NOTICE ME, KAICHOU!

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Disclaimer : Semua pemeran made by Masashi Kishimoto.

Genre : Dangdut koplo remix sedikit oriental (?).

Pairing : ShikaTema.

WARNING : Cerita abal plus pasaran, alur kecepetan, OOC, typo(s) dan gangguan lainnya.

DLDR

RnR

Happy Reading!

Pagi ini masih sama dengan pagi-pagi sebelumnya. Matahari terbit di sebelah timur, hawa dingin yang masih menyelimuti bumi, beberapa ekor burung bertengger di atas atap , dan jangan lupakan jam weker yang berbunyi nyaring di pelosok daerah. Pagi ini masih tetap diisi dengan kegiatan yang sama. Matahari menyinari dunia, beberapa penduduk bumi merasa enggan beranjak dari tempat tidurnya malah menarik selimutnya hingga kepala, burung mulai berkicau bersahut-sahutan, dan aktivitas mematikan jam weker dengan cara wajar (menekan tombol nonaktif pada weker) maupun tidak (memakan jam itu hingga selesai dicerna).

Begitupula yang dialami pimpinan redaksi salah satu majalah nasional, panggil saja dia Temari. Wanita karir yang disibukkan oleh pekerjaan yang menumpuk serta beban pikiran yang semakin hari semakin bertambah, entah dosa apa yang ia lakukan di masa lalu hingga Tuhan memberikannya cobaan yang amat berat, dan sepertinya pagi ini ia akan mendapatkan penderitaan yang baru dan lebih menantang.

Temari membuka matanya enggan dan mengambil jam mungilnya lalu menyimpannya, Temari tak pernah kesal mendengar jam weker yang memekakkan telinga itu dan malah kembali tertidur diiringi tembang indah dari jam wekernya. Ayah Temari yang muak mendengarnya pergi ke kamar Temari dengan ancang-ancang akan memusnahkan jam berjasa itu sambil membawa palu di tangan kanannya. Ia membuka pintu dan menyaksikan keadaan kamar putri sulungnya yang sangat mengenaskan. Kasur yang berantakan, seprai yang ia jadikan selimut sedangkan selimutnya tengah tergantung di sudut lemari, bantal yang berada di ambang jendela, dan anaknya yang tertidur di atas lantai dengan posisi kedua kaki dan tangan direntangkan selebar-lebarnya serta rambut yang urak-urakan.

Melihat situasi kamar Temari, sang ayah hanya bisa terdiam dengan mulut menganga. Ia akui anaknya memang ajaib! Temari bisa menghancurkan kamar sehancur-hancurnya hingga tak berbentuk seperti ini dalam waktu satu malam dalam keadaan tidak sadar, ditambah lagi ia bisa tertidur dengan alarm yang masih berbunyi.

"Bangun Temari!" teriak ayahnya. Temari yang mendengar itu hanya melirik sang ayah dan kembali menutup mata.

"Dasar wanita pemalas! Cepat bangun!" sambung ayahnya.

"Lima menit lagi ayah…" jawab Temari sambil menunjukkan 5 jarinya kepada ayahnya.

"Tidak ada tambahan waktu, cepat bangun dan cuci mukamu! Mandi dan bergegas ke kantor!"

"Aku bisa bergegas dengan cepat ayah, jadi lima menit lagi ya…"

"Ayah bilang tidak ada waktu tambahan! Bagaimana majalahmu akan terkenal jika pimpinan redaksinya saja pemalas seperti sapi bunting!"

"Kalau aku sapi, berarti ayah adalah ayah sapi, Kankurou dan Gaara adalah saudara sapi, lalu kita adalah keluarga sapi yang bahagia…"

"UUGH! Cepat bangun Temari, dan matikan bunyi alarmmu itu!"

"Ayah matikan saja sendiri…"

"Mana alarmmu itu?" tanya sang ayah, palu ditangannya sudah tak sabar bertemu dengan korbannya. Tapi Temari tak menggubris pertanyaan ayahnya, hingga sang ayah harus mencari jam kecil itu di kamar yang terlihat seperti gudang tua, hanya saja kamar Temari tidak dihiasi oleh sarang laba-laba dan lumut atau lichen yang menempel di dinding dan lantai. Setelah sekian lama sang ayah mencari alarm itu tetap saja tak ditemukan, jika pepatah mengatakan seperti mencari jarum di tumpukan jerami maka ayah Temari mengatakan seperti mencari weker di kamar Temari.

