Setelah kejadian malam itu,kini Luhan sedang berdiri dengan beberapa yeoja yang sedang membantunya memakai gaun pengantin. Yah. Luhan sedang fitting gaun untuk pernikahannya. Luhan menatap takjub pada gaun yang sedang berusaha dipasangkan ketubuhnya. Dia tidak membayangkan akhirnya bisa mengenakan gaun tersebut. Sejak Lian menghuni tubuhnya Luhan sudah mengubur dalam-dalam akan impian memakai gaun pengantin dan berjalan ke altar.

"Sepertinya bagian dada terlalu sempit." Gumam salah seorang asisten butik yang membantu Luhan,dengan segera Luhan menatap kearah dadanya dari dalam cermin dihadapannya. Dan memang dia merasa kalau bagian dada sedikit terasa sesak. "Apakah anda merasa sesak nona?"

"Sejujurnya iya." Jawab Luhan.

"Baiklah! Kita akan mencoba gaun lainnya."

"Tunggu…" Luhan mencegah asisten butik itu untuk mengambil gaun yang lainnya. "Aku menyukai gaun ini." Bisik Luhan.

Sang asistenpun tersenyum. "Sudah kuduga anda akan menyukai gaun ini nona. Anda tau gaun ini adalah gaun yang didesain sendiri oleh nyonya besar untuk calon menantunya." Ujar sang asisten. Luhan membelalakan matanya saat mendengar itu.

"Gaun ini sudah tersimpan selama kurang lebih 3 tahun dilemari kaca diruangan nyonya besar. Dan sangat beruntung ukuran tubuh anda pas dengan gaun ini,dan mungkin anda sudah ditakdirkan berjodoh dengan nyonya besar nona. Meskipun gaun ini sedikit sempit dibagian dada,saya bisa memakluminya." Lanjut sang asisten. Memang gaun itu sangat pas ditubuh Luhan,meskipun sudah pernah melahirkan,tapi tubuhnya tetap indah.

Luhan terdiam memikirkan gaun yang sekarang melekat ditubuhnya tersebut. Luhan mengaguminya. Tapi sesuatu kembali mengganjal dikepala Luhan. 'Apakah dia pantas memakainya?' itu adalah pertanyaan yang muncul secara otomatis didalam kepalanya.

Srek…

Tiba-tiba tirai ruang ganti terbuka dan menampakan nyonya Oh sedang menggendong Lian,otomatis semua mata menatap kearah nyonya Oh dan Lian. Lian sekarang sedang memakai gaunnya juga,gaun dengan warna pink pucat tanpa lengan dengan bandana yang senada dengan gaun.

"Wahh… sudah kuduga gaun itu memang cocok denganmu,Lu." Ujar nyonya Oh sambil tersenyum. "Sepertinya kau memang diciptakan untuk menjadi menantuku. Kalau kulihat hanya bagian dadanya saja yang telihat kekecilan. Hmmm.. Aku bisa maklum karena kau sedang menyusui,kalau kau sedang tidak menyusui gaun itu akan sangat pas." Lanjut nyonya Oh. Luhan hanya bisa menatap nyonya Oh dengan tatapan innocent.

"Arra. Kau bisa merombak sedikit bagian dadanya agar Luhan tidak kesempitan?"

"Tentu nyonya." Jawab sang asisten.

Luhan sebenarnya sedang menatap Lian yang terlihat lucu dan anggun dengan gaunnya. Bayi berusia 11 bulan tersebut terlihat bahagia memakai gaun berwarna pink pucat tersebut.

"Lian terlihat cantik bukan?" tiba-tiba suara nyonya menginterupsi Luhan yang menatap Lian.

"Hmm.. Gomawo eomma." ujar Luhan lirih.

"Kau tidak perlu berterimakasih sudah sepantasnya aku melakukan ini,Lian adalah cucuku. Benarkan sayang?" ujar nyonya Oh sambil mencium pipi chubby Lian.

Rasa bahagia seketika menyelimuti hati Luhan. Melihat nyonya Oh sangat menyayangi putrinya.

Akhirnya mereka keluar dari butik milik nyonya Oh,mereka bertiga,tentu saja tanpa Sehun karena dia harus berada perusahaannya yang akan ditinggalkannya selama beberapa hari. Jadi,kedua wanita sepakat untuk mengunjungi Sehun dikantornya.

