Main pair: KaiSoo

Cast : EXO Member,SHINee,Super Junior.

Genre: Drama/Little bit Humor/

WARNING: Masih amatir -_-, EYD gak sesuai,Typos bertebaran,Alur
kecepetan,GenderSwitch (GS),OOC..

DONT LIKE DONT READ!

.

.

.

Chapter 16 (last chapter)

.

.

.

-Mansion Kim-

.

.

.

Terlihat dua orang yeoja sedang duduk bersebelahan ditaman belakang sebuah rumah besar bergaya eropa klasik. Dua cangkir teh hangat yang uapnya masih mengepul berada dimeja kecil dihadapan keduanya.

"Sudah dua bulan berlalu, Kyungsoo bahkan akan segera melahirkan tapi Jongin belum juga sadar Umma" ujar yeoja yang tampak lebih muda pada wanita paruh baya disebelahnya.

Menghela nafas sedih, wanita paruh baya itu diam tak menjawab. Matanya menatap kosong bulan yang menggantung terang dilangit.

"Kita harus melakukan sesuatu.. "

"Aku rasa kita harus membawanya ke luar negeri Taemin.." Yeoja paruh baya itu menoleh ke arah anak perempuannya.

"Ya, secepatnya kita harus membawanya agar mendapatkan perawatan yang lebih intensif"

"Sebaiknya kita bawa Jongin kembali ke Amerika, Taemin."

"Besok aku akan menghubungi dokter Kevin. Ia yang tahu dimana letak rumah sakit yang telah mengoperasi Jongin"

Lalu hening...

"Aku tidak menyangka ia melakukan itu tanpa memberitahu kita, keluarganya." yeoja yang lebih muda menyelipkan nada kecewa dalam kalimatnya.

"Jongin bahkan merahasiakannya dari Kyungsoo"

"Ya, ingatkan aku untuk memukul kepalanya saat ia sadar nanti umma"

Heechul menoleh dengan cepat cepat, "Apa?! Kau ingin membuatnya Amnesia lagi?!"

"Eh? Ti-dak! Baiklah aku akan menendang bokongnya saja saat ia membuka mata"

"..."

.

.

.

'Kim Jongin berbohong.

Dia tidak pergi untuk kepentingan perusahaan. Tapi untuk kepentingan lain yang bahkan jauh lebih penting. Demi hidupnya. Nyawanya. Keselamatannya. Dan dia tega tidak memberitahuku.. Menyembunyikannya dariku, istrinya sendiri...'

Yeoja cantik yang duduk sendiri ditaman rumah sakit itu merapatkan mantel tebal yang membungkus tubuhnya dari ganasnya terpaan angin malam. Mata bulatnya yang nampak sayu memandang bulan yang menggantung dilangit penuh kemarahan. Seakan bulan yang bersinar indah itu adalah garisan takdir yang dibuat untuknya.

"Wae? Wae..? WAE?" jeritnya tak tertahan.

"Mengapa kau tidak memberitahuku.. Kau tidak mempercayai aku sebagai istrimu?" tanyanya lemah dengan mata memandang lurus langit.

Kyungsoo kecewa, sangat kecewa pada suaminya ketika ia mengetahui tujuan Jongin terbang ke Amerika bukan untuk urusan bisnis tapi untuk operasi. Ia tak berhenti untuk merutuki dirinya, andai saja waktu itu ia membuka amplop yang bisa ia pastikan isinya adalah alamat rumah sakit yang akan suaminya kunjungi di Amerika, Jongin tidak akan memperjuangkan hidupnya sendiri. Seperti janjinya dihadapan Tuhan ketika ia mereka menikah Kyungsoo pasti akan mendampinginya, ikut menemaninya. Pasti. Namun telepon masuk dari Baekhyun membuat ia harus meletakkan amplop itu lagi, pada akhirnya Kyungsoo tak sempat membukanya. Terlebih ketika Jongin datang menjemputnya dan tiba-tiba amplop itu lenyap. Hilang, Entah berada dimana.

Yeoja cantik bermata bulat itu menangkupkan telapak tangannya agar menutupi wajahnya. Bahu sempitnya berguncang menahan isakan demi isakan yang lolos dari bibir mungilnya. Ia menangis lagi, kembali menangis frustasi karena suaminya tak kunjung bangun bahkan hingga sekarang usia kandungannya sudah menginjak 9 bulan, yang berarti sudah 2 bulan lamanya namja berkulit coklat eksotis itu koma.

Koma..

Kyungsoo benci satu kata itu. Mengapa ia harus mengalami kejadian yang sama dengan orang yang sama seperti ini lagi? Menghapus kasar airmatanya Kyungsoo berdiri cepat dari duduknya lalu segera melangkah menuju kamar bernomor 088 yang selama kurang lebih dua bulan ini rutin ia kunjungi. Semilir angin dingin menerpa wajah pucatnya, ketika kakinya melangkah lurus, pandangan matanya nampak kosong, tidak ada setitik pun kebahagiaan disana. Tidak ada tawa dan senyum selama belahan jiwanya masih terbaring tak berdaya diranjang rumah sakit. Yeoja itu meneteskan lagi air matanya.

