Ehem! Ehem! #ceksuara

HAAAAAIIIIIIIIIIII~~~~! FRO BALIK LAGI NIH~! TADAIMAAAAAA~! #DIKEROYOK_READER #DORR #UHUK

hahahaha ada yang kangen dengan fro yang cantik dan keren ini? #digaplok
ato malah uda pada lupa? huhuhuhu, pasti uda pada lupa kan kalian hikssuuu T^T

Maafkan fro sudah meninggalkan nih ff begitu lama #uhukduatahunuhuk

apaboleh buat, waktu itu ada scene ganjel sangat amat yang membuat fro macet menulis lanjutannya, setelah bergalau2 dan tetep ga dapet ilham #plak akhirnya fro tinggal deh, eh trnyata kebawa sibuk, alhasil jadilah hiatus wkwkwkwkwk #digampar

sebagai gantinya chapter ini panjang lohhhhh, total chapter 17.363 wordsssss 53 halaman! panjang kan panjang kan? #dorr
setelah berlama2 memaso diri dan bergalau2 ria satu bulan ini #uhukduatahunuhuk fro akhrnya bisa menyeleseikan chapter ini #demi_apa_susah_banget_hikssu #nangisdarah #ngesot2dilantai

T-ta-tapi jangan berharap banyak ya huhuhu #mojok fro ga tau ini chapter isinya bagus atau malah failed datar huhuhu, apa boleh buat deh, chapter ini super susah hiks hiks hiks #mojok fro bahkan ga tau ini sudah nulis apaan, rasanya terlalu gaje absurd dan liar #gulinggulingguling

yasudahlah, kalian baca saja, entah bagus apa ga, jangan lupa reviewnya loh! awas kalo ga! #glare2 #ditendangreader

Warning : Fro sarankan untuk membacanya chapter ini saat senggang dikarenakan words ny yang panjang lebar dan bertele-tele, berisi banyak pertarungan "hyat hya! wusshhh~! BUAK!" #apaini #abaikan dan spesial jus lemon yang mungkin asemnya kurang #plak

Disclamer : sekarang uda ada boruto, berarti naruto boleh jadi punya fro dong? #kedip2 #dilemparsandal

P.S. JANGAN LUPA BACA OCEHAN GAJE FRO DI BAWAH CHAPTER, OKE2? #KEDIP2

btw akan lebih enak jika bacanya ulang dari chapter satu biar inget lagi #dorr #abaikan

Selamat membaca ^_^


Chapter 15. Last But Not Very Last


Malam itu…

Aku masih mengingatnya jelas…

Pemandangan mengerikan itu masih tercetak jelas dalam ingatanku…

Aku selalu melihatnya, setiap malam, setiap mimpi, setiap saat… Pemandangan itu selalu muncul menghantuiku…

Pemandangan… dimana orang tuaku terbunuh di depan mataku…

.

.

.

SLAM!

Tousan mendobrak pintu besar itu dengan keras sebelum segera berlari masuk ke dalam ruangan itu. Aku yang berlari dibelakangnya tak menyadari, ketika saat itu tousan tiba-tiba berhenti berlari dan terpaku di tempat. Perhatianku hanya terpusat untuk mencari Kaasan. Aku bisa merasakannya sebelum sampai di ruangan itu bahwa kaasan ada didalam sana. Tapi…

Empat buah rantai besi mengikat tangan dan kaki.

Dua mataku pun terbelalak shok.

Kaasan berdiri dengan terikat rantai pada tiang besi di dua sisi tubuhnya. Dan di tubuhnya…

Darah…

"K-kaasan!" Aku berteriak memanggilnya, dengan segera berlari cepat kesana.

Ada banyak darah…

Tanganku pun bergemetaran.

Lengan…

Aku mencoba menyentuhnya. Membangunkannya. Namun tanganku terus bergemetar.

Paha…

"K-kaasan!"

Pundak…

Air mataku pun dalam sekejap tumpah tak tertahankan.

Dan…perut…

Pedang tajam itu… pedang itu melukai kaasan.

Aku tak bisa menariknya. Darah itu terus mengalir setiap kali aku mencoba menarik pedang itu dari tubuh kaasan.

Aku hanya bisa terpaku. Menyentuh luka-luka itu dengan takut. Luka mengerikan itu… dan aku pun berhenti ketika melihat luka besar di perut Kaasan.

Manik safirku melebar ngeri melihatnya.

"Hamil?"

"Benar, kau akan segera memiliki adik. Apa kau senang, sayang?"

"Adik…" Aku berbisik pelan, memandang dengan getir pada luka itu.

Adikku sudah… "U-uhk—"

Aku tak akan bisa bertemu dengan adikku...

"K-kaasan—" Aku memeluk tubuhnya dengan lenganku yang pendek. Berharap setengah mati agar kaasan dapat bangun kembali.

Berharap kaasan tak akan pergi meninggalkanku seperti adikku yang belum lahir..

Namun pemandangan itu tiba-tiba berubah. Tubuh wanita yang ku peluk itu menjadi lebih berisi dan sedikit berotot. Rambut merah panjang itu memendek sampai di atas bahu, berganti warna menjadi hitam kelam yang tak asing. Berubah bentuk dengan sisi belakang melawan gravitasi yang sangat familiar. Dan wajah itu… mata itu…

Aku berjalan mundur. Menatap lebar sosok yang sangat familiar itu tiba-tiba muncul menggantikan kaasan. Dua manik oniks yang menatapku kosong…

"S-sasuke—" Napasku pun tercekat. Tubuhku kembali bergemetar.

Tidak…

Tubuh Sasuke diikat disana.

Tidak mungkin…

Terluka penuh darah… sama seperti yang terjadi dengan kaasan…

Sama seperti…

"Aku akan membebaskannya jika kau menuruti perintahku."

Danzo menyeringai lebar. Seringai yang licik dan menyeramkan sama seperti yang ia tunjukan malam itu…

Dan aku…

.

.

.

.

.

.

.

Drrggg—!

Drrrrggggg—!

Pintu besar itu bergemuruh. Angin yang entah dari mana datangnya tiba-tiba melesak keluar dari dalam pintu yang mulai terbuka itu. Semua pasang mata disana menatap takjup dan tak percaya pada pintu kokoh yang sudah beratus tahun terkunci itu perlahan terbuka lebar. Debu-debu pun beruntuhan mengikuti getaran kuat dari sang pintu kuno.

Danzo menyeringai. Senang dan tak sabaran ia ingin segera masuk ke dalam ruangan di balik pintu itu dan mengambil sesuatu yang paling ia inginkan.

Terbuka. Pintu itu benar-benar terbuka.

Setelah berpuluh tahun ia menunggu, akhirnya ia mendapat kesempatan ini juga.

Dengan tak sabaran, Danzo pun melangkah maju menuju pintu itu untuk masuk ke dalam ruangan di balik sana. Di belakangnya, Zetsu menarik Sasuke berjalan dan mengikuti Danzo.

Sasuke menggertakan giginya dengan kesal. Gumpalan tanah sialan itu benar-benar mengunci gerakan tubuhnya. Melilit kedua tangannya menempel ke sisi tubuh seperti tali sangat kuat dan tebal hingga ia tak bisa bergerak. Ia sedikit lega karena lilitan pada kakinya kini dilepas karena Zetsu menyuruhnya berjalan mengikuti Danzo.

Berkali-kali ia mencoba melirik Naruto dan mencari respon dari pemuda pirang itu. Namun sejak membuka pintu, Naruto menjadi sangat diam. Ia juga tak bisa menatap mata safir sang pirang karena kepala pemuda itu terus menunduk.

Apa yang terjadi?

Apa yang sedang dipikirkan Naruto?

Sasuke melirik ke belakang dimana kakaknya berada. Namun Zetsu langsung mendorongnya ke depan hingga ia tak bisa berkomunikasi dengan kakaknya ataupun Kurama. Ia hampir tersandung karena dorongan keras dari Zetsu yang memburu-burunya agar cepat berjalan.

Sasuke berdecih saat melihat ruangan dalam pintu semakin dekat. Kini ia baru saja melewati pintu besar itu dan berjalan masuk.

Sial. Berpikir! Kau harus berpikir Sasuke!

Ia harus memikirkan sesuatu untuk mencegah Danzo melancarkan rencana busuknya!

Kenapa dobe bodoh itu malah diam saja di saat seperti ini?!

.

.

.

BAM!

Pintu besar itu akhirnya berhenti bergerak dan medebamkan suara yang keras saat berhenti. Celah masuk yang sangat lebar kini terpampang jelas di depan ruangan gelap itu setelah pintunya terbuka.

Dari sudut ruangan tiba-tiba tersulut lampu obor yang menyala dengan sendirinya, lalu diikuti lampu obor lainnya satu persatu hingga ruangan yang tadinya sangat gelap itu menjadi terang dikelilingi cahaya api di sisi-sisi dinding.

Danzo menatap takjub dan tak sabaran ruangan itu. Berjalan cepat ke dalam dan dengan segera mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Namun pandangannya yang penuh kerakusan segera meredup kecewa dan bingung saat ia menangkap jelas pemandangan disana.

Kosong.

Tidak ada apapun di dalam ruangan itu.

"Apa ini?!" Danzo berjalan cepat menuju tengah ruangan besar itu. Matanya dengan cepat menelusuri tiap sisi mencurigakan yang bisa ia ditemukan di dalam sana. Namun ia tak melihat apapun disana. Hanya ruangan kosong yang diterangi obor.

"Jelaskan yang aku lihat ini bocah!" tuntut Danzo kesal pada pemuda pirang yang masih terdiam di muka pintu. Dengan kesal, Danzo berjalan mendekati Naruto dan menggeram. "Jawab aku, bocah sialan!"

Naruto yang dari tadi diam akhirnya mengangkat kepalanya. Namun dua safir itu terlihat blank. Dia menoleh ke arah Sasuke, lalu melirik kembali pada Danzo.

"Cepat tunjukan dimana sihir itu disembunyikan, rubah sialan!" gertak Danzo tak sabaran. Zetsu yang berada di belakangnya menyeringai licik. Menarik Sasuke di depannya untuk menunjukan bahwa mereka masih memiliki Sasuke sebagai sandera.

Namun sang pirang tak memberi respon. Kepala pirang itu kembali menunduk sebelum kemudian salah satu tangannya bergerak kecil. Tanda mahkota menyala di punggung tangannya.

Suara getaran keras tiba-tiba terdengar dari dalam ruangan itu. Lantai di tengah ruangan itu tiba-tiba bergeser lalu bergerak membentuk tangga menurun. Lalu di tengahnya muncul sebuah tatanan batu pilar yang di dalamnya terdapat sebuah kotak peti. Dan kotak itu… pun terbuka.

Gulungan.

Semua pasang mata disana pun terpusat pada kotak peti itu. Di dalamnya terdapat sebuah gulungan kertas yang terlihat sangat kuno.

Danzo menyeringai girang.

Tidak salah lagi. Gulungan itu pasti sihir yang sudah ia cari selama ini. Gulungan itu. Gulungan yang menyimpan kekuatan terkuat di Kerajaan Konoha. Gulungan itu adalah miliknya!

Bzzttt—!

"Apa—?!" Danzo tersentak kaget saat kekkai kuat tiba-tiba muncul mengelilingi kotak peti itu. Listrik menyengat tangannya hingga ia tak bisa mengambil gulungan itu seperti yang ia inginkan.

"Brengsek! Cepat lepaskan kekkai itu rubah sial!" gertak Danzo kesal pada Naruto yang masih belum bergerak dari tempatnya.

Seperti sebelumnya, Naruto lagi-lagi melirik Sasuke yang berada di tangan Zetsu. Sebelum ragu-ragu ia berjalan maju menuju gulungan itu berada.

"Biarkan aku yang melakukannya!" Langkah kaki Naruto berhenti seketika sebuah teriakan itu terdengar.

Kini semua pasang mata mengarah pada sang raven. Sasuke menatap serius pada Danzo sebelum berkata lagi. "Aku bisa melepas kekkai itu." Ucapnya sangat yakin.

"Oh?" Danzo melirik tertarik pada Sasuke. "Kau pikir aku akan mempercayainya? Hanya bocah pirang itu yang memiliki tandanya." Ucapnya dengan sinis. Sama sekali tak merasa bisa dikelabui.

"Aku mungkin tidak memiliki tandanya. Tapi Naruto adalah dominanku. Chakra miliknya adalah milikku juga. Kami saling terikat." Jelas Sasuke berusaha menyakinkan. "Bukankah sama saja? Aku bisa melakukannya lebih cepat dari pada Naruto. Dia tak terlihat dalam kondisi yang bagus untuk melakukannya. Bisa saja Naruto melakukan kesalahan dan merusak gulungan itu." Jelasnya lagi. Dia yang berdiri tak jauh dari Danzo memanfaatkan itu untuk menambah kepercayaan dirinya.

"Bebaskan ikatanku dan aku akan melepaskan kekkainya. Gulungan itu akan jadi milikmu. Setelah itu kau boleh melakukan apapun yang kau mau." Ulang Sasuke menatap serius pada pria tua yang merupakan mantan raja itu.

Setelah menatap keseriusan sang Uchiha bungsu dan melirik pada Naruto sekilas, Danzo akhirnya berkata. "Baiklah." Lalu melirik Zetsu dan menyuruhnya untuk melepas ikatan Sasuke.

Dengan enggan, Zetsu melepas ikatan Sasuke, dan mendorongnya menuju gulungan itu berada. Sasuke bernapas sedikit lega saat tangannya bisa digerakan kembali. Dia berdiri tepat di depan pilar. Melirik was-was pada Danzo yang mengawasi gerakannya.

Sejujurnya Sasuke sama sekali tak tahu cara untuk melepas kekkai itu. Ia hanya berkata spontan agar bisa terlepas menjadi sandera. Ia bahkan tak tahu jika chakranya memang bisa berfungsi sama seperti chakra Naruto meskipun tanpa tanda mahkota.

Sekarang adalah penentuan. Gagal tidaknya rencana Danzo berada di tangannya. Ia harus bergerak secepat mungkin begitu tahu ia bisa melepas kekkai itu dan mengambil gulungannya. Secepat mungkin sebelum Danzo menyadarinya.

Jantungnya berdebar cepat seraya ia mengulurkan tangan mendekati kekkai yang melindungi gulungan itu. Di samping kirinya ada Zetsu yang mengawasi gerakannya, dan di belakang Danzo berdiri dua langkah dari tempatnya. Tangannya berhenti tepat di depan kekkai. Ia menarik napas pelan, sebelum memusatkan chakra Naruto di tangannya.

Degh.

Tenang.

Degh.

Kau harus tenang…

Degh.

Kau pasti bisa melakukannya, Sasuke.

DEGH.

Dan kekkai itu…

Bzzztt—!

…hilang seketika jemari Sasuke menyentuhnya.

Detik itu juga Sasuke bergerak. Gulungan itu diambil dengan tangannya. Sedang tangan kirinya menarik pedang. Dengan keras, Sasuke menendang tubuh Zetsu hingga pemuda tanah itu terpental jauh. Di detik yang sama, ia berbalik dan segera menyerang Danzo. Pedang ia tebaskan dengan kuat pada Danzo.

Slaashh—!

Pria tua itu pun tak sempat merespon serangan mendadak Sasuke. Pedang itu berhasil melukai dadanya. Tak membuang waktu Sasuke segera melompat pergi dan berlari menuju Naruto.

Itachi, Kurama dan Tsunade pun tersentak melihat serangan cepat dari sang raven. Itachi yang segera membaca rencana Sasuke langsung bergerak kesana.

"Naru—Shit!" Sasuke tersentak saat beberapa kunai melesat ke arahnya. Ia segera menunduk menghindari serangan itu. Diliriknya Naruto yang masih terdiam di tempatnya sebelum mengumpat lagi. Ia menangkis serangan kunai lainnya. Namun ternyata serangan itu hanyalah umpan. Dari dalam tanah, tiba-tiba muncul dua tangan yang menari kakinya. Zetsu.

Si tanah hitam putih itu lagi-lagi menangkapnya. Brengsek. Tubuh Sasuke terjatuh ke depan.

"Sasuke!"

Teriakan Itachi segera menarik perhatiannya. Tanpa pikir panjang, Sasuke melempar gulungan di tangannya pada sang kakak. Tersentak, Itachi menerima gulungan itu dengan kaget. Namun ia langsung mengerti maksud Sasuke dan berlari pergi membawa gulungan itu.

Zetsu pun segera pergi meninggalkan Sasuke dan mengejar Itachi.

Itachi bukan seorang Uchiha jika main kejar-kejaran saja ia kalah. Ia menambah kecepatan dan berlari kabur menuju atas permukaan tanah. Zetsu yang berada di dalam tanah ketinggalan jauh. Namun Itachi tak memperhitungkan adanya musuh yang lain sampai ketika ia mendapat serangan dari depan.

"Shit—" Dengan cepat Itachi menghindar dan melompat mundur.

Di depannya, dari dalam tanah muncul Zetsu, namun kali ini berwarna hitam.

Tidak mungkin.

Itachi melirik ke belakang dan melihat Zetsu yang tadi masih ketinggalan di belakangnya. Jadi… ada dua zetsu?!

Tunggu, yang ini berwarna hitam. Sedang yang di belakangnya berwarna putih. Mereka membelah diri?!

Tanpa membuang waktu, Mangekyou segera muncul di matanya. Manik hitam berubah menjadi merah darah dengan tanda hitam di dalamnya.

"Amaterasu."

Api hitam pun muncul dan membakar tubuh Zetsu. Namun begitu tubuh itu hangus dan musnah menjadi abu, Zetsu hitam yang lainnya tiba-tiba muncul di sampingnya. Lalu muncul lagi, dan muncul lagi, hingga mereka berjejer mengelilingi Itachi.

"Tsk. Ada berapa banyak mereka?" decih Itachi seraya memikirkan cara untuk keluar dari sana.

