Roda kehidupan kembali berputar, pertemuan yang sudah ditakdirkan mempertemukan mereka berdua.

"Hinata.."

"Eh? I.. Iya?"

"Ah! Maaf." pria berambut pirang yang dikenal dengan nama Naruto pun kembali tersadar dari lamunannya. Saat melihat wajah Hinata, rasanya Naruto merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakan olehnya tapi ia seperti sudah sangat mengenal perasaan seperti itu. Tapi ia tidak tahu perasaan apa itu.

"Iya, tidak apa-apa." seru Hinata.

"Oh ya, ini!" Hinata yang melihat bukunya berada di tangan Naruto langsung mengambil buku tersebut, mengucapkan terima kasih dan langsung meninggalkan Naruto sendiri.

"Kenapa dia?" Naruto yang menatap kepergian Hinata hanya bingung dengan sifat gadis itu, tetapi itulah yang membuat Naruto tertarik untuk mengenal Hinata.

Sudah seperti yang diramalkan, mereka semua pasti akan menemukan kehidupan yang ditakdirkan untuk selalu bersama.

v(•w• My Baby Blue:

Second Life •w•)v

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

My Baby Blue: Second Life © Kagami

Genre: Romance & Friendship

Pairing: Naruto Uzumaki & Hinata Hyuuga

Rated: Teen

::

::

Hinata yang sudah berlari menuju atap sekolah langsung menutup pintunya dengan rapat. Nafasnya terengah-engah karena ia berlari setelah mengambil bukunya. Belum pernah ia berbicara dengan anak laki-laki yang seumuran dengannya, apalagi dengan laki-laki yang tidak dikenalnya.

Hinata melihat buku yang barusan diberi oleh laki-laki tersebut. "Kenapa bukuku bisa berada ditangannya? Dan kenapa dia tahu ini bukuku?" Hinata terbingung-bingung. Buku itu adalah buku tulis Hinata, bukan buku pelajaran sih, tetapi buku polos tanpa garis yang biasa Hinata gunakan untuk membuat coretan asal-asalan.

"Oh, mungkin saja terbawa disaat mengumpulkan tugas Kakashi-sensei dan sensei meminta laki-laki itu untuk memberikannya kepadaku. Tapi kok bisa ya?" tanpa ambil pusing Hinata langsung melanjutkan kegiatan yang seharusnya ia lakukan di atap sekolah.

Makan bekal? Sendirian? Tentu tidak! Tidak seperti yang lainnya, Hinata datang ke atap sekolah untuk melukis. Dia senang melukis, apalagi melukis langit-langit dan awan-awan yang dapat dilihatnya setiap istirahat sekolah.

Biasanya setiap istirahat tidak ada yang pernah datang ke atap, oleh sebab itu atap terkesan sepi dan ini adalah tempat bagi Hinata untuk menyalurkan hobinya. Setiap hari, awan memiliki bentuk yang berbeda, itu karena faktor angin dan cuaca yang membentuk awan itu.

Banyak sekali bentuk yang dapat dilukiskan oleh Hinata, itu membuat Hinata senang. Langit cerah, langit mendung, ataupun langit dengan cuaca yang sangat terik, itu semua Hinata gambaran di buku sketsa yang selalu ia bawa ke sekolah.

"Langit hari ini sangat cerah dan terlihat lebih indah dari biasanya. Bentuk awannyapun juga terlihat berbeda dari biasanya. Apa akan terjadi sesuatu yang menyenangkan ya?" Hinata menatap langit dan mempersiapkan alat lukisnya. Hanya ada pensil, penghapus dan penggaris jika dibutuhkan. Tidak perlu cat warna karena menurut Hinata, lukisan yang bewarna hitam putih juga terlihat menarik.

Satu lagi tentang Hinata, walaupun sudah kelas dua sekolah menengah atas, ia sama sekali belum memiliki teman. Itu mungkin karena sifatnya yang pemalu dan kurang pandai berbaur dan mengadaptasikan dirinya di suatu kelas.