Sampai berapa lama lagi ia harus menunggu?
Mengapa takdir hidupnya begitu kejam?
Mengapa?
Apakah ia benar-benar tak pantas bahagia?

Menarik nafas dalam yeoja itu kemudian memejamkan mata bulatnya ketika tanpa sadar lamunannya telah membawanya lebih cepat sampai didepan kamar rawat suaminya.

KLEK

Hanya ada sosok Jongin yang terbaring lemah disana. Jelas karena ini bahkan bukan jam besuk, dan Kyungsoo memang mendapat kelonggaran untuk menjaga suaminya 24 jam penuh. Kakinya lalu melangkah hati-hati, kurang lebih perut besarnya sedikit memperlambat pergerakannya saat ini, tapi bukan masalah karena didalam perutnya ini adalah buah cintanya dengan Jongin. Kyungsoo sangat menjaganya, walaupun keadaaan membuatnya terpuruk ia tak akan pernah lupa untuk memberi asupan gizi cukup untuk aegya nya.

Kyungsoo membuka mantelnya dan meletakkannya di sofa yang ada disana. Ia lalu mengusap sayang lengan Jongin yang tidak diinfus. Dua bulan berada disini kulit eksotis Jongin nampak pucat karena tak terkena cahaya matahari. Yeoja itu mengamati suaminya miris, banyak sekali alat-alat kedokteran yang terpasang ditubuhnya. Kyungsoo memutuskan duduk menyandarkan dikursi yang berada disebelah ranjang suaminya, semenjak kandungannya menginjak bulan kesembilan ia sudah tak bisa berdiri terlalu lama, karena kakinya akan keram seketika.

Suara detik jarum jam terdengar jelas, diluar kamar rawat tak nampak satu pun suster atau dokter yang biasanya berjalan hilir mudik. Mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Menarik nafas dalam, Kyungsoo lalu berdiri untuk mengunci jendela kamar Jongin yang terbuka. Ya ampun! Suster-suster genit yang biasanya suka menggoda suaminya itu ceroboh sekali.

KLIK

Jendela sudah ia kunci, ternyata diluar gerimis mulai turun. Pantas angin malam ini sangat ganas, sepertinya akan ada hujan badai. Setelah puas memandangi langit yang gelap Kyungsoo memutar tubuhnya dan melangkah menuju ranjang Jongin. Ia merebahkan diri dengan kepala menghadap wajah suaminya. Ia akan bermalam dirumah sakit. Kasur Jongin itu besar, Heechul sendiri yang memesannya agar Kyungsoo bisa tidur dengan nyaman dirumah sakit. Mertuanya itu luar biasa baik dan pengertian. Ia tahu Kyungsoo tak akan sanggup berada jauh dari Jongin sehingga ia memesankan kasur itu langsung pada pemilik rumah sakit yang kebetulan adalah teman lamanya. Heechul begitu menyayangi Kyungsoo, ia tidak ingin terjadi sesuatu dengan calon cucu nya jika menantunya itu memaksa tidur disofa.

Mengecup sayang jemari suaminya yeoja bermata bulat itu mulai memejamkan matanya. Hanya perlu sepuluh menit dan nafasnya mulai teratur. Kyungsoo kelelahan.. Ia tidur dengan pulas dan nyaman disamping Jongin.

.

.

.

Pagi hari yang cerah, Kyungsoo sudah berada di Apartement Jongin. Subuh tadi, supir keluarga Jung menjemputnya, Kyungsoo memang sengaja ingin pulang pagi-pagi. Dokter kandungannya memprediksi ia akan segera melahirkan minggu depan, jadi pagi ini Kyungsoo pulang untuk membereskan tas yang berisi keperluan dirinya dan bayinya nanti. Ia telah memutuskan menginap dirumah sakit mulai besok karena jarak apartement dan rumah sakit lumayan jauh Kyungsoo tidak ingin merepotkan keluarga Jongin ketika nanti ia mulas dan hendak melahirkan.

Sore harinya Kyungsoo datang berkunjung ke rumah sakit, ia mengganti bunga lili putih yang sudah layu dengan bunga lili putih baru yang masih segar kemudian meletakkannya dimeja nakas disamping ranjang Jongin. Ia menghampiri suaminya dan mengecup bibir tebalnya yang pucat dan kering dengan penuh perasaan rindu.

"Kapan kau akan bangun sayang?" Kyungsoo meneteskan air mata mengucapkan kalimat itu.

Kyungsoo sudah berusaha tegar, namun usaha itu selalu sia-sia ketika matanya melihat kondisi suaminya. Jongin terlihat kurus dan kulitnya semaki pucat, ya ampun! Rasanya Kyungsoo ingin menjerit ia tidak sanggup lagi berpura-pura tegar.

Gemerisik suara hujan dan pohon yang tertiup angin mulai terdengar dari arah jendela, lagi-lagi para suster lupa menutup jendela kamar rawat Jongin. Ya ampun! Kyungsoo jadi kesal sekali pada mereka. Dengan langkah pelan ia lalu melangkah menuju jendela dan menguncinya, matanya sekilas melihat keluar dimana hujan turun deras sekali.

Kyungsoo lalu melangkah mendekati Jongin, ia menarik kursi dan mulai menceritakan perkembangan bayinya dengan tangan menggenggam jemari suamiya.