"Temari, apakah kau melihat weker itu?" tanya ayahnya.

"Hm… menurut ayah?" mendengar jawaban anaknya, emosi ayahnya mulai meningkat, jangan sampai palu ini memukul kepala anaknya sebelum sang ayah menghabiskan alarm itu. Sang ayah melihat Temari dan menemukan keganjilan disana.

"Mmm... Temari, apa yang ada di rambutmu itu?" Temari langsung mengusak rambutnya yang seperti rambut singa itu dan menemukan sebuah benda.

"Ooh.. ini namanya weker ayah." jawab Temari polos.

"Kenapa tak kau berikan kepada ayah dari tadi!"

Temari memang ajaib! Sangat jarang seorang wanita menyimpan weker di rambutnya yang seperti benang kusut dan masih tertidur walau weker itu sangat dekat dengannya.

҉ ҉ ҉

Temari menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan, ia melihat semua anggota keluarganya telah berkumpul dan ia memilih duduk disamping Gaara, adiknya.

"Selamat pagi nee-chan!" sapa Gaara dan tersenyum kepada kakaknya.

"Ya, selamat pagi juga adikku yang paling baik sedunia!" balas Temari lalu mengacak rambut adiknya.

"Nee-chan, Jangan acak rambutnya! Aku susah payah membuat new style rambutnya dan kau dengan mudah menghancurkannya!" ujar Kankurou kesal.

"Benarkah? Kenapa aku tak melihat perubahan ya?" tanya Temari dan menatap Gaara dengan intens.

"Cukup! Sekarang habiskan makanan ini dan kita akan berangkat bersama dengan mobil ayah!" perintah sang ayah kepada ketiga anaknya.

"Jangan repot-repot ayah, aku dan Gaara akan pergi dengan motor." jawab Kankurou.

"Iya, aku akan pergi dengan mobilku." sambung Temari.

"Tidak, sekarang kita akan pergi bersama dengan mobil ayah! Hanya mobil ayah!" jawab sang ayah dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.

"Kenapa begitu ayah?" tanya Gaara heran.

"Sekarang kita harus belajar berhemat Gaara, harga minyak bumi naik sehingga semua harga barang menjadi naik, ayah tidak ingin kita menjadi orang boros dan bertingkah seakan-akan kita tak sayang kepada bumi." jelas ayahnya.

"Bilang saja ayah kikir." bisik Temari kepada adiknya.

"Ayah bisa mendengarnya Temari." ujar sang ayah dan menatap tajam kepada Temari. Akhirnya keluarga kecil ini dapat memulai acara sarapan pagi dengan normal tanpa adanya pemberontakan oleh sang anak.

"Temari, berdasarkan peristiwa tadi pagi, ayah mengambil keputusan." ucap sang ayah dan berhenti menyuapi makanan ke dalam mulutnya. Gaara dan Kankurou melihat kakak dan ayahnya dengan tatapan bingung, memangnya tadi pagi ada kejadian apa?

"Apa keputusan ayah? Apakah ayah berpikir untuk tidak membeli jam weker lagi?" tanya Temari dan khusyuk melahap makanannya.

"Tidak."

"Lalu?"

"Ayah akan menjodohkanmu dengan putra rekan ayah."

JENG JENG JENG JENG!

Kamera zoom in ke arah Temari, tampak dengan jelas wajah Temari yang sangat shock mendengar penuturan sang ayah. Matanya membulat, mulutnya menganga, hidungnya kembang-kempis, dan alisnya terangkat. Gaara dan Kankurou yang mendengar itupun langsung menghentikan kegiatan sarapan paginya lalu melihat ekspresi sang ayah untuk mencari tanda-tanda bahwa ayahnya tengah bercanda.

"Ayah, ini keteraluan! Hanya karena kamarku berantakan dan tertidur seperti tadi ayah langsung menjodohkanku? Ini tidak masuk akal ayah! Jika ayah ingin aku berubah, tidak seperti ini caranya!" ucap Temari dengan lantang.

