VROOOM
Naruto memacu mobilnya dengan kecepatanan penuh. Sebelum ia meninggalkan Konoha, setidaknya ia harus memberitahu Sasuke.
Lagipula jarak Konoha dan Suna tidaklah begitu jauh. Jika ia bisa pergi setiap minggu dari Suna ke Konoha hanya untuk menyantap ramen. Bagaimana mungkin ia tidak bisa mengunjungi Sasuke?
Naruto tersenyum. Kini ia bisa menjalankan tugasnya dan juga melihat seseorang yang ia cintai tanpa hambatan.
CLICK
Ia melepas safety belt yang menjaga tubuhnya tetap aman dan berlari kearah pria paruh baya yang sedang berdiri didepan bangunan berwarna putih itu.
"Paman...!" Panggil Naruto seraya berlari kearahnya.
Sang paman menoleh. Menatap Naruto dengan bingung. "Bukankah kau sahabat Sasuke-sama?"
Naruto mengangguk. "Bisakah kau mengatakan pada Sasuke untuk bertemu denganku?"
"Tetapi ia baru saja pergi menuju Konoha Hospital..." Sahutnya.
Naruto terdiam. Lagi. Ia melakukan hal yang bodoh lagi. Tentu saja Sasuke akan berada di Rumah Sakit jika sedang tidak bersamanya.
"Ah... Baiklah paman. Aku akan pergi ke Rumah Sakit. Dan terima kasih..." Naruto tersenyum dan berbalik.
"Naruto-sama!" Panggilnya.
Naruto menghentikan langkahnya dan menoleh. "Ya...?"
"Bukankah, kau juga teman dari Neji-sama?"
"Ya..." Sahut Naruto.
Sang paman terlihat bingung. "Uh... Lalu apakah kau tahu jika Neji-sama sedang dalam keadaan kritis saat ini?"
Pupil biru itu membulat sempurna. Ia berbalik dan berlari kearah mobilnya. Menghiraukan sang paman yang kini memanggil-manggil namanya dari belakang.
VROOOOOOM
"Hey! Kemudikan kendaraanmu yang benar bodoh!" Maki salah seorang pengemudi lainnya.
Naruto menulikan telinganya. Jantungnya berdetak sangat cepat bahkan keringat dingin menetes dari pelipisnya.
Ia menekan pedal gas itu lebih dalam. Jika saja ia tidak berada di dalam kota. Mungkin ia akan menghidupkan turbo yang ada di dalam mobilnya.
"Hahh...hahh...hah..." Ia berlari sepanjang koridor rumah sakit menuju sebuah ruangan VIP yang terletak di ujung koridor.
Perlahan Naruto melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan dengan bau disinfectant itu. Pemandangan didepannya membuat jantungnya kembali berdegup kencang.
Tubuh Neji terbaring lemah tak berdaya diatas kasur dengan berbagai macam selang menempel di tubuhnya. Sasuke yang terduduk di sampingnya hanya bisa berdiam dan melihat pemandangan menyakitkan di sebelahnya.
"Sasuke...?" Panggil Naruto. "Sasuke? Apa yang sebenarnya terjadi...?"
Sasuke tidak merespon, ia hanya menatap kosong kearah sang Hyuuga. Wajahnya terlihat begitu pucat. Bahkan Naruto bisa melihat jelas kilat kesedihan dan khawatir terpantul jelas dari matanya.
Perlahan jemari sang pirang mencoba meraih pundak Sasuke, namun ia kembali menarik jemarinya dan mengurungkan niatnya tersebut.
Keberadaannya sama sekali tidak terlihat oleh sang Uchiha. Ia sama sekali tidak terlihat. Sasuke kini hanya melihat Neji seorang.
Kini ia mengerti betapa besar mereka saling mencintai. Neji mencintai Sasuke, dan Sasuke mencintai Neji. Cinta mereka equal. Tidak seperti cinta miliknya untuk Sasuke.
Ia tidak lebih hanya sebagai pengacau di antara hubungan mereka.
Pengacau yang merusak hubungan diantara mereka berdua. Memaksakan kehendaknya hanya untuk memuaskan apa yang ia inginkan.
Semua ini adalah salahnya. Sejak awal Sasuke memang tidak pernah mengatakan jika ia mencintainya bukan? Mereka tidak berkencan, tidak juga mempunyai suatu hubungan khusus. Lalu mengapa bisa ia mengharapkan sebuah cinta semu seperti itu?
Kini ia harus menuai apa yang ia tanam, merasakan sakit yang bahkan terasa seperti mencekik lehernya, jantungnya seakan diremas dan dihancurkan.
Naruto memalingkan wajahnya. Ia harus kembali. Ia harus meninggalkan semua ini. Ia tidak bisa terlibat jauh lebih dalam. Ia tidak bisa dan Ia harus, menghentikan ini semua. melupakan semua rasa cintanya terhadap Sasuke dan melupakan sosok pemuda bembut hitam itu.