Para Zetsu Hitam itu menyerang bersamaan. Mereka bukan masalah besar bagi Itachi. Namun, dari kejauhan ia melihat Danzo dan Zetsu putih mulai mendekatinya. Dengan cepat, ia melancarkan serangan api dan menebaskan pedangnya pada musuh. Namun zetsu-zetsu hitam itu segera bermunculan lagi. Dengan berlari dan menghindar ia menyerang mereka beruntun. Serangannya menjadi percuma karena mereka kembali bermunculan dan menyerangnya. Ia harus segera mencari tahu kelemahan Zetsu hitam itu dan pergi sebelum Danzo mengejarnya.

Dari samping, ia melihat sesuatu berlari ke arahnya dari kejauhan. Seringai kecil pun terlukis di bibirnya saat tahu siapa 'sesuatu' yang berlari itu. Sesuatu itu berwarna merah, melompat tinggi menyusup ke dalam kepungan Zetsu dan membalas seringaiannya.

"Hn."

Gulungan itu pun berpindah tangan.

Kurama segera melesat cepat dari sana, bersama gulungan yang sudah ia gigit di dalam mulutnya. Seperti dugaannya, zetsu-zetsu hitam itu segera mengejarnya saat tahu gulungan itu sudah dibawanya pergi. Yang terpenting adalah gulungan itu. Apapun yang terjadi, ia harus menjauhkannya dari Danzo.

Dengan kecepatan penuh, rubah merah itu berlari menaiki tangga dan menuju ke atas permukaan tanah. Serangan kunai dan ledakan api dari belakang berhasil ia hindari dengan mudah. Tinggal beberapa anak tangga lagi dan ia akan sampai di atas dan—

Syuuutt—!

Sebuah bom api meluncur cepat dari belakang dan…

.

.

.

.

.

.

DUUAAARRRR—!

Ledakan besar tiba-tiba terjadi dari arah istana dalam. Kakashi dan lainnya pun tersentak kaget. Getarannya cukup besar hingga sampai ke podium depan.

Apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana?!

Istana sekarang kelihatan hancur berantakan, terutama di bagian Istana dalam tempat istirahat raja.

Kakashi menatap ragu dari tempatnya. Kedua tangannya terkepal erat. Ia tak tahu apa yang lebih baik ia lakukan sekarang. Pergi menolong kesana, atau mengurus rakyat yang masih terkurung di dalam kekkai.

"Mereka akan baik-baik saja." Ucap sebuah suara bersamaan tepukan ringan yang terasa di pundaknya. Kakashi menoleh pada Yamato dan mengangguk kecil.

"Aku tahu mereka pasti bisa menang."

.

.

.

.

.

"NARUTO!"

Naruto tersentak kaget. Hentakan keras di pundaknya membuatnya membelalak lebar dan menatap Sasuke yang memandangnya khawatir.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan dari tadi dobe!" bentak Sasuke memarahinya, namun sorot matanya sangat cemas. Ia tak tahu apa yang sebenarnya sedang dipikirkan dominannya. Tapi sejak ia dijadikan sandera, Naruto tiba-tiba saja menjadi ketakutan. Lewat ikatannya ia bisa merasakan perasaan panik dan takut yang dirasakan Naruto. Pemuda itu bahkan tak meresponnya meskipun ia sudah memanggil puluhan kali.

"S-sasuke…" Naruto menghembuskan napas berat yang entah sejak kapan ia tahan. Tubuhnya yang entah kenapa terasa kaku mulai gemetaran. Ia berjengit kaget saat Sasuke tiba-tiba memeluknya erat.

"S-sasu—"

"Naruto, aku baik-baik saja." Bisik Sasuke menenangkannya. Ia menarik tangan Naruto dan menaruhnya di samping pipinya. "Lihat? Aku baik-baik saja." Ucapnya dengan tersenyum menenangkan. "Karena itu berhenti bersikap bodoh dan kembali kesini, dobe."

Naruto mengeratkan sentuhannya di pipi sang raven sebelum menghela napas. "Aku tahu. Maaf." Ia melepas pelukan Sasuke dan menarik napas lagi. Digenggamnya tangan sang kekasih sebelum memantapkan pikirannya.

"Ayo."

Mereka pun berlari mengejar Danzo dan yang lainnya.

.

.

.

.

.

Trek—! Trek—! BRUAK!

Bongkahan dinding itu dibanting keras oleh Kurama. Sang rubah merah itu segera berdiri dan mengibaskan bulu merahnya dari debu. Ledakan tadi cukup besar, namun tak cukup besar untuk mengalahkannya.

Kurama mendengus kecil memandang kondisi di sekelilingnya. Ruangan istana yang tadinya tertata rapi dan mewah sekarang hancur berantakan.

"Cih, sayang sekali kau tidak mati." Decihan keras terdengar bersamaan bunyi langkah kaki dari arah tangga ruang bawah tanah.

Rubah merah itu hanya mendengus kecil. Melirik Danzo dan Zetsu yang sudah berhasil mengejarnya dengan tatapan sinis.

"Cepat serahkan gulungan itu." Ucap Danzo dingin. Luka tebasan di dadanya seolah tak berarti apa-apa, bahkan luka itu sudah mulai menutup sendiri. Ia berjalan pelan mendekati sang rubah merah di depannya. Namun masih menjaga jarak yang cukup dengan waspada. Rubah merah di depannya terlihat mencurigakan. Khususnya ekor sembilan yang ia miliki. Satu-satunya demon rubah sembilan hanyalah klan Uzumaki, dan mereka sudah musnah puluhan tahun yang lalu. Lalu siapa sebenarnya rubah ini?

Kurama hanya mendengus. Gulungan itu masih dalam gigitannya. Mata rubi-nya melirik ke sekelilingnya untuk melihat situasi. Ia bisa saja berlari kabur seperti sebelumnya. Tapi itu terlalu merepotkan karena mereka akan mengejar lagi. Mungkin lebih baik ia hancurkan saja gulungannya dan setelah itu langsung membunuh Danzo?

Sebaliknya, Danzo juga masih diam mengawasi rubah merah di depannya. Ia tak tahu kekuatan apa yang dimiliki rubah itu. Yang jelas itu bukan sesuatu yang lemah jika melihat ekor yang rubah itu miliki. Tapi, ada sesuatu yang aneh…

"Zetsu." Danzo melirik pemuda hitam putih di belakangnya. Pemuda itu mengangguk kecil dan menyeringai. Sebelum kemudian ia masuk ke dalam tanah seperti yang biasa ia lakukan.

Kurama menyipitkan matanya. Melirik siaga tanah di sekitarnya. Ia tahu pemuda tanah itu suka menyerang dari dalam tanah. Dan seperti dugaannya, dari belakang muncul Zetsu putih dari dalam tanah yang menyerangnya. Namun Kurama dengan mudah menghindar dan mengalahkannya dengan sabetan ekornya.

Zetsu yang lain muncul dari sampingnya, yang segera ia kalahkan lagi. Namun muncul lagi Zetsu yang lain, dan terus bermunculan tanpa henti menyerangnya. Dengan kesal, Kurama mengumpulkan chakra api di ekornya lalu—WUUSHH!—menghempaskannya ke sekeliling tubuhnya hingga para Zetsu itu musnah terbakar.

"Hm, trik murahan." dengus Kurama lewat gigitannya.

Danzo menyipitkan matanya seketika mendengar rubah merah itu berbicara. Aneh. Ada sesuatu yang aneh dari rubah itu. Aura chakra dan bau yang dimiliki rubah merah itu berbeda dengan demon. Awalnya ia pikir, mungkin rubah itu adalah monster rubah yang dibawa Naruto kemari. Namun monster seharusnya tak bisa berbicara.

"Siapa kau sebenarnya? Gulungan itu tak ada hubungannya denganmu, jadi cepat serahkan padaku." Danzo berkata dingin pada rubah merah itu.

'Justru ini sangat berhubungan denganku.' Batin Kurama yang hanya menyeringai menanggapi ucapan Danzo.

"Baiklah, jika itu maumu. Akan ku buat kau menyesal sudah menghalangi rencanaku!" Gertak Danzo marah. Dengan gerakan cepat, pria tua itu tiba-tiba saja menyerang. Semburan api yang kuat dan besar dilancarkan dari mulutnya.

Kurama bisa menghindar dengan mudah. Dari sudut matanya, ia melihat Zetsu masuk ke dalam tanah namun tak bisa melihat lebih jelas karena Danzo segera menyerangnya lagi.

Ia menggeram keras, dan menyambarkan ekornya kuat pada Danzo. Sembilan ekornya bergantian menyerang, namun Danzo bisa menghindarinya satu per satu.

Melompat mundur, Danzo merapalkan beberapa mantra dengan cepat, ia menarik darah dari jempol tangannya lalu menepukannya pada ke bawah. Sebuah sebuah simbol segel langsung muncul di bawah telapak tangannya.

BAM!—asap mengepul meletus di bawah telapak tangannya. Kepulan asap itu membesar seraya sesuatu tiba-tiba muncul dari sana. Secara perlahan asap itu pun menghilang, dan dua sosok besar yang muncul dalam asap itu pun mulai terlihat.

Dua monster itu berwujud anjing yang besar, namun masing-masing berkepala dua dan bertanduk. Dengan satu perintah, dua monster itu segera berlari menyerang Kurama.

"Cih, kau pikir aku akan takut pada monster?"

Mungkin dengan ukuran tubuhnya yang sekarang, dua anjing besar itu bisa langsung mengalahkan besar tubuhnya yang kecil. Tapi bukan untuk porsi kekuatannya. Dua anjing itu menerjangnya bersamaan dari depan. Gigi tajam siap mengoyaknya, namun Kurama dengan tenang menghindari serangan itu. Rubah merah itu menyeruduk ke depan, menyerang dua anjing itu hingga mereka terpental ke belakang.

"GRRRRR!" Kurama mengeram keras. Rahang dikencangkan dan gigi-gigi tajamnya dipamerkan dengan menakutkan. Mata rubinya menyalang tajam pada dua monster di hadapannya.

Dua anjing itu berjengit ketakutan, seolah baru saja menyadari dengan siapa sebenarnya mereka berhadapan. Layaknya anjing yang patuh pada tuannya, mereka meringkik ketakutan dan segera berlari kabur ke tempat asal mereka kembali.

"Apa—?!" Danzo menatap tak percaya. Dua monster yang sudah terikat kontrak dengannya tiba-tiba kabur bahkan menolak menuruti perintahnya. Dia juga tak bisa memanggil mereka kembali.

"Apa yang baru saja kau lakukan?!" tuntut Danzo menahan emosi, tak memercayai apa yang baru saja terjadi. Dua anjing itu seharusnya adalah monster terkuat dan paling ganas! Bagaimana bisa mereka tiba-tiba berlari ketakutan seperti pengecut?!

"Aku hanya mengajarkan mereka untuk hati-hati dalam memilih lawan." Kurama menyeringai.

Danzo menyipitkan matanya dengan curiga. Raut mukanya kini lebih tenang begitu ia mulai memahami situasi yang sedang ia hadapi. Ia sadar rubah merah dihadapannya bukan rubah biasa.

"Siapa kau sebenarnya?"

Danzo menatapnya penuh selidik. Nada suaranya kini tak memperlihatkan emosi. Sepertinya pria tua ini mulai bersikap serius.

"Aku?" Kurama tersenyum sinis. Rahangnya mulai terasa pegal terus-terusan menggigit gulungan sihir itu. Mungkin akan lebih gampang jika dia merubah tubuhnya saja? Namun kekuatannya akan berkurang jika ia berubah wujud. Sekarang saja ia tak bisa menggunakan kekuatannya dengan penuh dengan tubuhnya yang berukuran kecil.

"Nah, aku hanya seorang guru yang sedang membantu muridnya." Lanjut Kurama enteng.

"Hm. Jika kau tidak mau mengatakannya dengan jujur. Aku akan merenggut jawaban itu langsung darimu." Dengus Danzo dengan meremehkan, tak mempercayai perkataan sang rubah. Dia lalu mengeluarkan dua shuriken. Dengan mengunakan chakra elemen anginnya, dua shuriken itu berputar cepat hingga terbentuk pusaran angin besar mengelilingi shuriken seperti kincir angin. Tanpa basa-basi, ia menerjang maju.

Wush!—satu shuriken angin itu dilemparkan ke arah sang rubah merah. Lalu dari tangannya ia mengambil shuriken lain dan membuat pusaran angin yang ketiga. Tanpa menunggu serangan balasan dari sang rubah merah ia melempar shuriken angin kedua.

Wushhh!—Kurama dengan cepat menghindar. Ia berlari ke samping, menghindari shuriken yang pertama. Lalu ekornya digerakan, bola api terbentuk di ujung ekornya. Dengan segera ia melempar bola api itu untuk menahan shuriken yang kedua—BLAARRR!—ledakan pun terjadi akibat benturan dua serangan itu. Kurama dengan cepat menerjang maju. Bola api sudah terbentuk di ujung ekornya, dan—WUSSH!—dilemparkan ke Danzo.

Danzo dengan cepat membentuk segel tangan, napas ditarik kuat dan "Fuuton : Shinkuu Taigyoku!"—WUSSH!—bola pusaran angin ditiup keras dari mulutnya, membentuk seperti perisai menahan bola api yang menuju ke arahnya.

BLARR!—ledakan pun terjadi akibat benturan api dan angin itu. Asap mengepul tebal, namun tak menghentikan Kurama untuk menerjang maju. Ia melompati asap mengepul di depannya, ekor dengan kuat menyambar ke Danzo. Berbentuk seperti tebasan bulan sabit terbuat dari api, menyerang pada tubuh Danzo.

Danzo tersentak, shuriken angin yang ada di tangannya segera diayunkan ke depan. Menangkis sambaran api dengan kuat, hentakannya pun membuat ia melompat mundur beberapa kali. Dua tangan langsung membentuk segel lainnya. Dia menarik napas kuat dan—Wush! Wush! Wush! Wush! Wush—letupan tajam seperti peluru angin disemburkan cepat dari mulutnya. Peluru angin itu sangat cepat dan banyak.

Kurama harus bergerak secepat mungkin untuk menghindar. Ia memutar tubuh dan melompat. Segera berlari menghindari serangan itu. Tanah dipijaknya tiba-tiba bergetar. Beberapa pilar batu melesat muncul dari tanah, menyerbu tubuhnya yang sedang berlari.

Mengumpat, ia segera berbelok. Menghindar dengan gesit pilar-pilar yang bermunculan mengikuti gerakannya. Dari arah depan, salah satu pilar tiba-tiba berubah menjadi Zetsu hitam, lalu diikuti berubahnya pilar yang lain. Beberapa Zetsu muncul dan segera menyerangnya.

"Grrr!" Kurama menerjang cepat pada kumpulan Zetsu itu. Sembilan ekornya bergerilya, menyerang dengan mudah kumpulan makhluk terbuat dari tanah itu. Taringnya membuka menyoyak salah satu tubuh musuhnya. Namun karena fokus pada pertarungan, ia melupakan soal gulungan yang berada di mulutnya. Salah satu Zetsu menyerang mulutnya. Tanpa sengaja, gulungan itu pun terlepas dari gigitannya.

Kurama pun langsung mengamuk. Salah satu cakar depannya menebas pada Zetsu tadi. Tubuh hitam itu langsung hancur menjadi tanah. Namun gulungan sudah terjatuh, Zetsu dengan cepat menariknya masuk ke dalam tanah.

BAMM!—Kurama membanting ekornya pada tanah. Membuat lubang besar pada tanah itu. Ia menyerang lagi tanah itu untuk mencari Zetsu. Saat tahu pemuda tanah itu sudah pergi membawa gulungannya. Ia tanpa pikir panjang, langsung berlari menuju Danzo. Ia hendak melancarkan serangan ketika—

"Oodama Rasengan!"

BAAMMMM!—ledakan besar terjadi akibat serangan berelemen angin barusan. Tempat dimana Danzo berada sebelumnya kini terbentuk lubang tanah besar. Namun disana tidak terlihat tubuh demon tua itu.

Naruto berdecih. Langsung tahu kalau serangan mendadaknya barusan gagal mengenai Danzo. Ia segera memutar tubuhnya untuk mencari keberadaan musuhnya. Kurama yang melihatnya pun langsung menghampirinya.

"Gulungannya?" Naruto bertanya, meskipun ia sendiri sudah tahu jawabannya.

"Diambil." Rubah merah itu menggelengkan kepalanya. Dan benar saja, seperti mendengar perkataannya, dari kejauhan Danzo menampakan diri dari dalam tanah dengan Zetsu di sampingnya. Gulungan itu dengan segera diserahkan pada Danzo.

Sang mantan raja Konoha itu pun menyeringai puas. Dengan segera mencoba membuka gulungan sihir yang sudah ia incar bertahun-tahun.

Naruto menggertakan giginya. Tubuhnya melesat maju untuk menghentikannya. Sebuah rasengan segera dilemparkan menuju Danzo. Namun dinding tanah langsung muncul menghalangi serangannya. BAM!—dinding tanah itu pun langsung hancur terkena rasengan.

Naruto segera melesat mengejar Danzo saat melihatnya berlari menjauh. Kumpulan Zetsu langsung muncul menghalanginya. Mereka akan menyerang sang pirang dengan jurus tanah ketika—BLAARR!—sebuah sambaran listrik besar muncul menghalangi kumpulan Zetsu itu. Dalam sekejap, mereka pun hancur hangus terkena sambaran listrik itu.

Sasuke menarik pedangnya dari pinggang. Listrik pun langsung menyelimuti bilah besi itu. Ia mengangguk kecil pada Naruto yang ada di belakangnya, sebelum melesat maju lagi menyerang Zetsu-Zetsu hitam yang sudah bermunculan kembali dari dalam tanah.

Naruto mengangguk mengerti. Tanpa basa-basi langsung melewati pertarungan mereka. Tujuannya sekarang hanyalah menghentikan Danzo. Ia bisa menyerahkan sisanya pada Sasuke dan yang lainnya.

.

.

.

Gulungan yang ia pegang sudah sangat kuno penampilannya. Berwarna merah dengan tulisan segel diluarnya. Danzo bisa membuka segelnya dengan mudah. Matanya pun dengan cepat bergerak untuk membaca isi gulungan itu. Di dalamnya terdapat instruksi untuk memasang kontrak darah sebelum diperbolehkan melihat isinya. Tanpa ragu, Danzo membuat luka di telapak tangannya dan mengikuti instruksi itu.

