Tittle: My Guardian, My Love
Author: DRae / HunHan's Baby
Main Cast: Oh Sehun, Lu Han
Genre: Supranatural
Length: Chaptered
.
.
.
Luhan menarik tasnya yang tergeletak diatas kursi belajarnya dengan cepat dan menyampirkannya kesalahsatu pundaknya, sambil berlari Luhan menarik hoodienya yang tergantung dibelakang pintu kamarnya sebelum ia membuka pintu dan berlari menuju ke ruang makan yang berada dilantai bawah.
Luhan bangun terlambat dihari ospek pertamanya karena semalam ia sibuk membuat properti yang diperintahkan seniornya untuk dipakai hari ini, ia mengerjakan tugasnya hingga jam 2 pagi dan esoknya ia harus bangun tepat jam 7.
Luhan berlari dan mengambil roti yang sudah disiapkan mamanya dimeja makan dan menggigitnya, mencoba untuk tidak menjatuhkannya selagi ia memasang sepatu ketsnya, Luhan terlambat lagi, sebenarnya kapan Luhan tidak terlambat? Setelah selesai dengan sepatunya Luhan memegang roti yang berada dimulutnya dan memakannya dengan benar sebelum ia kembali berlari kedalam rumah untuk menghampiri mamanya didapur untuk pamit.
"Ma, Luhan pergi dulu ya, love you", Luhan mencium pipi mamanya sekilas lalu bergegas berlari keluar rumah sambil mengenakan hoodienya.
Mama Luhan hanya menggelengkan kepalanya melihat kebiasaan Luhan, Luhan memang pekerja keras dan ia biasanya membelakangkan kepentingan fisiknya untuk kepentingan masa depannya, Luhan termasuk anak yang pintar dan mudah bergaul, ia selalu mendapatkan juara pertama semenjak disekolah menengah pertamanya dan itu membuat mama Luhan bangga, tapi dibalik prestasi Luhan dan kebanggaan mama Luhan akan itu, ia juga khawatir akan kesehatan Luhan yang selalu dinomor duakan oleh anak itu.
Sekali lagi mama Luhan tersenyum dan melanjutkan kembali pekerjaannya didapur, saat hendak memotong sayuran mama Luhan teringat sesuatu yang sudah dipersiapkannya semenjak Luhan masih kecil dan sepertinya 'sesuatu' ini terlambat, ia melihat kearah jam, 07.15. Ia memutar bola matanya jengah lalu menghiraukan apa yang baru saja dipikirkannya.
"Ia terlambat", mama Luhan menggelengkan kepalanya lalu kembali meneruskan kegiatannya, ia memasukkan sayuran yang dipotongnya tadi kedalam panci lalu ia berjalan kembali lagi ke arah meja makan untuk mengambil kecap, tapi saat sedang berjalan mama Luhan tersentak karena ada seseorang yang duduk dimeja makan rumahnya sambil memakan apel yang selalu berada dimeja makan kediaman keluarga Lu, tapi beberapa saat ia ingat bahwa ia memang mengundang pemuda itu untuk datang.
"Dimana Luhan?"
"Kau terlambat", mama Luhan melewati pemuda itu tak acuh dan mengambil kecap yang ingin diambilnya tadi lalu kembali berjalan untuk memasak didapur, mama Luhan beraktifitas seperti tidak ada orang lain dirumahnya kecuali dirinya sendiri.
Mama Luhan sedang memotong sayurannya dan memasukkannya kepancinya, tiba tiba sebuah tangan memegang pundak mama Luhan dari belakang, "aku minta maaf ma'am, tapi skrg aku serius, dimana Luhan?", suara itu terdengar serius, pemuda ini bahkan tidak memiliki alasan cukup kenapa ia menyetujui permintaan mama Luhan, mungkin hanya karena melihat foto Luhan yang diberikan mamanya sewaktu mama Luhan memintanya untuk menjaga Luhan, jadi ia berpikir ulang untuk menghadapi bocah cantik yang dipanggil anak oleh wanita ini.
"Luhan sudah berangkat", mama Luhan berbalik dan memukul kepala pemuda itu dengan spatula yang dipegangnya. Bisa bisanya ia berbicara tidak sopan seperti itu kepada orang tua. "Dan jangan berbicara seperti itu dengan ku anak muda", mama Luhan memelototi Sehun sebentar sebelum ia kembali meneruskan pekerjaannya.
Sehun mengusap pucuk kepalanya yang terkena pukulan spatula wanita itu, kenapa orangtua sangat sensitif, pikirnya. Sebelum pamit untuk mengejar Luhan, Sehun mematikan kompor yang sedang hidup itu dan berlari menuju ruang makan, mama Luhan hanya menghembuskan nafas kesal sebelum berbalik dan melihat Sehun berdiri disamping meja makannya sambil memakan apel yang telah dimakannya tadi.
