Sebulan telah berlalu.

Selama itu, Tao dan Yifan tidak pernah saling sapa lagi.

Selama itu juga, Tao belum nenjawab pernyataan cinta dari Yunho.

Sekarang Tao juga sedang sibuk kuliah. Jadi, tidak heran kalau Tao jarang masuk kerja karena kelelahan dan jadwal kuliahnya yang benar-benar padat. Untuk menjawab telepon atau membalas pesan dari Bos-nya, bahkan dari orangtuanya pun ia tidak sempat.

Dan Yifan.. ia hanya menjalani hari-harinya seperti biasa. Tidak sesibuk Tao.

Kesibukan yang sedang dihadapi Tao membuat Yifan merindukan sosok pemuda manis dari Cina itu. Ia rindu pada Tao ; pada senyum Tao yang manis, pada suara Tao yang terkadang terdengar manja, dan semuanya.

.

.

.

"Selamat pagi~"

"Hai Adik Panda-ku! Akhirnya kau masuk kerja juga. Aku sangat merindukanmu, kau tahu?" sapa Seunghyun sambil memeluk lalu merangkul Tao.

"Hihi, senang rasanya bisa bertemu denganmu lagi Panda Hyung. Aku juga saaaaangat merindukanmuuu~"

"Hei, kau tahu? Semenjak kau sibuk dengan kuliahmu, Yunho sajangnim terlihat sangat lesu. Tidak biasanya ia seperti itu." Bisik Seunghyun. "Benarkah?" tanya Tao. Seunghyun menganggukkan kepalanya. "Dan Yifan.. ia terlihat lebih muram dari biasanya."

"Bahkan ia terlihat seperti mayat hidup."

Tao terdiam. Apa yang dikatakan Seunghyun barusan membuatnya teringat berapa lama ia tidak bertatapan dengan Yifan. Tidak seperti saat mereka baru pertama bertemu dan berkenalan.

"Kenapa mereka seperti itu?" tanya Tao. Seunghyun mengendikkan bahunya.

.

.

"Yifan ge~" panggil Tao dengan manja sambil memeluk Yifan yang sedang mengelap meja dari belakang. "Hnn.." gumam Yifan. "Kau sedang apa?" tanya Tao. "Aku sedang memandikan bayi." Jawab Yifan.

Tao memukul punggung Yifan dengan keras. "Gege!"

Yifan berbalik dan menatap Tao yang sedang merengut kesal. "Ada apa? Kau tahu 'kan aku sedang sibuk?" tanya Yifan agak kesal. Dan Tao memeluk Yifan lagi. "Kenapa gege berubah..."

"A-apa?"

"Iya. Gege berubah. Tidak seperti yang dulu..."

Yifan melepas pelukan Tao dari tubuhnya. Ia menangkup wajah Tao dengan kedua tangannya. "Kita bicarakan ini nanti, ok? Aku merasa tidak enak kalau sajangnim melihat kita seperti ini." Ujar Yifan. "Tapii... kata Panda hyung, sajangnim sedang tidak ada, Gege.. Kenapa tidak sekarang saja?" rengek Tao sambil mengembungkan kedua pipinya serta mengerucutkan bibirnya.

"Nanti sajaa... dasar Panda cerewet!" ucap Yifan sambil mencubit kedua pipi Tao dengan gemas. "Aku janji." Sambungnya.

"Janji?" Tao mengacungkan jari kelingkingnya. Lalu Yifan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Tao. "Janji."

Cup!

"Okay. Semangat, Ge!"

Tao langsung berlari ke dalam dapur setelah mencium kilat pipi Yifan

.

.

.

.

Tao POV

Aku bingung. Benar-benar bingung. Aku bilang padanya kalau ia telah berubah. Tapi, saat ia menanyakan itu, kenapa aku malah tidak bisa berkata apa-apa? Padahal, semua perubahannya telah aku lihat dan aku rasakan sendiri.

Sekarang, kami sedang berada di ruang ganti.

Berdua.

Dan ia sedang menatap tajam , bisa tidak ia berhenti menatapku seperti itu?

Apalagi suaranya-

"Tao..."

-yang sangat berat dan terdengar sexy ditelingaku. Membuat jantungku berdebar kencang.

"Bicaralah. Aku ingin tahu.. perubahan seperti apa yang telah aku lakukan."

Sial.

"Setelah aku mendapat jawaban darimu, aku janji. Aku janji aku akan merubahnya seperti yang kau inginkan."

"Mm.. k-kau..."

"Ya?"

"Kau tidak pernah menyapaku atau menjawab sapaanku. Kau tidak pernah menghubungiku. Kau tidak pernah main ke tempatku lagi. Dan kau juga terlihat sudah tidak sudi untuk melihatku." Jawabku dengan lirih. Aku memberanikan diri untuk menatap mata tajam Yifan gege. "Itu saja." Kataku singkat.

Tatapan matanya bertemu dengan tatapan mataku. "Maaf." Katanya singkat.

"Kau terlihat sangat sibuk, Tao-ya. Aku tidak ingin mengganggumu."