Wushh!—permukaan kertas gulungan itu mengeluarkan kilau cahaya sekilas. Kemudian simbol-simbol kata bermunculan pada kertas itu. Namun bukannya membentuk tulisan rapi, simbol-simbol kata itu bergerak keluar dari kertas. Merembet seperti tinta hitam yang berjejeran menuju tangan Danzo. Lalu kumpulan simbol itu menjalar naik ke pundak, leher dan sampai kepala hingga wajah Danzo dipenuhi dengan simbol-simbol tulisan.

"I-ini…" Danzo menatap terkejut pada kertas gulungan di tangannya. Isi kepalanya dengan cepat menerima informasi dari gulungan itu.

Naruto menatap Danzo dengan cemas. Ia terlambat menghentikan demon tua itu untuk membukanya. Naruto tak tahu apakah sihir pengendali demon beast itu benar-benar ada atau tidak. Sehingga ia tidak bisa memastikan apakah gulungan itu benar-benar asli. Ayahnya belum sempat menjelaskan seluruh rahasia kerajaan. Hanya menunjukannya beberapa tempat penting yang harus ia ingat. Namun satu hal yang penting adalah ia tak bisa membiarkan Danzo berbuat seenaknya lebih dari ini.

Clank!—Sebuah pedang sepanjang enak kaki miliknya ia keluarkan dari sarung pedang. Tanpa menunggu Danzo selesai melihat isi gulungan itu. Dia langsung menerjang cepat. Pedang ditebaskan kuat. Chakra api langsung terbentuk menyambar lawannya. BLARR!—ledakan api terbentuk dari ujung tebasannya.

Danzo yang fokus pada gulungan itu pun tersentak. Ia berusaha menghindar, namun gerakannya lebih lambat dari biasanya. Dengan panik ia menghindari tipis serangan itu dengan melompat ke samping. Namun Naruto bukan orang yang membuang kesempatan, tanpa jeda ia menyerang lagi dengan cepat. Pedang ia tebaskan cepat dan berkali-kali—Slash! Slash! Slash! Slash!—Sambaran api berbentuk seperti sabit menyerang Danzo beruntun.

Danzo berlari dan melompat sebisa mungkin. Informasi gulungan yang masih diserap olehnya membuat fokusnya terpisah. Gerakannya menjadi lebih berantakan. Ia yang masih kesulitan menghindari serangan sang pirang tak melihat Kurama yang berlari mendekatinya. Kurama membuka mulutnya, mengumpulkan chakra disana hingga terbentuk bola api panas. Bola api itu semakin besar dan kuat. Dan ketika ia sudah berada di dekat Danzo, tanpa segan Kurama menyemburkan bola api itu dengan cepat menuju mantan raja itu dan—

BLAAARR!—ledakan besar terjadi mengenai tubuh Danzo. Bangunan istana di sekitar mereka pun semakin hancur. Dinding istana disana runtuh terkena serangan itu. Tubuh Danzo terbanting keras hingga keluar istana dimana hutan pepohonan terletak di luar bangunan.

Naruto dan Kurama pun segera mengejar keluar. Asap panas mengepul keluar dari pakaian dan tubuh Danzo yang gosong terkena ledakan panas. Demon tua itu tergeletak di tengah hutan dengan batang pohon runtuh yang menindihnya.

Dengan was-was Naruto berjalan mendekati tubuh Danzo. Ledakan itu sangat kuat, ia yakin Danzo menerima luka yang fatal. Chakra ia kumpulkan pada bilah pedangnya. Api pun mulai muncul disana, siap menyerang seketika Danzo bangun. Dengan tendangan kaki, ia menyingkirkan batang pohon yang menindih tubuh Danzo yang tak bergerak sama sekali. Tubuh demon tua itu terluka parah, sebagaian besar tubuhnya melebur karena panas.

'Sudah mati?' Naruto menyipitkan mata curiga. Ia merasa ada yang aneh dengan tubuh itu. Dengan tatapan dingin, Naruto mengayunkan pedangnya dari atas ke bawah untuk menghancur tubuh Danzo ketika—Shhhhh!—"Apa?!—"

Naruto tersentak. BLARR!—Pedang dengan cepat diayunkan pada tubuh itu. Lalu ia melompat mundur menjauh dengan cepat. Dua mata birunya pun membelalak kaget. Benar saja dugaannya. Tubuh itu tiba-tiba lenyap tanpa bekas seperti hanya sebuah ilusi. Ia langsung memutar tubuh. Menoleh ke sekelilingnya untuk mencari Danzo. Kurama yang berada tak jauh darinya pun mengendus curiga.

"Kau tak akan bisa melukaiku." Sebuah suara tiba-tiba terdengar atas pohon. Naruto dengan cepat menoleh, menatap tak percaya pada Danzo yang berdiri disana tanpa luka. Namun ada satu hal yang Naruto sadari berbeda. Gulungan perban yang mengikat tangan kanan Danzo sudah dilepas. Naruto menyipitkan matanya melihat deretan bola mata yang ditempel ke dalam tangan kanan itu seperti transplantasi. Bola mata itu berwarna merah dengan bentuk yang familiar.

"Sharingan…?" gumam kecil Naruto memperhatikan bola mata itu. Bagaimana bisa…? Apa Danzo mengambilnya saat pembantaian sebelas tahun yang lalu?

Tunggu, apa yang terjadi barusan adalah sebuah genjutsu? Naruto berpikir cepat. Ia melirik Kurama lalu menoleh pada Danzo lagi. Dengan cepat ia memejamkan mata, berkonsentrasi untuk mengecek genjutsu, dan mencoba keluar jika memang ia terperangkap dalam ilusi.

Tidak. Bukan genjutsu sharingan. Lalu kekuatan apa barusan?

Barisan simbol hitam dari gulungan yang memenuhi wajah Danzo akhirnya berhenti bergerak. "Ukh—" Danzo memegang kepalanya dengan kesakitan. Informasi yang ia dapat dari gulungan itu terlalu cepat dan banyak membuat kepalanya hampir overload karena tak mampu menerima semuanya. Satu matanya yang tak tertutup perban pun membuka lebar. Iris berwarna hitam itu sedikit demi sedikit berubah menjadi emas dengan warna putih bola mata itu menjadi hitam. "Khukuku…aku mengerti… " gumamnya tiba-tiba. "Aku sudah mengerti sekarang…."

Danzo mendongak. Mata hitam emas itu pun segera terpampang. Bola mata itu berputar melihat. "Ini…" Danzo terperangah melihat pemandangan yang dilihatnya dengan mata itu. Ia menoleh pada Naruto. Lewat mata itu ia dapat melihat suatu energi menguar dari tubuh sang pirang. Chakra. Itu adalah chakra merah berelemen api milik sang pirang. Ia juga bisa melihat chakra angin yang terlihat di tubuhnya sendiri. Melirik ke dalam istana, ia juga melihat beberapa energi chakra yang keluar dari tubuh para demon disana. Chakra itu berpusat di jantung, lalu menyebar ke seluruh tubuh.

Namun ketika ia mengalihkan pandangan menuju rubah merah sembilan, matanya pun terbelalak bingung. Ada yang aneh dengan chakra rubah itu. Berbeda. Rubah merah itu berbeda. Dia tidak memiliki pusat chakra di jantung seperti yang lainnya. Dibanding dengan chakra demon biasa yang menyebar keluar, rubah merah itu justru menarik chakra dari lingkungan sekitarnya.

Monster? Apakah rubah merah itu seekor monster?

Bukan. Informasi dari gulungan terlarang itu segera memberinya jawaban. Monster tetap memiliki pusat chakra. Rubah merah itu tidak memiliki pusat chakra—tidak—mungkin lebih tepatnya adalah seluruh tubuhnya merupakan pusat chakra.

Danzo terbelalak tak terpecaya. Tidak mungkin. Gulungan terlarang itu segera memberinya jawaban begitu ia mencapai kesimpulan hal yang dilihatnya. Tidak mungkin rubah merah di depannya adalah—

Kebetulan macam apa ini? Tidak, mungkin ini adalah keberuntungannya. Benar, ini pasti sebuah karma. Danzo tertawa puas.

Matanya pun langsung menyipit tajam menatap rubah merah itu. Emosi serakah dan kejih langsung terlihat disana.

Demon beast.

Rubah merah itu adalah demon beast.

Danzo menyeringai senang. Informasi dari gulungan terlarang itu pun segera memberitahunya cara untuk menggunakan kekuatan sihir yang tersimpan disana.

Kedua tangan bergerak cepat, sebuah kunai ditancapkan pada tangan kirinya, lalu membuat belahan disana hingga keluar banyak darah. Ia pun langsung membuat banyak segel tangan dan ucapan mantra yang sesuai intruksi dari gulungan. Simbol hitam seperti dari tinta pun muncul di tangan kirinya, lalu bercampur darah hingga menetes jatuh ke tanah.

Darah bercampur hitam itu lalu bergerak dan membentuk tali rantai panjang yang bergerak cepat melesat menuju tubuh Kurama.

"Ku—" Naruto tersentak kaget melihat pergerakan Danzo.

TRANG!—Naruto menangkis rantai itu dengan pedangnya.

Namun beberapa rantai muncul lagi dan dengan cepat melesat menuju ke arah Kurama. Sang rubah merah menghindar dengan cepat. Kurama merasakan firasar buruk dari rantai itu. Ia merasa harus menghindarinya sebisa mungkin.

"Damn it! Ku—!" Naruto mengumpat. Pedang ia ayunkan cepat menangkis rantai-rantai itu. Bunyi-bunyi berdenging keras pun terdengar dari benturan mereka.

Apa itu? Rantai apa itu? Naruto membatin panik. Ia langsung merasakan firasat buruk saat melihat Danzo mengaktifkan sesuatu setelah menyerap gulungan terlarang itu. Naruto menebas rantai-rantai itu sebisa mungkin. Namun rantai itu tetap lolos dari pertahanannya. Mereka seperti tak mempedulikannya yang berdiri menghalangi, hanya melesat mengejar sang kyuubi di belakang Naruto.

Kurama mencoba menangkis rantai itu dengan ekornya. Namun begitu rantai itu menyentuh ekornya, noda hitam seperti tinta langsung menempel di bulunya. Kurama mengibaskan ekornya dengan kaget. Namun noda itu tetap tak mau hilang. Rantai-rantai lainnya pun mulai mendekatinya.

Kurama mencoba menghindar. Tapi rantai itu lebih cepat. Salah satu rantai melingkar di kakinya, lalu diikuti rantai lain yang langsung melesat pada tubuhnya. Kurama menggeram marah. BLARR!—api meledak dari seluruh tubuhnya untuk membakar rantai-rantai itu. "GRRR!" Ia menggeram lebih keras saat rantai itu tak rusak sedikitpun.

Noda-noda hitam pun mulai semakin banyak menempel di bulunya. Rantai-rantai itu melilit tubuhnya, lalu tiba-tiba meleleh menjadi cairan hitam seperti tinta dan meresap masuk ke tubuh sang rubah merah. Noda merah itu menyebar ke seluruh tubuh Kurama hingga seluruh bulunya pun menjadi hitam.

Kurama meraung kesakitan. Sesuatu seperti sedang merasuki tubuhnya. Ada kekuatan aneh yang mencoba mempengaruhi pikirannya. Mencoba mengontrol tubuhnya. Ia mencoba melawan namun kekuatan itu lebih kuat. Noda hitam pun mulai memasuki bola matanya. Warna putih pada bola mata itu menjadi hitam, sedangkan iris merahnya pun mulai menjadi emas. Lalu di dahinya, tepat di antara dua alis matanya, terbentuk seperti kristal hitam yang menempel disana. Kristal itu mengeluarkan energi mencurigakan sama seperti energi kekuatan yang mengendalikan pikiran sang Kyuubi.

"GROAAAR!" Rubah yang sekarang berbulu hitam itu menggeram keras.

Naruto tersentak menatap perubahan pada gurunya. "Kurama?!" panggilnya panik. Dua mata birunya terbelalak shok saat—WUSSHH!—Kurama mengayunkan ekornya pada tubuh sang pirang. Pemuda itu pun terkejut tak sempat menghindar. Tubuhnya terbanting menabrak pohon hingga tumbang. BAM!

"Uhuk—!" Naruto terbatuk kecil. Ia segera berdiri menahan sakit. Regenerasi tubuhnya pun langsung bergerak menyembuhkan luka di dadanya. "Kurama?!" Ia memanggil sang kyuubi dengan terkejut.

Sang kyuubi memandangnya dengan tatapan buas. Ia seperti tak mengenali siapa pemuda pirang di depannya. Sembilan ekornya mengumpulkan chakra api untuk membentuk bola api hitam yang kuat. Lalu menerjang ke arah Naruto dan menyambarkan bola api itu.

Pemuda pirang itu pun memandang shok. Ia dengan cepat melompat menghindar. "Kurama! Apa yang kau lakukan?!" teriaknya bingung dan panik. Ia melirik pada Danzo saat mendengarnya tertawa.

Demon tua itu menyeringai puas. Mata hitamnya menyalang. Ia seperti merasa berada di posisi yang paling tinggi karena berhasil mengendalikan rubah merah itu. Dengan dingin ia memerintah pada sang rubah. "Bunuh dia!"

Naruto menatap tak percaya pada Danzo dan Kurama. Tidak mungkin. Tidak mungkin Danzo berhasil mengendalikan Kyuubi. Gulungan itu—Sihir pengendali demon beast itu benar-benar asli?! Tapi—"Sial!" Naruto mengumpat saat melihat rubah hitam itu menyerang lagi. Dengan segera ia berusaha menghindar. Pedang diayunkan ke depan untuk menangkis serangan dari sang Kyuubi.

"Ku!" panggilnya panik saat sang Kyuubi masih tak menunjukan respon. Rubah hitam itu benar-benar seperti tak mengenalinya. Terus menyerangnya beruntun seperti boneka yang sedang dikendalikan. "Kurama! Hentikan!"

"Kurama! Sial!—" Naruto mengumpat keras. Dengan marah, Naruto melesat menuju Danzo berada. Ia tahu demon tua itu lah yang penyebab Kurama bersikap aneh. Pedang pun ia tebaskan cepat. Sambaran api berbentuk sabit melesat menuju Danzo. Namun rubah hitam tiba-tiba muncul menangkis serangannya.

Naruto mengumpat keras. Dengan terpaksa mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan dari sang Kyuubi. BLARR!—ledakan api terbentuk akibat benturan serangan mereka. Tubuhnya pun terbanting beberapa meter ke belakang.

Pemuda pirang itu segera melompat dan menyeimbangkan kembali tubuhnya. Kepalanya lalu mendongak menunjukan dua mata biru yang dingin. Memantapkan hati, ia segera melesat lagi untuk menyerang sang Kyuubi.

.

.

.

.

.

BLAARRR!

Semburan api besar membakar semua tubuh Zetsu hitam yang menghalanginya. Itachi mengusap mulutnya. Melihat sekeliling untuk mengecek keberadaan musuh. Setelah yakin tak ada lagi musuh yang bersembunyi. Itachi pun segera berlari menuju tangga untuk keluar dari ruang bawah tanah rahasia.

"Itachi!"

Pemuda raven itu melirik ke belakang. Barulah ia ingat bahwa Tsunade juga masih berada di bawah tanah. "Tsunade-san. Apakah anda terluka?" tanyanya dengan nada formal. Karena ini pertama kalinya ia berbicara langsung dengan salah satu tiga sannin Konoha. Ketiga Sannin dulu disebut sebagai tiga demon kuat yang menjadi kandidat raja sebelum Minato muncul dan mengambil posisi itu.

Tsunade menatap pemuda raven di sampingnya dengan tatapan masih penuh ekspresi tak percaya. Ia benar-benar tak menyangka sang pewaris sulung klan Uchiha masih hidup. Tsunade menggelengkan kepalanya cepat dan berkata lagi. "Itachi, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kau masih hidup?!"

"Ceritanya cukup panjang. Yang jelas Danzo menangkapku saat sebelas tahun yang lalu." Itachi tersenyum datar. Ia menghela napas lega saat akhirnya keluar dari bawah tanah. Dua mata oniknya segera melihat keadaan disana. Ruangan yang tadinya rapi itu sekarang sudah hancur berantakan. Dari kejauhan ia melihat Sasuke yang bertarung melawan Zetsu hitam dan putih secara bersamaan.

"Tsunade-san. Aku akan pergi membantu Sasuke. Di luar istana, Kakashi dan yang lainnya masih berusaha melepas kekkai yang mengurung rakyat. Sebaiknya anda membantu mereka. Kami akan baik-baik saja disini." Sarannya pada sang pemimpin kesatria kerajaan di sampingnya.

Tsunade melirik pertarungan Sasuke lalu menoleh pada pemandangan di luar istana. "Kau benar. Kita harus segera membebaskan penduduk dari tangan Danzo." Angguknya setuju. Wanita pirang itu pun segera berlari keluar istana.

Pemuda raven itu pun tak membuang waktu. Dengan cepat melesat menuju lokasi Sasuke. Ia menarik pedang yang ia bawa di pinggangnya. Chakra api segera berkumpul disana. Dengan cepat ia pun menebaskan pedangnya pada Zetsu-zetsu yang mengelilingi Sasuke.

BLAARR!—ledakan api berhasil menghancurkan beberapa kloning Zetsu. Api merembet membakar kloning yang di sekitar ledakan.

"Niisan!" Sasuke memanggil kakaknya dengan senang. Ia sudah mulai kelelahan kerena tubuh kloning itu tidak ada habisnya. Ia merada ada sesuatu yang aneh pada musuh yang dilawannya. Dari mana musuhnya mendapat banyak chakra untuk membuat kloning tanpa henti? Tidak mungkin dia tidak kehabisan chakra. Tapi sampai sekarang zetsu-zetsu itu masih terus bermunculan tanpa henti. Justru ia yang merasa chakranya semakin berkurang. Jika bukan karena mendapat chakra tambahan dari Naruto mungkin dia sudah akan kehabisan chakra.