"Aku pergi nyonya Lu", Sehun mengangkat apelnya dan tersenyum, dengan satu kedipan mata Sehun sudah hilang dari pandangan mama Luhan, mama Luhan mengangkat bahunya tanda tak peduli dan kembali kedapur melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena Sehun.
Luhan berlari mulai dari depan rumahnya dan akan berakhir didepan gerbang universitasnya, jarak rumah Luhan dan universitasnyanya kurang lebih 4 blok dari rumahnya, oh salahkan alarmnya yang tidak berkerja dengan baik pagi tadi, waktu yang diperlukan Luhan untuk sampai kesekolah agar tidak terlambat dihari pertama ospek adalah kurang lebih 3 menit lagi dan hell tidak mungkin Luhan akan sampai tepat waktu.
Luhan mengumpat sepanjang perjalanannya, selain harus berlari Luhan juga harus memegangi properti ospeknyanya yang kapan saja bisa jatuh, Luhan benar benar mengumpati seniornya yang memberikan tugas sebanyak ini.
Luhan melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, 1 menit lagi gerbang ditutup dan artinya ia akan terlambat, tidak mungkin Luhan sampai dalam waktu 1 menit, sibuk memperhatikan jamnya Luhan tidak menyadari jika dari arah berlawanan ada seseorang yang berjalan dan sedang memperhatikan handphonenya.
Luhan menabrak orang itu dengan keras sehingga ia lah satu satunya yang terjatuh dan seluruh bawaannya ikut terjatuh ketanah sedangkan orang tersebut masih tetap berdiri dan menatapi Luhan seolah olah ia sedang mengulitinya, Luhan tak ambil pusing dengan orang itu begitu juga sebaliknya, Luhan kembali memunguti barang pegangannya tadi dan orang tadi langsung berjalan seolah olah tidak ada yang terjadi.
Luhan kembali berdiri dan akan mulai berlari lagi karena sudah sangat dipastikan dia terlambat, Luhan sudah bisa membayangkan wajah wajah seniornya yang sebentar lagi akan menungguinya didepan gerbang, brrr Luhan merinding.
Sebelum berlari, sudut mata Luhan melihat anak perempuan kecil yang berada disebrang jalan hendak menyebrang karena tepat disamping Luhan ada kedai es krim, Luhan memandangi kedai itu dan tersenyum, anak kecil. Lalu Luhan melangkahkan kakinya untuk melanjutkan larinya, namun baru beberapa langkah Luhan berlari, dari arah berlawanan Luhan melihat mobil pick up hitam melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arah anak kecil itu, Luhan menengok kebelakang dimana anak kecil itu masih berada ditengah jalan.
Luhan menggigit bibir bawahnya sambil menggumamkan, "ayolah adik kecil berjalan.. berjalan" tapi yang Luhan dapati adalah tawa renyah anak tersebut, Luhan kembali melirik kearah depan dimana mobil tersebut sudah dekat dengan anak itu.
Luhan dihadapkan dengan dua pilihan, pilihan pertama, Luhan menolong anak itu lalu terlambat menghadiri ospek pertamanya atau pilihan lainnya adalah ia melanjutkan larinya untuk menghadiri ospek tapi ia akan dihantui rasa bersalah seumur hidupnya karena membiarkan anak kecil tertabrak.
Tentu saja luhan memilih pilihan kedua! Demi tuhan luhan sangat takut dengan hantu, apalagi hantu anak kecil, Luhan melemparkan tas dan properti mosnya kearah pohon yang berada dipinggir jalan dan ia sendiri berlari kearah anak kecil tersebut, Luhan memeluknya dengan membelakangin arah datangnya mobil tersebut, Luhan memejamkan matanya dan memeluk erat anak itu.
Seluruh orang yang berada dipinggir jalan itu berteriak melihat aksi Luhan yang bukannya menarik anak itu kepinggir jalan malah memeluknya ditengah jalan tersebut, bukannya mereka tidak akan selamat jika luhan tidak menarik anak itu kepinggir jalan, saat mobil tersebut sudah sangat dekat dengan mereka berdua, Luhan mengeratkan pelukannya pada anak itu dan makin menutup erat matanya, makin dekat mobil tersebut dengan mereka berdua, makin kuat pikiran luhan untuk menahan mobil itu agar jangan sampai menyentuh mereka berdua.
Luhan membuka matanya karena ia belum juga merasakan hantaman dibagian punggungnya, bukannya mobil tersebut seharusnya sudah mementalkan mereka berdua, Luhan berbalik untuk melihat dimana kiranya mobil tersebut sekarang, saat berbalik luhan terkejut karena melihat mobil tersebut tepat tiga kaki didepan luhan dengan bagian depan mobil itu hancur bagaikan menabrak dinding, orang orang yang berada disana tercengang, tidak ada dinding disana ataupun sejenisnya, menyingkirkan pikiran itu mereka mulai membantu Luhan dan anak itu dengan membawa mereka kepinggir jalan.