"Keterlaluan? Kau pikir ada guru les yang akan mengajarkanmu tidur dengan baik dan tenang di dunia ini? Kau tahu, jika kau memiliki suami maka kau akan merasa malu jika tertidur seperti tadi. Bukan karena itu saja, umurmu yang 25 tahun itu sangat ideal untuk menikah Temari." terang sang ayah tenang. Temari semakin terpuruk mendengar penjelasan ayahnya, otaknya mencari alasan agar ia terbebas dari kutukan itu.

"Ta.. tapi ayah, a.. aku tidak bisa menikah! Ka.. karena aku sudah punya pacar!"

JENG JENG JENG JENG!

Kini suasana hening, tak ada dentingan sendok dengan piring, tak ada suara kunyahan, tak ada suara. Ayah,Kankurou dan Gaara menatap Temari tepat pada kedua maniknya, Temari merasa salah tingkah karena keluarganya memandangnya seperti itu.

"Benarkah?" tanya ayah meyakinkan. Temari mengangguk dan meminum air putih yang ada di depannya.

"Baiklah, kalau memang begitu, ayah tidak bisa memaksamu." tambah ayah dan menyuapi makanan ke dalam mulutnya. Temari bernapas lega dan kembali menyantap makanannya dengan bahagia.

"Tapi.." sambung ayahnya menatap Temari lekat-lekat.

"Tapi apa ayah?"

"Kau harus mengenalkan pacarmu kepada ayah!"

JENG JENG JENG JENG!

'Mati aku!' ujar batin Temari, masalahnya ia tak memiliki pacar hingga sekarang. Jangankan pacar, teman laki-lakipun ia tak punya. Berdasarkan hasil observasi kedua adiknya, ia tak memiliki teman laki-laki karena terlalu pemarah dan egois, kalau masalah wajah, ia tak perlu cemas.

"Ka.. kapan aku kenalkan ayah?"

"Mmm.. ayah ada tugas ke luar daerah, satu bulan lagi ayah pulang. Jadi, sekitar satu bulan lagi kau harus mengenalkannya kepada ayah. Jika dia baik, maka ayah akan langsung menikahkanmu dengan dia." jelas ayah Temari, satu bulan bukanlah waktu yang panjang, bagaimana caranya ia mencari seorang laki-laki yang tak takut dengannya, laki-laki yang dekat dengannya hanyalah ayahnya dan kedua saudaranya.

"Tapi, jika kau ketahuan berbohong, maka kau langsung dinikahkan dengan orang pilihan ayah." tutup ayah dan menyudahi acara sarapan paginya, dengan santai ia pergi meninggalkan ketiga buah hatinya di ruang makan.

"Nee-chan, apa benar kau mempunyai pacar?" tanya Gaara, Temari menggeleng lemah dan memakan sarapannya dengan pelan.

"Uwee… bagaimana ini? Aku tidak punya teman laki-laki seorangpun!"

"Hmm... bagaimana kalau cari laki-laki lalu sewa!" usul Kankurou.

"Aku sempat memikirkan itu, tapi bagaimana ayah menganggap laki-laki itu baik dan aku dinikahkan dengan dia? Kalau begitu lebih baik aku dijodohkan saja."

"Mmm… bagaimana kalau aku kenalkan kakak dengan teman-temanku, mana tahu ada yang cocok dan kakak mencintainya." usul Gaara, Temari langsung tersenyum dan memeluk adiknya.

"Arigatou Gaara, kau memang adik yang paling baik sedunia!"

҉ ҉ ҉

Temari melangkahkan kakinya lemah, ia memasuki gerbang kantornya dengan pikiran yang mengawang entah kemana. Tak terasa ia telah tiba di ruang kerjanya dan menduduki sofa nan empuk itu, Temari masih memikirkan cara jitu untuk menentang perjodohan gila yang diutarakan ayahnya tadi, tanpa ia sadari ia telah melamun dan disaksikan oleh seseorang.

"Hei cantik, memikirkan apa? Memikirkan aku ya?"

Temari tersontak saat mendengar suara itu, suara yang sangat tidak familiar di telinganya. Ia mencari keberadaan orang yang telah mengganggu aktivitas melamunnya itu, sorot matanya bertemu dengan seorang pemuda yang tengah duduk santai di atas meja kerjanya! Ulangi, DI ATAS MEJA KERJANYA!