Pernah ada yang mengajak Hinata berbicara, tetapi karena sifatnya, ia hanya menunduk dan menjawab kata-kata mereka dengan gagap. Setelah itu tidak ada lagi yang mengajak Hinata berbicara, mungkin mereka kira Hinata anak yang senang sendirian dan tidak suka diganggu.

Untungnya sekolah Hinata anaknya baik-baik sehingga tidak ada kejadian bully-bully-an kepada anak yang sifatnya seperti Hinata. Tapi Hinata merasa kesepian, setiap kali masuk ke kelas Hinata selalu merasa nafasnya sesak. Masuk ke kelas tanpa seseorang yang dapat diajak bicara rasanya sepi, Hinata tidak suka itu.

"Walaupun hanya satu, aku ingin mempunyai teman berbicara di sekolah ini."

::

::

Kelas 2-6

"Hei ketua kelas! Lama sekali kau memberikan tugasnya kepada Kakashi-sensei! Kemari!" Naruto yang baru kembali ke kelasnya langsung berjalan menuju seseorang yang tadi memanggilnya. Naruto adalah ketua kelas di kelasnya, entah karena apa anak-anak kelas menunjuknya sebagai ketua kelas. Ya mau tidak mau hal itu harus dilaksanakan oleh Naruto.

"Cepat dong ketua kelas!"

"Iya, iya." setelah sampai di tempat orang yang memanggilnya, laki-laki beralis tebal itu langsung merangkul leher Naruto.

"Hari ini mau ikut kencan buta tidak? Kali ini gadis-gadisnya dari sekolah Suna loh~." laki-laki beralis tebal yang disebut Lee itu langsung menunjukkan foto gadis-gadis yang ikut acara tersebut.

Naruto menatap foto itu sebentar, lalu ia menatap Lee dengan tatapan datar. "Buat apa aku ikut acara seperti itu? Aku tidak ikut!" langsung saja Naruto memukul kepala Lee dan berjalan menuju Sasuke.

"Aah~ Ayolah Naruto, kita kekurangan orang nih~." tetap saja Lee memaksa Naruto untuk ikut, padahal sudah dikatakan tadi bahwa Naruto tidak akan mengikutinya.

"Lihatlah teme! Si alis tebal mengajakku ikut kencan buta! Tentu kau tidak ikut kan?" Naruto bertanya kepada Sasuke. Tentu saja menurutnya pasti Sasuke tidak akan ikut acara seperti begituan. Karena itu hanya membuat repot saja.

"Siapa bilang?" Naruto langsung terkejut dikala melihat senyuman Sasuke yang terlihat memiliki sebuah tujuan. "Dengan ikut acara itu aku bisa mengumpulkan informasi untuk koran sekolah bagian Another School Life." Sasuke menopang dagunya dan menatap langit-langit dengan tatapan tak sabar.

"Tidak mungkin!" tentu saja Naruto syok. Sasuke'kan orang yang malas jika berurusan dengan perempuan. Tapi kalau untuk klub korannya, mungkin saja hal itu dapat dilakukan olehnya.

Memang benar sih, Sasuke adalah ketua klub koran di sekolah ini, dan setiap koran mereka dicetak pasti selalu habis terjual tanpa sisa. Dapat diakui informasi-informasi yang dibuat oleh mereka memang menarik, apalagi dengan tampang Sasuke yang seperti itu pasti banyak gadis-gadis yang ingin membeli koran klubnya.

Naruto menopang dagunya dengan sebelah tangan dan menatap Sasuke dengan tatapan tidak suka. Dalam hatinya ia pasti berpikir "Hah, dasar orang yang tidak mau rugi." dan kata-kata itu sudah pasti akan ditunjukkan kepada Sasuke.

"Ayolah Naruto~ ikut saja." Lee yang dari tadi diabaikan kini mengguncang-guncang tubuh Naruto. "Ayolah~ Ayolah~." karena kesal dengan Lee yang seperti itu akhirnya Naruto menyerah.

"Baiklah, aku akan ikut."

"Yeah!" seperti anak kecil Lee langsung bersorak kegirangan. Ia langsung mengucapkan terima kasih dan berlari ke arah yang lain untuk mengajak anak-anak kelas yang lain sampai koutanya mencukupi.

