Naruto© Masashi Kishimoto
Story© Kuro Shiina
"Mau kah kau menjadi suamiku?"
"Kau jangan salah paham dulu, maksudku...kau hanya berpura-pura saja. Kau mau kan?"
"Bagaimana kau mau kan menolongku?" Suara Sakura lagi-lagi mengusik keheningan di malam yang sunyi ini.
"..."
"Ayolah~ kau tidak kasihan padaku? Kalau kau tidak menoongku hidupku akan berantakan." Sambil menggoyangkan tangan Sasuke yang terkulai dikedua sisi tubuhnya.
Sasuke belum juga menjawabnya netra hitamnya menatap Sakura dengan tatapan yang sulit untuk didefinisikan.
"Sakura..."
"Ya?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kuro Shiina
Proudly Present.
.
.
NOT JUST SIMPLE MARRIED
.
.
Warning : SasuSaku
Genre : Romance, Drama, etc.
Rate : T (dapat berubah sewaktu-waktu)
.
.
.
.
.
.
.
.
Gak suka? JANGAN DIBACA!
.
.
..
..
Selamat membaca~
Hening beberapa saat, hingga suara langkah kaki menyadarkan Sasuke kalau sekertarisnya itu menghampiri dirinya didepan pintu, namun sebelum itu terjadi Sasuke mencegahnya, "jangan mendekat!". Kenapa sekertarisnya ini tak sadar apa kalau dirinya sedang dalam 'bahaya'?
"Hah? Ada apa denganmu?" Tanya Sakura heran atas perubahan bosnya ini, tak mengindahkan perintah bosnya Sakura terus saja maju menghampiri Bosnya yang berdiri kaku di depan pintu.
"Ku bilang, jangan mendekat! Satu langkah lagi kau maju, habis kau!" Ancam Sasuke pada sekertaris berkepala batu didepanya.
Bukannya menurut, sekertaris menyebalkan ini malah semakin cepat melangkahkan kaki untuk menghampirinya.
Satu langkah.
Jangan salahkan dirinya jika sesuatu yang buruk terjadi,deal?
Dua langkah.
Sepertinya memang sekertarisnyalah yang memberikan kesempatan.
Tiga lan-...eh kok?
"Hei kau mau kemana?" Tanya Sasuke bingung, kenapa sekertarisnya itu melewati dirinya.
"Aku mau tidur," jawab Sakura santai, berjalan kearah kasurnya yang berada disebelah jendela- sebelah kanan pintu-. Sepertinya dirinya salah sangka, Sakura bukan menghampiri dirinya melainkan menghampiri kasur yang berada disebelah tempatnya berdiri. Ckckck, makanya Sas tahan dulu!
Sakura menjatuhkan tubuhnya keatas kasur empuk, tak dipedulikannya bosnya yang tengah gondok setengah mati karena ternyata dugaannya salah. Sial! Kenapa pula ada pikiran yang tidak senonoh dipikiran suci Uchihanya itu.
Sasuke belum beranjak dari sana, matanya yang setajam elang menatap datar sekertarisnya yang tengah bergulung dalam selimut hangat, enak sekali dia. Sasuke berjalan menuju kasurnya juga, melirik kearah sekertarisnya yang sepertinya sudah terhanyut dialam mimpi. Hah...sepertinya Sasuke harus mengguyurkan kepalanya dengan air dingin, agar sesuatu dalam dirinya tidak membakar akal sehatnya. Sasuke bangkit dari kasurnya, berjalan kearah kamar mandi setelah sebelumnya membawa baju yang akan ia kenakan malam ini. Sepertinya Sasuke butuh waktu yang lama untuk mendinginkan kepalanya dibawah shower.
