Disclaimer : Masashi Kishimoto

Thanks udah read, salam kenal ghwen :)

warning : abal, gaje, typo berserakan dan masih banyak kekurangan. thanks...

NB : sorry ghwen uda bikin fic baru aja, padahal fic my superstar belum ghwen tamatin. hehe abis ide muncul gitu aja sih.. mohon maklum ya ...:D

Ini pertamakalinya Sasuke kembali, setelah bertahun – tahun pindah ke Suna untuk melanjutkan study. Terlihat seulas senyum tipis di wajahnya.

'Tidak banyak yang berubah.' Pikir Sasuke mamandangi deret toko yang berjajar di sepanjang jalan Konoha. Merasa rindu dengan tempat yang biasa ia lewati saat menuju KHS, Sasuke menghentikan laju mobilnya dan turun untuk mengenang masa yang sudah ia lewatkan.

Sasuke menghirup udara dalam – dalam, menikmati segarnya Konoha yang belum banyak tercemar polusi. Jalan yang lenggang, Toko – toko yang mulai tutup, gugurnya dedaunan. Sasuke merindukan semuanya, segalanya.

'Greep'

Sasuke terlonjak kaget merasakan seseorang yang entah datang dari mana, tiba – tiba memeluknya dengan erat.

"Hiks... aku tahu kau akan kembali, hiks... mulai sekarang, hiks... jangan tinggalkan aku lagi," Isak seorang gadis bersurai indigo yang kini tengah memeluk Sasuke dengan erat.

"Hentikan! Apa yang kau lakuhkan heh?!" Gertak Sasuke, berusaha melepaskan pelukan sang gadis.

"Aku mohon, jangan tinggalkan aku lagi!" Mohon sang gadis berurai air mata.

Belum sampat Sasuke membuka suara, sang gadis sudah mendongak. Memandang wajah Sasuke yang mengeras, berusaha menunjukan kesungguhannya.

Pandangan mereka pun bertemu, Sasuke tertegun sejenak melihat air mata sang gadis. Tersirat kerinduan yang begitu mendalam, di mata yang terlihat sendu dan terluka itu.

"..."

'-nata Hinata... Hinata..!' Terdengar suara mendekat, membuat gadis yang memeluk Sasuke menjadi gelisah dan mengeratkan pelukannya.

"Apa yang kau lakuhkan keh!" Solot seorang laki – laki yang memiliki mata serupa dengan gadis yang kini tengah memeluknya.

"Tanyakan saja pada gadis aneh ini!" Jawab Sasuke Sinis, tidak bergeming.

"Beraninya kau!" Geram laki – laki itu meremas kasar kerah baju Sasuke, tidak perduli dengan Hinata yang masih memeluk Sasuke.

"Neji-nii! Hentikan!" Tegur Hinata menepis tangan laki – laki itu.

"Jangan sakiti Naruto, aku tidak mau... aku tidak sanggup, bila dia meninggalkanku lagi." Isak Hinata.

Neji dan Sasuke terdiam heran, mamandang Hinata penuh tanya.

'Apa – apaan ini? Naruto? Kalian ingin mempermainkanku keh?' Pikir Sasuke geram.

"Hinata, apa yang kau katakan? Naruto tidak ada di sini," Sahut Neji sambil mengusap puncak kepala Hinata dengan lembut, berusaha menenangkan adik tercintanya itu.

"Kakak bohong! Lihatkan? Naruto kembali, dia kembali... aku sudah bilang kan? Dia pasti kembali," Jawab Hinata tersenyum senang. Neji hanya tersenyum pasrah.

"Menyingkirlah! Dan jangan pernah mempermainkan nama Naruto!" Hardik Sasuke terbakar emosi.

Hinata menatap Sasuke dengan wajah terkejut, tetapi tangannya masih setia dan tidak rela melepaskan pergelangan lengan Sasuke.

"Kau kira, kau siapa bocah tengik? Beraninya membentak Hinata!" Geram Neji menatap tajam Sasuke.

"..."

"..."

"Tunggu, kau..." Celetuk Neji berusaha mengingat sesuatu.

Sasuke terdiam menatap Neji ragu, entah kenapa wajah Neji semakin tidak asing di benak Sasuke.

"Apa kau, Hyuga Neji?" Tanya Sasuke memastikan.

"Apa aku mengenalmu?" Tanya Neji penasaran.

"Sasuke Uchiha.." Jawab Sasuke penuh penekanan.

Sesaat Hinata terlihat bingung dengan ekspresi dan pembicaraan kedua pemuda di hadapannya saat ini. Tetapi melihat tidak ada tanda – tanda akan terjadi pertengkaran lagi, Hinata pun menghapus jejak air matanya dan tersenyum senang.

"Naruto, apa yang kau bicarakan?" Tanya Hinata polos, sambil merangkul lengan Sasuke manja.

Sasuke hanya terdiam, melihat Hinata dengan heran.

"Maafkan adikku, apa kau mau mampir? Sudah lama kita tidak bertemu, sekalian nanti aku jelaskan di jalan." Ajak Neji mulai ramah.