Diluar hujan deras sekali,

.

.

.

Putih...

Ketika Jongin membuka kedua matanya ia tiba-tiba berada disebuah ruangan berbentuk persegi yang setiap dindingnya bercat putih. Mengerjapkan matanya beberapa kali Jongin mengerutkan keningnya bingung.

'Ada dimana ini?' batinnya berucap.
Ya seperti yang kita tahu ia adalah yeoja yang cinta kerapihan dan kebersihan.
Masih dalam keadaan bingung, namja berambut hitam itu mulai mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan sampai sebuah suara yang sangat ia kenal memanggil namanya dengan jelas.

"Jongin?"

Ia membeku mendengar suara itu, dengan gerakan kaku namja tampan yang juga memakai baju dan celana panjang putih itu memutar tubuhnya ke belakang, tepatnya ke arah suara yang memanggil namanya.

"Hyung? Joon Myeon hyung?" Jongin membulatkan matanya tak percaya. Benarkah yang berdiri disana adalah Kim Joon Myeon hyungnya?

"Aku memang hyungmu Jongin.." sosok namja berbusana serba putih itu tersenyum angelic.

"Kemarilah.. Ikuti aku.." ucapnya lagi kemudian melangkah menuju sebuah pintu putih yang entah sejak kapan ada disisi kanan ruangan itu.

Jongin membawa kakinya mengikuti Hyungnya. Dari kejauhan ia bisa melihat warna hijau dedaunan dan danau kecil yang tertutupi bahu lebar Joon Myeon. Ia lalu berlari-lari kecil, mempercepat langkahnya.

Jongin tertegun sejenak.

Dimanakah ini?

Sepanjang mata memandang hanya ada suasana asri dan pepohonan hijau yang menguarkan bau hutan yang khas. Disisi kiri dan kanan ada banyak sekali pohon buah dan berjenis-jenis bunga warna-warni yang sangat harum. Jongin berdiri diam membatu, ia terpesona. Matahari yang bergantung cerah dilangit dan suara kicauan burung yang hinggap pada dahan pohon membuat namja tampan bermata tajam itu kehabisan kata-kata. Joon Myeon yang melihat itu hanya tersenyum tampan, ia lalu melangkah pelan menuju danau dan Jongin yang sudah berhasil mengatasi keterpesonaannya langsung bergegas menyusulnya.

Mereka lalu duduk diatas rumput hijau dipinggiran danau yang dipenuhi bunga teratai yang mekar dengan indah.

"Itu.. Bukankah Yixing noona?" Jongin menyipitkan mata melihat seorang yeoja berambut hitam panjang yang sedang memetik buah apel diseberang danau.

"Iya, itu benar dia"

"Ne? Itu Yixing noona?"

"Iya Jongin"

"Memangnya ini dimana sih hyung?"

'Jongine'

"Ini bukan tempatmu Jongin.. "

"Ne?"

"Kau masih sangat dibutuhkan seseorang disana..Belum waktunya kau berada disini.."

"Kau bicara apa sih Joon Myeon hyung? Aku tidak mengerti.."

'Jonginie...'

"Kyungsoo?... Kyungsoo?!"

"Cepat kembalilah.. Kau tidak punya banyak waktu dongsaeng..."

"Kembali kemana yang kau maksud?"

"Kemb-

"Hyung?! Joon Myeon hyung! Hyuuuung!"

Semuanya kembali putih dalam penglihatan Jongin, tidak ada lagi danau hijau dan pohon-pohon hijau yang tadi dilihatnya. Jongin merasa dirinya tertarik kembali ke tempat awal ketika ia membuka mata, ruangan dengan warna putih mendominasi sekelilingnya.

CRASH

Seberkas cahaya putih langsung menyelimuti tubuhnya, Jongin kaget. Tubuhnya tiba-tiba lemas dan kelopak matanya memberat. Ia juga merasa tubuhnya melayang-layang diudara. Tak kuat menahan matanya yang kian lama kian memberat, Jongin segera menutup iris matanya, dan pada saat itulah merasa tubuhnya terhempas begitu kuat ke bawah.

"Kyungsoo" ia gumamkan satu nama yang selalu hatinya ingat, sebelum terbatuk-batuk kecil karena sesuatu yang aneh dikerongkongannya.

.

.

.

Cup

"Saranghae yeobo.. Cepatlah bangun .." ucapnya kemudian mengecup dahi suaminya sayang.

"Ahk!" seketika Kyungsoo menarik wajahnya menjauh saat ia merasakan perutnya terasa mulas dan sakit sekali.

"Ahk!" ia menjerit lagi. Nafasnya mulai memburu dan keringat dingin bercucuran dari dahinya. Kyungsoo mulai merasa kakinya lemas, ia lalu berpegangan kuat pada sisi ranjang Jongin.

'Oh Tuhan! Apakah aku akan melahirkan?' batinnya berujar panik.

Dan pertanyaan itu langsung terjawab saat ia merasa ada cairan yang merembes keluar dari sela kedua kakinya.

"Aaaaargggghh!" teriaknya menjerit kesakitan, ia merasa lubangnya terbuka paksa dan ada sesuatu yang hendak keluar.