"Kau benar akan ikut dobe?" tanya Sasuke yang menganggap hal itu tidak mungkin. Masih tetap menopang dagunya dengan telapak tangannya ia menatap Naruto.

"Dari pada aku mendengar suara ributnya terus, lebih baik aku meng-iya-kannya saja. Hah~." Naruto menghela nafas dan menghadapkan kepalanya ke arah luar jendela.

"Paling-paling kalau ada sesuatu yang membuatmu penasaran kau pasti lebih mementingkan hal itu'kan, dobe?" Naruto mengangguk.

"Ah?" Naruto langsung bangun melihat sesuatu dari bawah. Seseorang yang membuatnya penasaran kini berjalan di bawah pohon di dekat taman sekolah.

"Baru juga dibilang, sudah muncul saja." Sasuke yang penasaran melihat tingkah Naruto yang tiba-tiba terkejut langsung melihat kemana arah mata Naruto. Kini ia tahu apa yang membuat Naruto menjadi seperti itu.

"Dia Hinata Hyuuga." mendengar kata-kata Sasuke, Naruto langsung duduk kembali dan menatap serius ke arah Sasuke.

"Apa kau mengenalnya?" tanya Naruto serius.

"Kenapa kau menanyakan hal itu dobe?"

"Aku hanya penasaran."

"Kau menyukainya?"

"Hah?" Naruto langsung menganga. Menyukainya? Tidak mungkin kan? Kenal saja tidak, baru hari ini dia menyadari keberadaan gadis itu. Bahkan selama ini dia tidak tahu kalau ternyata di sekolah ini ada gadis seperti dia.

"Sepertinya tidak, aku hanya penasaran saja." Naruto yakin, tidak mungkin dia menyukai gadis yang baru ditemuinya hari ini. Belum kenal masa langsung suka? Memangnya Naruto apaan?

"Begitu ya." Sasuke langsung menatap keluar lagi, sepertinya gadis yang dilihat Naruto barusan sudah menghilang karena sudah tidak dapat dilihat saat Sasuke menengokkan kepalanya.

"Jadi, apa yang kau tahu tentangnya teme?" tanya Naruto lagi. Orang bertanya untuk mendapatkan jawaban malah diberikan pertanyaan lagi. Itu'kan tak menjawab pertanyaan Naruto.

"Kalau kau mau tau, akan kumuat informasi tentangnya di koran sekolah."

"Jangan!" Naruto berteriak sampai-sampai anak-anak kelas bertanya-tanya.

"Kenapa kau ketua kelas?"

"Ada apa Naruto?"

"Apa terjadi sesuatu?"

Naruto hanya dapat berkata tidak sehingga masing-masing dari mereka langsung melanjutkan aktivitas mereka lagi.

"Kenapa jangan? Bukankah kau ingin tahu?" tanya Sasuke. Kalau memang Naruto ingin mengetahuinya lebih mudah tinggal membaca, atau kalau mau repot sedikit bisa menanyakan tentangnya kepada orang lain. Atau jika mau hal yang lebih sulit, langsung saja tanyakan kepada orangnya sendiri.

"Iya sih, tapi kan tidak harus menulis artikelnya di koranmu. Nanti dia bisa marah kan." ucap Naruto. Kalau informasi seseorang dimuat di koran sekolah tanpa diketahui orang yang bersangkutan, pasti dia akan marah kan?

"Dia tidak akan marah, aku yakin." ucapan Sasuke membuat Naruto penasaran.

"Kenapa bisa begitu?" Naruto saja marah kepada Sasuke waktu data dirinya ditulis di koran sekolah. Data soal tanggal lahir, makanan kesukaan, dan yang lainnya sih tidak masalah. Tetapi pas bagian ini yang membuat Naruto kesal.

Laki-laki yang memiliki dompet berbentuk katak ini senang sekali memakan ramen di kedai dekat rumahnya.