Sasuke mengangkat pedangnya kembali dan bergabung dengan kakaknya untuk mengalahkan zetsu putih dan hitam itu. SLASH!—pedang itu menebas cepat membelah tubuh zetsu putih yang hendak menyerangnya. Chidori ia keluarkan pada bilah pedang sebelum—BLARR!—sambaran listrik kuat menyerang kumpulan zetsu hitam yang mencoba menyerangnya dengan jurus elemen tanah.

Sasuke melirik pada Itachi yang juga melancarkan serangan pada dua zetsu putih. Dua kloning itu terbelah dan hancur lebur karena serangan api. Dua mata sharingannya menyipit saat melihat sesuatu yang aneh. Sesuatu berwarna putih dan berukuran kecil seperti bola kapas terbang dari tubuh kloning zetsu putih dan menemple pada tangan Itachi.

Apa itu? Sasuke berpikir curiga. Ia melirik tubuhnya sendiri. Barulah ia sadar bahwa tubuhnya juga dipenuhi dengan sesuatu berwarna putih itu. Bentuknya sangat kecil hampir tidak terlihat. Jika tidak diperhatikan mungkin ia tidak akan menyadarinya.

Dengan perasaan curiga, ia segera menyingirkan butiran-butiran putih itu. Merasa panik saat ternyata jumlahnya sangat banyak. Seolah tahu sang raven sudah menyadari keberadaan mereka, butiran-butiran itu tiba-tiba bergerak dan membesar seperti daging parasit putih yang menempel tubuhnya. "A-apa?!" Sasuke terbelalak kaget dan panik melihat daging parasit itu bertambah besar hingga menyelimuti seluruh tubuhnya. Rasa pusing tiba-tiba menyengat kepalanya. Tubuhnya pun langsung menjadi lemas seolah seluruh energinya sudah diserap. Chakranya… Chakra miliknya sudah diserap oleh daging parasit itu!

"Sasuke!" Itachi berlari menghampirinya dengan cemas. Ia mengulurkan tangan untuk membantu menyingkirkan daging parasit yang menyelimuti tubuh Sasuke.

"Tidak, Niisan!" teriak Sasuke cepat menghentikan. "Jangan menyentuhnya. Benda ini menyerap chakra! Zetsu pasti yang sudah melakukannya. Kloning-kloning ini tidak terlihat menarik chakra dari tubuhku. Zetsu yang asli pasti yang sedang melakukannya!"

Langsung mengerti perkataan adiknya, Itachi pun segera mencari keberadaan Zetsu yang asli dengan sharingannya. Jika benar zetsu yang asli sedang menyerap chakra seharusnya ia bisa merasakan aliran kuat chakranya.

Sasuke menarik sedikit chakra dari Naruto, lalu memusatkannya untuk mengeluarkan listrik. Tanpa memberi waktu pada benda parasit di tubuhnya untuk menyingkir, Sasuke mengerahkan seluruh chakra yang tersisa untuk menyambarkan chidori dari seluruh tubuhnya—BZZZZTTTT!

Benda parasit putih itu pun melebur gosong. Dengan mudah Sasuke segera menyingkirkannya dari tubuh. Lututnya pun langsung lemas dan jatuh ke tanah karena kehabisan chakra. Chakra dari dominannya segera memenuhi tubuhnya, membantunya memulihkan diri. Dengan napas terengah-engah, Sasuke mencoba berdiri lagi. Tepat saat mendengar perkataan dari kakaknya. "Ketemu."

Sang Uchiha sulung itu tiba-tiba melesat cepat. Pedang diayunkan kuat untuk menebas salah satu Zetsu putih yang berdiri paling belakang. CLANG!—sebuah pilar dari kayu muncul menangkis tebasan pedangnya. Zetsu putih itu langsung melompat menghindar dan masuk ke dalam tanah.

"Tsk!" Itachi berdecak kesal. Dengan cepat berputar untuk mencari keberadaan zetsu putih yang asli. Beberapa kloning di sekitarnya pun langsung menyerangnya. Sang Uchiha Sulung itu mengumpat segera mengayunkan pedangnya untuk menyerang.

Setelah merasa sedikit lebih pulih, Sasuke menarik pedangnya lagi. Ia langsung mengedarkan pandangan pada deretan zetsu hitam yang mulai mengelilinginya lagi. Setelah mengetahui bedanya, dia bisa melihat perbedaan yang asli dan yang kloning dengan sharingan. Untuk menghemat chakra dia pun mulai menyerang deretan zetsu itu dengan pedangnya.

BAM!—Sasuke membanting tubuh zetsu kloning dengan tendangan keras. Ia menebas pedangnya dengan kuat pada zetsu yang menyerangnya dari sampingnya. Sharingan berputar keras mencoba mencari zetsu hitam yang asli. Sebuah tarikan chakra kuat dirasakannya dari kejauhannya. Sasuke segera melesat kesana. "Disana!"

Zetsu hitam yang ia cari berada beberapa meter darinya. Seperti tahu sedang diincar. Dia masuk bersembunyi ke dalam tanah. "Sial!" Sasuke mengumpat. Pandangan segera diedarkan ke sekeliling.

WUSSHH!—gerombolan gagak hitam tiba-tiba muncul dan menyerang tubuh Zetsu. Sasuke menoleh melihat bahwa gagak itu berasal dari kakaknya.

Dari kejauhan gagak-gagak itu terlihat menyerang dengan ganas. Dari sana muncul zetsu hitam dan putih yang kini sudah menjadi satu kembali. Batang kayu kuat tiba-tiba bermunculan dari tanah dan menyerang gagak-gagak itu hingga menyingkir.

Itachi tiba-tiba muncul di belakangnya dengan pedang berapi terangkat ke atas. Zetsu pun tersentak, segera memutar tubuhnya untuk menyingkir. Namun pedang itu lebih cepat—BLAR!—ledakan api pun terjadi. Tanah disana pun hancur menjadi seperti lubang kawah kecil.

"Tsk!" Itachi berdecak saat tak melihat tubuh zetsu setelah asap ledakan itu hilang. Musuhnya pasti masuk kembali ke dalam tanah. Benar saja, dari belakangnya muncul pilar-pilar batu dari tanah yang tiba-tiba menyerangnya. Itachi tersentak, segera mundur dan melompat menghindar.

Pilar bebatuan itu terus bermunculan mengejarnya. Itachi menangkis pilarnya menyerangnya dari depan dan samping dengan pedangnya. Dari depan, Zetsu tiba-tiba keluar dari tanah dan menyerangnya. Itachi segera menerjangnya dengan sambaran api—BAM!—serangan mereka pun berbenturan. Zetsu dengan cepat bersembunyi lagi ke dalam tanah.

Itachi memutar tubuhnya saat merasakannya muncul dari di belakangnya. Pedang segera ditebaskan pada musuhnya itu—SLASH!—tebasan pedangnya berhasil mengenai tubuh Zetsu. Namun rasa kemenangannya tidak muncul saat tubuh yang ia tebas tiba-tiba melebur menjadi tanah. Ia pun segera berbalik tepat ketika Zetsu yang ternyata sudah muncul di belakangnya menyerang dengan pilar kayu yang runcing. JLEB!—"Uhuk—!" Itachi terbatuk mengeluarkan darah saat serangan itu menusuk dadanya hingga menembus ke belakang.

Zetsu pun menyeringai puas saat berhasil menang. Ia hendak melancarkan serangan terakhir ketika tiba-tiba sebuah seringai tipis terlukis di bibir Itachi dan—PRANG!—tubuh Itachi yang sudah ditusuknya pecah menjadi puluhan burung gagak hitam. Pemandangan itu pun pecah dari penglihatannya sebelum—JLEB!—sebuah pedang panjang menusuk dadanya dari belakang.

"Uhuk—!" Darah pun keluar dari mulutnya begitu ia terbatuk. Zetsu melirik ke belakang. Melihat Sasuke yang berdiri di belakangnya dengan pedang menusuk tubuhnya. "G-genjutsu..?"

"Hn." Listrik menciprat dari bilah besi pedangnya dan—BZZZTTTT!—menyambar dengan sangat kuat hingga tubuh Zetsu itu gosong.

Sasuke pun bernapas dengan terengah-engah. Seluruh chakranya sudah dikerahkan sampai habis untuk melancarkan serangan barusan. Ia menggeser pedangnya, lalu—SLASH!—menebas tubuh Zetsu hingga terbelah. Memastikan bahwa musuhnya sudah benar-benar mati.

Ia mendongak untuk menatap Itachi yang berdiri tak jauh darinya. Seringai puas pun terlihat di bibir masing-masing.

.

.

.

.

.

BAAAMM!

Ledakan keras pun terjadi akibat benturan serangan. Naruto menebaskan pedangnya dengan kuat untuk menangkis serangan dari sang Kyuubi hitam. Dua mata safirnya menyipit curiga saat melihat chakra sang Kyuubi semakin aneh dan mengerikan. Chakra apinya bahkan sudah berubah hitam. Ia melirik pada kristal hitam yang menempel di dahi sang rubah. Dari sana ia bisa merasakan energi paling aneh yang membuat chakra Kyuubi berubah.

Naruto menerjang maju lagi. Pedang ia ayunkan pada kristal itu dengan kuat—BLAR!—energi hitam muncul dari sana dengan kuat menahan pedangnya agar tak menyentuh kristal. Naruto berteriak keras. Mencoba sekuat tenaga untuk menghancurkan kristal itu.

Ekor sang Kyuubi menyambarnya lagi dari samping. Sambaran api hitam itu menyerangnya dengan cepat. Dengan terpaksa, pemuda pirang itu pun melompat mundur. "Ku!" Naruto memanggil sang rubah untuk sekian kalinya. Berharap suaranya bisa menyadarkan gurunya.

Danzo berdecak saat melihat pemuda pirang itu belum mati juga. Ia mengerahkan seluruh chakranya untuk mengendalikan sang rubah agar gerakannya semakin cepat untuk membunuh sang pirang. Kyuubi hitam itu pun menerjang cepat menuruti kemauannya. Api hitam berkumpul di ujung ekornya membentuk bola api yang kemudian dilempar menuju sang pirang.

Naruto menggertakan giginya. Ia berlari menghindar sebisa mungkin. Begitu serangan itu berhenti, ia segera menerjang pada sang Kyuubi. Pedang ia tebaskan pada kristal hitam itu. "Kurama!" panggilnya keras berusaha membangunkan gurunya dari kendali.

BZZTT!—cipratan listrik pun keluar dari benturan pedang dan energi hitam yang melindungi kristal itu. "Ku!" panggilnya hampir putus asa.

Naruto mengerahkan seluruh chakranya untuk menghancurkan kristal itu. BLARR!—Api hitam keluar dari tubuh sang rubah dan menyerang tubuhnya. Api itu lebih panas dari api yang biasanya. Tubuh dan pakaian sang pirang pun mulai gosong karena terkena kilatan api. Namun pemuda pirang itu tetap ngotot mempertahankan posisinya. Seluruh chakranya berpusat pada pedangnya untuk menghancurkan kristal.

Krak!—retakan kecil mulai muncul pada permukaan kristal hitam itu. Mata safir Naruto pun berbinar. Ia lebih semangat mengerahkan seluruh tenaganya. Percikan listrik dan api hitam semakin kuat berusaha melawannya. Energi kuat itu menyambar kemana-mana sampai merusak sekeliling mereka. Luka-luka pun mulai muncul di tubuhnya akibat sambaran energi itu. Tapi Naruto tak peduli. Ia hanya berfokus untuk mengembalikan gurunya. "Kurama!"

Krak! Kratak!—retakan-retakan lain mulai muncul pada kristal. Chakra merah sedikit demi sedikit muncul dari dalam kristal itu. "Kuu!" Naruto berteriak lebih keras. Chakra ia kerahkan lebih kuat. Pedangnya kini diselimuti banyak chakra api melawan sepenuh tenaga energi hitam itu. Krak! Krak!—retakan itu pun semakin banyak sebelum—KRAKK!—kristal itu hancur berkeping-keping dan—BLAARRR!—

Ledakan energi besar membanting tubuh Naruto beberapa meter ke belakang hingga menabrak batang pohon. BAM!

"GROAARR!" Geraman keras dikeluarkan sang Kyuubi seperti amukan. Chakra merah pun keluar dari tubuhnya dengan meluap-luap mengalahkan energi hitam yang masih menempel di tubuhnya. Bulu hitamnya langsung kembali menjadi merah lagi. Dua mata hitamnya pun lenyap digantikan mata merahnya yang tajam.

"T-tidak! T-tidak mungkin—Arrgghhhh—!" Danzo berteriak kesakitan saat energi hitam itu kini berbalik menyerangnya karena ia gagal mengendalikannya. Matanya yang berwarna hitam emas pun mengeluarkan darah. Ia mencengkramnya dengan kesakitan. Energi hitam itu seperti membakar tubuhnya dari dalam. Tangan kirinya yang memiliki simbol-simbol tinta itu pun mulai runtuh seperti menjadi pasir dan berjatuhan. Namun saat tubuhnya itu ambruk ke tanah, seperti ilusi Danzo lenyap dari sana.

"Dia lenyap?!" Naruto menyipitkan matanya dengan curiga. Hal itu terjadi lagi. Ini pasti salah satu jurus sharingan yang tidak ia ketahui. Begitu terluka fatal, tubuh Danzo segera lenyap seperti ilusi.

Dengan susah payah, pemuda pirang itu akhirnya bisa berdiri lagi. Luka-luka akibat melawan energi yang mengendalikan kyuubi sudah mulai beregenerasi. Ia menoleh pada sang rubah yang kini sudah berwarna merah lagi. "Ku!" Ia berlari mendekati sang rubah. Ingin memastikan bahwa Kurama benar-benar sudah kembali. "Ku, kau baik-baik saja?!"

Kurama menggoncangkan seluruh tubuhnya untuk menyingkirkan sisa-sisa energi hitam yang mengendalikannya. "Naruto." balasnya dengan suara yang masih menggeram. Ia seperti baru saja dibangunkan dari mimpi buruk. Tubuhnya merinding. Kekuatan sihir pengendali itu benar-benar kuat. Namun untung saja, Naruto berhasil membangunkannya dari kontrol.

Naruto bernapas lega melihatnya kembali. Ia segera mengedarkan pandangan untuk mencari Danzo. Benar saja, demon tua itu muncul di atas pohon beberapa puluh meter darinya. Luka yang ia dapat sebelumnya juga sudah hilang. Berbeda dengan tadi, simbol-simbol gulungan itu sudah hilang dari tubuhnya.

Danzo melirik deretan mata sharingan yang ada di tangan kanannya. Menggunakan sihir pengendali itu menguras sebagian besar chakranya. Kemampuannya untuk menggunakan izanagi pun berkurang drastis. Lebih dari setengah mata sudah tertutup. Gagalnya sihir pengendali iu masih membuatnya shok. Ia masih tak mengerti dimana kesalahannya kenapa bisa menjadi gagal.

"Danzo.." Naruto menggertakan giginya dengan marah. Ia pun menarik pedangnya lagi di tangan. Chakranya sudah berkurang cukup banyak untuk mengembalikan Kurama, ia tahu ia tidak bisa mengulur pertarungan lagi.

"Bocah." Kurama tiba-tiba memanggil dari sampingnya. Dua mata rubinya menyalang tajam pada Danzo. "Serahkan bagian ini padaku. Aku ingin membalasnya yang sudah berani menggunakan sihir itu padaku." geramnnya penuh marah. Sebelum sedetik kemudian sosoknya hilang dengan cepat dari pandangan.

Danzo tersentak saat melihat sang rubah itu lenyap. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari sosok rubah itu. Namun kecepatan meresponnya lebih lambat. Sang kyuubi sudah muncul di belakangnya dan menebaskan cakarnya dengan kuat. BAMM!—tubuh Danzo pun terbanting keras jatuh ke tanah.

Tak memberi kesempatan, Kurama sudah membuat bola api dan melemparkannya pada Danzo yang terbaring di tanah. BAAAMM!

Begitu asap ledakan reda, mereka segera mengecek lokasi Danzo. Seperti sebelumnya Danzo lagi-lagi lenyap begitu terkena luka fatal. Kurama segera mengedarkan pandangan. Seperti yang ia duga, Danzo muncul lagi tak jauh dari lokasi mereka. Rubah merah itu pun langsung menerjang lagi dengan cakarnya.

Danzo segera membentuk segel dua tangan, bersiap melakukan serangan. "Fuuton : Shinkuuha!"—Slash! Slash! Slash! Slash! Slash!—sabetan angin beruntun melayang cepat dan kuat menuju sang Kyuubi.

Kurama terpaksa menahan serangannya dan mengibaskan ekornya ukur menangkis. Saat itulah, Naruto sudah bergerak mendekat. Sebuah rasengan ia hantamkan pada tubuh Danzo dari belakang—BAAMM!—tubuh demon tua itu pun terbanting ke depan dengan cepat. Tubuhnya terpelintir di tengah udara akibar pusaran rasengan. Namun sebelum ia mendarat di tanah, tubuhnya sudah lenyap.

'Lagi?' Naruto menoleh ke arah Danzo begitu dia muncul lagi di kejauhan. Dua mata safirnya menyipit curiga pada deretan bola mata sharingan di tangan kanan pria tua itu. Ia tahu jelas, Danzo bukan berasal dari klan Uchiha. Jadi kekuatan anehnya ini pasti berasal dari sharingan di tangannya. 'Jumlah mata yang terbuka berkurang'

Benar saja, dibanding ketika awal pertarungan, sekarang bola mata sharingan yang terbuka hanya tersisa satu. Pasti ada batasan dari kekuatan itu. 'Hmm, kita lihat siapa yang bisa bertahan lebih lama.' Naruto melapisi bilah pedangnya dengan chakra api. Lalu melesat cepat menuju Danzo.

Wush! Wush! Wush! Wush!—

Serangan peluru angin dilontarkan cepat oleh Danzo dari mulutnya. Pemuda pirang itu pun berlari cepat untuk menghindar. Tanah dan pohon pun hancur akibat serangan peluru angin yang mengejar sosok sang pirang.

