"Kau yakin mau ikut pindah ke kota sekarang, kau sudah kelas tiga Ino chan" tanya Deidara.

"Harus kubilang berapa kali lagi padamu Dei nii, apa kau tak mau tinggal bersaku?".

" Yah kukira kau hanya terbawa emosi sesaat saja, dulu kan kau menolaknya dengan keras".

"tidak Dei nii kupikir ini memang sudah seharusnya dilakukan kalau kita ingin memulai semuanya dari awal lagi, lagipula akan sangat egois jika aku membiarkanmu repot mengurusku dan pekerjaanmu diwaktu yang sama ditempat yang berbeda".

"Wah tak kusangka kau bisa berpikir sebijak itu, kupikir kau hanya tahu makan dan marah-marah" ledeknya padaku.

"Jangan mulai lagi Dei nii, aku sedang tak ingin berdebat denganmu" balasku sambil meletakkan beberapa kotak kardus di dekat pintu.

"Lalu bagaimana dengan teman-temanmu di sekolah?".

"apa aku terlihat seperti memiliki banyak teman di sekolah?" tanyaku beretorika.

"Ya mana kutahu, kau yang sekolah?".

"Aku tak memiliki teman jika yang kau maksud adalah seseorang seperti kau dan Sasori".

"Oh itu sangat menyedihkan adikku" candanya sambil merangkul pundakku pura-pura bersimpati, aku hanya diam dan memberikan deathglare yg sama sekali tak dihiraukannya.

"Lalu bagaimana dengan dua anak yang datang saat upacara pemakaman tou dan waktu itu, siapa nama mereka Uchiha dan Nara?"

"Eh maksudmu, ada orang dari sekolah yang datang?"

"Tentu saja, selain beberapa guru ada dua siswa yang datang, mereka bilang mereka perwakilan dari kelasmu, apa kau tak mengenal mereka? Ckckckck...kau jahat sekali Ino chan".

"Bukan begitu, waktu itu aku kan tidak ikut menemui para pelayat karna masih terlalu shok" ucapku membela diri.

"Benarkah, jadi siapa?"

"Aku"

"Ck, maksudku Nara atau Uchiha?"

"Apa maksudmu?"

"tentu saja yang lebih kau sukai bodoh" jawab Deidara kesal.

"Apa itu penting? kau ini tak pernah berubah ya, cerewet sekali dan suka mencampuri urusan orang lain" cetusku kesal.

"Apa salahnya mencampuri urusan adik sendiri?"

"Tentu saja salah, apa kau tak tahu apa itu privasi?"

"Wah wah jadi benar ya, siapa Ino chan, siapa siapa, ayolaah ceritakan pada kakakmu ini!" desaknya semakin menjengkelkan.

"Ayolah, kau tak perlu malu padaku Ino chan, apa kau tak ingin mendapat restuku?"

"Restu apa yg kau bicarakan?"

"ten-"

"Berhentilah bicara Dei nii dan buatkan aku makan malam, aku sudah sudah lapar" potongku sambil memukul wajahnya dengan bantal lalu melenggang pergi ke kamar meninggalkan Dei nii yang mulai menggerutu. Aku hanya menggelengkan kepala dan tertawa pelan mendengar gerutuannya, sudah lama kami tak pernah sedekat ini, meski topiknya menyebalkan tapi aku senang saat Deidara berusaha keras untuk menggodaku.

.

.

.

.

.

.

Hari ini aku masuk sekolah untuk mengurus kepindahanku dengan Dei nii, banyak siswa siswi yang memperhatian kami namun aku tak peduli, lagipula sebentar lagi aku tidak akan disini lagi, pikirku. Terdengar seperti aku ingin melarikan diri memang tapi kenyataanya tidak, aku sama sekali tak berpikir mereka atau kehidupan sosialku yang kurang baik dengan mereka sebagai alasanku pindah dari sekolah ini, alasanku adalah karna Dei nii dan pesan terakhir tou san, hanya itu.

Saat Dei nii masih diruang guru aku meminta ijin untuk keluar lebih dulu untuk membereskan isi lokerku, itulah beberapa anak perempuan yg aku tahu anggota penggemar Uchiha sasuke yang beberapa kali mengerjaiku tiba-tiba datang menghampiriku.

"Yamanaka san" panggil salah satu dari mereka, aku tak begitu mengerti kenapa mereka tiba-tiba bersikap aneh, saling menyenggol dan terlihat kikuk didepanku seperti ingin menyampaikan sesuatu, aku memeberi tatapan tanyaku namun tak ada yang bersuara.

"Ya, kalian ingin mengatakan sesuatu?" aku membuka suara, namun masih tak ada jawaban dari mereka setelah beberapa saat aku menghentikan aktifitasku.

"kalau tidak ada sebaiknya kalian pergi, aku sibuk" aku tidak bisa bersikap ramah pada mereka mengingat perlakuan buruk mereka padaku, maksudku bagaimana bisa aku menerima orang-orang yang menganggapku sebagai musuh? Aku tahu ini egois karna dalam hal ini aku juga bersalah karna membuat mereka berpikir begitu, tapi tetap saja aku tak bisa menerima perlakuan tidak adil yang ditujukan padaku.