Sakura membuka kedua matanya setelah mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka dan ditutup dengan waktu yang nyaris bersamaan. Sebenarnya Sakura belum tidur, dia hanya memejamkan matanya saja tanpa berniat untuk mengarungi samudra mimpi. Sakura bangkit dari tidurnya, sekarang tanggal tanggal 28 maret yang mana hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 25. Sakura baru menyadari jari ini adalah hari ulabg tahunnya, saat dirinya tak sengaja melihat baju tidur yang sekarang tengah ia kenakan. Baju ini adalah hadiah dari Ino saat ulang tahunnya tahun lalu, biarpun hadiah berupa gaun tidur itu cocok untuk pengantin baru bukannya hadiah ulang tahun untuk dirinya yang lajang. Tapi meskipun begitu, dirinya merasa bahagia atas hadiahnya ini. Dia jadi merindukan sahabatnya itu, apa Ino sangat sibuk sekali ya? Sampai-sampai tidak ada waktu untuk menelpon pada Sakura.
Biasanya tepat jam 12 malam Ino sahabatnya akan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya, dan pagi harinya dia akan mendapat telepon dari orang tuanya yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Namun sekarang dipenghujung hari ulang tahunnya tidak seorang pun yang menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya ataupun hanya sekedar mengucapkan 'HBD YA' padanya. Sungguh miris, mungkin inilah yang membuat Sakura belum juga mengarungi samudra mimpinya.
Krrrieet..
Lamunan Sakura terhenti saat mendengar pintu kamar mandi terbuka, dan munculah bosnya yang sudah mengenakan kaos oblong dan celana pendek biasa, rambutnya masih basah sehingga bosnya itu menggosok-gosokan rambutnya dengan handuk kecil ditangannya. Apa bosnya ini tidak suka pakai piyama saat tidur ya? Karena selama beberapa hari ini saat tidur bosnya memilih kaos oblong dan celana biasa sebagai baju tidurnya, ah~ lupakan.
Sasuke sedikit tersentak, saat melihat sekertarisnya itu masih tetjaga. Bukannya saat dia masuk kekamar mandi sekertarisnya itu sudah tidur? Sudahlah itu tidak penting. Sasuke kembali melanjutkan aktivitasnya menggosok-gosokkan rambutnya yang basah dan berjalan menuju kasurnya. Ini gara-gara sekertarisnya jadi ia harus keramas di malam hari seperti ini.
"Hari ini aku ulang tahun," ujar Sakura entah pada siapa. Mebuat Sasuke menghentikan aktivitas menggosok rambutnya dengan handuk saat ini Sasuke sudah duduk dikasurnya.
Apa sekertarisnya itu sedang berbicara padanya?
"Iya, aku berbicara padamu."
Wah~ hebat sekali dia, apa dia bisa membaca pikiran orang lain? Tidak lah, itu hanya tebakan asal Sakura melihat bosnya sedikit bingung atas ucapannya itu.
"Oh," jawab Sasuke tanpa minat, kembali dirinya melanjutkan aktivitasnya. Kalau seperti ini caranya rambutnya tidak akan kering-kering, Sasuke tidak suka memakai pengering rambut dia lebih suka yang alami saja. Sebenarnya rambutnya itu tidak begitu basah, hanya saja Sasuke adalah orang yang tidak suka rambutnya tidak benar-benar kering.
Jawaban Sasuke membuat Sakura memajukan bibirnya kesal, apa-apaan bosnya itu masa cuma segitu aja jawabannya, ngucapin selamat kek atau apapun itu bukan hanya oh saja, ck menyebalkan.
"Selamat ulang tahun kalau begitu," Sasuke melempar asal handuk kecil yang dipakainya.
Ucapan Sasuke membuat Sakura melongo tak percaya, apa kupingnya tak salah dengar? Apa benar bos yang menyebalkannya itu mengucapkan selamat ulang tahun padanya? Memang benar Sakura mengharapkan bosnya mengucapkan ulangtahun padanya tapi saat itu terjadi Sakura sendiri yang tak percaya mendengarnya
"Bisa kau ulangi lagi?" Pinta Sakura untuk memastikan kalau telinganya itu tak salah dengar.