"Sasuke, aku harus kembali. Permisi..." Ucapnya datar.
Walaupun ia tahu itu sangatlah tidak mudah baginya.
Baru saja dua langkah ia melangkahkan kakinya menjauh, sebuah sentuhan lembut menyentuh dan menahan telapak tangannya.
Pupil biru itu membulat. Sakit si dadanya semakin tidak tertahankan. Ia tidak berani menoleh. Ia tidak berani memastikan apa benar kini Sasuke menggengam tangannya.
Ia sudah berjanji. Berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak terlibat lebih jauh.
"Maafkan aku Sasuke..." Suaranya bergetar mengucapkan sebuah permintaan maaf untuk apa yang telah ia perbuat kepadanya selama ini.
Perlahan ia melepaskan genggaman sang Uchiha dari telapak tangannya dan pergi meninggalkan ruangan itu tanpa sekalipun menoleh dan melihat wajah pemuda yang ia cintai.
.
Langit senja yang berwarna kemerahan itu membuat pupil biru sang Uzumaki menjadi berwarna oranye. Sudah cukup lama ia terdiam di sebuah kursi pinggir taman ini dan memandang kearah langit.
Sekarang, Ia tidak ingin pulang kerumah. tidak ingin juga pergi ke Suna. Ia harus mengucapkan salam perpisahan kepada teman-temannya di sekolah besok.
TAP
Naruto menoleh kaget saat sebuah minuman kaleng dingin menempel di pipinya.
"Aku sepertinya mengenal raut wajah seperti itu. Raut wajah patah hati..." Ucapnya santai seraya melempar minuman kaleng berperisa jeruk itu kearah Naruto.
"Sakura...?"
Gadis berambut pink ini tersenyum dan melambaikan tangannya. "Hai Naruto..." Sapanya. "Tidak kusangka aku akan bertemu denganmu saat sedang berolahraga sore ini..."
Sang pirang tersenyum dan mempersilahkan Sakura untuk duduk di sampingnya.
Sakura menepuk bahu Naruto lembut. "Sudah kukatakan padamu bukan? Jangan berurusan dengan Uchiha..."
Naruto tertawa. Ia tidak terkejut saat Sakura mengetahui kebenaran akan dirinya. "Kau benar. Ini adalah raut wajah patah hati..." Gurau Naruto seraya menunjuk kearah wajahnya.
Sakura tersenyum dan menatap kearah langit. "Saat kau jatuh cinta, dengan seseorang yang sudah dimiliki oleh orang lain, mengetahui kenyataannya, itu akan sangat menyakitkan Naruto..." Ucapnya pelan.
"Semakin banyak kau mengetahui seberapa besar mereka saling mencintai dan membutuhkan. Rasa sakit itu akan semangkin besar..." Ia terdiam sesaat sebelum melanjutkan perkataannya. "Dan itu akan lebih menyakitkan jika kau menjadi orang ketiga diantara hubungan mereka. Karena kau harus mengubur perasaanmu jauh didalam hatimu..."
Naruto memejamkan kedua matanya. Menutupi pupil biru miliknya yang sedari tadi menatap kearah langit. "Apakah aku salah jika mencintainya Sakura...?"
Gadis berambut pink ini menoleh. Menatap lirih kearah Naruto. "Mungkin, ini semua hanya waktu yang salah. Waktu berjalan sangat lambat untuk mempertemukan kalian berdua. kalian bertemu di waktu yang salah dan kau yang akan terluka..."
Perkataan Sakura seakan menikam tepat diatas jantungnya. Membuatnya secara tidak sadar meneteskan sebulir air hangat dan asin itu dari celah sudut matanya.
Sakura mengerti akan posisi dan masalah yang dihadapi sang pirang. Tetapi ia juga tidak bisa berbuat banyak selain terdiam di atas kursi itu dan memandang lurus kearah langit.
Perlahan ia bangkit dari atas kursi taman itu. Membuka minuman kaleng dari Sakura dan menenggaknya habis. "Ayo pulang. Aku akan mengantarmu..." Ia tersenyum. Seakan tidak terjadi apa-apa.
Sakura membalas senyuman Naruto. Ia tahu jika Naruto bukanlah seseorang yang akan membiaran kesedihan menyelimuti dirinya bahkan lebih dari 5 menit. "Baiklah, lagipula kau harus membereskan semua barang-barangmu untuk besok pergi ke Suna bukan...?"
"Eh? Darimana kau tahu...?"
Ia menoleh dan menatap Naruto secara mengintimidasi. "Aku ini Sakura, kau lupa...?" Sahutnya.
Naruto tertawa. "Ya, sepertinya aku lupa akan hal itu..."
.