Kurama melesat cepat dari samping. Ia melompat ke arah Danzo dengan salah satu cakar siap menerkam—Krassh!—Danzo tak sempat menghindar. Tubuhnya pun terbanting mundur beberapa meter di udara. Ia memutar tubuh untuk mendarat, namun Naruto sudah bersiap di bawah dan menebaskan pedangnya—Slash!—tubuh demon itu pun terbakar api sebelum kemudian langsung lenyap.

Naruto tak membuang waktu, ia segera menoleh ke arah dimana Danzo muncul kali ini. Tubuhnya sudah langsung berlari. Pedang kembali diayunkan untuk menyerang. Mata birunya dengan otomatis melirik pada tangan kanan Danzo. Satu-satunya bola mata sharingan disana mulai tertutup. Sebentar lagi!

Danzo menarik sebuah kunai, meniupkan chakra berelemen angin dari mulutnya pada kunai itu hingga terbentuk pedang pendek. TRAANNG!—pedang mereka pun berbenturan. Naruto menekan kekuatan pada pedangnya hingga Danzo terdorong satu langkah. Chakra api ia ledakan di ujung pedang hingga mereka pun terhentak akibat ledakan dengan Danzo terdorong beberapa langkah. Pemuda pirang itu segera menerjang lagi. Pedang ditebaskan kuat—TRANG! TRANG!—pedang mereka saling berbenturan. Naruto memutar tubuhnya cepat, kaki diayunkan dan—BUAGH!—ia menendang keras tubuh demon tua itu hingga terbanting jauh.

Mata safir melirik tangan kanan Danzo untuk melihat kondisi mata sharingan. Tertutup!

"Kurama!" panggilnya cepat pada sang guru.

"Huh." Sang kyuubi sudah berlari duluan sebelum Naruto memanggil. Salah satu ekornya bergerak cepat melontarkan sambaran api berbentuk sabit pada tubuh Danzo yang hendak terjatuh di tanah.

BLARRRR!—ledakan api keras pun terjadi akibat serang itu. Tubuh demon itu terbanting menabrak pohon.

"Uhuk—!" Danzo terbatuk mengeluarkan darah. Pakaiannya pun sudah hancur gosong akibat serangan barusan. Kali ini tubuhnya benar-benar merasakan luka. Tidak bisa lenyap seperti ilusi seperti yang ia lakukan tadi. Kemampuannya untuk menggunakan izanagi sudah mencapai batas.

"Huh, sekarang kau sudah tidak bisa menggunakan kekuatan aneh itu lagi." Komentar Naruto melihatnya yang tidak lenyap seperti sebelumnya.

Danzo mengusap darah di mulutnya. Ia lalu berdiri, menyingkirkan jubah sobek-sobek yang ia kenakan. Kemudian melepas perban yang menutupi mata kanannya. Mata sharingan pun muncul pada mata kanan itu.

Naruto segera menyipitkan mata curiga melihat mata itu. Jangan bilang ia akan menggunakan trik yang sama lagi?!

Danzo terkekeh kecil. "Kau pikir seperti ini saja bisa mengalahkanku?" ucapnya dengan seringai. "Aku, yang sudah merencanakan hal ini bertahun-tahun?!" tanyanya mencemooh. "Kau sama saja seperti Minato. Sangat pengecut dan lemah!" ejeknya.

"Jangan beraninya menyebut nama ayahku, brengsek!" geram Naruto dengan mata menyalang. Pedang sudah ia acungkan ke depan dengan chakra api yang meluap-lupa kuat.

"Hah! Demon pengecut itu sama sekali tak berguna!" Danzo semakin mencemooh. "Seharusnya dia mengikuti rencanaku! Jika kita berhasil mengendalikan seluruh demon beast yang ada di dunia ini, Konoha akan menjadi kerajaan paling kuasa di dunia!"

"Berisik! Jangan bermimpi! Sihir itu bahkan tak berhasil mengendalikan Kyuubi, kau pikir bisa mengendalikan semua demon beast?! Lebih baik kau mati saja, brengsek!" Naruto menggeram marah. Dua matanya pun bahkan berkilat dengan warna merah. Dia mengumpulkan chakranya pada pedang, bersiap menyerang begitu Danzo mulai bergerak.

Dua mata Danzo menyipit muram saat mendengar soal sihir itu gagal. Tidak, ia hanya perlu mempelajarinya lagi untuk menguasai sihir itu. Ia tahu kegagalannya karena ia kurang memahami informasi sihir terlarang itu. Selama ia memiliki gulungan itu, ia akan bisa melanjutkan rencananya nanti. Tak ingin berpanjang lebar. Ia memutuskan untuk segera menghabisi dua demon pengganggu di depannya.

Wuusshh…

"Huh?!" Naruto segera melompat mundur saat merasakan sesuatu yang aneh.

Chakra berkumpul cepat dalam tubuh Danzo. Tubuh demon tua itu tiba-tiba membesar dan berubah. Tangan dan kaki berubah bentuk menjadi empat kaki berotot. Tubuhnya membungkuk, tulang punggungnya melebar. Kulit pun berganti bulu coklat. Kepala berubah menjadi kepala tapir. Demon tua itu merubah wujudnya menjadi tapir yang besar dan berotot. Jika demon normal, perubahannya hanya akan sampai situ. Namun sebuah tanduk tajam tiba-tiba muncul di atas kepala tapir itu. Sisik tebal berwarna hitam mulai muncul pada beberapa bagian tubuh demon itu. Sayap besar bersisik kemudian tumbuh di punggung demon dengan abnormal. Cakar tajam pun memanjang di empat kaki. Sedang taring di mulutnya memanjang dengan ujung yang runcing. Tubuh demon itu pun membesar hampir dua kali ukuran demon biasa. Di belakangnya lima ekor berujung tajam pun bergerilya.

"Apa itu?!" Naruto menatap tak percaya pada demon di depannya. Ini pertama kalinya melihat wujud demon yang sangat abnormal. Jelas sekali ada lebih dari satu jenis demon dalam perubahan Danzo. Ia tahu pria tua itu hanya seorang demon tapir. Tapi sekarang… Danzo pasti melakukan sesuatu pada wujudnya. Eksperimen?! Naruto menahan napasnya untuk tak muntah. Chakra dan aura yang dikeluarkan Danzo sangat aneh dan menjijikan.

"Akan ku tunjukan bagaimana kekuatan demon yang seharusnya!" Demon tapir bersayap itu mengeluarkan dengusan angin kuat. Sayap kemudian dikepakan kuat. Tubuh demon itu pun mulai melayang di udara sebelum menerjang dengan cepat menuju Naruto dan Kyuubi.

Dua sayap besar itu mengepak cepat lalu melontarkan serangan angin seperti pisau beruntun—Wush! Wush! Wush! Wush!—Naruto berlari secepat mungkin untuk menghindar. Ia lalu berlari vertikal menaiki batang bohon. Dengan hentakan kuat ia melompat, tubuh memutar di tengah udara, pedang dengan cepat ditebaskan pada tubuh demon tapir yang masih melayang di udara—BLAARRR!—benturan energi kuat meledak. Sayap itu mengibaskan perisai angin sehingga tebasan pedangnya tak berhasil menembus. Naruto pun terhentak jatuh ke tanah.

Kurama sudah berlari melompat beberapa pohon. Begitu ia melihat demon tapir itu berfokus pada Naruto, ia segera menerjang. Bola api sudah terbentuk di ujung ekornya sebelum—BLARR!—dilemparkan kuat mengenai sang demon hingga terbanting jatuh ke tanah.

Naruto sudah berlari menyerang lagi begitu demon tapir itu jatuh ke tanah. Pedang siap diayunkan, namun demon tapir itu sudah bangun. Mulut bertaringnya terbuka dan—WUUSSHHH!—semburan angin kuat dan besar ditiupkan dari mulut sang demon. Serangan itu seperti badai angin yang ditiupkan dengan cepat.

Pemuda pirang itu pun terbanting terbang terkena serangan itu. Ia memutar tubuhnya di tengah udara, lalu berpegangan pada salah satu ranting pohon yang dilewatinya. Dengan lincah ia memutar tubuh, menaiki pohon itu dan bersembunyi di belakang batang besarnya untuk menghindari semburan angin kuat itu.

Begitu semburan angin itu berhenti, Kurama sudah menyerang lagi. Ia menyeruduk cepat. Taring mencengkram leher demon tapir itu. Mereka pun berguling jatuh beberapa kali di tanah. Dengan kuat, Kurama mengoyak leher itu sekuat tenaga hingga berdarah. Menggerang kesakitan, demon tapir itu mengerahkan cakar tajamnya pada perut sang rubah.

Sang Kyuubi pun terpaksa mundur untuk menghindar. Namun Naruto tak membuang kesempatan, pedang berapinya sudah ditebaskan ke bawah dengan kuat—SLASH!—sambaran api tajam itu berhasil mengenai sayap sang tapir, namun hanya bisa membuat gosong dan luka kecil pada sisik tebal yang melindungi sayap itu.

"Cih." Naruto berdecak kesal. Dengan segera ia melompat mundur untuk menghindari serangan dari sang demon tapir itu. Pasti ada kelemahan yang bisa ia serang. Ia hanya harus menemukannya pada tubuh demon tapir itu. Kurama menggunakan kesempatan itu untuk menyerang lagi. Selama demon itu masih tidak terbang. Mereka akan bisa menyerang dengan mudah.

BAAMM!—serangan mereka pun berbenturan keras. Hutan yang di sekitar mereka juga sudah hancur berantakan akibat pertarungan mereka. Kurama mengibaskan sembilan ekornya dengan kuat. Membanting tubuh Danzo terbanting keras ke tanah.

Naruto pun sudah berlari ke sana. Ia melompat cepat ke atas tubuh sang demon tapir, pedang ia tusukan pada punggung bawah di antara sayap sang tapir. Seperti yang ia duga, bagian sana tidak dilindungi oleh sisik tebal. Dengan cepat ia mengerahkan chakra apinya pada ujung pedang dan membuat ledakan—BLAARR!

"GROAAAR!" Demon tapir itu mengerang kesakitan. Sayap dikepakan kuat berusaha menyingkirkan pemuda pirang yang ada di punggungnya. Tubuhnya pun mulai melayang di udara dengan kesusahan. Danzo berusaha menggoncangkan tubuhnya keras agar sang pirang terjatuh dari pijakan di punggungnya. "Brengsek, menyingkir dari tubuhku!" geramnya marah, tubuh diterbangkan dengan kacau.

Naruto berpegangan kuat pada pedangnya yang masih menancap di punggung Danzo. Dengan sekuat tenaga mengerahkan chakranya untuk melakukan serangan ledakan lagi. Ia mencengkram sayap besar di punggung itu, dan menyeimbangkan diri. Dengan satu tarikan napas, ia menarik pedang penuh chakra api dari tusukannya, lalu menebaskannya cepat pada punggung Danzo—SLASSHHH!—tubuh demon tapir itu pun oleng jatuh dari tengah udara. Naruto melepas pegangannya pada sayap, lalu mengayunkan tendangan kaki dengan kuat pada tubuh sang demon dan—BAMM!—tubuh Danzo pun melesat jatuh menuju tanah.

"Kurama!"

Kurama sudah menunggu di bawah. Mulut terbuka lebar, chakra berkumpul disana membentuk bola api sangat kuat berwarna hitam keorenan. Begitu melihat tubuh Danzo melesat ke bawah dimana posisinya berada. Ia pun menembakan bola api itu dengan cepat dan kuat—Wushh—

BLAAARRR!

Ledakan api besar dan kuat pun mengenai demon tapir bersayap itu di udara. Tubuhnya terbanting keras berpuluh meter ke belakang.

Naruto bangun berdiri dari posisi jatuhnya di tanah. Menarik pedangnya kembali dan berjalan susah payah menuju lokasi Danzo. Serangan barusan sudah menguras seluruh Chakranya. Ia pun berhenti di depan tubuh Danzo. Demon tua itu terluka parah, tubuhnya sudah kembali menjadi seperti semula. Separuh tubuhnya melebur terbakar. Namun dua matanya masih terbuka menunjukan ia masih sadar. Meskipun ia sudah tak mampu bergerak.

Naruto menatapnya dengan dingin. Demon tua inilah yang sudah membunuh keluarganya dan keluarga Sasuke. Ia sama sekali tak berniat untuk memberi pengampunan. Demi saat ini ia sudah berlatih keras selama sebelas tahun ini. Dengan tatapan penuh benci, ia mengerahkan sisa-sisa kekuatannya pada pedangnya. Chakra api pun menyelimuti pedang itu sebelum—SLASH!—tebasan kuat mengenai leher Danzo. Darah pun langsung keluar di perpotongan leher dan kepala itu. Api langsung menyulut dan membakar tubuh Danzo hingga habis.

Naruto menatap tubuh musuhnya dengan perasaan kosong. Napasnya pun terengah-engah. Ia berjalan mundur ke belakang lalu mengambrukan diri ke tanah. Brugh!

Tubuhnya pun jatuh terlentang di atas tanah. Pedangnya juga ikut jatuh tergeletak bersama tubuhnya. Dua mata safir memandang lurus ke atas langit. Perasaan capek dan letih langsung memenuhi tubuhnya. Seluruh kekuatannya langsung terkuras habis begitu ia tahu musuhnya sudah mati. Entah kenapa dadanya merasakan sesuatu yang kosong.

Selesai…

Sudah selesai…

Napas ia tarik dengan panjang lalu menghembuskannya dengan pelan. "Ukh…" sebuah isakan terdengar dari tenggorokannya. Ia menutup kedua matanya dengan lengan tangan. Sudah selesai. Benar-benar sudah selesai…

Tousan… aku sudah mengalahkannya…

Setelah sebelas tahun... Setelah sebelas tahun ia mati-matian berlatih sendirian. Dia akhirnya berhasil mengalahkannya. Dia akhirnya berhasil menyingkirkan Danzo dari kerajaan Konoha.

Dengan ini… aku sudah memenuhi janjiku kan, tousan, kaasan…?

Naruto menarik napas. Mengusap kedua mata safirnya dengan pelan. Ia memandang kembali langit di atasnya. Disana ia bisa membayangkan kedua orang tuanya yang sedang tersenyum padanya. Senyum lembut tanpa sadar terlukis di bibirnya membalas bayangan itu.

Di saat itulah, sebuah bayangan seseorang datang menutupi pandangannya. Seseorang itu sangat familiar, berambut raven dan bermata oniks. Dia berdiri menatapnya dari atas. Senyum kecil di bibir sang pirang pun melebar dengan hangat.

"Dobe?"

.

.

.

.

.

.

Dinding kekkai yang mengurung para penduduk akhirnya berhasil disingkirkan. Sepertinya pusat terakhir kekkai itu berada pada Danzo. Begitu demon tua itu mati, kekkai itu pun bisa disingkirkan dengan mudah.

Tsunade mengeluarkan napas lega. Dengan cepat ia mengerahkan seluruh ahli medis ada disana untuk memeriksa keadaan para penduduk dan kesatria yang terluka. Sedang kesatria lain yang masih bisa bergerak segera dikerahkan untuk mengecek bangunan yang hancur. Melihat apakah masih ada orang yang terluka atau tertindih akibat hancurnya bangunan. Serangan Danzo sangat mendadak, jadi ada banyak pelayan dan penjaga yang berkeliaran di dalam istana saat itu.

"Tsunade-sama, apa anda terluka?" tanya Yamato setelah semua keadaannya cukup tenang. Ia pun menghampiri sang pemimpin Divisi Kesatria Kerajaan Konoha. Pandangan matanya mengedar ke seluruh lokasi untuk melihat apakah masih ada hal yang mencurigakan.

"Aku baik-baik saja." Tsunade menghela napas. Ia melirik ke dalam istana yang sudah hancur dimana lokasi terakhir ia melihat Sasuke dan yang lainnya bertarung.

"Mereka… akan baik-baik saja kan?" gumam Yamato yang juga ikut memandang ke dalam istana.

Tsunade memandang kesana sejenak. Ia merasakan luapan chakra dari sana sudah berhenti saat kekkainya hancur. Mata coklat madunya menyipit sedikit, sebelum berbinar senang dengan lebar. Seringai puas dan lega pun terlihat di bibirnya. "Tentu saja, bodoh." Balasnya ringan.

Dari dalam bangunan istana yang hancur, empat sosok muncul berjalan mendekati lokasi mereka. Seorang pemuda berambut raven panjang, seekor rubah merah berekor sembilan mulai kelihatan. Mereka berjalan dengan wajah letih namun tanpa ekspresi beban. Di belakangnya berjalan dua orang pemuda lainnya, berambut pirang dan raven.

Naruto memandang pemandangan di depannya dengan ekspresi lega. Meskipun tubuhnya letih dan tak bertenaga, ia tetap berjalan maju ke atas podium di istana depan. Sasuke dan yang lainnya pun mengikutinya di belakang. Mereka berdiri di samping Tsunade, menatap pemandangan istana dan ibukota yang terlihat dari sana.

Di bawah podium, para rakyat sedang beristirahat dan diperiksa oleh para ahli medis. Naruto menatap pemandangan itu dengan ekspresi yang tak bisa dideskripsikan. Perasaan lega, senang, sendu, dan juga nostalgia memenuhi dadanya. Terlebih lagi ia merasa bebas.

"Melihat kalian disini, itu berarti kalian berhasil menghentikannya kan?" Tsunade bertanya pada keempat orang itu. Meskipun dalam hati ia sudah mengetahui jawabannya.

Naruto melirik wanita berambut pirang itu sejenak. Lalu beralih pada Sasuke yang berdiri di sampingnya. Senyum puas pun menghiasi bibirnya. Ia meraih tangan sang raven, lalu menautkan jari-jari mereka.

Dengan perasaan bangga, ia berkata.

"Ya, sudah berakhir."

.

.

.

.

.

The End..

.

.

.

.

Becanda pffttt xD masih ada lagi, tenang aja wkwkwk #digaplok

ayo langsung gassss~! #brrmmmm

.

.

.

.

.

Satu bulan kemudian.

"Mmnnn~!"