"Ppa.. Ppaaa…" Lian berseru riang saat melihat Sehun yang baru saja keluar dari ruang rapat yang kebutulan dilewati kalau ingin menuju ruangan Sehun. Mendengar seruan Lian,Sehun langsung membalikkan badannya dan senyumnya berkembang kala melihat bayi lucu itu menggapai kearahnya dari gendongan ibunya,ibu yang dimaksud disini adalah nyonya Oh. Sepertinya nyonya Oh Jaejong sudah jatuh cinta pada Lian.

"Kalian kemari?" tanya Sehun.

"Tentu saja. Kalau tidak kemari mana mungkin kami ada dihadapanmu tuan muda." Jawab nyonya Oh ketus pada anaknya.

"ppa..paa…paa.." Lian tetap berusaha menggapai kearah Sehun,dan seolah mengerti Sehun langsung mengambil Lian dari gendongan nyonya Oh.

"Kau merindukan appa?" tanya Sehun pada Lian disertai ciuman bertubi-tubi yang dihadiahkan Sehun pada Lian.

"Kyaa…" Lian semakin tertwa nyaring.

"Hentikan Oh Sehun,kau seperti seorang pedopil kalau seperti itu."

"Wae? Lian anakku jadi aku bebas melakukan ini padanya. Benarkan sayang?"

"Ppaaa.."

"Lihatlah eomma,dia senang aku menciumnya."

"Itu karena kau membuatnya geli."

"Ehmm.. Eomma.. Sehuna.. Apakah sebaiknya kita tidak keruangan Sehun saja,sepertinya banyak orang yang sedang memperhtikan kita." Ujar Luahn. Memang benar beberapa karyawan ada yang secara terang-terangan mlihat interaksi keluarga tersebut.

"Sepertinya kau benar,sayang. Kajja." Ajak nyonya Oh. Akhirnya mereka masuk kedalam ruangan Sehun.

"Jadi,ada apa kalian kemari? Kau merindukanku,Lu?" goda Sehun.

"Yak.. Ada eomma disini. Dan dia yang merindukanmu?"

"Lian-ah.. lihatlah eommamu. Dia tidak merindukan appa." Adu Sehun pada Lian. Dan Lian yang diadui hanya tertawa menampakan gusinya yang lucu.

"Jangan mengadu pada bayi." Ujar nyonya Oh. "Kau tau,kami baru saja fitting gaun untuk pernikahan kalian,dan kapan kau bisa fitting untuk jasmu,Sehuna?"

Sehun menatap nyonya Oh, "Aku akan fitting disaat aku punya waktu senggang." Jawabnya.

"Selalu saja seperti itu." Desis nyonya Oh, "Lu,kalau kau sudah menjadi istrinya. Pintar-pintarlah mengatur namja dingin gila kerja ini."

"Yak! Apa maksud eomma?"

"Sudahlah,jaga anakmu. Aku dan Luhan harus kesuatu tempat dulu. Kajja Lu." Ajak nyonya Oh sambil mneggandeng Luhan menuju pintu keluar kantor Sehun.

"Yak! Eomma… Lu…. LU.. apa maksud kalian?" protes Sehun,berusaha mengejar ibu dan calon istrinya.

"Sudahlah,ini urusan wanita."

"Eomma… aku.."

"Diamlah Lu,ini juga untuknya. Ikuti saja aku." Ujar nyonya Oh. Luhan akhirnya hanya terdiam.

"Lu.. Kenapa kau mengikuti eomma. Lu?"

"Mianhae Sehuna…"

"Yak!"

Dan akhirnya nyonya Oh dan Luhan keluar dari ruangan Sehun entah mereka akan pergi kemana.

Luhan POV

Ini sungguh mengejutkan. Aku berharap ini hanyalah mimpi belaka. Tapi aku benar-benar melihat diriku sedang di dandani dari cermin yang ada didepanku.

"Kulit anda sangat bagus nona. apakah anda melakukan perawatan kulit kusus?" tanya penata rias yang sedang menata rambutku sekarang.

Aku tersenyum, "Aniyo." Jawabku singkat. Aku tidak bisa berkata-kata lagi karena aku terlalu gugup.

"Haha.. anda terlalu gugup nona." ujarnya. "Anda tau,setiap mempelai wanita yang aku dandani akan bersikap seperti anda,tapi saat aku mendandani mereka untuk resepsi pernikahan mereka akan bercerita dengan sangat antusia." Lanjutnya.

"Be..Benakah?"

"Ya,cobalah rileks nona. anda sudah cantik,calon suami anda akan menunggu anda disana. Jadi,apa yang harus anda kawatirkan lagi?"