Shikamaru melangkahkan kakinya malas disepanjang koridor. Ia menguap bahkan sesekali menabrak sang junior karena kantuknya yang tak tertahankan.
"Hey kudengar Naruto akan pindah dari sekolah ini..."
"Benarkah? Bukankah ia baru seminggu disini?"
Shikamaru menoleh kearah dua orang gadis di sampingnya. 'Huh? Apa katanya...?' Batinnya dalam hati.
"Pria tampan berambut pirang itu akan meninggalkan Konoha School. Aku sedih sekali..."
"Hey, kau ini kekasihku! Bukankah itu bagus jika Naruto akan pergi meninggalkan Konoha School?!"
Kini Shikamaru menoleh kearah junior pria dan wanita yang sedang beradu mulut di belakangnya. 'Naruto...?' Batinnya lagi dalam hati.
"Aku belum sempat mengatakan perasaanku padanya dan kini ia akan meninggalkanku..."
"Jangan bersedih seperti itu. Hari ini aku akan menemanimu bertemu Naruto sebelum ia meninggalkan Konoha..."
Shikamaru berlari menuju ruang kelasnya. Membuka pintu hingga menimbulkan bunyi benturan yang cukup keras.
"Shika? Ada apa? Tidak biasanya aku melihatmu bersemangat seperti ini..." Goda Sakura.
Shikamaru berlari mendekati Sakura dan menatap gadis cantik berambut pink tersebut. "Benarkah...?"
Sakura menatap sang Nara bingung.
"Benarkah Naruto akan meninggalkan Konoha hari ini...?" Ucapnya cukup keras hingga terdengar keseluruh ruang kelasnya.
Hinata menjatuhkan ponsel miliknya dan beralih menatap gadis berambut pink yang sudah menjadi sahabatnya selama 3 tahun ini. "S-Sakura benarkah N-Naruto...?"
Sakura sedikit menundukan kepalanya. Ia tidak menyahut tetapi ia mengangukan kepalanya.
Hinata menarik lengan Sakura. "L-Lalu dimana Naruto-ku sekarang...?"
Awalnya Sakura ragu untuk memberitahu. Karena ia sudah berjanji kepada Naruto untuk tidak memberitahukan kepada orang lain jika hari ini sang pirang akan menghabiskan harinya...
"Di atap sekolah..." Sahutnya pelan.
BRAK
Semua perhatian teralihkan oleh suara benturan yang berasal dari pintu.
"S-Sasuke-kun...?"
Hinata hendak mengejar Sasuke yang kini berlari meninggalkan kelas. Namun Sakura menahan lengannya.
"Tidak sekarang Hinata..." Ucapnya datar seraya memandangi tubuh Sasuke yang kian menjauh.
.
"Fuuuh..."
Kepulan asap putih beraroma tembakau itu menguar ke udara. Angin sejuk yang menerpa wajahnya membuat rambut pirang sang Uzumaki bergoyang secara perlahan.
Hari ini adalah hari terakhirnya di Konoha. Dan ia akan menghabiskan seluruh waktunya terduduk di atap sekolah, memandang kearah langit dan merasakan sejuknya udara pagi dari atas sini.
tap...tap...tap
Suara langkah kaki dari arah belakang tampaknya sama sekali tidak dihiraukan oleh sang pirang. Walaupun sejujurnya ia sedikit kesal karena Sakura sudah berjanji padanya untuk tidak memberitahukan dimana ia akan menghabiskan seluruh harinya disini.
"Fuuuuh..."
Ia kembali melepaskan asap putih itu dari mulutnya.
"Merokok tidak baik untuk kesehatan dobe..."
Pupil biru miliknya membulat sempurnya. Jantungnya berdetak cepat. Ia tahu persis suara dan seseorang yang memanggilnya dengan sebutan seperti itu.
"Dan seharusnya kau duduk didalam kelas dan bukan di atap seperti ini..."
Naruto tertawa. Ia mematikan rokok miliknya dan membuangnya kesembarang tempat.
"Aku memang tidak akan menghadiri kelas hari ini teme..." Ia bangkit dari duduknya. Berbalik dan tersenyum seraya menatap sang Uchiha. Menatap lirih sesosok pria yang sampai saat ini masih ia cintai.
"Kudengar kau akan meninggalkan Konoha..." Ucapnya pelan.
Senyuman itu perlahan hilang dari wajah sang Uzumaki. Ia melangkahkan kakinya perlahan menuju Sasuke dan berhenti tepat dihadapan sang Uchiha.
"Kau harus kembali ke kelas..." Ia menepuk bahu sang Uchiha dan perlahan melangkah menjauhi sosok pria dengan rambut berwarna hitam itu.
Lebih cepat lebih baik.
Ya, lebih cepat meninggalkan Konoha dan juga pria ini akan jauh lebih baik.
"Naruto..." Panggilnya.