Bukan tentang senang memakan ramen, tetapi tentang dompet kataknya! Itu membuat Naruto malu dikala ia sendiri yang membaca berita itu. Sampai ada beberapa orang yang memanggilnya katak di saat itu. Untungnya karena Naruto marah kepada orang yang memanggilnya katak, tidak ada lagi yang memanggilnya dengan sebutan katak.

"Hoo, pasti kau mengingat saat data dirimu dimuat ya dobe." Sasuke tersenyum jahil dikala mengingat kejadian itu. Kejadian yang lumayan lama dan seru juga, terjadi sekitar tujuh bulan yang lalu di saat mereka masih kelas satu.

"Sudahlah, lanjut ke yang tadi. Kenapa kau bisa yakin bahwa dia tidak akan marah?" tanya Naruto lagi. Tidak ada orang yang tidak akan marah jika kejadian itu terjadi kepada mereka.

"Dia jarang mengekspresikan dirinya, tidak pernah marah dan tidak pernah tersenyum." Naruto membelalakan matanya dikala mendengar penjelasan Sasuke. Padahal saat ia bertabrakan dengan Hinata di koridor tadi ia tidak terlihat seperti itu.

"Kenapa begitu?"

"Ya.. Selebihnya lihat saja di koran sekolah."

"Jangan!" lagi-lagi Naruto berteriak lebih kencang dari sebelumnya. Hal yang samapun kembali terulang, tetapi bukan dengan pertanyaan yang biasa saja. Mereka terlihat kesal karena dari tadi Naruto bersikap aneh.

"Kenapa sih ketua kelas?"

"Apaan sih Naruto? Dari tadi teriak-teriak terus?"

"Mengganggu tahu!"

Naruto hanya bisa minta maaf dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Untungnya mereka tidak terlalu perduli dengan kejadian itu.

"Untuk yang kedua kali, kenapa kau berkata jangan dobe?"

"Ya.. Aku merasa kasihan padanya."

"Kasihan?"

"Iya, pasti dia kesepian."

"Kesepian? Tidak mungkin, dari data yang kucari dia orang yang senang menyendiri, tidak mungkin kesepian. Dia senang melakukan semuanya sendiri, mungkin jika ada orang yang mendekatinya, menurut dia mereka akan mengganggu dirinya." baru kali ini Sasuke mengucapkan kata-kata yang lumayan panjang. Kata-kata Sasuke tidak dapat dipercaya oleh Naruto, karena Hinata tidak terlihat seperti orang cuek dan judes. Ia tidak pernah menunjukkan wajah tidak suka, kan?

"Itu menurutku tidak mungkin, lalu apa lagi yang kau tahu teme tentang dia?" tanya Naruto. Karena Sasuke sang pencari data utama dalam klubnya, sudah pasti dia mengenal murid-murid di sekolah ini. Datanya pasti sudah lengkap ada di tangannya, tinggal mengepostnya saja di korannya dan meminta persetujuaan saja.

"Aku tidak akan memberitahu. Dataku itu tidak gratis."

"Baiklah, akan kubayar seharga dengan koran sekolah!" Naruto langsung mengambil uang dari sakunya dan meletakannya di atas meja Sasuke.

"Begini dong dari tadi." Sasuke langsung mengambil uang tersebut dan menyimpannya. Bukan berarti Sasuke orang yang matre, ia hanya ingin menabung untuk masa depannya tanpa menyusahkan kakaknya yang selalu sibuk bekerja demi menghidupi dirinya.

Orang tuanya tewas dalam kecelakaan sehingga membuat Sasuke harus melakukan sesuatu untuk membantu kakaknya. Dengan menjadi ketua klub koran dan menjualnya sajalah yang dapat dilakukan Sasuke saat ini. Walaupun hasil jual korannya harus dibagi rata untuk semua anggota dan sisanya ditabung untuk kas klub.

"Jadi, selain itu apa yang kau tahu tentangnya?" tanya Naruto lagi.

"Saat awal masuk penerimaan murid baru, dia tidak masuk selama sebulan karena sakit." Naruto mengangguk-angguk.

"Sakit? Sakit apa?" tanya Naruto penasaran. Sakit selama sebulan itu sakit apa? Masa sakit bisa selama itu? Kecuali kalau sakitnya parah mungkin bisa selama itu.