"Kau tidak tuli," ujar Sasuke enggan mengulangi apa yang baru saja keluar dari mulut emasnya itu. Sebenarnya Sasuke juga bingung, kenapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya tanpa bisa dicegah.
"Isshh kau! Hmm..tapi terimakasih. Kau orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku hari ini."
Dijawab dengan gumaman ambigu yang menjadi ciri khas dari bosnya itu, kalian pasti sudah mengetahuinya kan? Jadi aku tidak perlu repot-repot memberitahukan lagi kepada kalian.
"Bisakah kau menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku?" Pinta Sakura dengan senyuman di akhir kalimatnya. Sasuke hampir saja menganggukan kepalanya jika saja dirinya tak segera menyadari kata-kata Sakura barusan.
What? Apa katanya? Dia meminta Sasuke untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Hahaha~ jangan bercanda, mana ada dirinya yang keren menyanyikan lagu selamat ulang tahun yang sangat kekanakan.
"Tidak," singkat padat dan jelas. Ya iyalah mana mau dia, bisa-bisa harga dirinya turun goceng.
Jawaban Sasuke membuat senyuman yang terpatri diwajahnya luruh seketika digantikan dengan ekspresi muka bebek yang kemarin-kemarin menjadi tren selfi generasi 4l4y masa kini #pisss.
"Kenapa tidak mau? Itukan hanya permintaan sepele."
Sepele? Sepele katanya!?
"Kenapa juga aku harus mau?"
"Karena ini hari ulangtahunku, masa kau tidak mau sih?"
"Itu bukan urusanku," dengan jawaban final itu Sasuke menjatuhkan tubuhnya dikasur lalu membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut. Sakura yang melihat kelakuan Sasuke yang kekanakan-padahal dirinyalah yang kekanakan- itu. Sakura turun dari kasurnya menuju kasur Sasuke yang hanya berjarak dua langkah saja dari kasurnya. Dengan tenaga monsternya Sakura menarik selimut yang menutupi tubuh Sasuke, namun selimut itu tidak dengan mudah terlepas dari tubuh Sasuke karena Sasuke mempertahankan selimut itu dengan kuat. Sakura tarik ke kanan, Sasuke mearik kekiri begitu seterusnya jadilah adu kekuatan tarik-menarik selimut. Karena kesal Sasuke melepaskan tarikannya yang membuat Sakura hampir saja terjerembab jika saja dirinya tidak memiliki keseimbangan tubuh yang bagus.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Sasuke pada Sakura dengan nada yang berbahaya.
"Aku hanya ingin kau menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku." Jawaban Sakura membuat Sasuke ingin sekali mengunyah gulali pink didepannya dengan tak bersisa. Apakah sebegitu inginkah si pink ini dinyanyikan lagu selamat ulang tahun oleh dirinya?
Sasuke bangkit dari tidurnya kemudian menarik tangan Sakura yang berada didepannya, untuk duduk disampingnya. Setelah Sakura berada disampingnya Sasuke belum juga melepaskan tangan Sakura, sehingga membuat suasana terasa canggung. Kalau dipikir-pikir ini lah kali pertamanya bos dan sekertarisnya itu melakukan kontak fisik, yeah~ biarpun hanya pegangan tangan biasa. Sakura melihat tangan kirinya yang sedang dipegang oleh bosnya dan orang yang memegang tangannya bergantian. Suasana akward ini bertahan beberapa saat sebelum akhirnya Sasuke melepaskan tangan Sakura dan berdehem untuk mencairkan suasana.
"Ehem..a-..a" tuh kan jadi lupa apa yang mau dikatakan Sasuke pada Sakura, dan kenapa lagi dirinya jadi gagap seperti Hinata yang merupakan istri sahabatnya. Satu hal yang membuat citra keUchihaan turun, ck ini gara-gara setan pink ini.