Langkahnya terhenti. Ia tidak bisa menoleh dan menatap pria itu. Ia tidak bisa membiarkan rasa cintanya kembali membuat dirinya bertindak bodoh.
"Setidaknya jika kau ingin mengucapkan salam perpisahan. Lakukanlah dengan benar..."
Naruto tidak menoleh. Atau lebih tepatnya ia tidak ingin melihat bagaimana raut wajah sang Uchiha.
"Sasuke..." Panggilnya pelan. "jika kita bertemu di waktu dan tempat yang tepat. Mungkinkah akhir bahagia ini bisa menjadi milik kita berdua...?"
Ia kembali tersenyum sebelum melangkahkan kakinya meninggalkan atap sekolah beserta Sasuke yang terdiam mematung disana.
Naruto meneteskan air matanya yang terakhir dengan senyuman. Kini tekadnya sudah bulat. Ia memang tidak akan bisa melupakan sosok Sasuke. Tetapi ia akan mencoba menghapus rasa cinta miliknya dengan perlahan.
.
[_9 tahun kemudian_]
"Hey, kau lihat? Pria itu tampan sekali..." Bisik salah seorang wanita kepada temannya.
"Tentu saja aku lihat bodoh, kau pikir aku akan menyia-nyiakan pemandangan bagus seperti itu...?" Sahutnya.
Sang wanita tertawa geli. "Kau benar, hah... Ia sangat tampan. Wajahnya, tubuhnya, rambutnya. Semuanya sangat sempurna..." Ucap sang wanita memuji.
"Dan kau jangan lupa. Ia mempunyai uang yang sangat banyak..."
Sang wanita terlihat cukup kaget. "Eh? Benarkah...?"
"Dia itu Uchiha Sasuke. Pewaris tunggal Uchiha corp...!"
TING
"Selamat datang Uchiha-Sama, ini pesananmu..." Sahut seorang pelayan cafe seraya menyerahkan sebuah kopi hitam dan sandwich.
"Hn..." Ia menyerahkan selembar uang dan pergi begitu saja tanpa mengambil kembaliannya. Ia merasa risih dengan tatapan dan bisikan para wanita didalam cafe ini. Jika saja hari ini asisten pribadinya sedang tidak cuti. Ia tidak perlu repot-repot mengunjungi cafe yang terletak dekat sekolah lamanya dulu.
PIP
Ia mematikan ponselnya dan membuka payungnya. Cuaca yang tidak menentu akhir-akhir ini membuatnya kerepotan karena harus membawa payung kemana pun ia pergi. Sama seperti hari ini. Ia harus menunggu sang supir untuk membawanya ke kantor disaat sedang hujan deras.
26 tahun.
Ya, kini usianya susah 26 tahun. Tetapi ia masih tidak diijinkan untuk mengemudi.
"MENYINGKIR...!"
Belum sempat sang Uchiha menggerakan kakinya. Seseorang dengan jaket hujan berwarna kuning menabraknya dari arah samping.
BRUGH
Ia jatuh dengan dahi membentur ke pinggir trotar. Makanan serta kopi miliknya juga tercecer diatas tanah.
Pria dengan jaket hujan berwarna kuning itu berusaha bangkit dan berjalan kearah Sasuke dengan terhuyung. "Maafkan aku! Karena hujan aku berlari dan tersandung batu..." Ucapnya seraya membantu sang Uchiha bangkit.
"Lepaskan..." Sasuke menepis uluran tangan sang pria. Bajunya basah dan dahinya lebam. Bagaimana mungkin ia akan menghadiri meeting pagi dengan penampilan seperti ini.
Ia menatap emosi kearah sang pria. Jaket hujan yang ia kenakan menutupi seluruh tubuhnya. Bahkan kepala dan juga wajahnya. Ia terlihat sedang terburu-buru.
"M-maafkan aku tuan, aku akan mengganti makanan dan juga bajumu..." Ucapnya.
Sasuke tidak merespon. Mobil sedan berwarna hitam miliknya kini sudah ada didepan mata. Dengan cepat ia masuk kedalam mobil. Menyuruh sang supir untuk berputar balik kearah apartemen miliknya. Menghiraukan sang pria dengan jaket kuning yang ternyata sedang tersenyum kearahnya.
.
Tok...Tok...Tok
Suara ketukan di pintu membuat Sasuke menghentikan kegiatannya yang sedang menandatangani beberapa dokumen.
"Uchiha-Sama ada seseorang yang ingin bertemu anda, ia memaksa masuk dan ingin bertemu dengan anda..."
Sasuke mengerutkan alisnya. Ia tidak ingat jika hari ini memiliki janji dengan seseorang. Mungkinkah ia lupa? "Siapa orang itu?"
"Dia tidak menyebutkan namanya Uchiha-Sama, ia hanya ingin bertemu anda..."