Luhan melihat anak kecil didepannya, anak itu memperhatikan wajah Luhan sebentar dan tersenyum, Luhan balas tersenyum pada anak itu dan mengusak rambutnya gemas.
"Telimakasih oppa", ucap anak itu dengan senyum gigi susunya, Luhan kembali tersenyum dan kembali mengusak pelan rambut anak itu. "Lain kali jika ingin menyebrang, minta disebrangkan dengan orang dewasa ya", Luhan menarik pipi anak itu lalu menggandengnya kekedai eskrim yang luhan yakin ingin dihampirinya tadi.
"Oppa, kepalamu berdarah", Luhan melirik anak yang berada disampingnya tanda bingung, anak tersebut hanya menunjuk dahi luhan dan melompat lompat seolah ingin meraih dahi Luhan, Luhan memicingkan matanya, merasa aneh dengan kelakuan anak tersebut, beberapa detik setelahnya luhan merasakan sesuatu yang basah mengalir didahinya, Luhan mengadahkan kepalanya dan mulai memegang dahinya, kepala Luhan benar benar berdarah, Luhan mengeluarkan sapu tangannya dari kantong celananya dan mengelap kepalanya yang berdarah, setelah selesai Luhan memasukkan sapu tangannya lagi kedalam kantongnya, Luhan tersenyum pada anak itu sebelum kembali menuju kepohon dimana tas dan properti ospeknya berada.
Luhan menyampirkan tas dipundaknya dan hendak mengambil properti mosnya, baru beberapa langkah berjalan tiba tiba sakit yang luar biasa menghantam kepala Luhan, Luhan memegangi kepalanya dan bersandar pada batang pohon yang berada tepat disebelahnya, sakit kepala Luhan disusul dengan darah yang masih tetap keluar dari pangkal rambutnya, Luhan menutup matanya mencoba menetralisir sakit kepalanya dan kembali meraih sapu tangan disaku celananya dan mulai mengelap kembali darah yang mengalir dari kepalanya.
Luhan sudah tidak ada waktu untuk bermain main disini lagi, dia sudah sangat terlambat untuk ospeknya, sangat sangat terlambat. Jadi Luhan kembali mengambil propertinya dan mulai berjalan lagi universitasnya, membayangkan wajah seniornya yang jika tau Luhan tidak ada dibarisannya saat mengabsen saja sudah menambah sakit di kepalanya, Luhan kembali berjalan menapaki trotoar jalan saat tiba tiba sakit kepalanya kembali lagi.
"Shit", Luhan merasakan seluruh badannya melemas dan well Luhan akan pergi mos dengan seragamnnya berlumuran dengan tanah karena sudah bisa dipastikan luhan akan jatuh menghantam tanah, Luhan menutup matanya erat erat mencoba menyambut kerasnya hantaman tubuhnya dengan tanah nanti, astaga Luhan kau sangat sial hari ini. Tapi sekian lama Luhan menutup matanya sakit yang ditunggu tunggunya pun tidak datang, karena penasaran dengan apa yang terjadi Luhan membuka perlahan matanya dan yang dilihatnya adalah dia sedang dipegangi oleh seorang pemuda yang sepertinya berandalan.
Luhan kembali berdiri dan mendorong pemuda yang memegangnya tadi, orang ini menggunakan kemeja hitam dan jeans hitam senada dengan kemejanya yang bagian lututnya disayati sehingga mengekspos sedikit bagian lutut pemuda itu, rambut blondenya dibuat mohawk dengan disisir berantakan kebelakang, astaga Luhan benar benar takut dengan orang ini.
"Uhm, thanks. Tapi aku harus pergi sekarang", Luhan memunguti properti ospeknya yang terjatuh dengan terburu buru dan ia kembali melanjutkan larinya sebelum tangan pemuda itu memeganginya.
"Kau ingin ospek kan?", pemuda itu bertanya dengan muka datar, astaga apa pemuda ini jelmaan slander man?
"Uhm anu.. Iyaa iyaa", wajah Luhan memerah karena kebodohannya, bagaimana ia bisa gugup karena laki laki slander man ini, hisshhhh jangan sampai melukai jiwa manlynya sekarang.
"Bagaimana kalau berangkat bersama?"
"Jadi, kau juga terlambat?"
Pemuda itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan Luhan, Luhan hanya mengangkat bahunya tak acuh lalu sedikit berlari untuk menyamai langkahnya dengan pemuda tadi, Luhan berjalan tepat disamping pemuda slanderman itu.
"Oh iya, namaku Lu Han. Namamu?"
"Kim Jong In"
Hwahwahwaaaaa/? Otte? Begimana? Wkwk, oh iya btw buat chapter ini segini aja, kan chapter awal :3 kalo menurut readers fantasinya kurang masuk akal, gue cuma minta sarannya aja fantasinya harus digimanain, dan juga minta reviewnya biar makin semangat nulisnya :3 Oke gamshamnidaaaaaaa :3
Mind to review? ^^