Sakura? Dirinya juga masih mencerna kejadian yang tadi sehingga hanya menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
"Ehem...," kembali Sasuke berdehem untuk mencairkan lagi suasana. Membuat Sakura mengangkat wajahnya dan mengarahkannya pada orang yang disampingnya. Netra kehijauannya menatap Sasuke menuntut penjelasan.
Tarik, buang~
Tarik, buang~
"Kau ingin sekali dinyanyikan lagu selamat ulang tahun olehku?" Tanya Sasuke dengan nada datar seperti biasanya saking datarnya pertanyaan itu seperti pernyataan.
"Tidak juga, hanya kaulah satu-satunya orang yang aku kenal disini. Tak mungkinkan kalau aku meminta sembarang orang yang ku temui dijalan untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku." Terang Sakura panjang lebar dengan satu tarikan napas, yang membuat Sasuke sangat sedikit sekali agak kecewa, ingat! Sangat. Sedikit. Sekali. Agak. Kecewa. Dia kira ada alasan lainnya yang lebih spesifik, misalnya Sasuke itu adalah orang yang berharga bagi Sakura, dan lain sebagainya. Eh...apa sih? Kenapa Sasuke jadi ngaco begini, apa ini efek alkohol yang diminumnya? Memang benar dirinya itu tahan mabuk, tapi tetap saja pikirannya sedikit terganngu.
.
.
.
.
.
.
"Selamat ulang tahun kami ucapkan..selamat..ulang tahun.." Suara Sasuke yang fals mengudara diruangan persegi ini. Biarpun suara Sasuke itu tidak bagus malah cenderung jelek tapi itu semua tidak lantas membuat senyum Sakura luntur dari wajah cantiknya. Setelah melewati perdebatan panjang dengan sedikit bernegosiasi akhirnya Sasuke mau juga menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Sakura, biarpun dengan sedikit tak rela tapi Sakura sudah merasa senang dengan itu.
"Terimakasih...Kau tidak bertanya sekarang aku ulang tahun keberapa?" Tanya Sakura pada Sasuke yang berada disampingnya Sekarang mereka tengah berada di balkon kamar hotel, mereka duduk bersebelahan dikursi panjang yang berada disana.
"..."
"Hari ini usiaku genap 25 tahun, ibuku selalu menyuruhku menikah. Ibuku ingin aku menikah saat usiaku 25 tahun, dan itu sekarang. Tapi sampai saat ini aku belum juga mendapat seorang kekasih," Sakura mejeda sesat untuk mengambil napas kemudia kembali berujar, "aku pernah menyukai seseorang sampai-sampai membuat hatiku ingin meledak karenanya. Dia orang yang baik sekali, dia selau membuatku merasa nyaman saat kami bersama. Aku melambungkan harapan padanya, harapanku terlampau sangat tinggi." Sasuke mendengar semua yang keluar dari mulut sekertarisnya ini, tak ia jeda sedikitpun. Saat Sekertarisbya itu membuak mulutnya lagi, Sasuke kembali menajamkan pendengarannya.
"Namun seseorang itu telah memiliki tambatan hati, awalnya hatiku sangat sakit mengetahui itu semua, namun aku sadar jika dia jodohku pasti kami akan bersatu. Tapi lagi harapanku kandas, saat aku dengar dia akan menikah." Setelah mengucapkan kalimat terakhirnya itu Sakura menundukkan kepalanya, Sakua menceritakan masa lalunya pada bosnya yang saat ini duduk disebelahnya.
"Aku ingin meminta tolong padamu." Suara Sakura kembali menelusup di indra pendengaran Sasuke, membuat suasanya yang tadinya hening dan nyaman.
"Tidak." Sasuke segera menjawabnya tanpa mendengar apa pertolongan yang Sakura minta, Sasuke menebak pastilah itu akan merugikan dirinya.
"Bisakah kau menjawabnya setelah aku selesai bicara?" Tanya Sakura kesal karena bosnya yang tampan itu dengan seenaknya memotong pembicaraannya.