"Baiklah, katakan padanya untuk menemuiku..." Perintahnya singkat seraya kembali melanjutkan menandatangani dokumen miliknya.
Wanita itu menunduk dan melangkah meninggalkan ruangan.
Sasuke meletakan pena miliknya saat sesosok pria berambut pirang masuk kedalam ruangannya.
"Halo, Sasuke-sama..."
Sesaat ia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang. Sosok didepannya ini mengingatkannya kepada sesosok pemuda di masa lalunya.
"Siapa kau...?"
Pria itu tersenyum dan merogoh saku celananya. Mengambil selembar kertas dan menyerahkannya kepada sang Uchiha. "Seseorang menitipkannya padaku..."
Kertas berwarna putih bertuliskan alamat sebuah cafe.
"Kuharap kau meluangkan waktumu sore ini, selamat tinggal..." Ia melambaikan tangannya dan pergi begitu saja.
Sasuke menatap bingung kearah selembar kertas berwarna putih itu. "Konoha cafe...?"
Bukankah tadi pagi ia baru saja mengunjungi cafe itu? Lalu, siapa seseorang yang ingin menemuinya sore ini?
Ia menggelengkan kepalanya. Hanya menerka-nerka jawabannya tidak akan ada hasilnya. Lebih baik ia mengerjakan semua pekerjaannya dahulu dan mencari tahu siapa seseorang yang ingin bertemu dengannya nanti.
.
_Konoha Cafe_
Sasuke melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe. Tidak seperti biasanya, cafe ini terlihat jauh lebih hening dari biasanya. Tidak ada para pelanggan lain yang biasanya menatapnya tanpa berkedip saat memasuki cafe ini.
Ya, hanya dirinya seorang.
"Selamat datang Uchiha-sama..." Seorang pelayan membungkukan badannya didepan Sasuke. "Seseorang sudah menunggumu sejak tadi..." Ia meminta Sasuke untuk mengikutinya.
Sasuke melangkahkan kakinya mengikuti sang pelayan. "Dimana pengunjung lainnya...?" Jujur saja, ia masih tidak habis pikir mengapa cafe ini terlihat sangat sepi.
Sang pelayan tersenyum dan berhenti disebuah ruangan VIP. "Tuan yang ada didalam sana, sengaja menyewa seluruh cafe untuk sore ini..."
"Tuan...?"
Sang pelayan mengangguk dan membungkuk. "Permisi..." Ucapnya sopan lalu meninggalkan Sasuke yang mematung disana.
Siapakah seseorang yang menunggunya didalam sana?
Jika seseorang itu sudah mengenalnya, mengapa ia tidak langsung datang ke kantor dan menemuinya?
Beberapa pertanyaan menghantui pikiran Sasuke. Membuatnya ragu untuk membuka kenop pintu itu. Tetapi jika ia tidak membukanya, ia tidak akan tahu siapa seseorang yang menunggunya didalam sana.
krieeeet
Pintu kayu itu terbuka. Menampilkan sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna coklat. Ia melangkahkan kakinya kedalam ruangan.
Lalu kedua pupil matanya membulat sempurna saat menangkap sesosok pria yang sedang tersenyum kearahnya.
"Aku sudah menunggumu cukup lama kau tahu Sasuke...?"
Sosok pria berambut pirang yang cukup familiar di ingatannya. "K-kau...?"
.
"Selamat menikmati hidangannya..." Ucap sang pelayan seraya membungkuk sopan sebelum meninggalkan ruangan itu.
Naruto tersenyum, lalu menatap kearah pria di hadapannya. "Apa kabarmu...?" Ucapnya santai.
"Baik-baik saja..." Sahutnya singkat. "Untuk apa kau kesini...?"
Ia mengangguk dan menyesap orange juice dari gelasnya. "Aku memiliki beberapa pekerjaan di Konoha dan rasanya sayang sekali jika tidak bertemu teman lama..."
Sasuke terdiam. Tidak merespon pertanyaan Naruto.
Dengan lahap Naruto menyantap hidangan miliknya. Lalu ia beralih menatap sang Uchiha. "Sasuke, dahimu lebam..?"
"Hn..." Gumamnya. "Seseorang menabrakku pagi ini..."
Naruto tersenyum kaku. "Sepertinya terlihat sangat sakit..." Ucapnya. "Biar kulihat..." Perlahan jemari tan itu menggapai dahi sang Uchiha. Namun Sasuke menepisnya dan membuat sang Uzumaki terlihat cukup kaget.
"Sepertinya kau baik-baik saja..." Ucapnya salah tingkah. "Baiklah, Sekarang aku akan mengatakan padamu tujuanku yang sesungguhnya..."
Sasuke bisa merasakan jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Sejak bertemu pria berambut pirang ini. Ingatan selama 9 tahun yang telah ia buang jauh-jauh kembali muncul di kepalanya.