Kyungsoo pucat, rasanya luar biasa sakit. Ia mencoba memfokuskan matanya untuk mencari bel kecil yang biasanya ada diatas kepala Jongin. Ia harus segera menekan bel itu untuk memanggil pertolongan dokter.

Mata bulatnya melirik sedikit kearah pintu yang tertutup berharap ada suster atau dokter yang lewat. Namun setelah beberapa menit berlalu, nihil. Tidak ada satu orang pun yang lewat. Dan pandangan matanya mulai tak fokus karena menahan rasa sakit pada bagian intimnya.

"Ahhh!" Jarak dirinya dan pintu hanya dua meter. Tapi kakinya terasa lemas bukan main. Ia tak yakin jika ia melepas pegangan kuatnya pada sisi ranjang Jongin ia mampu berjalan menuju pintu. Kyungsoo menggeleng tidak bisa, ia tidak sanggup. Perutnya mulas sekali..

Beberapa menit berlalu..

Kyungsoo mulai meneteskan airmata saat ia merasa cairan yang merembes diantara kedua kakinya mengalir semakin banyak dan berwarna merah yang ia yakini pasti darah.

"Jonginie! Jonginie!" tanpa sadar ia menjerit dan memanggil-manggil nama suaminya dengan panik, matanya lalu melirik lagi ke arah pintu. Berharap ada yang mendengar teriakkannya, namun sekali lagi nihil. Mungkin karena suara petir dan derasnya intensitas hujan yang menguyur bumi membuat suara Kyungsoo tidak terdengar.

"Ahhhhk, hikss!" Kyungsoo berusaha menggapai-gapai bel -yang jaraknya lebih dekat dari pada pintu- namun gagal karena lengannya tak sampai.

Prediksi dokter kandungannya ternyata meleset, Kyungsoo tahu jelas bahwa sekarang ia akan segera melahirkan bukan minggu depan, sesuai dengan yang diprediksikan dokter. Sebenarnya wajar terjadi mengingat dokter juga seorang manusia biasa. Namun yeoja itu sedikit merutuk karena perutnya mulas dikondisi yang tidak tepat.

"Jonginie.. Hhhhh..." Tubuhnya mulai melemas menahan rasa sakit, Kyungsoo yang sudah tak sanggup berdiri langsung jatuh ke arah depan. Tepatnya samping suaminya.

BRUK

Ia terjatuh pada kasur besar Jongin, untung saja dirinya tidak menimpa suaminya itu. Ya ampun! Apa yang terjadi jika itu terjadi?

Mengerjapkan matanya pelan, perasaan takut mulai datang padanya saat ia merasa kesadarannya akan hilang, mata bulatnya mulai berkunang-kunang.

Oh Tuhan! Demi anaknya dan Jongin ia tidak boleh pingsan! Tidak boleh!

Tidak sebelum ada yang menolongnya dan bayinya. Kyungsoo tidak ingin kehilangan buah cintanya dengan Jongin. Bisa fatal akibatnya jika ia terbaring tak sadarkan diri disini. Dan Jongin.. Kyungsoo tidak bisa menggantungkan harapan pada suaminya yang masih tenggelam dalam tidur panjangnya itu. Tapi Demi Tuhan ini baru pukul 5 sore dan jam besuk sudah ditutup sejak dua jam yang lalu! Jadi siapa yang akan menolongnya? Sedangkan suster yang rutin mencatat perkembangan Jongin baru akan datang pukul 8 malam nanti.

Berusaha agar tetap sadar dan membuka lebar mata bulatnya, yeoja itu perlahan menatap suaminya yang masih terbaring tenang.

"Jonginie, hikss Ahk! Bangun!.. Ahk!Sakiiit... Hikss. Jonginie, to-tolong aku.." gumamnya sambil menangis.

Tepat setelah bibir hatinya selesai berucap, jemari suaminya bergerak pelan.

"Jonginie, ahhhk! Appo...hiks .. Jong-"

Kyungsoo pingsan, ia tidak sanggup lagi bertahan, bibirnya yang tadi terbuka dan memanggil nama suaminya berulang-ulang mengatup rapat. Kyungsoo tidak mendengar, sedetik sebelum pandangannya berubah gelap ada suara bass lemah yang memanggi namanya. Lalu dilanjutkan suara batuk kecil dan bunyi bel yang tertekan..

.

.

.

Heechul dan Hankyung berlari paling depan diikuti Taemin dan Minho dibelakangnya

Tap Tap Tap Tap

Mereka berempat berlari dengan panik. Hujan deras dan petir yang menggelegar diluar membuat suara berisik derap langkah mereka tersamarkan dilorong rumah sakit.

Tap

Namun langkah mereka serempak terhenti seketika begitu melihat seorang namja berambut hitam dengan pakaian khas rumah sakit berdiri mondar mandir didepan pintu ruang bersalin.

"Jongin?" panggil Heechul yang menatap namja itu tidak percaya.

Mendengar namanya disebut, namja yang memakai baju rumah sakit berwarna baby blue itu berhenti dari kegiatan mondar-mandirnya dan menoleh, memperlihatkan wajah cemasnya yang nampak pucat kepada keluarganya.