"Hn." Ingin sekali Sakura memukul wajah bak dewa itu sehingga menjadi si buruk rupa, tapi itu hanyalah keinginan kosong yang tidak akan pernah terlaksana.
"Mau kah kau menjadi suamiku?"
Pertanyaan Sakura itu membuat Sasuke sedikit kaget, karena ini sangat tidak masuk akal. Sakura Haruno wanita ya g baru dikenalnya kurang dari seminggu meminta dirinya untuk menjadi suaminya, yang secara tidak langsung Sakura,melamarnya. Hahahahaha. Lucu?
"Kau jangan salah paham dulu, maksudku...kau hanya berpura-pura saja. Kau mau kan?" Sakura dengan cepat meralat perkataannya saat Sasuke sepertinya mensalah artikan maksudnya.
.
.
.
.
.
.
.
Severals Month Ago
Udara sejuk pedesaan menyambut dirinya saat pertama kali menginjakan kakinya di kampung halamannya setelah dua tahun tidak kemari. Saat ini bertepatan dengan musim panen sehinga sejauh mata memandang ladang-ladang hijau sedang dipanen oleh sang empunya.
"Wah...Sakura-chan lama tidak bertemu," ujar nenek yang kebetulan beroapasan dengan Sakura. Nenek itu adalah nenek yang rumahnya dekat dengan sekolah dsarnya dulu, setiap kali ibunya telat memjemput Sakura akan ke rumah nenek itu sambil menunggu kedatangan ibunya.
"Iya nek, aku sibuk jadi jarang pulang ke desa." Jawab sakura dengan senyuman di akhir kalimatnya.
"Kau jadi tambah cantik sekarang, apa suamimu juga ikut denganmu?"
Kaliamat terakhir yang dilontarkan nenek itu membuat Sakura tersenyum kikuk, suami? suami? Pacar pun tak punya apalagi suami, ujar Sakura dalam hati.
"Eh..aku tidak punya suami karena aku belum menikah nek," jawab Sakura jujur membuat wajah nenek yang sudah keriput itu terbelalak kaget. Sebagai penduduk desa yang konservatif nenek itu tak habis pikir dengan kenyataan bahwa Sakura masih lajang atau orang desa bilang perawan tua karena di usia yang sudah menginjak kepala dua bahkan lebih masih saja lajang
"Tapi aku akan segera menikah kok," dengan cepat Sakura menambahkan. Kalau tidak Sakura yakin seratus persen diribya akan di cap perawan tua oleh orang di dea oni yang konservatif.
"Begitu ya...syukurlah kau tidak menjadi perawan tua seperti anaknya Moshino yang di usianya sekarang masih saja lajang." Terang nenek itu, menampilkan elspresi lega saat mengetahui Sakura akan segera menikah.
"Iya, hehehe. Nek kalau begitu aku akan segera pulang ke rumah ya, sampai jumpa." Pamit Sakura pada nenek itu lalu serra melangkahkan kakinya menuju rumah sederhananya.
"Tadaima," ucap Sakura saat sudah tiba di depan rumahnya. Sakura tidak melihat tanda-tanda keberadaan orang tuanya. Dia langsung saja masuk kedalam pintu yang terbuka dengan tanpa menunggu salamnya di jawab.
"Ibu?" Sakura memanggil ibunya pelan, karena sang ibu ternyata sedang berbicara dengan seseorang di telepon, pantas ibunya tidak mendengar salamnya.
"Wah. selamat ya kalau begitu, aku pasti datang kepernikahan anakmu. Apa Sakura? Enatahlah tapi pasti dia akan menikah kok. Iya, sampai jumpa."
Klik
"Lho, kau sudah datang? Kenapa tidak mengucapkan salam?" Tanya sang ibunda saat melihat anaknya yang merantau di kota telah tiba dan berdiri di sebelah ointu tanggung yang menjadi penghubung ruang keluarga dan ruang tamu. Dengan semangat menggebu wanita paruh baya itu menghambur memeluk putri semata wayangnya, tak peduli Sakura yang sesak karena dipeluk terlalu erat olehnya.