"Aku..." Ucap Naruto. "Ingin bekerja sama denganmu, perusahaanku membutuhkan parter kerja sama, dan sepertinya kau bisa membantuku..." Lanjutnya lagi.
Sasuke tidak habis pikir. Mengapa hatinya mencelos saat mendengar perkataan Naruto? Apa yang sesungguhnya ia harapkan? "H-hn..."
Naruto tersenyum. "Terima kasih..."
Wajah Sasuke kembali memerah. Sudah berapa lama ia tidak melihat senyuman itu?
Ah... 9 tahun.
Jangka waktu yang cukup lama. Tetapi pria pirang di hadapannya ini tidak banyak berubah. Hanya saja terlihat jauh lebih dewasa.
"Ah, bagaimana keadaan Neji...?"
Pertanyaan Naruto membuat Sasuke meletakan garpu miliknya. "Ia sudah kembali sehat..." Sahutnya singkat.
Sang pirang mengangguk. "Lalu bagaimana hubungan kalian...?"
Sasuke menatap kosong kearah gelas miliknya. Mengapa jantungnya terasa sesak seperti ini?
"Hubungan kami, baik-baik saja..." Sahutnya kaku.
"Ah... Syukurlah..."
"Hn..." Sasuke kembali terdiam. Ia tidak bisa menatap wajah sang Uzumaki.
Naruto tersenyum lirih. Perlahan ia bangkit dari atas kursi dan menepuk bahu sang Uchiha. "Aku akan menghubungimu lagi nanti..." Tangan Naruto perlahan mengusap lembut kepala sang Uchiha. "Kau harus kembali bekerja. Sampai nanti..."
Ia melangkahkan kakinya kearah pintu. Namun ia berhenti melangkahkan kakinya saat merasakan sebuah telapak tangan menahan lengannya.
"Aku sudah tidak memiliki hubungan dengan Neji..."
Suara lirih dari arah belakang tertangkap jelas di indra pendengarannya.
"Aku tidak pernah mencintai Neji..."
Naruto terdiam tidak merespon perkataan sang Uchiha.
tubuh sang Uchiha bergetar menahan emosi. "Semua itu kulakukan hanya karena... karena... karena..."
Naruto tersenyum, Ia berbalik menatap sang Uchiha yang kini menahan lengan kirinya. "Sasuke..." Panggilnya. "Semua hal ini tidak ada hubungannya denganku..."
Pupil hitam itu membulat sempurna. Ia melepaskan genggaman tangannya dari jas yang dikenakan Naruto.
"Kau benar, mengapa aku memberitahumu tentang semua hal ini...?" Ia menundukan wajahnya dan tertawa. "Kau sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini, mengapa aku sangat bodoh? Kau bukan kekasihku dan juga aku tidak memiliki sebuah hubungan denganmu..."
"Tetapi..." Ucapnya dengan suara bergetar. "Mengapa aku tidak bisa melupakanmu...?"
Naruto menatap lirih kearah pemuda di hadapannya. Cukup sudah semua game yang ia mainkan untuk hari ini.
Ia membawa sang Uchiha kedalam dekapannya, Memeluknya dengan erat dan melepaskan semua rasa rindu yang selama ini ia pendam.
"Naruto...?"
"Aku sudah tahu akan semua hal itu..." Ucap Naruto pelan. "Maafkan aku..." Ia mendekatkan wajahnya dengan sang Uchiha. Mengecup bibir lembut seorang pria yang hampir membuatnya gila selama ini.
Sasuke menatap Naruto bingung. "A-apa...?"
.
[_FlashBack_]
"Naruto-sama, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu..."
Naruto mengangguk, jika saja ini bukan jam makan siang mungkin ia akan menolak tamu yang akan bertemu dengannya.
Suara langkah kaki perlahan medekat. Naruto meletakan ponsel miliknya keatas meja san bersiap menyambut seseorang yang akan bertemu dengannya siang ini.
"Hey, Naruto..." Sapanya.
"Neji...?"
Pria bermata lavender itu tersenyum dan mengangkat tangannya. "Bagaimana kabarmu...?"
Naruto membalas senyuman sang Hyuuga dan menghampirinya. "Seperti yang kau lihat..." Ia mengedikan bahunya dan tertawa. Sama sekali tidak menyangka jika mendapatkan kunjungan dari seseorang yang ia kenal dahulu. "Bagaimana denganmu...?"
"Seperti biasa, tidak begitu banyak berubah. Mungkin sedikit lebih sibuk..." sahut Neji.
Naruto tertawa. "Aku bisa melihat itu Dengan sangaaat jelas, pak Direktur Hyuuga company..." Goda Naruto.
"Tidak kusangka kau akan meninggalkan kami secepat itu..." Goda Neji seraya mendudukan dirinya disalah satu sofa yang terletak didalam ruangan sang Uzumaki.
