The Pregnant Man

Story belongs to Fujimoto Yumi

Kuroko no Basuke

Is belong to Fujimaki Tadatoshi

Pairing :

AkaKuro! MidoTaka! AoKise! MuraHimu!

Rating : T+++

Length : 1 of ?

Romance, Fluffy, Humor-maybe?- Parody._.

Yaoi, Boys Love, Shonen-ai content. MPreg!

DLDR, yo~ Enjoy dan tinggalkan jejak :)

.

.

.

A Kuroko no Basuke Fanfiction

The Pregnant Man

by Fujimoto Yumi

.

.

.


Kata orang-orang, menghadapi pasangan hidup yang sedang hamil itu sangat menyiksa. Karena mood mereka akan mudah berubah dalam beberapa detik kau mengedipkan mata. Apalagi mereka bisa saja berubah seratus delapan puluh derajat dari sifat asli mereka. Meminta ini-itu yang diinginkan saat masa mengidam, jika tidak dituruti, mereka akan merajuk dan membuat pasangannya tidur di luar. Oh, klise sekali.

Tetapi kenyataannya, di sinilah ke empat anggota Kiseki no Sedai berada. Sama-sama dihadiahi pasangan hidup (baca: istri) yang sedang hamil muda. Apa benar anggapan orang-orang itu?


.

.

.


Matahari pagi masih mengintip malu-malu. Suara cicitan burung terdengar bersautan. Pemuda berambut pirang yang dulunya seorang model dan juga bagian dari The Generation of Miracles itu pun membuka matanya, mengusir rasa kantuk yang masih ia miliki karena merasa adanya pergolakan aneh di perutnya.

Morning sickness.

Pemuda yang sekarang bernama Aomine Ryouta itu tahu, semenjak dirinya dinyatakan hamil, hal seperti ini tak luput dari kegiatan paginya. Tak mau berlama-lama menahan diri, istri dari sang Ace Kiseki no Sedai –dulu- itu langsung berlari ke arah kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Aomine Ryouta sesekali memijat keningnya yang terasa pusing. Baginya morning sickness ini amat menyiksa. Setiap pagi ia pasti selalu memuntahkan apa yang ia makan semalam. Dan lagi, suaminya, Aomine Daiki, sedikitpun tidak terganggu atau bahkan berniat bangun untuk melihat dirinya ini.

Ryouta mengerti. Aomine Daiki pasti sangat lelah. Dirinya yang menjabat sebagai kepala kepolisian membuatnya terkadang selalu pulang malam, dan itu cukup membuat Ryouta kesepian. Tapi ya mau bagaimana lagi? Toh kalau Daiki tidak kerja, mereka mau makan dari mana? Dari pohon? Tidak kan?

"Ryouta?"

"Ughh…" Ryouta mengeluh sambil terus memijat kepalanya yang agak pusing. Aomine Daiki di belakangnya mulai memijat tengkuk pasangannya itu.

"Morning sickness lagi?" tanya Daiki.

Ryouta mengangguk dalam diam, kemudian membersihkan mulutnya dan berbalik. Melingkarkan kedua tangannya pada kedua sisi tubuh Aomine lalu menyandarkan dirinya di dada bidang suaminya. "Daikicchi…tiba-tiba aku mau sesuatu-ssu."

Aomine langsung diam. Biasanya kalau istrinya sudah mengidam, bisa-bisa ia datang terlambat lagi ke kantor. "Errr…kau mau apa, Ryouta?"

Ryouta yang mendengar pertanyaan suaminya langsung mendongak dengan mata berbinar. "Semalam aku lihat kedai di perempatan jalan ke arah supermarket kecurian-ssu. Aku mau ikut Daikicchi menangkap pelakunya-ssu!"

"Hah?"

Tunggu…? Semalam? Seingat Aomine, semalam ia berada di kantor sampai larut, dan sama sekali tidak ada panggilan tentang kasus kecurian di sebuah kedai. Tapi kalau pun ada, harusnya Ryouta langsung memberitahunya, kan?

"Daikicchi?"

"Kedai yang mana, Ryouta?"

"Itu loh, kedai es krim yang buka sampai larut malam-ssu. Katanya dia kecurian mangkuk dua buah yang akan dipakai untuk melayani pesanan pelanggan. Terus, karena yang lainnya kotor akhirnya mereka pakai piring, deh-ssu."

"…"

"Daikicchi?"

"Ryouta? Apa yang kau lakukan di luar malam-malam saat aku belum pulang?"