...

"Dulu Hinata tidak seperti ini, dia gadis yang anggun dan ramah. Sampai saat itu terjadi," Ungkap Neji menerawang jauh.

"Waktu itu, sebagai sahabat Naruto. Kau pasti menerima undangan pernikahannya bukan?" Tanya Neji memastikan dan di jawab dengan anggukan lemah dari Sasuke.

"Saat itu, aku dan kakakmu Itachi sedang menjalankan bisnis di Suna. Aku tidak bisa menjaga Hinata yang ada di Konoha dengan baik, semua salahku," Desis Neji berusaha menguatkan hatinya.

Sasuke hanya menyimak, berusaha memahami.

" Ketika hari sudah mendekati tanggal pernikahan, aku dan kakakmu pulang ke Konoha bersama." Terang Neji, Sasuke mengangguk membenarkan. Karena Sasuke juga tahu, saat itu Neji bersama kakaknya. Sementara dia sendiri, tidak dapat ikut karena beberapa tugas yang harus ia kerjakan.

"Mendengar kabar baik itu, Hinata dan Naruto bersikukuh untuk menjemput kami berdua di bandara. Aku dan Itachi menunggu mereka sangat lama, tetapi mereka tidak kunjung datang. Sampai kabar itu datang pada kami, Hinata... Hinata dan Naruto kecelakaan-"

"Naruto, dia... dia tidak dapat di selamatkan. Sementara Hinata koma berminggu - minggu dan tidak kunjung sadar, dengan bantuan dan saran Itachi. Kami membawa Hinata ke Suna untuk di rawat, di Suna Hinata sadar. Tetapi, dia tidak dapat bicara sepatah katapun. Pandangannya kosong, dan dia tidak mau makan ataupun minum sedikitpun."

"Suatu ketika, Hinata mau bicara lagi," Lanjut Neji tersenyum hampa.

Flashback on :

"Hinata, aku mohon bicaralah. Maaf kan aku, gara – gara aku kau seperti ini. Aku mohon Hinata, marahi aku. Jangan diamkan aku seperti ini Hinata!" Desis Neji frustasi.

"R-ru-mah.." Lirih Hinata tersendat - sendat.

Flashback end.

"Sejak saat itu aku membawa Hinata kembali, dia pun dapat berbicara seperti semula.. Tetapi kejiwaannya sedikit terganggu, dia belum bisa menerima kematian Naruto. Setiap pagi sampai sore dia hanya akan berdiam diri di kamar, mengurung dirinya sendiri. Tetapi saat hari menjelang malam... terkadang hinata suka mengamuk atau berteriak memanggil – manggil Naruto. Walau begitu, selama ini dia tidak pernah melukai orang lain. Dia hanya menagis dan terus menangis." Ungkap Neji kecewa.

"Maafkan aku, Itachi-nii tidak pernah cerita padaku." Sahut Sasuke tidak enak hati.

"Kami memang merahasiakannya, kami tidak ingin nama Hinata tercoreng. Apa lagi, dia calon Heiress Hyuga. Kau tahu maksudku kan?" Jawab Neji.

"Hn"

"Jadi, bagaimana study mu?" Tanya Neji mengalihkan topik pembicaraan.

"Baik,"

"Kau tidak berubah!" Desis Neji di sambut seringai sang Uchiha.

"Jadi, kau akan menetap di sini?" Lanjut Neji penasaran.

"Hn, menjalankan bisnis keluarga." Terang Sasuke.

"Itachi pasti bangga padamu." Sahut Neji menyeringai.

"Hn,"

"..."

Sejenak Sasuke dan Neji memandang Hinata, yang tertidur pulas di mobil. Dia terus menggenggam erat tangan Sasuke.

"Tapi, kenapa dia mengira aku Naruto? Bukankan Hinata belum pernah bertemu denganku," Tanya Sasuke tidak mengerti.

"Entahlah, aku juga tidak mengerti-"

"Bahkan di lihat dari manapun, tidak ada yang mirip. Kau selalu bertolak belakang dengan si kuning itu" Sahut Neji mengenang Naruto.

...

Ketika membuka matanya, hari terlihat gelap.

"Naruto... Narutoo..?!" Teriak Hinata menyusuri lorong rumahnya.

"Hinata! Diam! Kau berisik sekali!" Solot seorang gadis bersurai merah muda.

"Ada apa ini?" Sahut Neji yang berlari dengan panik, dari arah kamarnya.

"Lihat! Adik kesayanganmu membuat ulah lagi! Sadarlah Hinata, Naruto sudah MATI!" Solot gadis bersurai merah muda itu.

"Tidak! Kau bohong! Kau pembohong Sakura..! Kau bohong.." Isak Hinata sambil menjambak – jambak rambutnya dengan frustasi.

"Ssttt... tenanglah Hinata, semua baik – baik saja.. tenanglah, aku disini!" Desis Neji memeluk erat Hinata, mencoba menenangkannya.

TBC