"kami minta maaf, maafkan kami" dua diantara mereka akhirnya membuka suaranya.

"Iya, maafkan kami atas semua yang pernah kami lakukan padamu" kemudian disusul yang lainnya lalu secara serentak mereka menundukkan badan bersama kearahku, aku tertegun sejenak karna terkejut dengan permintaan maaf mereka, aku merasa aneh dan masih tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi, namun aku tak mau banyak berpikir dihari terakhirku ini, jadi kuputuskan untuk tak memperpermasalahkan lagi apa yang sudah terjadi, lagipula tak ada alasan untuk tidak menerima permintaan maaf mereka dihari terakhirku disekolah ini, anggap saja ini hadiah perpisahan untukku dan untuk mereka juga, bukankah bagus jika aku meninggalkan sekolah ini tanpa membawa urusan yang belum selesai dengan orang lain? Aku tersenyum samar pada mereka atas pemikiranku sendiri, setidaknya untuk yang terakhir kali biarkan aku memberi kesan positif pada mereka para fans Uchiha.

"sudahlah lupakan saja, aku juga seharusnya minta maaf pada kalian atas semua perkataanku" ucapku kemudian mereka terlihat lega atas jawabanku, dan entah kenapa itu membuatku merasa ringan.

"Arigatou gozaimasu" balas mereka serentak seperti kelompok paduan suara.

"Sama-sama" jawabku sambil mengangguk dengan senyuman yang entah sejak kapan muncul dibibirku. Lalu mereka berlalu untuk kembali ke kelas mereka masing-masing.

Aku masih tak mengerti kenapa mereka bisa tiba-tiba meminta maaf, apa karna mereka tahu kalau aku akan pindah hari ini, atau mereka memang benar-benar telah sadar dengan apa yang sudah mereka lakukan padaku selama ini, yang manapun itu kuputuskan untuk tidak memikirkannya lagi karna kehidupan baru telah menungguku setelah ini, entah sejak kapan aku merasa sangat bersemangat setiap kali memikirkannya. Aku pun melanjutkan aktifitasku yang sempat tertunda.

"Sepertinya keadaan semakin membaik setelah kau tak masuk selama seminggu" Sebuah suara tiba-tiba mengejutkanku dari belakang.

"Kau mengejutkanku Shika, apa yang kau lakukan disini?"

"Aku mau mengambil bukuku" Shikamaru membuka lokernya dan mengambil beberapa buku.

"Apa semua baik-baik saja?" tanyanya kemudian.

"Seperti yang kau lihat" jawabku sambil mengedikkan bahu masih dengan merapikan barang-barangku kedalam tas.

"Apa kabar itu benar?"

"Apa?"

"Kau akan pindah?"

"Ya, begitulah, aku akan memulai kehidupan baru dengan kakakku untuk memperbaiki hubungan kami seperti yang Tou San inginkan".

"Ck...mendokusai"

"Hei, respon macam apa itu, apa tak ada yang bisa kau katakan selain umpatan mendokusai-mu itu?" Semburku pada kebiasaan menyebalkan Shikamaru.

"Lalu bagaimana denganku?"

"Apa yang kau bicarakan, tentu saja kau akan baik-baik saja disini" aku memandangnya heran karna pertanyaan konyolnya itu.

"Ck, seharusnya aku mengatakannya lebih cepat"

"kau ingin mengatakan sesuatu?"

"Ya, aku menyukaimu Yamanaka Ino" tiba-tiba pandangannya berubah serius, seperti bukan Shikamaru yang selama ini aku kenal.

"Aku tahu" kataku spontan.

"Lalu?"

"Aku juga menyukaimu, kalau itu yang ingin kau dengar"

"Bukan itu maksudku"

"Lalu apa yang kau maksud?"

"Ck...mendokusai"

"Kenapa, apa kau tak senang dengan jawabanku?" Aku sedikit menggodanya kali ini, aku pura-pura menunjukkan ekspresi sedih.

"itu...aaargh...kau pasti tahu maksudku" ucapnya frustasi sambil meremas rambut nanasnya, aku senang saat melihat ekspresi grustasinya seperti itu, jahat bukan?

"bagaimana aku tahu, kau tak menjelaskan apapun padaku" sebenarnya aku sudah tahu apa yang dia maksud, tentu saja aku tidak terlalu bodoh untuk memahami kata-katanya, tapi memangnya apa yang harus kukatakan untuk menanggapinya, aku hanya tidak tahu bagaimana caranya merespon pernyataannya selain mengatakan hal yang sama dengannya, lagipula aku juga tidak bohong kalau aku juga menyukainya.

"haaaahh...sudahlah, berikan aku alamat emailmu saja, akan kujelaskan lagi nanti"

"terserah kau saja, mana ponselmu!" lalu kami saling bertukar alamat email. Ini lucu, aku baru sadar kalau kami bahkan belum pernah bertukar alamat email padahal kami sudah lumayan lama berteman dekat.

"Jangan lupa kabari aku begitu kau sampai dan menemukan sekolah baru yang cocok disana"

"baiklaah, kalau aku tidak lupa" balasku sambil menjulurkan lidahku.