"Eh? Aku hanya jalan-jalan, kok, Daikicchi. Habisnya Daikicchi pulangnya lama-ssu. Kan lumayan aku dapat sesuatu yang aku inginkan. Jus wedang jahe dicampur sirup rasa strawberry terus dikasih topping buah jeruk dan almond. Enak deh, Daikicchi. Lain kali coba, ya-ssu?"

"…"

Di mana pula ada minuman seperti itu? Dan apa rasanya? Jangan dibayangkan. Pasti rasanya fantastis. Ya, kan? Okeh, lupakan kegiatan pagi mereka dan minuman mix yang super wow.


.

.

.


Pagi itu Murasakibara Atsushi memakan sarapannya dengan tenang. Masakan istrinya, Murasakibara Tatsuya memang selalu enak dan memuaskan lidah. Sampai-sampai ia selalu ketagihan dan mau terus untuk menambah lagi.

"Atsushi, kau mau tambah lagi?" tanya Tatsuya yang melihat piring suaminya hampir bersih. Murasakibara Atsushi hanya mengangguk dan membiarkan Tatsuya menaruh nasi beserta lauk pauk ke dalam piringnya. Namun kemudian matanya menatap penuh tanda tanya saat Tatsuya mengangkat sebuah botol sirup dan siap menuangkannya ke atas makanan kepala keluarga Murasakibara tersebut.

"Matte, Tat-chin~ sirupnya untuk apa?" tanya Murasakibara pada istrinya.

Tatsuya menghentikan tangannya yang akan menuangkan sirup itu lalu memandang suaminya. "Eh? Tentu saja untuk dituang ke atas makananmu. Atsushi kan suka yang manis-manis. Jadi biar makanannya manis kutambah pakai sirup di atasnya, ya?" balas Tatsuya kemudian membuat garis zigzag di atas makanan Murasakibara yang hanya disaksikan pemiliknya dengan pandangan…speechless. Dan Murasakibara Atsushi tambah speechless ketika Tatsuya membuka sebungkus maiubo kemudian diremas lalu ditaburkan di atas piring suaminya.

"…"

"Nah. Ayo dimakan, Atsushi~"

"…"

Dan sekali lagi lupakan soal sarapan pagi dengan menu wow ini.


.

.

.


Pagi yang cerah di keluarga Midorima tiba-tiba diganggu oleh suara berisik yang berasal dari sebuah kamar di mansion itu. Salah satu pemiliknya, sebut saja Midorima Kazunari kini sedang tak bisa diam mengutak-atik isi lemarinya dan suaminya untuk mencari pakaian yang tepat untuknya dan juga Midorima Shintarou lari pagi.

Ya, ia berniat membangunkan suaminya setelah ia siap dengan kostumnya. Oi, tidak bisakah kau suruh suaminya mandi dulu, Kazunari?

Midorima Kazunari masih terus membongkar muatan lemari pakaian mereka sampai ke lemari yang dipenuhi lucky item Midorima Shintarou entah untuk mencari apa. Karena mendengar suara ribut nan berisik di dekatnya, mau tak mau pemuda berambut hijau itu pun membuka matanya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Saat ia berhasil menemukan kacamatanya setelah meraba-raba, matanya langsung tertuju pada sosok pemuda berambut hitam yang ia tahu, adalah istrinya sedang membongkar muatan lemari di kamar mereka.

Sontak saja Midorima bertanya pada pemuda itu. "Oi, Kazunari. Apa yang sedang kau lakukan-nodayo?"

Kazunari yang masih sibuk mencari entah apa hanya mengabaikan pertanyaan dari Shin-chan kesayangannya. "Oi Kazunari!" panggil Shintarou sekali lagi. Tapi karena tidak mendapat jawaban lagi, ia pun bangkit dari tempat tidur mereka dan mendekati Kazunari yang sedang sedang terdiam di depan lemari. "Sebenarnya apa yang kau cari-nodayo? Kau membuat berantakan—"

"Hmm…Shin-chan mandi dulu sana. Setelah ini kita lari pagi ya, Shin-chan. Tenang, aku sedang menyiapkan pakaianmu, kok."

"Tapi—"

"Sudah sana mandi. Air dinginnya sudah kusiapi, kok. Hayaku! Hayaku!" ujar Kazunari memotong kalimat Shintarou dengan seenaknya. Dan hal itu sukses membuat sosok dokter itu mematung.

'Apa katanya tadi? Mandi dengan air dingin? Dengan suhu sedingin ini? Kau mau membunuh suamimu, oi, Bakazunari?!' batin Shintarou yang kemudian mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

Tapi kemudian ia berhenti dan berujar pada Kazunari. "Kazunari, tolong siapkan teh—"

"Aku sudah siapkan susu strawberry kok. Tuh, ada di atas meja di samping tempat tidur."