Tanpa aku sadari, aku meneteskan air mata. Aku sedikit emosi mendengar permohonan maaf dari Yifan gege. "Kau bodoh! Kau bodoh, Wu Yifan!" seruku sambil memukul-mukul dadanya. "Aku memang sibuk. Tapi, setidaknya... balas saat aku menyapamu! Atau, menanyakan keadaanku! Dasar bodoh!" ujarku.

Yifan gege mencengkram kedua tanganku. "Maaf. Aku benar-benar menyesal." Bisiknya. "Tapi setidaknya... aku masih memendam rasa ini untukmu, Tao." Sambungnya. Aku menghentikan tangisanku. "K-Kau bilang apa.. ge?" tanyaku lirih.

Yifan gege tidak menjawab pertanyaanku. Tapi ia malah mencium bibirku.

"Aku.. mencintaimu... Huang Zitao..."

Normal POV

Kedua mata panda Tao membulat. Ia merasa tidak bisa bernafas setelah mendengar kata-kata dari Yifan. "Haha, aku pasti salah dengar. Ya, aku pasti salah dengar." Katanya pelan sambil memalingkan wajahnya dari Yifan.

Sementara itu, Yifan mengerutkan dahinya. "Kenapa kau berkata seperti itu, Tao?" tanyanya. "Apa kau tidak percaya bahwa aku mencintaimu?"

"Tao-ya, jawab aku!"

Tao tidak menjawab. Tapi ia menolehkan wajahnya untuk menatap Yifan. "Apa itu benar?" tanyanya lirih. Yifan mengangkup wajah Tao. "Kenapa? Kau ragu?" tanya Yifan yang membuat air mata Tao jatuh.

"Bukannya aku ragu. Tapi... aku takut. Aku takut ini hanya mimpi indahku." Jawab Tao. Yifan tersenyum. "Tidak, Sayang. Ini bukan mimpi. Aku benar-benar mencintaimu." Ujarnya sambil mengelus wajah Tao dengan pelan. "Jangan seperti ini lagi. Jangan anggap semua hal yang membuatmu bahagia adalah sebuah mimpi."

Tao mengangguk. "Baiklah. Terima kasih karena sudah menyadarkanku..."

"Kiss me first, Babe."

Wajah Tao memerah. "Byuntae!"

.

.

.

[ keesokan harinya ]

"Good morning, Tao. Senang bisa melihatmu bekerja lagi setelah sebulan kau sibuk dengan kuliahmu." Sapa Yunho saat melihat Tao yang baru datang di cafe. "Good morning too, Sajangnim." Balas Tao.

Tao yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam lokernya, dikejutkan oleh pelukan dari sang bos.

"A-ah.. Sajangnim... apa yang kau lakukan?"

Yunho tidak menjawab. Ia malah mengeratkan pelukannya pada tubuh Tao.

"I miss you so bad, Tao." Bisik Yunho. Ia membalik badan pemuda yang ada di pelukannya lalu dengan cepat ia mencium bibir pemuda manis itu.

Tao yang mendapat ciuman mendadak dari bos-nya itu langsung terkejut. Ia mulai mendorong tubuh Yunho agar ciuman itu segera usai. Namun hasilnya nihil. Bukannya menyudahi ciuman paksaan itu, kedua tangan Yunho membuka kancing-kancing seragam yang dikenakan Tao dan melesakkan ciuman di leher jenjang Tao.

"S-Sajangnim! Hentikaaan! Yifan ge, Panda hyung, tolong aku!" teriak Tao dengan rasa takut setengah mati.

"Yifan gege! Tolong aku, ge!"

Yunho kembali mencium bibir Tao agar Tao berhenti berteriak minta tolong. "Kenapa kau berteriak, Tao? Kau seperti gadis yang akan diperkosa saja." Tanya Yunho. "Tapi itu memang benar, Sajangnim!" jawab Tao.

Hampir saja Yunho membuka resleting celana Tao, Yifan tiba dan langsung menghajar habis-habisan namja yang sudah berbulan-bulan membuatnya cemburu buta. "Apa. Yang. Kau. Lakukan. Pada kekasihku?!" gertaknya sambil mencengkram kemeja Yunho.

"Kau ingin memperkosa Tao, eoh? Kau pikir perbuatanmu itu benar, Sajangnim?" tanya Yifan sarkastik. Yunho menyeringai. "Ya. Aku ingin memperkosa dia agar dia menjadi milikku seutuhnya, Tuan Wu!" jawabnya.

Sementara itu, Tao sedang berada di rest room bersama Seunghyun.

Ia benar-benar ketakutan sekarang.

Kejadian barusan membuatnya shock. Ia yang hampir saja diperkosa oleh bos-nya sendiri dan melihat amukan Yifan yang menyeramkan.

Dan dua orang yang sedang berkelahi itu sama-sama sudah dilarikan ke rumah sakit karena luka pada tubuh dan wajah mereka yang lumayan banyak.

"Panda hyung... aku takut..." ujar Tao lirih sambil mengeratkan pelukannya pada Seunghyun. "Sstt... Tenang saja, Tao. Ada hyung di sini." Kata Seunghyun sambil mengusap-usap punggung Tao.