"Aku sudah mengucapkan salam, namun tidak ada yang menjawabnya." sakura membalas pelukan ibunya, setelah terlepas ia mendudukan dirinya pada lantai tatami, kemudian menselonjorkan kakinya yang terasa sangat pegal karena harus berjalabn lumayan jauh dengan hills setinggi 5 cm.
"Ibu akan buatkan minum untukmu, tunggu sebentar " Sakura baru saja akan menolak namun dengan sekejap ibunya sudah menghilang dari sana menuju dapur yang tidak jauh dari ruang keluarga.
Kebiasaan, ujar Sakura dalam hati. Dirinya mengedarkan pandangannya ke seluruh bagian dari ruang keluarga ini, sejauh mata memandang tak ada perubahan yang berarti disini semuanya masih sama saat terakhir kali Sakura pulang kesini, dua tahun lalu.
Ibunya datang membawa nampan berisi minuman dingin dengan kue-kue kering buatan tangan sendiri yang terlihat sangat menggugah selera. Menyimpan nampan itu begitu saja di samping Sakura, ibu Sakura mulai menyerbu Sakura dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama saat Sakura pulang.
"Bagaimana kabarmu selama di kota? Apa kau baik-baik saja? Apa kau masih tingga di apartemen yang kecil itu?" Tanya Mebuki a.k.a ibunya Sakura.
"Iya aku baik-baik saja disana, dan juga aku memang masih tinggal di apartemen keci itu bu. Ibu kan tahu gajiku itu tidak cukup untuk membeli apartemen yang lebih luas." Jelas sakura panjang lebar membuat ibunya menampilkan ekspresi prihatin di wajahnya yang sudah mulai keriput.
"Kenapa kau masih saja mau tinggal di kota kalau hidupmu tidak sejahtera disana? Lebih baik kau tinggal disini saja bersama ayah dan ibu, lalu menikah dengan orang sini dan punya anak." Ibunya mengutarakan semua yang ada dalam benaknya, sebagai seorang ibu dirinya tidak mau melihat putrinya hidup susah.
"Bu, biarpun aku hidup di apartemen kecil bukan berarti hidupku susah. Yah~ meskipun gajiku tidak begitu besar, tapi itu cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dan aku tidak akan menikah dengan orang sini bu, aku lebih tertarik pada laki-laki disana."
"Apa bagusnya laki-laki kota, mereka tidak bisa menggarap sawah, mengembala domba pokoknya mereka tidak bisa apa-apa dibanding laki-laki disini." Ucap ibunya pabjang lebar membuat Sakura sweatdrop dibuatnya. Hah... memang susah ya punta ibu yang konservatif?
"Bu, dimana ayah?" Tanya Sakura mengalihkan pembicaraaannya yang sudah menjurus pada topik yang membuat Sakura jemu.
"Ayahmu sedang mengunjungi teman lamanya yang sekarang pindah kesini." Ujar ibunya memberitahukan kemana gerangan ayahnya, sepertinya ibunya sudah lupa pada topik utama.
Sakura menganggukan kepalanya mengerti, Sakura memilih memakan lagi kue-kue kering yang dibuatkan ibunya. Setelah beberapa saat kemudian suara ayahnya mengucapkan salam terdengar dari luar, "tadaima".
"Okaeri," balas ibunya sambil menghampiri ayahnya.
Terdengar suara ayah ibunya sedang berbincang ringan mengenai kunjungan kepala keluarga ini ke tempat teman lamanya. Nama Sakura juga disebut-sebut dalam perbincangan mereka.
"Bu apa Sakura sudah pulang?"
"Sudah, baru saja. Ayah sepertinya Sakura tidak akan setuju dengan rencana itu."
"Kenapa ibu bilang seperti itu, kita coba saja ayah yakin Sakura menyetujui itu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana tegang tercipta di ruangan keluarga di kediaman Haruno ini setelah sang kepala keluarga mengutarakan maksudnya kepada putri semata wayangnya.