Memang kapan ia memesan susu strawberry?

"Terus sarapannya juga sudah aku siapkan. Menu sarapan kali ini adalah sup kacang merah dicampur susu strawberry dan kacang polong. Enak deh. Dimakan ya, Shin-chan~"

"…"

Dan sarapan jenis apa itu?


.

.

.


Seorang Akashi Seijuurou tidak tahu harus berkomentar apa pagi itu. Lupakan soal rapat kemarin sore yang membuatnya ingin membunuh orang. Lupakan soal tender yang hampir gagal. Lupakan soal sekretarisnya yang hampir bunuh diri. Lupakan soal para maid dan butler yang hampir pingsan merasakan aura neraka yang ia berikan. Lupakan soal istrinya, Akashi Tetsuya yang semalam tiba-tiba memberikannya service memuas—eh? Yang ini mah mana bisa dilupakan?

Seijuurou hanya bisa menganga kali ini. Oh hell, no? Apalagi? Kenapa setiap pagi Tetsuyanya selalu membuatnya hampir mengeluarkan kedua mata merahnya dari tempatnya. Tidak adakah sambutan selamat pagi lain selain membuatnya speechless setiap harinya?

"Ne, Seijuurou-kun, daijoubu?" pertanyaan Tetsuya refleks masuk ke telinga kanan anak tunggal keluarga Akashi itu. Namun pandangannya langsung blank saat melihat keadaan istrinya yang menurut Midorima Shintarou sedang hamil saat ini. "Sei-kun?"

"Aa…Tetsuya, kenapa kau cosplay lagi? Dan apa-apaan gergaji mesin itu, hm?" tanya Seijuurou akhirnya. Dirinya kembali memperhatikan istrinya yang memaikan kostum gaun yang dipakai Anna di film frozen dengan sesekali memegang gergaji mesin di tangannya. Ayolah, istrinya ini kenapa?

"Seijuurou-kun tidak suka, ya? Apa aku terlihat jelek?" balas Tetsuya membuat Seijuurou memuntahkan kembali sup yang masuk ke tenggorokannya.

'Rasanya aneh. Tetsuya kau kenapa, cintaaa?' batin Seijuurou menangis. Ia menelan ludah melihat ekspresi Tetsuya yang merajuk tapi wajahnya masih sedatar tembok. Bukannya dia takut, tapi agak kesal sedikit karena tidak ada perubahan ekspresi sedikitpun di wajah manis itu. "Hm, bukan begitu, Tetsuya. Bukankah seharusnya jika kau memakai gaun seorang putri yang kau bawa itu bunga atau sesuatu yang indah?"

"Tapi aku mau ini, Sei-kun. Lagipula mereka tidak melarangku memakainya, kok," ucap Tetsuya yang refleks, membuat Seijuurou melihat ke arah para maid dan butler di sekeliling ruangan dengan aura membunuh.

"Tapi Tetsuya…"

"Kenapa? Aku tidak secantik Anna frozen, ya? Aku tidak pantas—"

"Iie. Kau cantik, Tetsuya. Sekarang, lebih baik kau temani aku sarapan, okay? Tapi taruh dulu gergaji mesinnya, ne?"

"Wakatta, Seijuurou-kun. Ohya, sup tofunya enak tidak? Itu aku campur vanilla milkshake loh~ rasanya pasti lebih enak. Ya kan?" cerita Tetsuya dengan suara cerianya, tapi wajahnya yang masih datar tidak merubah apapun.

Dan kalimat Tetsuya barusan, membuat Seijuurou sadar kenapa sup tofunya rasa nano-nano.

Ayolah? Sebenarnya kenapa dengan pagi ini? Ada apa dengan para uke?

Ah, lupakan soal semua insiden pagi ini, oke? Mungkin semua ini baru awal dari kehidupan para suami aka seme yang sebenarnya. Seberapa sanggup kalian bertahan, itu berarti kalian cinta istri kalian? Ya kan? Iya aja udah.


.

.

.

Lanjut/End?

.

.

.


Note : Yo, ketemu lagi. Saya bawa fic baru. Sebenernya ga yakin sama fic ini. Tapi ya, mencoba dulu hehe. Btw makasih yang sudah review di fic "The Things I Love about You"

Jadi boleh minta pendapatnya tentang ff ini? Mau dilanjut atau engga? Terima kasih~

Signed,

Fujimoto Yumi