"Hyung, kenapa sajangnim melakukan ini padaku? Hiks... kenapa sajangnim tega sekali..."

Saat Seunhyun akan bicara, tiba-tiba ada seorang namja datang menghampiri mereka berdua.

Jung Changmin. Adik Yunho.

"M-Maaf... apa kau Huang Zitao?"

Tao mendongakkan kepalanya—ia masih memeluk Seunghyun dengan erat. "Kau siapa?" tanya Tao. "Aku adik dari Yunho, Jung Changmin." Jawab Changmin. Ia tersenyum sambil mengulurkan tangan kanannya pada Tao. "Senang bertemu denganmu, Changmin-ssi." Kata Tao sambil menjabat tangan Changmin.

"Mmm... Tao-ssi, aku ingin meminta maaf atas perbuatan kakakku barusan. Kakakku sangat stress karena ia mempunyai banyak masalah dengan Ayah. Jadi, kumohon, maafkan kakakku." Ujar Changmin sambil membungkukkan badannya.

Tao langsung melepas pelukannya pada Seunghyun lalu berjalan menghampiri Changmin yang masih membungkukkan badannya.

"Changmin-ssi... Sudah, jangan membungkuk terus. Nanti tulang punggungmu bengkok." Ujar Tao sambil berusaha menegakkan tubuh Changmin. "Aku.. sudah memaafkan Yunho sajangnim." Sambungnya sambil menyunggingkan senyumnya yang teramat manis. Changmin tersenyum. "Terima kasih banyak, Tao-ssi."

.

.

.

[ Two years later ]

"Woahhh! Tempat ini menakjubkan!" seru Tao begitu mereka sampai di sebuah villa di Pulau Jeju.

Ya. Hari ini Yifan sengaja mengajak Tao berlibur ke Pulau Jeju. Ia merencanakan sesuatu yang akan ia jalankan di pulau ini.

"Kau suka, Baby?" tanyanya sambil merangkul pundak kekasihnya. "Aku sangat suka! Terima kasih Yifan ge..." jawab Tao lalu memeluk erat tubuh Yifan. "Kau mau ke pantai?" tanya Yifan lagi yang dibalas oleh sebuah anggukan dari Tao. "Kau ke sana duluan. Aku akan menyusul."

"Eh? Kenapa tidak bersama saja, ge?" tanya Tao.

"Aku ada urusan sebentar."

"Baiklah."

Setelah Tao menghilang dari pandangannya, ia langsung mencari hadiah yang akan ia berikan pada Tao.

"Gege! Kenapa lama sekali?"

Yifan tidak menjawab. Ia hanya menyunggingkan senyumannya yang menawan.

Hari ini,

Di pulau ini,

Di saat matahari akan terbenam dan akan berganti malam..

Aku...

Akan meminta ini padamu satu kali.

Dan hanya kepadamu.

Yifan membawa Tao ke bibir pantai lalu berlutut di hadapan Tao.

"Aku bukan seorang pria dengan harta yang berlimpah. Aku bukan seorang pahlawan yang bisa melindungi dunia dari kejahatan. Dan aku bukan seorang puitis dan penyair yang mampu merangkai kata-kata yang indah. Tapi..."

Yifan menggenggam tangan Tao lalu menatap wajah kekasihnya itu.

"Aku hanyalah seorang pria yang mencoba untuk membuatmu bahagia. Aku hanya seorang pria yang akan mencintaimu tulus dan apa adanya."

Ia menunjukkan sebuah kotak yang terdapat sebuah cincin.

"Huang Zitao... maukah kau menjadi pendamping hidupku untuk selamanya?"

Air mata Tao mulai menetes.

Ia menatap tidak percaya pada pemuda yang baru saja memintanya untuk menjadi pendamping hidup pemuda yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya.

"Ya. Aku mau. Aku mau menjadi pendamping hidupmu, Wu Yifan. Aku tidak peduli sekaya apapun dirimu dan sehebat apapun dirimu. Aku hanya ingin dirimu. Aku mencintaimu apa adanya. Kau dan aku sama-sama mempunyai kekurangan masing-masing. Aku akan menerima segala kelebihan dan kekuranganmu."

Yifan bangkit lalu memeluk tubuh Tao dengan erat—seakan Tao akan dengan mudahnya meninggalkan dirinya. "Terima kasih. Terima kasih banyak, Sayang. I love you so much, Tao." Ucapnya sambil mengecup dahi Tao berkali-kali.

Tao mengangguk. "I love you too, Yifan ge."

.

.

.

END

Akhirnya ff ini kelar juga... *elap keringat*

Terima kasih ya udah nyempetin baca dan review ff abal ini :')

mm... sebenernya aku mulek banget baca kata-kata waktu bang wupan ngelamar tao -_- haha. Maklum. Bukan ahli sastra.

kalian juga kan? IYA KAN?

Yowis, babahin lah.

Gimana? Makin jelek kah ceritanya?

Maaf... banget kalo kain jelek )))):

Chapter ini aku tulis pas bagian tengah sampek terakhir pas besoknya unas. HUEHUEHUEHUE

Okay, review lagi yow~~ Pai pai!