Suara erangan terdengar sangat erotis dari dalam sebuah kamar besar dan mewah. Disana terdapat sebuah ranjang besar dan empuk dengan kain sprei merah maroon. Di tiap ujung ranjang terdapat tiang tinggi dimana sebuah kain tirai berwarna nila emas digantungkan dengan setengah menutupi ranjang. Dari balik tirai dua sosok tubuh terlihat bertindihan di atas tempat tidur. Satu merupakan seorang pemuda berambut pirang yang berada di atas, sedang yang bawah merupakan pemuda berambut raven.

"Ahh!" Suara itu terdengar lagi mendesah dengan memekik. Desahan itu sangat erotis, namun berhenti menjadi terbungkam ketika sebuah tangan putih mulus diangkat untuk menutupi mulut yang mendesah itu. Pemilik sang tangan menggeliat tak tahan. Tubuh ingin memilin, namun tubuh sang pirang yang menindihnya di atas tak memberinya banyak ruang gerak.

"Mmmphh—!" Pemuda raven itu memekik dari balik bungkaman tangannya. Dadanya membusung ke atas. Membuat sang pirang yang sedang asik 'menikmati' dada itu pun semakin bergerilya panas. Lidahnya bergerak dari bawah ke atas, membasahi dada mulus itu dengan air liur. Sebelum berhenti pada salah satu 'tombol' berwarna pink pucat yang ada di dada sang raven. 'Tombol' pink itu dijilat pelan. Lalu digesekan dengan gigi seperti menggoda. Ia menjilatinya lagi dan lagi sampai benar-benar basah sebelum—Suck!—ia menghisapnya kuat.

"Ahhmmphh—!" Sang raven pun mengerang keras. Merasakan sengatan nikmat menyebar dari putingnya. Dada membusung naik turun akibat napasnya yang berat. Ia mengerang lebih keras saat puting itu dicubit kasar. Bungkaman tangannya bahkan tak bisa menutupi suara erangannya.

Pemuda pirang itu menaikan wajahnya. Mengecup dagu sang raven, lalu mencium permukaan tangan yang menutupi bibir sang raven. Ia menarik tangan itu dan berbisik tepat di depan bibir merah kekasihnya. "Jangan ditutupi…"

Dua mata safirnya menatap dua oniks yang sayu karena nafsu. Bibirnya pun menampilkan seringai kecil. Ia mengecup puncak hidung sang raven dengan gemas. Lalu berpindah pada bibir merah yang sangat erotis itu dan menciumnya panas. Lidah mereka segera bertemu. Mereka bergulat dan saling memilin satu sama lain. Rasa manis dan hangat pun langsung meluap dalam mulutnya. Sang pirang menghisap lidah sang raven lebih kuat. Menariknya ke dalam mulutnya sendiri sehingga mereka berdansa disana.

Dua tangan putih sang raven langsung merangkul lehernya. Jemari tangan itu pun menjambak kuat rambut pirang agar bibir mereka semakin mendekat seolah jarak mereka masih kurang. Lidah saling menjilat dan menghisap, bibir saling memagut panas, sampai akhirnya kebutuhan oksigen membuat ciuman panas itu harus dihentikan. Sang pirang melepas lumatan lidah mereka dengan pelan, lalu menjilat bibir merah bengkak itu seolah merasa kurang. Ia melumat bibir kenyal itu sekali sebelum akhirnya benar-benar melepas ciuman mereka. Segaris bening air liur pun terbentuk di antara dua bibir. Napas berat pun sampai terlihat keluar dari bibir masing-masing.

Pemuda pirang itu berpindah untuk mengecup telinga sang raven, sebelum berbisik disana "Mendesah Sasuke… Aku ingin mendengarnya…" bisiknya dengan suara menggoda. Sasuke tanpa sadar merinding. Telinga itu langsung merona merah.

Naruto tertawa kecil. Ia melumat cuping telinga itu dengan gemas. Menghisapnya kuat hingga terdengar desahan kecil dari mulut mate-nya. Ia lalu berpindah ke bawah, menjilat leher jenjang sang raven hingga berhenti pada tanda mating yang ada di leher putih itu. Dia menjilatnya sedikit, sebelum menghisapnya kuat sampai merah lebam. "Ahhhn!" Desahan keras langsung terlepas dari mulut Sasuke. Pandangan sang raven sampai memutih sejenak. Tanda mating disana memang sangat sensitif. Tubuhnya merinding merasakan sengatan nikmat dari hisapan itu.

Naruto lalu menjilat tanda itu pelan seolah sedang meringankan rasa sensitifnya. Sebelum ia berpindah lagi ke bawah. Mengecup lembut dada, lalu perut mate-nya yang sekarang sudah mulai sedikit membuncit. Ia berhenti pada batang tegang yang sudah berdiri dari tadi. Cairan precum pun sudah sedikit keluar dari sana.

Seperti mencicipi, ia menjilat cairan precum itu, lalu ke bawah menjilat seluruh batang tegang itu hingga menyentuh dua bola testis disana. Naruto menjilat bola testis itu lalu menghisapnya kuat. Ia berpindah lagi untuk menjilat batang kejantanan sang raven yang sudah berkedut ingin keluar.

Tanpa aba-aba, ia memasukan batang penis itu ke dalam mulutnya dan menghisapnya kuat.

"Ahhhhhkkk—!" Sasuke tersentak. Erangan keras terlepas bibirnya tanpa sadar. Pinggang naik ke atas seperti ingin menyodok kejantanannya lebih dalam. Namun ia juga bergetar seperti ingin melepas kuluman itu dari kejantanannya karena tak tahan. Namun belum sempat menikmati, kuluman itu sudah dilepas. "Tidakk—Naru—?!" rengekan tak terima langsung keluar dari mulutnya.

Naruto hanya tertawa kecil. Ia menahan pinggang sang raven dengan kedua tangannya agar tak bergerak. Sebelum mengulum benda tegak itu lagi dalam mulutnya. Ia tanpa ampun menghisap precum dari ujung kejantanan itu dengan kuat.

"Ahhhhh~!" Sasuke mendesah lagi dengan keras. Kepala terhentak pada bantal di belakangnya. Salah satu tangannya dengan cepat memegang kepala sang pirang. Entah untuk mendorongnya agar semakin mengulum lebih dalam atau malah untuk menariknya agar sengatan nikmat itu reda. Sasuke hanya bisa menjambak rambut pirang itu dengan kencang.

Naruto memaju-mundurkan kepalanya mulutnya pada batang tegang yang sedang dikulumnya. Ia meregangkan tenggorokannya sedikit agar batang itu masuk lebih dalam. Gigi digesekan pada batang itu saat ia naik ke atas, lalu menjilatnya pelan begitu turun lagi. Gerakannya kulumannya berubah-ubah. Sedikit bergerak sangat pelan, lalu berubah menjadi cepat dan menghisap precum dari batang penis itu dengan kuat. Membuat sang raven mendesah tak tahan karena dipermainkan.

Pemuda pirang itu melepas salah satu pegangannya dari pinggang sang raven, lalu merayapkan tangan itu pada paha. Terus bergerak sampai bawah pantat sang raven. Ia meremas bongkahan kenyal itu, sebelum bergerak untuk menyentuh lubang kecil yang berada di bawah belahan dua pantat itu.

Dengan menggoda, ia menggesek lingkaran sensitif itu dengan jari telunjuknya. Lingkaran itu langsung terbuka, masih terasa sangat lunak dan sedikit basah karena aktivitas mereka semalam. Dua jarinya dengan mudah masuk lubang sensitif itu. Ia pun menggerakannya lebih dalam, mencari dimana ia ingat titik prostat mate-nya berada. Ia menekannya keras.

"AHH!" Sasuke berjengit terkejut. Erangan memekik pun terlepas dari mulutnya. Sengatan listrik seperti baru saja menyerang titik nikmatnya. Bola matanya pun berputar ke belakang. Ia mengerang lebih keras ketika kejantanannya dihisap kuat bersamaan dengan prostatnya yang ditekan keras. Perasaan nikmat dan tegang dalam batang penisnya pun membuncah. Cairan cum langsung keluar deras begitu ia mencapai klimaks.

Naruto menghisap seluruh cairan cum itu sampai habis. Pinggang sang raven naik ke atas seraya orgasmenya dihisap kuat oleh sang pirang. Pandangan Sasuke pun memutih. Mulut menggangga karena mendesah tanpa suara.

Begitu batang penis itu menjadi lemas dalam kulumannya, Naruto pun melepasnya hati-hati. Cairan cum bercampur air liur menetes dari ujung bibirnya. Naruto menjilatnya tanpa ragu. Seringaian puas terlihat di bibir itu. Ia bergerak ke atas, mengecup bibir sang raven seraya ia menunggu kekasihnya turun dari perasaan orgasme. Napas pun langsung terengah berat begitu Sasuke mengembalikan kesadarannya. Ia mendelik tajam pada sang pirang karena sudah membuatnya klimaks duluan. Meskipun rona merah di pipi mulusnya membuat wajahnya menjadi terlihat erotis.

Naruto hanya menyeringai senang. Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu saat bunyi ketukan pintu terdengar dari ujung ruangan. Ia pun berdecak kesal.

"Masuk." panggilnya keras pada siapapun yang sudah mengetuk pintu. Salah satu tangan menarik selimut untuk menutupi tubuh Sasuke yang telanjang. Meskipun ia sendiri juga tak memakai baju, namun sisi posesifnya membuatnya tak ingin ada orang lain yang melihat tubuh mate-nya.

Pemuda pirang itu berbaring di samping sang raven, dengan satu sikut tangan menyangga kepalanya pada bantal. Tubuhnya menghadap sang raven sehingga ia bisa menatapnya dengan leluasa. Satu jemarinya diulurkan untuk mengusap bibir merah bengkak kekasihnya dengan gemas. Ia mengangkat kepalanya begitu mendengar pintu di seberang ranjang tidur dibuka dari luar.

Seorang pelayan masuk dengan kepala membungkuk. Seperti sangat tahu dia tak diijinkan untuk melihat kondisi dua demon kerajaan di hadapannya. Meskipun tirai pada ranjang sudah sedikit menutupi tubuh mereka di atas tempat tidur.

"Ada apa?" tanya Naruto melirik sekilas pelayan itu dari celah kain tirai. Lalu kembali menatap wajah mate-nya. Ia menyibak poni panjang sang raven ke belakang telinga, lalu membungkukan kepalanya untuk mencium bibir Sasuke.

Sasuke memutar bola matanya ke samping. Menahan kepala sang pirang agar berhenti menyentuhnya dan mendengarkan serius perkataan si pelayan. Pemuda pirang itu malah semakin agresif menyerangnya. Menggunakan kedua tangannya untuk menahan tangan sang raven dan kembali menciumnya.

"Maaf sudah mengganggu, Yang Mulia. Tsunade-sama meminta ingin bertemu. Dia bertanya kapan anda bisa melakukan rapat pertemuan."

"Pertemuan—mmhph—!" Bibir Sasuke dibungkam lagi oleh ciuman dari dominannya. Ia pun mendelik kesal. Menjambak rambut pirang pemuda itu dan menarik kepalanya agar menghindar.

"Ouch… ouch… Sasukeee…" Sang pirang merengek sedikit. Namun hanya dibalas dengan delikan tajam dari submissivenya.

"Hentikan dobe…" desis sang raven kesal. Ia mendorong tubuh sang pirang agar menyingkir. Lalu melirik lagi pada pelayan yang wajahnya mulai memerah karena mendengar kelakuan kedua pasangan mate itu.

"Katakan rapatnya bisa dilakukan satu jam lagi. Kami akan bersiap-si—Nggnn—!" Perkataan Sasuke terputus dengan erangan karena dominannya yang menciumi lehernya. "Naruto!" Pemuda raven itu berdesis. Ia menjitak kepala sang pirang dengan kesal.

"Ouch!" Naruto mengusap kepalanya dengan ekspresi merengut.

Sasuke hanya memutar bola mata padanya. Ia mendorong tubuh sang pirang agar ia bisa duduk. Lalu membuka sedikit celah tirai untuk melihat keluar. "Katakan untuk mempersiapkan rapat satu jam lagi. Kau boleh pergi." Perintahnya pada pelayan yang sudah merah padam di luar ranjangnya.

Pelayan itu pun dengan cepat membungkuk dan berlari keluar.

"Seharusnya kau katakan nanti malam saja rapatnya…" saran sang pirang yang langsung dibalas dengan tatapan tajam dari sang raven.

Naruto pun menghela napas kecewa. Padahal ia pikir ia masih bisa bermain-main dengan submissivenya. Ia bahkan belum klimaks tadi! Batinnya tak terima.

"Ini sudah siang dobe! Kerajaan ini tidak akan jalan jika kau terus-terusan tidur." Tegur submissivenya dengan delikan tajam. "Sekarang menyingkir dariku, aku mau mandi." Ucap Sasuke mendorong tubuh sang pirang yang masih setengah menindihnya.

"Mandi?" Manik safir sang pirang langsung berkilat senang. Dengan semangat ia turun dari ranjang, lalu menarik tubuh sang raven dari ranjang dan menggedongnya ala pengantin.

"Dobe!" Sasuke memekik kaget. Kedua tangannya refleks merangkuk leher sang pirang karena terkejut. "Turunkan aku!"

"Bukannya kau bilang mau mandi?" Naruto menyeringai. "Kalau begitu ayo mandi~!" ucapnya bersenandung senang. Kedua kakinya dengan cepat bergerak menuju kamar mandi. Batang kejantanannya yang tadi mulai lemas pun jadi menegang lagi. Ternyata masih ada harapan! Batin sang pirang semangat.

.

.

.

.

.

Satu bulan setelah kejadian kudeta, kondisi internal kerajaan yang berantakan pun sudah mulai normal kembali. Satu per satu semua kejahatan Danzo diungkap ke publik. Termasuk kejadian pembantaian sebelas tahun yang lalu.

Nama Yondaime-Ousama, Namikaze Minato dan ratunya, Kushina pun sudah dibersihkan lagi. Tidak ada lagi sebutan raja penghianat yang terdengar. Sebuah permintaan maaf dan penghargaan gelar sebagai Raja yang berani dan bijaksana pun diberikan pada Minato. Karena keberanian sang Yondaime-Ousama yang mengorbankan diri untuk melindungi anaknya dan keputusannya untuk mengirim keluar Naruto-lah yang sudah menyelamatkan Putra Mahkota Kerajaan Konoha. Keberadaan Naruto pun diumumkan kepada seluruh negara Api. Naruto kembali mendapatkan statusnya sebagai putra mahkota. Lalu dilanjutkan dengan pengumuman Naruto dan Sasuke yang resmi menjadi pasangan mate.

Sedangkan nama Danzo pun jatuh di mata publik. Sekarang status penghianat lah yang menghiasi nama Danzo. Semua harta dan properti milik Danzo pun disita untuk dikembalikan pada Kerajaan. Selain itu, semua kedok dan anak buah Danzo pun di ungkap. Seluruh kekayaan mereka disita habis untuk digunakan membangun kembali Kerajaan Konoha. Sedang mereka yang masih hidup dikirim untuk di penjara seumur hidup.

Kedua tetua penasehat Konoha, Koharu dan Homura pun mendapat perlakukan yang sama. Karena berkomplot dengan Danzo, mereka pun dipenjara seumur hidup.

Demon-demon baru dan yang bisa dipercaya pun direkrut secara hati-hati untuk menggantikan posisi menteri dan sekretaris politik lainnya yang sekarang kosong karena dulu diisi anak buah Danzo. Sedangkan Tsunade masih mempertahankan posisinya sebagai Kepala Divisi Kesatria Kerajaan Konoha.

Pasukan Anbu Ne atau pasukan pribadi yang dimiliki Danzo dulu pun dibubarkan. Untuk mengembalikan Konoha seperti sedia kala, Kesatria pelindung raja pun harus dipilih. Namun karena dulu posisi itu dipegang oleh klan Uchiha yang sekarang sudah tidak ada, Tsunade pun terpaksa membuat cabang divisi sementara dalam divisi Kesatria Kerajaan dan memilih beberapa orang kuat dan terpercaya disana untuk dijadikan kesatria khusus yang melindungi raja.

Meskipun lambat, perubahan sedikit demi sedikit pun dilakukan. Paling tidak kondisi di ibukota sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal yang sulit adalah bagian memperbaiki kondisi di luar ibukota. Karena mereka harus turun tangan langsung dan melihat kondisi disana, sehingga perubahan disana pun cukup lama.

Bangunan istana yang hancur satu bulan yang lalu pun sudah mulai dibangun kembali. Meskipun belum selesai semuanya, tapi paling tidak bangunan istana dalam sudah mulai terbentuk. Ruang bawah tanah rahasia itu pun sudah ditutup kembali agar tak ada yang tahu. Sedangkan soal gulungan terlarang itu pun dirahasiakan keberadaannya.

"APA?!"—BRAK!—Tsunade menggebrak meja di depannya dengan keras bersamaan dengan teriakan tak percaya yang keluar dari mulutnya. Dua manik coklat madunya terbelalak shok menatap pemuda pirang yang duduk pada kursi di ujung meja panjang itu.

Beberapa demon lainnya yang berada dalam ruang pertemuan itu pun juga menunjukan ekspresi tak percaya pada sang pirang.

"Apa kau bilang tadi, gaki?!" Teriak Tsunade tak terima. Ia bahkan lupa untuk memakai nada formal dan sampai mengumpat pada sang putra mahkota di depannya karena saking tak percayanya.

Naruto menghela napas. Ia melirik wajah demon dalam ruangan itu satu per satu sebelum berkata lagi lebih pelan agar jelas.

"Aku tidak akan mengambil tahta raja."

Keheningan pun langsung memenuhi ruangan itu. Masing-masing seolah sedang kesusahan mencerna kalimat itu.

"T-tapi—?!" Tsunade melonjak dari kursinya dengan shok. Ia membuka mulutnya lalu menutupnya lagi seperti kehilangan kata-kata sebelum akhirnya bisa meledak lagi. "Kau sedang bercanda kan?!" tanyanya tak percaya.

"Ini posisi raja Konoha, bocah! Kau tidak bisa main-main dengan posisi itu!" bentaknya marah.

"Benar, Naruto-sama. Sekarang keadaan Konoha sedang genting. Kita harus segera melakukan penobatan raja agar kondisi kerajaan stabil. Dengan begitu kita bisa mulai melakukan reformasi di luar ibukota." Jelas Shikaku mencoba merubah pikiran sang pirang.