"Entah, aku tidak tahu." seru Sasuke membalas pertanyaan Naruto. "Karena yang lain sudah berbaur membentuk kelompoknya masing-masing, menurutku ia lebih memilih untuk sendiri saja. Karena ia merasa asing di kelas itu." lanjut Sasuke. Dalam pikiran Naruto, kenapa dia tidak berusaha mencari teman bicara? Dia bukan orang yang cuek dalam hal ini, bukan tidak mau, tapi menurut Naruto, dia perempuan yang pemalu..

Seperti disaat Naruto pertama kali bertemu dengannya, ekspresi tidak suka karena menabraknya tidak terlihat di wajahnya. Tetapi wajah merona sedikit, dan berbicaranya gugup. Itu menunjukkan bahwa Hinata adalah orang yang pemalu.

"Dia cantik dan manis, itu komentar anak laki-laki yang kutanya. Banyak laki-laki yang sering menatapnya kagum, tapi aku bingung kenapa dia mempunyai sifat yang seperti itu. Akhir-akhir ini dia menjadi topik pembicaraan para laki-laki loh." hal itu membuat Naruto terkejut. Sepertinya itu malah membuat alarm siaga Naruto berbunyi, tapi kenapa ya? Alarm siaga untuk apa? Kenal saja tidak.

"Dia memang manis, tapi menurutku dia tidak senang menyendiri, aku yakin." seru Naruto dikala ia mendengar informasi lain dari Sasuke tentang Hinata.

"Selain itu?" tanya Naruto lagi.

"Setiap istirahat dia suka pergi ke atap sekolah, untuk melukis mungkin?" Sasuke sedikit memberikan penekanan pada kata "mungkin", itu karena informasi ini belum pasti.

"Iya, sepertinya begitu. Aku melihatnya membawa buku sketsa." Naruto mengangguk-angguk.

"Ya, segitu saja. Tidak ada informasi lain yang kumiliki tentangnya. Senang bekerja sama denganmu dobe." Sasuke tersenyum puas karena ia mendapat bayaran diluar hasil penjualan korannya.

Naruto langsung berbalik menghadap depan dan merenungkan kata-kata Sasuke. Orang yang cuek? Tidak. Orang yang judes? Tidak terlihat sama sekali. Pemalu? Sudah pasti sangat, Naruto sangat yakin.

"Perempuan yang menarik." Naruto berbatin ria dalam pikirannya, karena sebuah perbedaan, seseorang terlihat menarik di mata orang lain bukan?

"Aku harus mengenal dirinya."

::

::

"Baiklah, pelajaran sampai disini saja. Semangat masa muda tetap nomor satu!~" guru yang sedikit mirip dengan Lee itu langsung pergi meninggalkan kelas. Dikala guru itu sudah keluar, anak-anakpun mulai keluar dari kelas.

"Ayo Sakura! Buruan!"

"Iya."

"Hah~." Hinata hanya bisa menghela nafas dikala melihat anak-anak kelasnya yang dengan semangatnya pulang sekolah. Tidak seperti Hinata yang harus merasa lega karena jam sudah berakhir.

Ia selalu iri melihat kedua orang sahabat yang terlihat sangat ceria itu. Sakura dan Ino, Hinata ingin sekali suatu hari bisa berada diantara mereka. Ia tidak ingin merasa kesepian lagi, tapi bagaimana caranya supaya hal ini dapat diatasi olehnya?

Dengan perlahan kelas menjadi semakin sepi, sampai akhirnya tidak ada seorangpun yang ada didalamnya. Di saat itulah waktu bagi Hinata untuk keluar kelasnya, ia tidak suka jika saat keluar ada yang menatapnya. Dahulu Hinata suka langsung keluar duluan, dan hal itu malah membuat mata anak kelasnya tertuju padanya.

Tatapan itu membuat Hinata semakin gugup dan tidak suka, sehingga hal seperti inilah yang terjadi. Anak-anak tidak menganggap dirinya ada, Hinata sendirilah yang membuat hal itu terjadi padanya. Hinata tidak dapat menyalahkan anak-anak kelas yang tidak menyapanya lagi.