"Bagimana apa kau menyutujui perjodohan ini, Sakura-chan?"
Menarik napas dalam, Sakura memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan ayahnya. Yang mana jawaban ini akan menentuka masa depannya.
"Aku menolaknya ayah," jawaban Sakura membuat ayahnya akan mengajukan protes namun sebelum itu Sakura kembali melanjutkan, "aku akan menerima perjodohan ini jika saja masih sendiri."
"Apa? Kau sudah punya pacar? Kenapa kau tidak bilang pada ibu?" Mebuki Haruno yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi antara ayah dan anak ini.
"Tak masalah, baru jadi pacar putus pun tak apa. Orang yang sudah menikah pun bisa bercerai apalagi baru jadi pacar." Jawab ayahnya enteng mbuat Sakura kbali harus memutar otak mencari jawaban baru lagi.
"Bukan sekedar pacar, tapi dia akan menjadi suamiku."
"Suamimu? Kapan dia meminta ayah untuk menjadikannya istrinya, tidak ada kan? Jangan mengada-mengada."
"Aku tidak mengada-ngada, rencananya dia akan menemui ayah di ulang tahunku nanti. Itulah mengapa aku pulang ke desa, untuk memberitahukan ayah dan ibu tentang ini." Jawab Sakura dengan cepat tak memikirkan konsekuensi dari jawabannya itu, jujur dia tidak tahu lagi harus menjawab apa.
"Begitu? Baiklah ayah pegang kata-katamu. Ayah akan tunggu 'calon suami' mu itu menemui ayah, jika tidak mau tidak mau kau harus menikahi laki-laki yang ayah pilihkan untukmu."
End
.
.
.
.
.
"Bagaimana kau mau kan menolongku?" Suara Sakura lagi-lagi mengusik keheningan di malam yang sunyi ini.
"..."
"Ayolah~ kau tidak kasihan padaku? Kalau kau tidak menolongku hidupku akan berantakan." Sambil menggoyangkan tangan Sasuke yang terkulai dikedua sisi tubuhnya.
Sasuke belum juga menjawabnya netra hitamnya menatap Sakura dengan tatapan yang sulit untuk didefinisikan.
"Sakura..."
"Ya?"
TBC
Pojok Author: Huwaaaaaa #nari hula-hula akhirnya setelah banyak aral dan rintangan yang saya hadapi chap ini selesai juga. Saya rasa update chap ini lebih lama updatenya -readers: emang lama keles- untuk itu saya kasih chap ini lebih panjaaaaaaaang biarpun cuma beberapa kata aja sih #digampar.
Typo? Saya malu bahas ini #ngumpet di pojokan.
Mungkin bagi sebagian orang saya ga cek lagi fic yang saya publish tapi itu semua tidak benar, saya selalu cek lagi tapi entah kenapa sang typo tumbuh subur di fic saya #alibi. Semoga fic ini typonya sedikit ya, sehingga tidak mengganggu kenyamanan kalian.
Dan maaf jika chapter sebelumnya membosankan, karena saya menulis fic untuk menyalurkan imajinasi saya tentang OTP saya tercinta. Konflik? Di fic ini bakalan ada konfliknya kok tapi ga terlalu berat-berat banget. Karena dari awal saya buat fic ini saya sudah menentukan kalau tema yang dibahas di fic ini ringan-ringan aja seringan balon udara, hohoho.
Soal kemunculan Sasori dan Garaa di fic ini masih jadi pertimbangan, ikuti aja terus ya.
Terimakasih untuk semua yang sudah memfav, memfollow, meriview atupun yang sekedar lewat ajj. Maaf saya ga bisa sebutin satu-persatu, soalnya saya ngeUpdate fic ini di sekolah jadi ga leluasa, hehehe #kecup basah satu-satu.
Gimana pendapat kalian tentang chap ini? Kasih tau saya lewat kotak review dibawah ya?
Mind to Review?
sign
kshiina