"Lagipula bukankah kau kembali untuk memimpin kembali kerajaan Konoha?" Jiraiya menyambung, menatap tak mengerti putra sang Yondaime.

Naruto menghela lagi. Ia menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi. Lengan diletakan di atas senderan. Jari telunjuknya mengetuk-etuk pada senderan itu seraya ia menyusun kata-kata dalam pikirannya.

"Aku tidak bilang aku tidak akan memimpin kerajaan ini." Ucapnya setelah diam sejenak.

"Lalu?!" Tsunade menatapnya bingung.

"Hanya saja bukan sekarang." Naruto melanjutkan lagi. "Aku ingin pergi melakukan perjalanan." Balasnya yang langsung membuat ruangan itu hening.

Sasuke yang duduk di sampingnya pun langsung membeku di tempat begitu mendengar kata 'pergi'.

"A-apa maksudmu?" Tsunade bertanya tak paham.

Naruto menoleh untuk menatap wanita itu. "Seperti yang kau bilang, posisi raja bukanlah untuk main-main. Aku… merasa belum pantas untuk mengambil posisi itu." Jelasnya pelan. "Selama sebelas tahun ini yang kulakukan hanyalah berlatih dan mencari tahu kekuatan Danzo untuk balas dendam. Selain tempat yang pernah aku kunjungi saat berada di tempat Kurama, aku sama sekali tak tahu kondisi jelas kerajaan ini. Karena itu aku ingin pergi untuk melihat langsung keadaan negara api."

Keheningan pun memenuhi ruangan itu lagi begitu mendengar penjelasan sang putra mahkota.

"Tapi—bagaimana dengan kerajaan ini? Kita tidak bisa meninggalkan posisi raja kosong sampai Naruto-sama kembali." Ucap Shikaku masih tak menyerah.

"Benar, Naruto. Aku tidak memiliki kekuatan yang cukup kuat untuk mempertahankan posisi itu." Sangkal Tsunade.

"Soal itu…" Naruto terdiam sejenak. Ia memandang wajah demon disana satu per satu sebelum menoleh ke samping dimana seorang pemuda raven berdiri di serong belakangnya.

Itachi melebarkan mata saat manik safir mengarah padanya. "Naruto-sama?!" ucapnya terkejut. "Tidak, Naruto-sama! Kau tidak bisa melakukan ini! Aku ingin tetap di sisimu menjadi kesatria pelindung!" sangkal cepat sang Uchiha sulung.

"Tapi hanya kau yang bisa kupercayai, Itachi." Naruto tersenyum tipis. "Lagipula ini hanya sementara. Aku akan tetap mengawasi dan memberi perintah dari luar. Kau hanya akan menjadi waliku disini."

"Tapi—"

"Tidak ada tapi, ini perintah dariku. Kau tidak akan menolak perintahku kan?" bantah cepat sang pirang.

Itachi menutup mulutnya dengan bungkam. Ekspresi menolak dan tak percaya masih terlihat matanya.

"Tapi, Naruto-sama, berapa lama kau akan pergi?" potong Shikaku yang menekuk kedua alisnya dalam berpikir.

"Nah…" Naruto beranjak kursinya dengan meregangkan tubuh. Menghela napas sedikit lalu menatap lagi para demon disana. "Paling hanya beberapa tahun. Sudah tidak ada lagi yang akan dibicarakan kan? Aku capek, jadi kita bubarkan sekarang saja." Balas enteng Naruto yang segera keluar dari kursinya. Dengan lambaian tangan ia berjalan menuju pintu keluar.

"T-tunggu, bocah! Ini belum selesai! Kau tidak bisa memutuskan ini begitu saja!" Protes Tsunade yang juga segera berdiri untuk mengejar.

Namun pemuda pirang itu pura-pura tak dengar. Dengan cepat keluar dan menghiraukan mereka.

"Tunggu, Naruto-sama!" Itachi berlari mengejarnya. Ekspresi serius dan tak terima masih terlihat di wajahnya.

Naruto menghentikan langkahnya dan berbalik. Satu alis terangkat menunggu pemuda raven itu untuk bicara.

"Naruto-sama, Aku tidak bisa menerima posisi itu. Tugasku adalah untuk melindungimu. Tidak mungkin aku—"

"Kalau begitu panggil namaku dengan biasa saja." sela Naruto tiba-tiba.

"Huh?"

"Kau masih memanggilku dengan sebutan putra mahkota, itu berarti kau harus menuruti perintahku, Itachi."

"Apa maksudmu…?" Itachi menatapnya dengan kerutan alis.

"Tujuan klan Uchiha adalah untuk melindungi Konoha, kan?" lanjut Naruto lagi. "Menjadi pengganti sementaraku disini juga termasuk melindungi kerajaan ini."

"Tapi posisi ini… aku merasa tidak pantas mendapatkannya." Tolak Itachi dengan menggelengkan kepala.

"Tentu saja pantas! Aku yakin kau akan baik-baik saja. Tidak ada orang lain yang pantas selain dirimu. Lagipula kau hanya perlu mengurus keadaan ibukota. Aku yang akan pergi memeriksa keadaan luar ibukota. Sebagai waliku kau hanya perlu mempertahankan kestabilan kerajaan."

Itachi terdiam beberapa saat. Sebelum membuka mulut lagi. "Kenapa kau melakukan ini, Naruto-sama? Apa alasanmu pergi benar-benar hanya karena ingin melakukan perjalanan?"

"Hmm…" Naruto bergumam pelan. Pandangan safirnya beredar keluar istana, dimana bangunan ibukota bisa terlihat. "Mungkin…" lanjutnya pelan dengan senyum tipis. Ia lalu menoleh pada Itachi dan menampilkan seringaian. "Mungkin aku hanya ingin merasakan kebebasan sebelum terikat dengan posisi raja yang membosankan." Ucapnya dengan kekehan bercanda.

Itachi menatap sejenak pemuda pirang di depannya. Meskipun perkataannya penuh candaan, namun ia bisa melihat ada sedikit kejujuran dalam manik safir. Mungkin… Mungkin Naruto memang ingin mencari kebebasan. Ia tahu selama sebelas tahun ini yang dipikirkan Naruto hanya balas dendam dan merebut kembali Konoha. Sekarang setelah semuanya selesai, apa yang dipikirkan Naruto sekarang? Apa dia merasa puas? Apakah dia menyesal? Atau mungkin…

Itachi menghela napas lalu mengalihkan pandangannya keluar istana. "Baiklah. Aku mengerti, Naruto-sama. Aku akan menjadi walimu disini sementara."

"Bagus! Aku tahu kau akan melakukannya!" ucap sang pirang dengan seringaian. Ia menepuk puas pada bahu sang Uchiha sulung.

"Hm?" Naruto melirik ke samping saat melihat Sasuke berdiri disana. "Sasuke!" panggilnya dengan senang. Tanpa buang waktu, ia langsung bergerak menghampiri.

"Apa yang sedang kau lakukan? Ku pikir kau sudah kembali ke kamar." Tanyanya pada sang raven. Satu lengan dengan mudah memeluk pinggang submissivenya seraya ia berjalan menggiring sang raven untuk kembali ke ruangan mereka.

Sasuke melirik padanya sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke depan lagi. "Hn."

"Hmm? Kenapa?" Naruto bertanya heran. Ia membuka pintu ruangan mereka, lalu mengantar tubuh sang raven untuk duduk di sofa yang ada di tengah ruangan.

Pemuda pirang itu mengambrukan diri di sofa besar, lalu menarik tubuh sang raven agar duduk di atas pangkuannya. Dengan gerutuan, Sasuke akhirnya mau duduk disana dengan tubuh mereka saling berhadapan. Naruto meletakan kedua tangannya untuk memeluk pinggang sang raven. Dua mata safirnya menatap wajah sang raven dengan ekspresi tanda tanya. "Ada apa?" tanyanya lagi saat merasakan mood yang berbeda pada mate-nya.

Sasuke terdiam. Pandangannya ia alihkan ke samping. Ia menatap perapian yang ada di sisi dinding. "Kau… " Sasuke akhirnya mulai berbicara. "…benar-benar akan pergi?"

Naruto mengkerutkan kedua alis seraya berusaha mencerna maksud sang raven. "Tentu saja."

Pandangan Sasuke langsung beralih pada sang pirang saat mendengar jawaban itu. Ekspresi panik sekilas terlihat di maniks oniksnya. "Lalu bagaimana dengan—" bibir merah itu pun langsung ia tutup dengan paksa. Pandangan ia buang lagi ke samping. Dua tangan dilipat di depan dada. "Lupakan!" gerutu Sasuke dengan ekspresi muram.

"Huh?" Naruto menatap bingung. Kedua alis menekuk dalam berusaha memahami perkatakan submissivenya. Bagaimana dengan—? "Oh…" Naruto bernapas lega saat akhirnya memahami maksud sang raven.

"Apa maksudmu dengan 'oh' ?!" delik tajam sang raven.

Naruto tertawa kecil. Ia mencubit pipi mulus Sasuke dengan gemas. "Kenapa kau manis sekali?" ejeknya jahil.

"A-apa?! Aku tidak manis!" desis galak sang raven. Menampar tangan yang mencubitnya dengan kesal.

Naruto tidak keberatan. Ia malah memeluk tubuh sang raven lebih gemas. "Bodoh, tentu saja kau akan ikut denganku." Ucapnya berusaha menenangkan mood sang raven yang semakin muram.

"Ap—huh?" Sasuke berkedip saat mencerna kalimat itu. "Benarkah?" tanyanya dengan pandangan curiga.

"Tentu saja. Kau adalah mate-ku. Mana mungkin aku meninggalkanmu disini." Balas sang pirang. Pemuda itu membenamkan hidungnya di ceruk leher bagian kiri submissivenya. "Lagipula jika aku meninggalkanmu disini, bukankah aku harusnya malah memilihmu menjadi raja menggantikanku bukannya Itachi?"

"Hn, kupikir karena otak dobemu itu sudah melupakan posisiku yang juga sebagai putra mahkota." Gerutu Sasuke. Meskipun dalam hatinya merasa lega sudah mendapat konfirmasi mereka akan pergi bersama.

"Hmm… bagaimana bisa lupa?" Naruto menghirup aroma manis dari ceruk leher kiri submissivenya. "Saat sang putra mahkota itu selezat ini?" ucapnya menggoda dengan lidah menjilat tanda mating di leher kiri sang raven. Ia menghisap bagian tanda itu pelan, lalu menancapkan taringnya untuk mengigitnya kuat.

"Ahhk!" Erangan terkejut keluar dari bibir Sasuke. Rona merah pun langsung memenuhi wajahnya. Sensasi panas dan nikmat langsung menjalar dari tanda sensitif itu. Ia merinding. Merasakan sengatan chakra yang mengalir masuk lewat tanda itu. Erangan pun terdengar lagi kini lebih erotis. "Ahhhn…"

"H-hentikan, dobe!" Sasuke menarik rambut sang pirang agar ia melepas uluman dari lehernya. Naruto melepas bibirnya dengan menurut. Lidah keluar menjilat air liur di sudut bibirnya. Dua manik safirnya pun berkilat penuh nafsu memandang sang raven. Ia lalu menarik kepala Sasuke mendekat agar bibir bersentuhan.

"Hmm…" desah sang pirang memagut bibir submissivenya dengan keenakan. Ia menarik bibir bawah sang raven pelan, membawanya ke dalam mulutnya untuk dihisap. "Naru—mmhh—" suara sang raven pun segera dilumat oleh lidahnya yang menjilat masuk melalui celah bibir merah itu. Rasa manis familiar pun langsung pecah di lidahnya. Naruto menghisapnya sampai habis.

Ia menjilat semua yang bisa ia temukan disana. Menarik lidah submissivenya untuk bergelut, memilin dan saling menghisap dengan keenakan.

Napas berat keluar mulut sang raven. Sasuke merasa sesak. Namun ia malah memperdalam ciuman itu. Membalas lumatan dari sang dominan lebih panas. Decakan dan desahan basah pun terdengar pada peraduan bibir mereka. Kedua tangannya dengan segera melingkar pada leher sang pirang. Jemarinya tanpa sadar bersemat pada rambut pirang itu dan menjambaknya kuat seolah sedang berpegangan.

Sebuah tangan tan merayap dari pinggang sang raven. Menyelinap ke dalam kimono putih sang raven untuk menyentuh kulit mulus disana. Jemari tangan itu merayap ke dada sampai menemukan tonjolan puting disana. Ia merabanya pelan sebelum mencubitnya keras.

"Ahhk!" Sasuke tersentak. Erangan keluar dari mulutnya. Lumatan bibir mereka pun terlepas. Sasuke langsung mendelik tajam pada dominannya. "Kita baru saja melakukannya pagi tadi dobe!" desisnya kesal. Namun rona merah memenuhi pipinya, dan ia pun tak menghentikan tangan sang dominan yang masih memainkan puting dadanya.

Naruto tertawa kecil. Ia memeluk tubuh submissivenya dengan gemas. Hidung segera menciumi ceruk leher mate-nya untuk menghirup aroma feromon yang keluar dari sana. "Apa boleh buat, aku tak bisa mengendalikan diri kalau sudah melihatmu."

"Ngnnn…" Sasuke mendesah saat merasakan lidah basah menjilati tanda mating di lehernya lagi. Rona merah di wajahnya pun menyebar sampai telinga. "Ahh!" Ia mengerang tersentak saat batang kemaluannya tiba-tiba dielus.

"Lihat, punyamu juga sudah tegang." Bisik Naruto pada telinga sang raven. Suaranya tanpa sadar menjadi serak menggoda. Ia mengelus benda yang mulai menegang itu sampai benar-benar berdiri dan berkedut. Cairan precum pun mulai keluar membasahi celana hitam yang dikenakan Sasuke.

"I-ini karena salahmu, idiot!" sangkal Sasuke kesal. Ia mendelik tajam pada sang dominan. Tentu saja tubuhnya akan merespon jika disentuh, apalagi oleh dominannya! Meskipun sudah lelah, mau tak mau ia pasti terangsang.

Naruto tak menanggapinya. Ia mengulum tanda mating di leher sang raven semakin panas. Sesekali mengirim chakra dari lidahnya ke tanda itu membuat submissivenya mendesah keenakan. Salah satu tangannya yang masih memeluk punggung sang raven bergerak ke bawah. Menyelip masuk ke dalam celana yang dipakai sang raven, hingga menyentuh kulit mulus dan kenyal di sana. Ia menangkup pantat kenyal submissivenya itu dan meremasnya kuat.

"Ngnn—!" Sasuke mengerang. Punggungnya pun tanpa sadar melengkung ke depan, sehingga dua belahan pantatnya semakin menonjol di belakang. Ia pun mendesah saat merasakan tangan itu turun masuk pada belahan dan menggesek lingkaran kecil yang masih terasa lunak disana. Kedua tangannya memeluk bahu sang pirang dengan kencang. Berat tubuhnya ambruk lemas di pelukan dominannya saat satu jari mulai menyusup masuk ke dalam lubang anus dan menekan prostat sensitifnya. "Ahhnn…" Sasuke mendesah tak tahan oleh sensasi nikmat dan sakit yang menyiksa prostatnya.

Cairan precum pun semakin banyak membasahi celananya. Batang penisnya semakin menegang berdiri membuat celana itu menjadi terasa sangat ketat mengurung kejantanannya. Ia menggeser pinggulnya tak tahan. Belahan pantatnya pun ia tekankan pada gundukan celana sang pirang. "Ukh.. Naruu…" Sasuke mengerang pelan agar sang dominan tak berlama-lama.

"Hmm…" balas sang pirang dengan suara serak. Kejantanannya sudah berkedut tak tahan dari tadi membayangkan lubang hangat sang raven. Dinding lubang itu meremas jemarinya. Sangat hangat dan sempit. Membayangkan dinding itu meremas kejantanannya saja sudah membuatnya sangat terangsang. Ia segera mengeluarkan jarinya dari sana. Merenggangkan pelukan mereka sedikit agar ia bisa melepas celana sang raven. Benda tegang itu pun langsung berdiri tegak begitu dikeluarkan dari sarangnya.

Sasuke mengangkat kakinya sedikit sehingga celananya bisa dilepas. Ia menahan tangan sang pirang saat hendak membuka celananya sendiri. Lalu menggunakan kedua tangannya sendiri untuk membuka celana itu. Batang kejantanan itu pun langsung menegang gagah begitu keluar. Sasuke meneguk ludah pelan. Dengan ragu-ragu ia memegang benda tegang itu. Mengusap cairan precum di ujungnya. Lalu meraba ke bawah, melumuri benda tegang itu dengan dengan cairan precum.

Naruto menarik tangannya saat batangnya sudah cukup dilumuri. Kemudian mengangkat tubuh Sasuke sedikit, dan mulai memasukan kejantanannya ke dalam lubang anal submissivenya.

"Ahhh—!" Sasuke mengerang sakit begitu benda keras dan panjang itu menusuk masuk. Sengatan sakit itu berubah menjadi sensasi nikmat begitu benda itu mulai bergerak dan menumbuk prostatnya. Kedua matanya pun terpejam erat. Kepalanya mendongak ke belakang. Dadanya pun membusung ke depan membuat sang pirang langsung gatal menyerangnya.

Naruto menjilat puting di dada sang raven dan menghisapnya kuat. Pinggul pun ia gerakan naik turun seraya gerakannya menyodok lubang sensitif itu semakin cepat. Ia memegangi pantat sang raven, membantunya bergerak untuk berlawanan arah dengan gerakan sodokannya. Saat ia naik masuk ke dalam, ia menarik tubuh submissivenya ke bawah sehingga batangnya pun menyodok prostat sensitif itu lebih dalam dan keras.

"Ahh! Naru—uhhn—Ahk! Ah—hhnn—!" Sasuke mendesah serak tak karuan. Kenikmatan menyengat cepat dari lubang sensitifnya. Dinding prostatnya diserang bertubi-tubi tanpa henti, membuat pikirannya blank selain sensasi nikmat yang menyerang titik sensitifnya.