Hinata berdiri dari kursinya, ia berjalan menuju kelas. Ternyata apa yang dilukiskan oleh langit, tidak membuat hari Hinata menjadi hari bahagia. Sambil berjalan di koridor, menatap langit sedikit kejinggaan itu, Hinata hanya dapat berbatin.

"Ternyata hari inipun sama." serunya dalam hati dan menundukkan kepalanya.

Hinata terus berjalan menyusuri gerbang, dan gerbang sudah terlihat sepi. Ya memang banyak anak yang tidak bertahan lama di sekolah sih, setiap anak itu pasti langsung pulang ke rumahnya ataupun mampir ke suatu tempat untuk bermain.

"Langit, apakah hari ini akan menjadi hari seperti biasanya? Jadi.. Langit cerah tadi siang itu apa?" Hinata mendongkakkan kepalanya ke atas. Tidak ada langit cerah seperti siang tadi saat istirahat. Langit terlihat muram dengan warna jingga dan awan abunya.

"Hei Naruto, buruan!"

"Iya iya," Naruto hanya menanggapi malas kata-kata Lee. Ia sama sekali tak berminat ikut acara seperti begituan, sama sekali tidak menguntungkan dirinya.

Berbeda lagi dengan Sasuke. "Lucky!" serunya semangat sambil mengeluarkan ponselnya supaya dapat mencatat informasi apa saja nanti. Berbeda sekali dengan sifatnya yang dingin dan cool, kalau berurusan dengan berita ia pasti langsung semangat.

Hinata hanya dapat melihat segerombolan laki-laki itu dari seberang jalan. Suara mereka berisik sekali sehingga membuat Hinata menatap ke arah mereka dengan wajah bingung.

Seragamnya sama dengan sekolahnya, tapi Hinata sama sekali tidak mengenali salah satu dari mereka. Adaptasi dan daya ingat Hinata tentang orang-orang juga lemah. Ia tidak dapat mengingat wajah-wajah orang yang baru dikenalnya dengan cepat.

Tidak perlu berlama-lama menatap laki-laki yang entah tujuannya apa itu, Hinata langsung saja tetap berjalan. Lagipula Hinata tidak memiliki urusan apapun dengan mereka, jadi memperhatikan mereka juga hanya membuang-buang waktu Hinata saja.

Tapi bagi Hinata, melihat tawa ria mereka, Hinata juga ingin merasakan hal itu. Tersenyum bersama, dikelilingi banyak orang seperti itu, setiap pulang sekolah bersama pergi ke suatu tempat. Pasti akan menyenangkan.

"Hei dobe, lihat ke kirimu."

"Kiri? Memangnya ada apa dikiriku?" Naruto menengok ke arah kirinya, yang ia lihat hanya bahunya saja. Tidak ada apa-apa disana.

"Bukan bahumu, tetapi seberang jalan." Sasuke yang sepertinya menyadari sesuatu langsung menunjukkan hal itu, entah apa itu yang ditunjukkan oleh Sasuke, tetapi itu sepertinya akan membuat Naruto tertarik.

"Seberang jalan?" Naruto langsung menengokkan kepalanya. Matanya sedikit membulat dengan apa yang dilihatnya. Seorang gadis yang melihat langit dengan latar belakang sela-sela bangunan yang menunjukkan keindahan langit dan rambut yang berterbangan perlahan akibat angin yang sepoi-sepoi terlihat indah dimata Naruto.

"Aduh Naruto! Kenapa tiba-tiba berhenti jalan sih?" laki-laki bertato segitiga merah terbalik di bawah matanya itu kesal karena tiba-tiba saja Naruto berhenti dan menabrak dirinya.

"Ah, tidak apa-apa." kembali melanjutkan perjalanannya, Naruto hanya menatap gadis itu sambil terus berjalan. Padahal walaupun sudah rada jauh, kepala Naruto tetap saja menengok untuk melihat gadis itu.