"Kau mengucapkannya seakan-akan aku sudah mati..." Balas Naruto, membuat sang Hyuuga tertawa geli.
"Kudengar kau akan menikah, karena itu aku kesini untuk bertanya padamu secara langsung..."
Naruto menyemburkan kopi dari dalam mulutnya. "A-Apa? Dari mana kau mendapatkan berita semacam itu...?!"
"Uhh... Internet?"
Naruto tertawa. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengarkan. "Tuan Hyuuga tidak seharusnya kau mempercayai berita palsu seperti itu..."
Neji tertawa dan memijat keningnya. "Sial, ini membuatku tampak bodoh..."
Cukup lama mereka tertawa hingga Naruto kembali menyesap kopi miliknya.
"Jadi, kau tidak memiliki pasangan untuk saat ini bukan?"
Naruto menggelengkan kepalanya. "Aku memiliki kekasih untuk saat ini..."
"Apa...?" Sang Hyuuga tampak cukup kaget saat mendengar perkataan Naruto.
"Kau mau melihat kekasihku...?" Goda Naruto. "Disana..." Ucapnya seraya menunjuk kearah tumpukan kertas yang berada diatas mejanya.
"Uhh... Kertas?"
Naruto tertawa geli. "Itulah kekasihku..."
"Kau gila..." Neji merebahkan tubuhnya keatas sofa.
"Ayolah Neji, aku mencintai pekerjaanku sama halnya seperti aku mencintai seorang kekasih..." Ucap Naruto.
"Baiklah tuan workaholic, sepertinya kedatanganku kesini hanya sia-sia..."
"Kau terdengar seakan-akan ingin menjodohkanku dengan seseorang..." Naruto kembali tertawa.
Neji tersenyum. "Bagaimana jika aku mengatakan iya...?"
"A-apa? Kau bercanda...?"
"Kembalilah ke Konoha Naruto, seseorang membutuhkanmu disana..."
Naruto mengerutkan alisnya. "Seseorang? Siapa...?"
"Sasuke..." Sahutnya singkat.
Pupil biru itu membulat sempurna. 'Mungkinkah Neji telah mengetahui semua hal ini...?' Batinnya kaget dalam hati. "Whoa... apa maksudmu Neji? Sasuke itu kekasihmu..." Ucapnya bingung.
Neji tertawa dan kembali menyamankan tubuhnya diatas sofa empuk itu. "Tidak lagi, atau mungkin bisa kukatakan sebetulnya tidak dari dulu...?"
Naruto mengerutkan alisnya. "A-apa maksudmu...?"
Senyuman tipis menghiasi wajah sang Hyuuga. "Sebenarnya aku sudah mengetahui jika Sasuke tidak pernah mencintaiku Naruto, itu semua ia lakukan hanya sebatas permintaan Itachi..."
"Itachi? Yang kau maksud Itachi Uchiha...?"
Neji mengangguk dan merogoh saku celananya. mengambil sebatang rokok dan membakarnya. "Kecelakaan itu membuatku harus menetap didalam rumah sakit selama hampir 3 tahun. Ka–"
"Tunggu Neji..." Potong Naruto. "Aku tidak mengerti. Kecelakaan? Itachi Uchiha? Rumah sakit? Apa maksudmu...?"
Neji meletakan sebatang rokok miliknya kedalam asbak. "Naruto..." Panggilnya. "Kecelakaan yang merenggut nyawa Itachi, juga hampir merenggut nyawaku..."
Pupil biru itu membulat sempurna. Keringat dingin perlahan menetes dari pelipisnya. 'Mungkinkah ini semua berkaitan...?' Batin Naruto dalam hati.
"Fuuuh..." Kepulan asap putih itu menguar ke udara. "Mobil yang dikendarai oleh Itachi mengalami kerusakan, ia kehilangan kendali dan menabrak sebuah toko dimana aku sedang berada didalam sana. Kukira aku akan mati saat itu juga..." Senyuman tipis menghiasi wajah sang Hyuuga.
"Saat aku tersadar, yang kulihat pertama kali adalah ruangan serba putih beserta raut wajah kaku dan dingin. Seperti patung, namun bernyawa..." Neji tertawa. "Lalu, ia meminta maaf dan berkata akan menemaniku. Aku sendiri tidak mengerti mengapa ia meminta maaf. Karena bingung lalu kujawab saja 'baiklah, aku memaafkanmu'..."
"Setiap hari ia mengunjungiku, membawa permen, coklat, dan beberapa makanan ringan lainnya. Ia hampir tidak pernah berbicara denganku. Bisa dikatakan jika ia seperti patung hidup yang duduk di sampingku..." Neji kembali tertawa. "Awalnya aku merasa sangat terganggu karena kedatangan anak itu. tetapi, entah sejak kapan aku mulai menyukai dan menunggu kedatangannya..."