Aku melirik kearah penata rias dengan mata bulat ini, dia berbicara seolah dia pernah mengalami dan ini sangat ringan. Ada begitu banyak yang aku kahwatirkan. Dia tidak tau saja apa yang sebenarna aku rasakan.

"Aku pernah mengalaminya,tenang saja." Ujarnya sambil menunjukkan cincin kawinnya.

Aku melototkan mataku, "Be.. Benarkah kau sudah menikah?" tanyaku tidak percaya.

"Hmm… Dan anda tau aku menikah saat kami baru saja lulus sekolah menengah atas."

Aku memincingkan mataku, "Kau menikah karena hamil terlebih dahulu?"

"Yak! Bagaimana anda bisa langsung berfiki seperti itu?" protesnya,kalau kulihat wanita terlihat menyenangkan.

"Mianhae…"

"Tenanglah,jja… Anda sudah selesai dan sekarang hanya tinggal menunggu waktunya dan menunggu ayah anda menjemput anda disini."

Seketika aku teringat baba,baba apakah aku harus menikah dan berjalan dialtar dengan orang lain? apakah kalian akan bahagia kalau aku memeberikan kabar bahwa aku akan menikah? Baba, mama , gege.

Klekk…

Pintu terbuka,aku menatap kearah pintu,dan aku tidak percaya…

Baba….

Apakah aku sedang bermimpi?

"Selamat pagi tuan,putri anda sangat cantik. Silahkan.." ujar penata rias bernama Kyungsoo yang mendandaniku itu. Aku masih menatap ayahku tanpa berkedit. Benarkah itu ayahku? Tan Hangeng?

"Ekhem…. Ayo." Baba mengulurkan sikunya padaku. Aku hanya menatapnya tanpa ada niatan untuk melakukan apa yang dia katakan tadi. Dan benarkah baba sekarang ada disini?

Dengan sedikit gemetar aku mengulrkan tanganku pada baba,dan baba menyambut tanganku. Entahlah aku sangat bahagia bisa mengadeng tangan baba seperti ini.

Author POV

Sekarang ini suasana didalam gereja sangat tenang tidak ada suara apapun kecuali denting piano untuk mengiringi sang pengantin. Sehun sudah menanti Luhan didepan altar dengan tuxedo putihnya yang membuatnya ribuan kali lebih tampan dimana Luha. Begitupun dengan Luhan,semua mata menatap kearahnya yang dengan berjalan dengan menggunakan gaun pengantin yang menbuatnya ribuan kali lebih cantik dari biasanya.

Luhan mengeratkan genggaman tangannya dilengan ayahnya,dan merasakan putrinya menggenggam lengannya lebih kuat Hanyung tersenyum tipis. Sebenarnya ayah Luhan tersebut sedang dilanda kesedihan pasalnya dia harus melepas putrinya,walau dulu dia mengusirnya tapi sebagai ayah tak pernah sedikitpun Hankyung tak memikirkan nasib putri cantiknya itu.

Saat sampai didepan Sehun,sebelum menyerahkan tangan Luhan pada Sehun. Hankyung berbisik, "Jaga putriku baik-baik,meski aku mungkin tidak berhak mengatakan ini tapi aku mohon buatkah dia bahagia. Dia sudah terlalu banyak mengalami kesulitan dan kepedihan."

Setelah berbisik Hankyung menyerahkan tangan Luhan pada Sehun,dan dengan segera Sehun menggenggam erat tangan Luhan. Dan beralik menghadap pendeta yang siap menikahkan mereka dihadapan Tuhan.

Upacara pernikahan Sehun dan Luhan berlangsung hikmat dan lancer. Kini tibalah mereka merayakan pesta pernikahan. Tentu saja,sebuah hall mewah menjadi tempat pesta pernikahan pewaris peruhaan Oh itu digelas. Semua relasi bisnis keluarga Oh hadir dipesta ini.

Senyum tak pernah lepas dari wajah pasangan pengantin baru yang tengah menyambut para tamu undangan. Begitupun gandengan tangan Sehun pada Luhan juga tidak pernah terlepas kalau bukan untuk menyalami tamu.

"Rasanya sungguh tidak percaya seorang Oh Sehun mengadakan pesta pernikahan ini. Hahahaha.." canda direktur Park,salah satu rekan bisnis Sehun.

"Terimakasih pujiannya Park Chanyeol yang baik." Balas Sehun dengan nada mengejek.

"Hahaha… Calm down man! Oke,sepertinya kau harus segera mengakhiri pesta ini dan masuk kedalam kamarmu untuk membua….. Awww,,, yeobo!" ocehan Chanyeol dipotong oleh jari lentik istrinya yang menjepit perutnya karena omongan vulgarnya,dan disambut oleh kekehan Sehun dan Luhan.