"Oh Tuhan! Kau benar-benar Kim Jongin anakku!" Heechul menutup mulutnya kaget, lalu sedetik kemudian ia melangkah maju memeluk anak bungsunya.

GREP

Yang lainnya hanya bisa terdiam, antara lega Jongin sudah sadar dan khawatir akan keadaan Kyungsoo dibalik pintu putih yang berada dibelakang Jongin.

"Umma.. " lirih namja dalam pelukan Heechul itu pelan.

Yeoja paruh baya itu memeluk tubuh anak lelakinya erat-erat sampai teriakan dari putrinya membuatnya kaget dan reflek melepaskan pelukannya.

"Ya ampun Jongin! Lenganmu berdarah!" Taemin maju selangkah lalu menarik lembut lengan adiknya.

"Tidak apa-apa noona, Ini hanya luka kecil.." namja yang baru sadar dari tidur panjangnya itu menjawab gusar, matanya terus melirik ke arah pintu putih dibelakangnya.

Taemin menatap adiknya lekat, Ya ampun! Apanya yang kecil. Darah Jongin terus mengalir bahkan sudah mengotori pakaiannya.

"Tapi Jon-

"Tidak apa-apa noona. Ku mohon! Aku pusing!"

Taemin langsung terdiam, adiknya menjadi sensitif mungkin karena kondisinya yang baru sadar dari koma langsung dihadapkan dengan keadaan istrinya yang akan melahirkan. Apalagi tadi dokter yang menghubungi keluarganya bilang Kyungsoo pingsan.

"Pusing? Kau pusing kenapa? Apa kepalamu sakit lagi?" Heechul menangkup wajah anak lelakinya khawatir.

"Bukan, bukan pusing yang itu. Aku hanya terlalu mencemaskan istriku didalam sana umma" Jongin menatap Heechul lekat kemudian noonanya dengan pandangan meminta maaf, ia tak enak hati tadi sempat membentak kakak perempuannya. Tapi sungguh ia tidak bermaksud begitu, Jongin terlalu cemas dan kacau saat ini.

Mereka berempat mengganguk tanda mengerti. Lalu hening hingga hampir dua jam berlalu, namun pintu putih itu belum juga terbuka.

Jongin yang semakin gelisah dan mondar-mandir cemas menunggu pintu putih itu terbuka.

"Issshhh!" ia kemudian mendesis kesal, wajahnya yang memang masih nampak pucat menjadi putih pias karena luar biasa khawatir.

Melihat anaknya semakin panik, Hankyung pun berdiri dari duduknya. Ayah Jongin itu menghampiri anaknya kemudian menepuk bahunya pelan.

"Jongin?"

Yang dipanggil menoleh dengan cepat.

"Tenanglah, coba kau tarik nafasmu nak, lalu keluarkan dengan perlahan.. Kau terlihat luar biasa kacau."

"Appa -menarik nafas- mengapa -menghembuskan nafas- dokter belum juga keluar?" Jongin mengikuti intruksi ayahnya tapi tubuhnya tetap mondar-mandir cemas.

"Tenanglah.. Kau jangan mondar-mandir seperti itu. Ingat kau itu baru sadar dari koma mu, kau masih terlihat lemah dan pucat Jongin.."

"Aku tidak bisa tenang, aku tidak bisa Appa.. Kyung-

"Jongin, kau harus tenang. Jangan panik okay? Ingat kondisi tubuhmu juga.." Minho berdiri dari duduknya menghampiri ayah mertua dan adik iparnya.

"Aku tidak bisa.. Aku tidak bisa tenang.. Kyungsoo didalam, Aegya juga didalam.. Aku tidak bisa tenang.. Aishh jinja!" Jongin mengacak rambutnya frustasi.

"Hey.. Jangan seperti ini. Kau harusnya berdoa. Setiap wanita pasti akan mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan anaknya ke dunia Jongin" Taemin dan Heechul ikut berdiri.

"Umma.. Taemin noona..."

"Berdoalah adikku... Untuk istrimu dan juga anakmu.." ucap noonanya lembut.

.

.

.

Beberapa saat kemudian, pintu ruang operasi itu terbuka.

KLEK

Jongin langsung melangkah mendekati seorang namja paruh baya berjas putih yang keluar dari dalam sana.

"Bagaimana keadaan istri dan anak saya dok?" tanyanya langsung.

"Nyonya Kim baik-baik saja, sekarang dia sedang tertidur karena pengaruh obat bius. Kami akan segera memindahkannya ke ruangan rawat inap Tuan Kim. Oh! Ada apa dengan lengan anda?"

"Ini hanya luka kecil, bagaimana anak saya dok?"

"Luka kecil bisa jadi infeksi jika anda biarkan seperti ini Tuan Kim, Putra anda lahir dengan sehat dan selamat. Silahkan anda menunggu diruang rawat karena kami harus membersihkan keduanya dahulu."

"Terimakasih dokter"

Jongin menarik nafas lega, namja tampan itu kemudian menyandar pada sisi pintu.

"Selamat anakku, kau telah menjadi seorang ayah" Hankyung tersenyum lalu menepuk bahu anaknya.