"Apa tidak menghampirinya dobe? Bukankah itu gadis yang menurutmu menarik?" Sasuke yang melihat Naruto seperti itu mulai bosan, biasanya Naruto pasti akan menuju ke tempat itu secepat kilat. Tapi kenapa kali ini tidak?

"Matanya terlihat sedih." cahaya mata Naruto berkurang seketika, ketika melihat gadis itu menunjukkan ekspresi seperti itu sambil menatap langit, seperti sebuah lukisan yang amat sangat indah tetapi terpancar kesedihan disana.

"Sedih?" Sasuke menengokkan kepalanya ke belakang untuk melihat gadis itu kembali. "Biasa saja menurutku." dan kembalilah Sasuke kepada kehidupan ponselnya. Mengikuti arus kawan-kawannya yang terus berjalan.

"Dia kesepian."

"Hah?" Sasuke kembali bingung. Kesepian? Lagi-lagi kata-kata itu yang diucapkan? Dia bukan kesepian! Tetapi lebih senang sendiri! Itulah yang ada dipikirkan Sasuke.

"Aku harus kesana sekarang." Hal itu membuat Sasuke sedikit terkejut, bukankah tadi dia berkata bahwa ia tidak akan menghampirinya? Ya walaupun tidak diucapkan, tetapi dapat dilihat dari sifatnya.

"Apa yang kau katakan?" belum saja Sasuke selesai mengucapkan kata-katanya, Naruto sudah melesat pergi dari gerombolan itu.

"Hei Naruto! Mau kemana?" melihat Naruto yang tiba-tiba pergi, Lee tidak bisa ambil diam. Hampir saja ia mengejar Naruto, tetapi ia ditahan oleh Sasuke.

"Biarkan saja dia." Sasuke menenangkan orang-orang lainnya supaya mereka tidak mengejar Naruto. Senyumnya terukir di wajah tampannya, entah apa arti dari senyumannya itu.

"Dia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya, kalian tahu kan sifatnya?"

Kembali kepada Naruto, ia terus berlari ke arah tadi, sepertinya gadis itu sudah menghilang. Tapi pasti belum jauh. Naruto tidak tahu, kenapa saat melihat mata gadis itu, Naruto tidak dapat diam saja. Melihatnya yang seperti itu, ia seperti melihat dirinya di masa lalu.

"Kamu menyebalkan, jangan dekati kami."

Rasa kesepian itu, dapat dirasakan olehnya. Ia tidak tega, melihat ada yang mengalami kejadian sama seperti dirinya. Ia tidak bisa tinggal diam.

"Ketemu!"

Saat melihat gadis itu di depannya, Naruto langsung memegang pergelangan tangan gadis itu. Gadis itu langsung saja menengokkan kepalanya dengan terkejut karena ada yang menahannya berjalan.

"Eh?"

Roda yang sempat terhenti, kini kembali membentuk sebuah kisah baru kan?

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi."

To Be Continue

(Ch. 1, end)

Kembali lagi bertemu denganku kawan~ Bagaimana chapter satu menurut kalian? Inilah saquel tentang kehidupan kedua yang kukatakan kepada kalian di cerita sebelumnya. Ini bukan kehidupan yang membuat mereka mengingat kehidupannya sebelumnya, tetapi kehidupan kedua tanpa ada ingatan tentang kehidupan pertama. Tetapi kalau soal sedikit-sedikit peninggalan kehidupan pertama mungkin ada.

Rada berbelit ya aku menjelaskannya? Ya soalnya aku juga bingung sih mau berbicara apa. #plak

Baiklah, terima kasih bagi yang sudah menunggunya selama ini dan yang sudah mau membacanya~ Aku sangat berterima kasih bagi kalian yang sangat menantikannya #tak ada

Oh ya, bagi kalian yang mau membaca kehidupan sebelumnya mengenai diri mereka, silahkan lihat di list story-ku ya.. Judulnya My Baby Blue saja.

Berikan pendapat kalian ya tentang cerita ini ya~ dan satu lagi, mungkin cerita ini akan lebih panjang dari yang aslinya. Jadi jangan sampai bosan ya~

Jaa minna~

::

::

V