"Siapa kau?!" tanya Temari dan bangkit dari sofanya.

"Aku? Kenapa ingin tau tentang diriku? Menyukaiku ya?" timpal pemuda itu. Temari langsung mengepalkan tangannya dan meninju perut pemuda itu dengan keras, secara tak langsung pemuda itu berpindah tempat dari meja Temari menuju lantai.

"Aduuuh.. Sakit sayang, kenapa memukulku seperti itu? kau cemburu dengan perempuan itu? aku tidak ada hubungan apapun dengan dia, yang kucintai hanya dirimu seorang sayang."

"SAYANG SAYANG UBAN NENEKMU! SIAPA KAU SEBENARNYA HAH! KENAPA KAU BERADA DI RUANGANKU? KAU PIKIR INI TEMPAT PENAMPUNGAN LAKI-LAKI KURANG KERJAAN SEPERTIMU HAH!"

"Jangan marah-marah, nanti cantiknya hilang lho." goda lelaki itu dan mencubit hidung Temari hingga memerah, Temari memukul tangan pemuda itu dan mendorongnya dengan kasar. Sehingga terdengarlah dentuman yang amat keras hingga keluar ruangan. Pimpinan perusahaan yang mendengar suarqa gaduh itupun beranjak dari ruangannya dan berjalan menuju ruang kerja Temari, tanpa ketukan pintu ia langsung memasuki TKP. Betapa terkejutnya dia saat melihat seorang pemuda yan tergeletak lemah di lantai dengan pakaian kusut.

"Apa-apaan ini Temari?" tanya pimpinan perusahaan dan membantu pemuda itu untuk berdiri, Temari langsung kikuk saat ketuanya bertanya dengan mata melotot.

"Ee… itu, aku terkejut karena orang asing ini berada di ruanganku Tsunade-sama."

"Orang asing? Dia bukan orang asing Temari, dia karyawan baru bagian editor, kau tak mengenalnya?"

"Karyawan baru? Tsunade-sama, sejak kapan kantor ini menerima karyawan baru?"

"Ya Tuhan, aku lupa! Temari, dia mulai bekerja disaat kau melakukan koordinasi keluar daerah bersama Koordinator wartawan."

"Benarkah?" selidik Temari dan mendapatkan anggukan dari pimpinannya, pemuda itu hanya tersenyum miring dan menatap Temari remeh. Ia membersihkan bajunya dari debu dan berdiri tegap di samping Tsunade.

"Perkenalkan nama saya Nara Shikamaru, Anda dapat memanggil saya Shikamaru. Saya bekerja di bidang editor, khususnya rubrik ekonomi." salamnya.

"Oh, maaf atas kesalah pahaman tadi. Saya Temari, pimpinan redaksi majalah ini." balas Temari dan berjabat tangan dengan karyawan baru yang menyebalkan itu. Tsunade tersenyum simpul dan keluar dari ruangan Temari, Temari berusaha melepaskan tangannya dari genggaman erat tangan Shikamaru.

"Lepaskan tanganku!" perintah Temari.

" Tidak mau, aku tidak ingin tangan ini lepas dari tanganku."

Emosi Temari yang tak terkontrol berakibat buruk kepada tindakannya, dengan cepat Temari menampar Shikamaru dengan tangan kirinya, Shikamaru langsung melepaskan genggamannya dan memegang pipinya yang beradu dengan telapak tangan Temari.

"Pergi dari ruanganku!" bentak Temari dengan napas yang tak beraturan, Shikamaru yang mendengar itu langsung keluar dan menutup pintu ruang kerja pimpinannya. Ia berjalan santai menuju meja kerjanya dan menyalakan laptopnya. Dengan smirk yang aneh ia menatap pintu ruang kerja Temari dan bergumam,

"Kena kau!"

.

.

TBC

Hello, Megumi bawa fanfic absurd ShikaTema, Megumi harap para readers suka sama ni cerita. Nah, bagi yang punya komen,saran,kritik atau suatu perasaan (?) sama fanfic ini silakan ketik di kotak review di pojok kiri bawah, kelihatan kan? kelihatan kan? KELIHATAN KAN!/ santai aja dong! Tuh kabel di leher pada nongol!/

The last of my bacot : review plis..