Ia menoleh, menatap lurus kearah Naruto. " Hingga, saat itu aku mengetahui jika ia adalah adik dari seseorang yang membuatku harus menetap dirumah sakit selama 3 tahun, atau mungkin selamanya...?" Neji tersenyum. "kau sudah tahu bukan jika kondisi tubuhku sangat lemah?"
"Neji..."
"Dan ia menemaniku, hanya sebatas tanggung jawab yang ia ambil dari Itachi, Naruto..." lanjutnya lagi.
Sang Hyuuga meletakan batang rokoknya dan bangkit dari atas sofa. "Kembalilah ke Konoha dan temui Sasuke, Naruto. Aku tidak tahan melihatnya kembali seperti mayat hidup setelah kau meninggalkan Konoha..."
seringai tipis menghiasi wajah sang Uzumaki. "Aku sudah tidak memiliki urusan dengannya Neji..."
"Kau masih mencintainya Naruto, begitupula Sasuke. Bertanggung jawablah karena membuatnya jatuh cinta padamu..."
Pupil biru itu membulat sempurna. Seluruh memory bersama Sasuke yang telah ia pendam perlahan memenuhi seluruh pikirannya. Ya, ia memang masih mencintai Sasuke. Seberapa keras ia mencoba, tidak akan ada hasilnya. Menghapus rasa cintanya sama saja seperti mencoba mengingat kembali raut wajah kaku dan dingin itu. Namun sesaat kemudian ia kembali mengambil alih kontrol dirinya. "Itu hanya cerita lama, aku tidak tertarik..."
DUAGHH
Pukulan itu tepat mengenai rahang sebelah kiri sang Uzumaki. Membuatnya mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya.
"Kau akan kembali ke Konoha bukan Uzumaki Naruto...?" ulang Neji. "aku yakin kau akan kembali..."
Naruto meringis. Mengelap darah segar dari sudut bibirnya. Tidak di pungkiri rasa nyeri dari pukulan sang Hyuuga membuatnya matanya sedikit buram.
"Dan pukulan itu, anggap saja karena kau telah mencuri cinta pertamaku..." Neji tersenyum. melambaikan tangannya seraya berjalan kearah pintu. "Sampai jumpa Uzumaki Naruto, aku harus menghadiri meeting penting..."
Seringai tipis kembali menghiasi wajah sang Uzumaki. "Ck, Berengsek..." Gumamnya pelan. Seraya merebahkan tubuhnya diatas sofa dan tertawa.
[_End FlashBack_]
.
Lengan kekar Naruto kembali mendekap erat sang Uchiha. "Maafkan aku membuatmu menunggu begitu lama. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi Sasuke..."
Biarkanlah untuk kali ini ia merendahkan harga dirinya. Membalas pelukan sang Uzumaki dan melepas rasa rindu selama 9 tahun yang terpaksa ia pendam jauh didalam hatinya. "Dasar bodoh. Aku memang tidak akan mengijinkanmu untuk meninggalkanku lagi..."
Naruto tersenyum. Kini ia mendapatkan cinta seutuhnya dari sebuah cinta semu yang dahulu pernah ia harapkan. "Aku mencintaimu Sasuke..."
Ia menenggelamkan wajahnya di bahu bidang sang Uzumaki. "Aku juga mencintaimu Naruto..."
.
"Sasuke..." Panggilnya.
"Hn...?"
"Apakah kau memiliki kekasih selama aku meninggalkan Konoha...?" Naruto melirik kearah Sasuke yang terduduk diatas kasur dengan novel miliknya.
"Tidak..." Sahutnya singkat. "Bagaimana denganmu...?"
Ia menggaruk kepalanya nervous. "Uhh... Beberapa..."
Sasuke meletakan novelnya. Merasa sedikit kecewa dengan jawaban seseorang yang kini berstatus sebagai kekasihnya. "Lalu mengapa kau kembali ke Konoha..."
"Karena masalahnya selalu sama..." Sahut Naruto singkat.
"Bertepuk sebelah tangan...?" Goda Sasuke seraya memeluk tubuh Naruto dari belakang.
Seringai tipis menghiasi wajah sang Uzumaki seraya menoleh kearah Sasuke. "Bukan..." Sahutnya singkat.
"Lalu...?"
Ia berbalik dan mendorong tubuh sang Uchiha keatas kasur. "Karena itu bukan kau..." Ucapnya menggoda, membuat wajah sang Uchiha memerah sempurna.
"Dasar dobe bodoh..."
Naruto tertawa dan mendekatkan bibir mereka. "Tetapi, bukankah kau menyukai si bodoh ini...?"
"Hn..." Sahut Sasuke pelan sebelum Naruto membawanya kedalam ciuman yang memabukan.
.
End