"Rasakan itu Park." Koor Sehun. "Harusnya kau tidak usah melepaskan jepitan jari indahmu ditubuhnya,noona." Lanjut Sehun.

"Aishhh.. diam kau Oh."

"Wae? Kau pantas mendapatkannya hyung. Dan asal kau tau,tanpa kau suruhpun aku akan segera menghasilkan keturunan Oh yang baru." Lanjut Sehun sambil mengerling nakal pada Luhan.

Blush..

Mendapat godaan dari sang suami akhirnya membuat wajah Luhan memerah seketika.

"Kau membuat wajah istrimu memerah tuan Oh." Ujar Baekhyun,istri dari Park Chanyeol. Baekhyun mendekati Luhan. "Jangan pedulikan mereka berdua,Lu. Mereka berdua itu sama mesumnya kalau kau ingin tau." Lanjut Baekhyun.

"Aku tau." Jawab Luhan sambil tersenyum manis pada Baekhyun.

Setelah itu, semua kembali berbincang. Luhan melihat ayahnya sedang menatapnya dari tempatnya duduk, tak lupa juga terlihat ibunya kini tengah menatapnya dengan tatapan yang memancarkan kerinduan. Dan seketika hati Luhan merasa terenyuh melihat tatapan kedua orangtuanya. Luhan tidak melihat Kris, sang kakak sedari tadi. Luhan mencoba melepaskan tangan Sehun yang sedari tadi berada di pinggangnya.

"Mau kemana, sayang?" tanya Sehun yang merasakan Luhan melepas tangannya yang ada dipanggangnya.

"Aku ingin menemui mama dan papa.." Jawab Luhan lirih. Sehun mengikuti arah pandangan Luhan dan pandangannya kini bertemu pandang dengan ayah mertuanya. Dugaan Sehun benar, Luhan bukanlah berasal dari kalangan biasa- biasa saja, sekarang terbukati Luhan sederajat dengannya. Meskipun Sehun tidak mempermasalahkan derajat diantara mereka, itu hanya sebuah pembenaran dari analisisnya.

"Hyung, permisi aku harus menyapa mertuaku. Annyeong." Pamit Sehun pada Chanyeol dan beberapa orang yang tadi tengah mengobrol dengan Sehun.

"Ne, sillahkan Sehuna. Jangan lupa berterimakasih pada mertuamu karena telah melahirkan istrimu." Canda Chanyeol.

"Haihh… dasar dobi." Ketus Sehun.

"Silahkan nikmati pesatanya." Ujar Luhan kemudian mereka berdua berjalan kearah meja dimana Hangeng duduk dengan istrinya dan nyonya Oh.

Melihat putrid an menantunya mendekat kearahnya, otit tubuh Hangeng bergetar, begitupun dengan Heechul rasanya ia ingin beelari menubruk putri kecilnya. Dan nyonya Oh hanya tersenyum sembari memangku Lian yang tengah tertidur karena kelelahan.

"Mama…. Baba…." Bisik Luhan, tak kuasa menahan haru Heechul langsung berdiri dan memeluk putrinya dengan begitu erat.

"Maafkan kami.. maafkan kami… hiks…" Heechul terisak pelan, meskipun hatinya mengakami pergolakan yang luar biasa. Mereka harus tetap bisa menjaga sikap di hari bahagia ini.

"Hiks.. anni,,, Lulu yang seharusnya meminta maaf pada baba dan mama karena sudah mengecewakan." Luhan berujar tak kuasa menahan haru juga. Hangeng berdiri dan ikut memeluk putri dan istrinya. Sementara Sehun hanya bisa tersenyum bahagia karena melihat orang- orang yang ia cintai kini bersatu kembali. Yang paling benar adalah melihat istrinya bahagia.

.

.

Pesta pernikahan kini telah berakhir, Sehun dan Luhan sudah pulang memasuki mension megah keluarga Oh. Lian tertidur pulas digendongan Luhan, setelah rewel dan menyusu sepanjang jalan akhirnya bayi cantik itu kembali tertidur dengan damainya.

"Biarkan Lian tidur dengan eomma mala mini." Ujar nyonya Oh saat mereka akan menaiki tangga menuju lantai dua.

"Annio eomma, tidak apa- apa." Jawab Luhan.

Nyonya Oh berdecak pelan, "Ini malam pertama kalian, biarlah untuk mala mini, Lian bersama dengan eomma."