"Gomawo Appa.." Jongin balas tersenyum. Ia kemudian maju selangkah memeluk Ayahnya.

"Kau harus lebih dewasa lagi Jongin.."

"Ne Appa.." balasnya lalu melepaskan pelukannya lalu mata tajamnya beralih pada Ummanya.

"Selamat anakku" Heechul memeluk Jongin erat.

"Terimakasih Umma"

"Selamat Jongin! Choi twins punya sepupu sekarang!"

Jongin melepaskan pelukannya saat mendengar ucapan kakak iparnya, ia tersenyum pada suami noonanya.

"Gomawo hyung"

Minho membalasnya dengan senyum.

"Selamat ya.. Kau harus benar-benar menjaga mereka Jongin" gumam Taemin pada adiknya.

Jongin tersenyum lagi mendengarnya, ia kemudian melangkah mendekati noonanya.

"Iya Tae noo-

BRUK

Awww!

"Yaaaak! Apa yang kau lakukan Tae noona?!" ujarnya kesal karena Taemin baru saja menendang bokongnya.

"Sedikit pelajaran karena kau sudah membohongi kami tentang operasi kepalamu dua bulan lalu Jongin." balas Taemin dengan wajah polos.

.

.

.

Jongin melangkah pelan menuju box bayi, dimana banyak sekali bayi-bayi lucu sedang tertidur pulas. Ia sudah mengganti pakaian rumah sakitnya menjadi pakaian casual, beberapa saat lalu Heechul menelpon ke rumah dan meminta maid membawakan baju ganti untuk anak bungsunya itu.

Langkahnya berhenti disebuah box bayi bertuliskan nama dirinya dan Kyungsoo sebagai orang tuanya.

"Tuan Kim Jongin?" panggil salah seorang suster.

"Ya, bolehkah aku membawanya menemui ibunya?" tanyanya sopan.

"Kami baru saja akan mengantar anak anda kesana Tuan" suster itu lalu mengendong anaknya hati-hati.

"Bisakah kau mengajariku menggendongnya?" tanya Jongin.

"Tentu saja Tuan Kim" balasnya sopan.

.

.

.

Hampir pukul 5 pagi, Jongin yang memang tidak tertidur pulas merasa ada pergerakan kecil disampingnya.

"Hey... Akhirnya kau bangun.." ujarnya pelan, ia lalu mengusap pipi Kyungsoo lembut. Jongin tersenyum melihat mata Kyungsoo membulat kaget begitu melihatnya.

"Hhhh.. Kau.. Jongin?" Kyungsoo mengedip-kedipkan matanya guna memperjelas pandangannya. Apakah benar namja didepannya ini suaminya?

"Kau pikir siapa lagi nyonya Kim?"

"Kim Jongin?" ulang Kyungsoo lagi.

"Hmm.. Apa?" balas Jongin lembut.

"Jonginie, hikss! Jonginie..." Kyungsoo bangun dari posisi berbaringnya.

"Hati-hati sayang, luka di perutmu belum kering" Jongin membantu Kyungsoo duduk. Namja tampan itu lalu mengatur posisi bantal dan sandaran ranjang agar istrinya nyaman.

"Ssssssttt, jangan menangis Kyungie.." Jemari kekarnya mengusap sayang tetesan air mata dipipi Kyungsoo.

"Kau bangun.. Hikss" ucapnya parau.

Jongin duduk disisi ranjang, memeluk tubuh Kyungsoo hati-hati.

"Bagaimana aku tidak bangun jika kau terus menerus berteriak memanggilku tepat ditelingaku Kyungie.."

"Benarkah?" tanyanya kemudian mendongak.

Jongin menggangguk membenarkan, "Tentu saja, kau menjerit memanggil namaku lalu pingsan. Sukses membuatku panik.."

"Kalau tahu begitu sejak dua bulan lalu aku teriak saja ditelingamu.. Eh? Kenapa ini?" Kyungsoo mengusap pergelangan tangan Jongin yang diperban.

"Hanya luka kecil, tidak apa-apa" Jongin tersenyum kecil.

"Luka kenapa?"

"Ketika aku baru membuka mata aku melihat kau pingsan dengan darah mengalir dari kedua celah kakimu, aku sangat kaget dan luar biasa cemas sehingga tanpa sadar jarum infus tertarik olehku saat aku mengejarmu yang didorong cepat oleh para suster." jelasnya kemudian.

"Kau yang menekan bel?" tanya Kyungsoo, ia ingat saat kesadarannya hilang ada suara bel berbunyi.

"Iya.. Aku masih lemas saat itu. Aku takut akan membahayakanmu jika memaksa menggendongmu Kyungie.."Jongin menatap Kyungsoo lekat.

"Terima kasih Jonginie, Kau menyelamatkan kami." Kyungsoo memeluk suaminya erat, menenggelamkan wajahnya didada Jongin.

"Tidak sayang, harusnya aku yang berterimakasih.. Kau telah berjuang melahirkannya kedunia. Terima kasih istriku." balasnya kemudian mendongakkan wajah Kyungsoo ke atas.

Cup

Jongin mengecup keningnya

Cup

Jongin mengecup hidung Kyungsoo

Cup

Terakhir, Jongin mengecup bibir hatinya.

