitar dua hingga tiga meter dan kekuatan mereka jauh lebih kuat daripada mutan monster yang mereka serang tadi. Bahkan ketika AK-47 Kyuubi mengancung lurus ke otak dari para mutan raksasa dan mengenai tepat kekepala mereka—mereka tidak semudah itu mati.

Dan jika bukan tarikan dari Naruto, Kyuubi sudah dipastikan bakal ditendang oleh mutan raksasa tersebut.

"INI GILA!" ia berteriak frustasi, "Peluruku sudah mau habis! Dan kenapa kita harus terjebak seperti ini?!"

Itachi menatap Kyuubi dalam diam, ia lalu mengeluarkan sebuah peluru dari dalam kantong celana ala tentara tersebut.

"Kau bisa pakai itu."

"Kau kira aku bodoh, apa?!" Kyuubi menatap tajam Itachi, "Peluruh ini beda dengan peluru senjataku, bodoh!"

Mendapat tatapan dingin dari Itachi, Kyuubi dengan terpaksa menarik peluru pemberian Itachi dan ia pun memaksa peluru tersebut agar bisa digunakan.

"Awas saja gagal.. kau yang akan kubunuh." Mengeker ke salah satu mutan raksasa, Kyuubi mengunci tujuan tembaknya.

Mata. Yang pasti akan menembus ke otaknya.

BANG!

Satu tembakan, dengan lonjatan yang tak biasa dan kecepatan luar biasa—peluru pemberian Itachi melesat cepat dan menembus mata mutan raksasa didepan sana dan seketika tumbang.

Senyum sumringah Kyuubi pun merekah dan membuat Itachi tersenyum tipis.

"Oi! Bisa kalian membantu ku disini?!" seru Shikamaru, ia sedang menghindari serangan mutan yang mempunyai tinggi 30 cm lebih tinggi darinya. Pelurunya habis, dan senjata yang kini bersemayam baik dipinggangnya tak bisa digunakan.

Dari jauh, Itachi dengan sebelah tangan mengangkat DSR-Precision 50, sebuah senjata yang sebenarnya berat, tapi dengan si jangkung ini tampak seperti biasa saja. Dan seketika, mutan raksasa yang menyerang Shikamaru, mati.

Disekitar mereka sementara bersih tanpa satupun mutan yang hidup, yang tersisa tengah bertarung dengan si psikopat jauh disana. Naruto yang tak bisa apa-apa hanya bisa berdiri terpana melihat kelincahan katana Sasuke yang menebas tiap inchi tubuh mutan-mutan raksasa tersebut. Dan saat melihat raut wajahnya yang tersenyum lebar bahkan tertawa—Naruto harus meneguk ludah saat malihat matanya yang tak seekspresi seperti wajahnya.

Kenapa dia seperti itu?

Kenapa?

Dia terlihat senang.. Tapi kenapa dengan matanya?

Begitu dingin..

Sepi..

Tak tau apa-apa..

Naruto tak berkutik melihat mata yang kini bertatapan dengannya.

"NARUTOO!"

Teriakan yang sayup-sayup didengar oleh si pirang tidak membuat ia bergerak satu senti pun.

Sampai akhirnya.. mata yang tadi beratatapan dengannya kini berada tepat ada dihadapannya. Bahkan hidung mereka bersentuhan.

Darah mengucur dari mutan tiga meter yang ditebas oleh Sasuke yang berada tepat dibelakang Naruto. Dada mutan raksasa itu menganga lebar tepat dibelakang Naruto, seakan si pirang baru saja muncul dari dalam dada si raksasa. Rambut pirang Naruto pun berubah warna menjadi merah.

Sesaat terpana dan terkejut—Naruto akhirnya tersadar dan terduduk begitu saja. Ketakutannya tak bisa ia kuasai.

Sangat begitu.. ketakutan.

Benda dingin menggores pipi Naruto, ia membuka mata dan membelalak ketika menyadari katana Sasuke telah melukai pipinya. Wajah dingin itupun berada tepat dihadapannya dengan mata yang bertatapan lurus dengan matanya.

Teriakan dari Itachi yang menyuruh si raven menjauhi Naruto tidak diindahkan walau DSR-Precision 50 sudah terarah padanya. Sasuke tersenyum lebar, mendapati si pirang menangis ketakutan dengan mata yang membelalak dan darah yang mengalir dari pipinya.

"Kirei.."

Katana yang ia gunakan melukai pipi si pirang—jatuh membentur aspal. Seluruh mata terpana dengan apa yang mereka lihat.

Sasuke mencium Naruto...

Tepat dibibir.

.

xX—TBC—Xx

.

Hai~ :3

Ketemu ama Ryuu dengan fic baru lagi xD ya.. bukannya mau melantarin fic-fic yang lain, tapi gimana? Ide diproduksi tanpa Ryuu rencanakan.. terus keterhambatan dari charger leppi-chan yang belum ada dan nunggu pinjeman, ditambah ide yang lari-lari tiap lanjutin fic yang lain buat ide-ide baru yang Ryuu dahuluin :" dan selesai lah salah satu ide yang muncul itu! ehe~ lagi pula ini ide fic sci-fi pertama Ryuu dan mau Ryuu coba nih.. pantes ga Ryuu pake genre Sci-fi? :"

Ya.. sebelum buat fic ini sih Ryuu sempat konsultasi ama salah satu senpai yang mungkin kalo Ryuu kasih tau pada minta "KAPAN FICNYA DILANJUTIN?!" /dibuang

Tapi demi kesejaterahaan senpai ini—Ryuu gak kasih tau :p

Nah, Ryuu tanya lagi nih, cocok gak? Bagus gak? Banyak Typos kah? O.o Senjata-senjata diatas salah nama? Hohohoho~ gomen~ gomen~ Ryuu ngandelin gugel sih :"

Ya.. percobaan digenre lain gitju xD

Tapi kalo ga cocok.. ya udah lah.. lanjutin aja, ngebersihin otak dari ide-ide ero yang menyiksa otak :'v

Oh iya.. mau berbagi playlist Ryuu dalam pembuatan fic ini :3

Aimer- Rokutousei no yoru(ost no.6)—Dareka umi wo(ost Zankyo no terror)

Faylan- Blood Teller(ost Mirai nikki)

Granrodeo- Henai no Rondo(ost karneval)

TK- Unravel(ost Tokyo Ghoul)

Akira-Aoki tsuki michite (ost Kuroshitsuji-book of circus)

Abnormalize(ost Psycho pass)

Yousei Teikoku- Kuso mesorogiwi—filament(ost Mirai Nikki)

OLDCODEX- Dried Up Youthful Fame (ost Free-Eternal summer)

Saa~ selesai :3

Bagaimana? Berniat mau review? OwO