"A..." baru saja dia akan mengucapkan sesuatu tapi Dei nii datang menginterupsi kami, aku pun tersenyum penuh kemenangan.

"Ino chan, hei kau temannya Ino chan yang waktu itu kan?" Deidara bertanya sambil berseringai padaku, ck apa-apaan maksudnya itu, jelek sekali dia saat sedang menyeringai seperti itu, umpatku dalam hati.

"iya, apa kabar?" Jawab Shikamaru sambil memberi hormat pada Dei nii.

"Baik, namamu...Nara bukan?" Sambung Dei nii sambil mencoba mengingat namanya dengan benar.

"Iya, saya Nara Shikamaru, senang bertemu dengan anda lagi" sangat bukan Shikamaru, batinku melihat formalitasnya, rasanya aku ingin tertawa melihatnya.

"Terimakasih sudah mau menjadi teman adikku selama disini, dia pasti banyak merepotkanmu"

"Tak apa, aku senang direpotkan olehnya" seketika suasana menjadi hening, terkejut dengan jawaban spontan Shikamaru aku melotot kearahnya, lalu beralih pada Dei nii yang kembali menyeringai, untungnya sebelum Dei nii membuka suaranya lagi Shilamaru segera mendahuluinya.

"Maksudku, itu bukan masalah besar Yamanaka san"

"Oh, baiklah kalau begitu, sekali lagi trimakasih Nara san. ngomong-ngomong apa kalian masih mau bicara? Maksudku Aku bisa menunggu diluar saja" tambah Dei nii sambil menunjuk arah luar sekolah.

"Tidak, anda tak perlu melakukannya saya sudah selesai dengan Ino"

"Apa kau yakin?" tanya Deidara mmemastikan.

"Iya, kalau begitu saya permisi ke kelas dulu" pamitnya.

"Tunggu Shika, aku ingin berterimakasih padamu, terimakasih sudah datang keacara pemakaman tou san dan maaf aku tak bisa menemui kalian waktu itu"

"Aku mengerti"

"Juga, bisakah kau sampaikan terimakasihku pada Uchiha san?" kataku memohon.

"Akan kusampaikan" jawabnya.

"Em, trimakasih banyak Shika"

"Aku pergi dulu Ino" dia hanya mengangguk dan tersenyum sekilas, lalu beranjak meninggalkan kami. Setelah itu kami pun segera beranjak keluar dari tempat itu.

"Kau yakin dengan ini Ino chan?"

"Jangan membuatku mengulanginya lagi Dei nii"

"Baiklah, kuharap kau takkan menyesalinya nanti"

"Jangan khawatirkan aku" aku terus berjalan bersama Dei nii menuju mobil kami yang terparkir dihalaman sekolah tanpa menengok ke belakang lagi.

Namun entah kenapa ada rasa berat yang kurasakan saat meninggalkan gedung sekolah padahal kupikir tak ada kenangan yang berarti ditempat ini.

Aku sedang memegangi dadaku yang entah kenapa terasa sesak saat tiba-taba sebuah tarikan membawaku kedalam sebuah pelukan erat yang mengejutkan, namun sebelum aku bisa bereaksi sebuah bisikan menghentikan niatku,

"Terimakasih" lalu dalam sekejap dia melepaskan pelukan itu dan begitu aku sadar dari keterjutanku orang itu sudah melesat pergi seperti angin, aku bahkan tidak tahu siapa orang tersebut jika bukan karna model rambutnya yang khas seperti pantat ayam, dan aku hanya mampu tersenyum geli menyadari siapa orang tersebut.

"Eh, bukankah tadi temannya Nara, siapa namanya?"

Dei nii masih terus berceloteh bahkan setelah dia melajukan mobilnya, namun aku memilih untuk tak menghiraukannya dan fokus pada dua pesan baru dari Shikamaru dan Sasuke yang masuk keponselku, aku tersenyum sendiri membaca kata-kata mereka.

Aku senang dengan kepindahanku ini, ada banyak hal baik yang tak terbayangkan terjadi begitu saja, meskipun aku masih sedih atas kepergian tou san setidaknya semua beban pikiran dan perasaan yang selama ini kupendam semuanya sudah teratasi, bahkan masalah sosialku disekolah pun berakhir dengan baik.

Aku sangat berharap semoga, bukan, bukan berharap tapi pasti kehidupan baruku setelah ini bisa lebih baik lagi, ya aku yakin itu, aku memejamkan mataku sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku bersamaan dengan optimisme yang aku bangun.

Owari...

Yooossshhaaaa...akhirnya, bisa kupublish juga endingnya.

Sebenarnya fic ini sudah selesai lama, tapi karna keterbatasan sarana jadi terpaksa molor lamaaa, semoga chap terakhir ini tak begitu mengecewakan, mengingat banyak masukan yang aku dapat dari review chap sebelumnya.

Yaa...maklum lah author amatiran lapuk, tapi apapun itu aku tetap mengharapkan perhatian kalian semua lewat RnR yang masuk, so keep Read and Review please minna san.

Salam hangat 😊 dan semangaaatt