"Aku sangat mencintaimu" ucapnya lembut.

"Aku juga Jonginie, aku juga sangat mencintaimu" balas Kyungsoo menatap Jongin penuh rindu.

"Jongin.. Dimana anakku?" tanya Kyungsoo.

"Disana.." Jongin menunjuk box bayi didekat sofa. "Sebentarnya" ia melepaskan pelukan Kyungsoo kemudian melangkah mendekati box bayi itu. Jongin mengangkat bayinya hati-hati lalu menggendongnya dilenganya, ia kemudian membawanya melangkah mendekati Kyungsoo.

"Kau bisa mengendongnya?" Kyungsoo menatap suaminya kagum.

"Suster Im mengajariku. Hehehe"

Bayi mungil itu lalu Jongin letakkan dilangan Kyungsoo yang sudah siap posisinya.

"Ya ampun.. Dia sangat tampan!" mata Kyungsoo bersinar lembut menatap bayinya.

Jongin tersenyum mendengarnya, ia lalu mendudukan dirinya disamping Kyungsoo.

"Dia tampan karena aku juga tampan Kyungie"

"Kulitnya lembut sekali" Kyungsoo mengusap sayang pipi bayinya.

"Siapa nama putra tampanku ini?" tanya Jongin.

"Ini adalah Kim Jongsoo. Lihat wajahnya mirip sekali denganmu Jonginie.." Kyungsoo mendongak menatap Jongin dan putranya -Jongsoo- bergantian.

"Kalian benar-benar mirip" ucapnya lagi.

"Tentu saja dia mirip denganku sayang karena aku adalah Ayahnya Kim Kyungsoo.." Jongin terkekeh kemudian mengecup gemas pipi istrinya.

"Jongin! Dia bangun.. Oh astaga.. Matanya bahkan sama persis denganmu! Kalian seperti kembar, sangat tampan" ucap Kyungsoo senang.

"Tapi hidungnya mirip denganmu sayang.." Jongin menatap anaknya lekat.

"Iya Jongin, syukurlah hidung Jongsoo mirip denganku. Emmpph.. Mancung, hahaha" Kyungsoo terkekeh geli mengatakan itu.

"Apa kau bilang?" ucap Jongin pura-pura marah.

"Ti-tidak! Hehehe"

"..." Jongin diam, tapi sudut bibirnya berkedut menahan senyum. Ya ampun! Ia bahagia melihat istrinya tertawa.

"Lucunya" Kyungsoo tertawa kecil melihat bayinya mengerucutkan bibir.

Cup

Ibu muda itu lalu mengecup sayang kepala anaknya. Ia lalu mengusap lembut bibir Jongsoo dan membuka kancing bajunya.

"Kyungie, apa yang kau lakukan?" Jongin mengerutkan dahi melihat istrinya membuka 3 kancing teratas bajunya.

"Jongsoo lapar, lihat dia mencari-cari jariku" Kyungsoo lalu tersenyum kecil memandang anaknya.

"Oooh" balas Jongin canggung, namja itu mengalihkan matanya saat Kyungsoo mengeluarkan sebelah payudara besarnya.

"Aaaaaww! Oucch.. Pelan-pelan sayang nanti kau tersedak.." Kyungsoo menjerit kaget saat anaknya itu langsung menyedot kuat puting susunya. Ia kemudian menepuk-nepuk pelan punggung Jongsoo dan tersenyum.

"Lihat, cara dia 'menyusu' saja persis denganmu Jonginie"gumam Kyungsoo lalu mendongak menatap suaminya.

"..." Jongin diam, namja tampan itu sedang berusaha keras memendam gairahnya melihat salah satu dari gunung kembar istrinya.

.

.

.

Seminggu berlalu, Kyungsoo dan Jongsoo sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

"Selamat datang dirumah kita" Jongin berujar senang sambil membuka pintu mobil.

Kyungsoo tersenyum mendengar nada antusian pada suara suaminya.

"Jonginie, ini..." Kyungsoo tertegun. Mata bulatnya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Yeoja yang sedang menggendong Jongsoo itu luar biasa kaget melihat sebuah rumah besar menyerupai istana dongeng dengan halaman super luar didepannya. Kyungsoo terlalu sibuk memperhatikan bayi tampannya sehingga ia tidak sadar bahwa Jongin tidak membawanya pulang ke apartement.

"Hadiah dariku untuk keluarga kecil kita, aku pikir Jongsoo perlu halaman luas untuk bermain nanti. " ucap namja tampan itu sambil tersenyum. Jongin memang sudah menyiapkan rumah ini sebelum keberangkatannya ke Amerika dulu.

"..." Kyungsoo masih berdiri diam, mengagumi rumah besar ini.

"Ayoo masuk sayaaang!" ajaknya kemudian membuka bagasi mobil, mengambil sebuah tas besar dan membawanya memasuki rumah besar itu.

Namun langkah Jongin terhenti saat ia merasa Kyungsoo tidak mengikutinya.

"Kenapa kau berdiri disana Kyungie ? Ayo masuk.. " ajaknya pada istri cantiknya yang masih setia berdiri diam dibelakangnya.

"..."