"Majja, eomma benar Lu." Sehun membenarkan ibunya, karena melihat Luhan menyusui di dalam mobil membuat sekelumit gairah yang di tahannya mulai membara.

Luhan menatap Sehun meminta penguatan keputusan, tentu saja kalau yang dimintai penguatan adalah Sehun, maka ia akan mengangguk dengan mantap. Akhirnya dengan sedikit berat hti, Luhan menyerahkan Lian yang tertidur pulan pada mertuanya.

Sekarang disinilah Luhan, dikamar Sehun yang luas dan mewah. Luhan tengah menyisir rambutnya, tidak bisa dipungkiri kalau dia sekarang sedang dilanda gugup dan tidak tau harus berbuat apa. Sementara Sehun sedang membersihkan dirinya dikamar mandi.

Luhan memandangi wajahnya di cermin, cantik tentu saja. Dan pandangan Luhan turun kearah gaun tidur yang dipakainya, berwarna merah darah tranparan sehingga pakaian dalamnya bisa terlihat oleh matanya di pantulan cermin.

Klek.

Pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Sehun yang sydah memakai piyamanya. Dan saat meihat Luhan, mata Sehun berubah menjadi intens. Sehun berjalan mendekati Luhan yang tengah terduduk di depan meja riasnya. Dan sehun segera memeluk Luhan dari belakang.

"Lihatlah apa yang kau pakai nyonya?" bisik Sehun tepat di telinga Luhan. Luhan otomatis menggerakkan bahunya karena merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan pria yang beberapa jam lalu resmi menjadi suaminya. "Jadi?" Sehun menggantungkan kalimatnya.

Srek..

Luhan membalikkan tubuhnya, dan langsung merangkul leher Sehun. "Kau berisik tuan." Bisik Luhan dengan nada menggoda yang kentara di suaranya.

"Uwooo… ternyata nyonya Oh termasuk wanita agresif." Decak Sehun dengan nada kagum yang dibuat-buat. "Jadi, apakah malam ini aku akan mendapatkan yang seharusnya menjadi hakku, nyonya?" tanya Sehun.

"Hmmm…" Luhan menampakan ekspresi berfikir yang dibuat- buat. "Kau tau, aku bukan seorang perawan?" tanya Luhan. Entah Luhan mendapat keberanian dari mana, yang awal ia memasuki kamar Sehun dengan gugup dan tidak tau harus berbuat apa. Tapi sekarang dia tengah menggelayut mana di leher seoarang Oh Sehun dan terlibat percakapan saling menggoda.

"Lalu?"

"Kau …" Luhan menggantungkan kalimatnya.

"Aku menerima apapun yang ada pada dirimu, aku tidak peduli kalau vaginamu itu sudah di bobol berkali- kali oleh orang lain, yang aku tau adalah sekarang kau adalah istriku." Sehun menekankan kata istri dengan intonasi yang pasti.

Luhan menundukkan kepalanya, "Hei, kenapa kau menundukkan kepalamu, sayang?" tanya Sehun sembari mengangkat kepala Luhan yang tertunduk. Dan langsung menatap dalam mata yang mirip dengan mata rusa milik istri cantiknya itu.

Luhan mempoutkan bibir sexynya, dan seketika darah Sehun berdesir kala melihat apa yang dilakukan oleh istrinya itu. "Kau mengatakan aku dibobol berkali-kali seolah itu adalah hobiku." Bisik Luhan masih dengan pout.

"Kuperingatkan kau sayang, jangan melakukan itu." Sehun memberikan peringatan pada Luhan.

"Mwo?"

"Pouting…. Kau membuatku ingin segera memakanmu. Jadi, apakah aku boleh memakanmu sekarang nyonya?" tanya Sehun dengan suara rendah karena sudah diliputi hawa napsu. Dan tanpa menunggu jawaban dari Luhan, Sehun langsung mendorong istri cantiknya keranjang pengantin mereka. (Oke.. kalian bisa bayangkan apa yang terjadi selanjutnya.) hehehehehe..

.

.

.

END…

.

.

Mianhae kalau baru bisa lanjut sekarang, soalnya saya kemarin- kemarin sedang disibukan oleh tugas akhir kuliah yang membuat kepla serasa hampir pecah.

Dan kemarin mendapat suntikan energy lagi setelah hampir dua tahun, akhirnya saya bisa menatap lagi wajah datar Oh Sehun. Meskipun tidak bisa menatap Luhan lagi. Gak papa…. Hehehehe…

Sekali lagi maaf kalau mengecewakan kalian karena updatenya lama.. mianhae ~

See you next time ~

Annyeong ~