Melihat Kyungsoo yang tetap diam, Jongin menaruh tasnya dilantai dan berjalan mendekati istrinya. Ia menariknya lembut lalu menuntunnya agar memasuki rumah itu.

Jongin mengajak Kyungsoo yang sedang menggendong Jongsoo menaiki tangga menuju lantai dua, tepatnya menuju kamar utama.

KLEK

Kyungsoo tertegun lagi melihat sebuah ranjang King Size yang diatasnya terdapat foto pernikahannya dengan Jongin. Kyungsoo melangkah masuk, memperhatikan kamar yang sangat luas itu lekat. Cat bernuansa orange dan coklat kayu yang dipadukan begitu serasi dengan pernah pernik yang tergantung disetiap dindingnya membuat kamar ini begitu artistis. Terdapat dua buah pintu disana, tadi Jongin memberitahunya jika pintu berwarna coklat kayu adalah kamar mandi sedangkan yang berwarna orange pudar adalah kamar Jongsoo yang memang sengaja dibuat terhubung dengan kamar utama.

"Jongsoo tidur" Ucap Jongin pelan, ia lalu membuka pintu berwarna orange pudar dan menuntun Kyungsoo memasukinya.

Kamar Jongsoo sangat indah, dengan warna baby blue lembut dan burung kertas yang menggantung warna-warni dilangit-langitnya.

Kyungsoo lalu berjalan mendekati box bayi yang ada ditengah-tengah, yeoja cantik itu mengecup dahi anaknya sebelum membaringkan Jongsoo hati-hati disana.

"Sayang.." panggil Jongin.

Yeoja itu pun menoleh ke belakang.

Tanpa banyak kata lagi, namja tampan itu pun mengenggam jemari istrinya lembut dan mengajaknya keluar kamar anak mereka.

Jongin membawanya ke balkon. Angin sore berhembus sedikit kencang, mungkin karena mereka berada dilantai dua. Rambut panjang Kyungsoo yang tergerai terlihat berkibar-kibar indah.

"Kemari" perintah Jongin pada Kyungsoo yang berdiri dipintu balkon.

Yeoja cantik itu menurut, ia berjalan mendekati Jongin yang berdiri diujung balkon. Namja tampan itu tersenyum lalu menarik Kyungsoo lembut dan memposisikan dirinya berada dibelakang istrinya. Jongin sengaja membiarkan Kyungsoo leluasa melihat ke depan, dimana ribuan tangkai bunga lavender berjejer rapih dibawahnya.

Kyungsoo berdiri mematung, untuk kesekian kalinya ia membeku. Wangi khas lavender yang tertiup angin menelusup memasuki indra penciumannya.

"Aku sadar kita banyak memiliki hari yang sulit Kyungie. Aku telah banyak membuatmu menangis..." Jongin memeluk tubuh Kyungsoo erat dari belakang.

"Namun biarkan sekarang aku menebusnya Kyungie, aku akan berusaha membuatmu bahagia dan tersenyum." Jongin menenggelamkan wajahnya pada bahu Kyungsoo.

"Aku mencintaimu.. Sangat mencintaimu.." bisiknya tepat ditelinga Kyungsoo.

Mata Kyungsoo berkaca-kaca, hatinya luar biasa bahagia. Sampai-sampai ia ingin Tuhan menghentikan waktu sekarang.

"Hiks.. Jonginie" yeoja itu menangis, ia sangat bahagia sekali.

"Sssssttt.. Jangan menangis sayang" Jongin memutar tubuh Kyungsoo lembut.

CUP

Jongin mencium sayang kening Kyungsoo.

"Aku mencintaimu" ucap namja tampan itu lagi.

Kyungsoo mendongak, menatap suaminya dengan airmata kebahagiaan.

"Aku juga mencintaimu.." balasnya kemudian memeluk suaminya erat.

.

.

.

Manusia tidak pernah tahu garisan takdir apa yang telah dituliskan oleh sang pencipta, namun seperti sebuah roda yang berputar atau kepingan uang logam yang mempunyai dua sisi berbeda, selalu ada dua dihal yang saling berkaitan didunia ini, seperti tangis dan tawa, hitam dan putih, sedih dan senang. Begitu pula dengan cinta, sesulit apapun kisah cinta yang kalian jalani jangan pernah menyerah untuk memperjuangkannya. Tidak apa-apa jika hari ini kalian terluka karena cinta tapi yakinilah jika esok hari atau hari-hari setelah esok akan ada sejuta kebahagiaan yang siap menunggu kalian. Cinta adalah sebuah perasaan yang sederhana namun bisa berubah menjadi luar biasa menakjubkan jika kalian dapat mensyukurinya. Jangan merutuki takdir buruk yang kalian alami karena suatu saat nanti akan datang hari dimana kalian akan sangat bersyukur karena takdir buruk itu terjadi. Percayalah bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin didunia ini, cinta adalah sebuah anugrah yang patut diperjuangkan.

.

.

.

.

.

.

END

.

.

.

.

Gomawo untuk dukungan kalian selama ini readers, aku benar-benar bahagia bisa menyelesaikan story ini. Hihihi..

.

.

.

Okay! last, Thanks you so much for read,review,fav,follow and support me^^

.

.

.

See you at another story

.

.

.

xoxowolf61