Cairan precum pun sudah menetes deras dari ujung kemaluannya. "Ahhh—" Sasuke mengerang keras saat sebuah tangan menekan ujung penisnya. Tangan itu meremas batang kemaluannya dan memijatnya naik turun cepat bersamaan dengan ritme sodokan lubangnya. Pinggang dan pahanya pun gemetaran tak tahan. Tubuhnya ambruk lemas bersandar pada sang dominan akibat sensasi nikmat ganda yang menyerangnya depan belakang. Ia pun hanya bisa membiarkan sang pirang menyerang tubuhnya tanpa bisa bergerak. "Naru—Uhnn! Ke—Ahh!—Ahhnn—Keluarrhhnnn—!" Sasuke mengerang keras. Kedua tangannya mencengkram kuat pundak sang dominan untuk berpegangan.

"Ukh… hah… iya ahh…" Naruto membalas dengan suara terengah-engah. Rongga hangat itu bergesekan dengan batang penisnya. Membuat sensasi sangat nikmat setiap dinding lunak itu meremasnya. Ia semakin gencar menyodok lubang sensitif itu saat merasakan Sasuke sudah akan klimaks. Jemari tangannya dengan sadis meremas kuat ujung kejantanannya sang raven untuk menahannya keluar. Sasuke pun mengerang keras kesakitan.

"Sedikit lagi—ukh—" Naruto berbisik pada telinga sang raven. Kaki ia angkat sedikit, satu tangan memeluk tubuh sang raven dengan erat pada tubuhnya. Lalu dengan satu gerakan, ia pun memindah posisi mereka ke samping dan—Brugh!— tubuh Sasuke pun berbaring di atas sofa, dan ia menindih di atasnya.

Tanpa menghentikan gerakan sodokannya, ia membetulkan posisi sang raven, dengan kedua kaki dilingkarkan pada pinggangnya. Ia menarik tubuh submissivenya lebih dekat lalu menyodok lubang sensitif itu lebih keras dan cepat.

"Ah! Ahhh—! Naru—uhhnn—Ahh! K-keluarrhhnnn—Aku—Ahhk! Naruuuhh—!" Sasuke mendesah tak tahan. Sensasi nikmat menyengat dari dinding prostatnya bertubi-tubi. Lebih keras dan lebih banyak dari sebelumnya. Tubuhnya memilin, pinggangnya pun gemetaran tak tahan. Namun sebuah tangan meremas batang kejantanannya membuatnya tak bisa mencapai klimaks. Bola matanya pun memutar ke belakang karena tak tahan. Rona merah memenuhi kedua pipi. Sedangkan air liur keluar dari bibirnya membuat penampilannya semakin erotis.

"Uhh…" Naruto merasa libidonya semakin naik melihat ekspresi erotis dari submissivenya. Ia semakin cepat menyodokkan batang penisnya. Dengan gencar menyerang titik sensitif sang raven yang membuat pemuda itu semakin mendesah keras. Saat ia merasa sensasi tegang berkumpul di perut bawahnya, dan sensasi nikmat mulai memuncak, ia pun mengesek batang penis submissivenya cepat dan keras sebelum melepasnya bersamaan dengan meledaknya sensasi nikmat dari batang kejantanannya. Ia mendesah keras, cairan cum langsung menyembur deras dari ujung batangnya memenuhi lubang anal submissivenya.

Sasuke pun dalam kondisi yang sama. Cairan cum langsung keluar dari ujung kejantanannya mengotori kimono yang masih dipakainya. Sensasi klimaks langsung meluap dalam pikirannya membuat pandangannya langsung memutih beberapa saat. Mulutnya terbuka mengeluarkan desahan tanpa suara.

Napas Naruto pun langsung terengah-engah begitu ia turun dari orgasme. Dengan hati-hati ia mengeluarkan batang penisnya yang sudah melemas dari lubang sang raven. "Uhh…" Ia mengerang pelan. Melihat cairan cum yang ikut keluar dari lubang itu rasanya membuat batang kejantanannya berkedut terangsang lagi.

Pemuda pirang itu menghela napas, lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh perut submissivenya. Usianya sudah tiga bulan sekarang. Bagian disana sudah lunak dan sedikit membuncit. Lengkungan besar sudah mulai membentuk di perut sang raven yang awalnya datar membentuk six pack. Jika sekali lihat, perut Sasuke akan terlihat seperti perut orang gemuk yang berlemak bukan karena hamil. Ia menyalurkan chakra di tangannya dan meraba bagian membuncit itu. Senyum tenang pun terlukis di bibirnya saat merasakan janin di dalam sana baik-baik saja.

Naruto bergerak ke atas untuk melihat wajah sang raven. Tersenyum kecil melihat pemuda itu ternyata sudah tidur tak sadarkan diri. Ia mengecup lembut bibir submissivenya, lalu beranjak dari sofa. Ia menutup kancing celananya agar tak melorot sebelum menarik tubuh mate-nya untuk bersandar di pundaknya. Dengan dua tangan memegang dari bawah paha dan pundak, ia lalu berdiri menggendong submissivenya ala bridal

Dengan langkah puas, ia lalu berjalan menuju ranjang tidur untuk menyusul Sasuke ke alam mimpi.

.

.

.

.

.

.

Acara penobatan raja dilakukan satu minggu kemudian. Tidak terlalu besar. Hanya dihadiri semua demon yang memiliki posisi tinggi di istana, semua kesatria kerajaan, dan para rakyat yang datang berkumpul di halaman istana. Biasanya acara penting seperti ini akan mengundang beberapa tamu dari kerajaan lain. Namun karena situasi kerajaan yang masih berantakan dan bangunan istana yang belum selesei dibuat. Mereka memutuskan untuk melakukannya hanya sebagai formalitas.

Karena hanya sementara, Itachi menolak untuk menerima tanda mahkota yang memang turun-temurun diberikan kepada semua raja Konoha. Putra sulung Uchiha itu tetap merasa bahwa ia hanya mewakili Naruto, dan bukan menjadi raja yang sebenarnya. Baginya raja Konoha tetaplah Naruto.

Dengan dilakukannya acara penobatan itu, Naruto pun resmi memegang kembali status Putra Mahkota Kerajaan Konoha. Sedangkan posisi Sasuke turun menjadi mate-nya, yang tidak lain merupakan calon Ratu Kerajaan Konoha nantinya ketika Naruto mengambil tahta.

Pengumuman resmi itu pun dipublikasikan ke seluruh penjuru negara Api. Sebuah festival meriah dirayakan selama sehari penuh untuk memulai awal Kerajaan Konoha yang baru. Peristiwa selama sebelas tahun kemarin akan tercatat dalam sejarah, namun mereka hanya akan dikenang sebagai pengingat. Sedangkan sekarang akan dimulai sebuah reformasi untuk memperbaiki kondisi kerajaan, sehingga Konoha pun lahir kembali menjadi kerajaan makmur dan maju seperti yang seharusnya.

Di dalam hutan yang ada di belakang istana, dua orang pemuda berjalan dalam malam gelap. Festival meriah masih terdengar dari kota, namun dua pemuda itu malah pergi menjauhi acara meriah itu.

"Untuk apa kita kemari, dobe?"

Naruto hanya tersenyum kecil penuh misterius. Ia menggandeng tangan submissivenya dan menariknya menelusuri pepohonan disana. Mereka akhirnya berhenti di depan sebuah tebing.

"Ini?" Sasuke menekuk kedua aslinya tak mengerti.

Pemuda pirang itu meraba-raba dinding tebing itu untuk mencari tempat yang ingat ada di sekitar sana. Setelah menemukannya, ia meletakan telapak tangannya pada ukiran lingkaran pada tempat itu. Tanda mahkota keluar pun menyala di punggung tangannya begitu ia memusatkan chakra. Dinding tebing itu menyala sekali sebelum terbelah dua menampilkan sebuah lorong di dalamnya.

Naruto menarik Sasuke lagi untuk masuk. Dinding tebing itu pun langsung otomatis menutup membuat lorong itu menjadi gelap. Naruto mengambil sebuah lampu obor di dinding samping dan mengisinya dengan chakra. Cahaya pun langsung menerangi lorong itu.

Mereka berjalan lagi sampai di ujung lorong dimana pintu besar berada. Seperti sebelumnya, ia meletakan telapak tangannya pada pintu dan memusatkan chakra. Tanda mahkota pun muncul pada punggung tangannya sebelum pintu itu akhirnya terbuka. Bam!—pintu itu langsung tertutup lagi dengan suara keras begitu mereka masuk kesana. Sebuah kilatan cahaya tiba-tiba muncul menyusuri ruangan sebelum—

WUSS!—

Wuss!—

Wuss!—

Wuss!—

Wuss!—

—Wuss!—

Rentetan api menyala seperti sebuah lilin mengelilingi dinding hingga ruangan besar itu pun menjadi terang. Sasuke melebarkan matanya terkejut melihat isi ruangan itu. Khususnya pada ujung ruangan dimana terdapat sebuah meja panjang dan barisan foto yang terpasang di atasnya dengan agung.

"Ini… para mendiang raja?" gumam Sasuke mendekati barisan foto itu.

"Iya, ini adalah tempat bersemayam para raja terdahulu." Jelas Naruto. Ia menarik lengan sang raven lalu membawanya menuju tengah ruangan dimana sebuah lantai lebih rendah terdapat disana. Ia mengajak Sasuke untuk berlutut menghadap foto para mendiang raja.

Sasuke berkedip, sebelum akhirnya mengerti apa yang mereka lakukan. Ia pun segera membetulkan posisinya. Lutut kiri ditempelkan di atas tanah, sedang lutut lainnya ia tekuk menghadap ke atas. Tangan kiri ia kepalkan dan diluruskan di samping badannya, sedang yang kanan di tekuk dan diletakan di atas lutut kanannya. Kepalanya menunduk hormat pada foto para mendiang raja mengikuti gerakan Naruto.

"Hashirama Ou-sama, Tobirama Ou-sama, Hiruzen Ou-sama, dan Minato Ou-sama. Namikaze-Uzumaki Naruto datang untuk memberi hormat kepada para mendiang Raja dan Ratu Kerajaan Konoha." Ucap pemuda pirang itu dengan serius dan bernada penuh hormat. Ia lalu melirik Sasuke dan tersenyum tipis. "Di sampingku adalah mate-ku, Uchiha Sasuke."

Sasuke tersentak dan segera memberi penghormatan. "Uchiha Sasuke memberi hormat pada para mendiang raja dan ratu."

Naruto tertawa kecil, lalu menatap foto orang tuanya. "Tousan, kaasan, bukankah submissive-ku sangat manis? Aku harap kalian merestui hubungan kami." Lanjutnya yang langsung mendapat delikan tajam dari submissivenya. "Dobe!" desisnya.

Naruto hanya terkekeh. Ia menarik tangan kanan Sasuke lalu menyematkan jari mereka. Pandangannya berubah serius seraya ia berkata lagi pada foto ayahnya. "Tousan… aku sudah memenuhi janjiku…"

Janji? Sasuke menoleh sang pirang. Ia tak tahu janji apa yang sudah dibuat oleh dominannya.

"Aku tahu ini belum selesai…" Pemuda pirang itu berkata lagi. "Tapi aku sudah membunuhnya. Kerajaan Konoha sudah ku ambil kembali. Aku sudah memenuhi janjiku kan?"

"Masih ada lagi yang harus kulakukan untuk mengembalikan kerajaan ini seperti semula. Oleh karena itu aku ingin pergi keluar untuk melihat kondisi negara kita dengan mataku sendiri. Aku harap kalian memaafkanku karena tidak mengambil tahta raja sekarang." Lanjutnya yang membuat Sasuke tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh dominannya.

"Lagipula aku yakin Itachi bisa memimpin kerajaan ini dengan baik selama aku tidak ada." Ucap Naruto mengakhiri perkataannya dengan senyuman tipis.

"Apa maksudmu dengan 'masih ada yang harus kau lakukan' Naruto?" tanya Sasuke yang sudah tahan karena penasaran. Ia menerima uluran tangan dari sang pirang untuk berdiri.

"Soal itu…" Naruto bergumam. Pandangannya sedikit menerawang jauh. "Kejadian sebelas tahun yang lalu, Danzo tidak bekerja sendirian." Jelasnya.

"Huh? Maksudmu dia punya komplotan lain?" tanya Sasuke tak percaya.

"Iya, aku tidak punya buktinya. Tapi aku masih ingat sebelas tahun yang lalu, aku tak sengaja mendengar pembicaran Danzo yang bekerja sama dengan Kerajaan Ame. Aku ingin menyingkirkan seluruh akar kejahatan Danzo dari negara kita."

"Ame?" Sasuke menekuk kedua alisnya muram. Memang benar Danzo sering pergi ke Ame untuk melakukan suatu negosiasi. "Karena itu kau ingin pergi melakukan perjalanan?"

"Mmm... lagipula bukankah kau juga tidak pernah keluar ibukota? Hitung saja ini sebagai liburan bulan madu bersamaku." Ucap Naruto dengan jahil mencubit hidung sang raven.

"Hey!" Sasuke menampar tangan itu dengan mendelik kesal. Namun rona merah langsung memenuhi pipinya saat menangkap perkataan dari dominannya.

Naruto pun mencubit pipi manis itu dengan gemas. Bibirnya terangkat membentuk seringai senang sama sekali tak terpengaruh dengan delikan tajam dari sang raven. "Ah, iya… ada satu lagi yang terlupa…" gumam Naruto teringat sesuatu.

Ia lalu berjalan mendekati meja panjang terbuat dari batu yang ada di bawah barisan foto itu. Ia berlutut sebentar untuk meraba bagian bawah meja itu dengan telapak tangan. Tanda mahkota di punggungnya pun menyala begitu ia memusatkan chakra. Dinding batu di bagian bawah meja itu pun bersinar sekali sebelum dindingnya bergeser menampilkan ruang kecil di dalamnya.

Naruto merogohnya dengan tangan dan mengeluarkan sebuah kotak kayu berwarna hitam. Ia meletakannya di atas meja. "Kemari, Sasuke… Aku ingin kau melakukan sesuatu." Panggilnya pada sang raven untuk mendekat. Pemuda pirang itu membuka kotak itu. Di dalamnya terdapat gulungan berwarna merah yang familiar.

"Itu kan?" Sasuke mengulurkan tangan untuk mengambil gulungan itu. "Ini benar-benar gulungan yang kemarin?" tanyanya.

"Iya. Itu gulungan sihir pengendali demon beast. Aku mengambilnya dari tubuh Danzo waktu itu. Gulungan itu sama sekali tak rusak meskipun aku sudah membakarnya bersama tubuh Danzo." Jelas Naruto mengambil gulungan itu dari tangan Sasuke. Ia lalu meletakannya kembali ke dalam kotak.

"Sasuke, aku ingin kau membakarnya dengan amaterasu."

"Apa?!" Sasuke menatap sang pirang dengan tak percaya. "Tapi gulungan ini—bukankah sangat penting?"

"Iya. Tapi aku rasa akan lebih baik jika gulungan itu dihancurkan. Jika orang lain sampai tahu soal gulungan ini masih ada, Konoha akan berada dalam bahaya." Ucap sang pirang dengan tatapan dingin.

Sasuke terdiam menatap dominannya sebelum melihat gulungan itu lagi. "Tapi apa yang membuatmu berpikir amaterasu bisa membakarnya?"

"Tidak." Naruto tersenyum kecil. "Aku hanya menebak. Aku tahu kau sudah belajar amaterasu dari Itachi dalam satu bulan ini. Api itu seharusnya lebih panas dari api manapun."

Sasuke hanya memutar bola mata padanya. Ia lalu memejamkan mata sejenak untuk berkonsentrasi. Begitu dibuka lagi, mata oniksnya pun berubah menjadi mangekyou sharingan.

Blarr!—api hitam pun langsung muncul membakar gulungan itu. Asap gosong langsung muncul dari kertas gulungan. Sepertinya amaterasu benar-benar bisa membakar gulungan itu. Sasuke mempertahankan amaterasunya sampai gulungan benar-benar lebur menjadi abu bersamaan dengan kotak kayunya. Setelah selesai, ia pun menutup matanya dengan lelah. Ia masih belum terbiasa menggunakan api itu. Darah sedikit menetes dari bawah matanya.

Sasuke berkedip membuka mata saat merasakan sebuah jari mengusap bawah matanya. Naruto hanya tersenyum tipis. Ia membersihkan darah dari mata itu sampai hilang.

"Sudah selesai. Ayo kita kembali, Sasuke." ucap sang pirang yang kemudian menggandeng tangan sang raven lagi untuk keluar dari ruangan rahasia itu.

"Hn."

.

.

.

.

.

.

Hari begitu cerah satu minggu kemudian. Matahari sudah melambung tinggi di atas langit memberikan sinar panas pada semua yang ada di bawahnya. Beberapa orang berkumpul di depan gerbang istana. Masing-masing memiliki ekspresi yang berbeda.

"Bocah, kau benar-benar akan pergi?!" Tsunade bertanya masih tak percaya dengan keputusan sang pirang. Di sampingnya Shizune memasang raut muka sedih, babi kecil berwarna merah muda yang dipeluknya pun mengeluarkan suara 'oink' seolah sedang setuju dengan mood pemiliknya.

"Naruto-sama, aku harap kau menjaga dirimu dan Sasuke. Pastikan kau mengirim kabar setiap minggunya." Tegur Itachi menatap serius pada sang putra mahkota.

"Nah, aku tahu, aku tahu." Naruto melambaikan tanganya dengan cuek. Ia menyerahkan tas perbekalan yang sudah disiapkan olehnya kemarin kepada Sasuke. Sebagian besar barang-barang perbekalannya sudah disegel ke dalam gulungan. Jadi tas itu hanya berisi beberapa makanan dan minuman beserta uang.

Sasuke memutar bola mata kepada sikap mereka yang berlebihan. Tidak seperti mereka tidak akan kembali ke istana. Perjalanan ini hanya memakan waktu beberapa tahun. Ia yakin mereka juga akan kembali ke istana beberapa kali karena urusan kerajaan mengingat Naruto tidak bisa benar-benar angkat tangan dari tugasnya sebagai putra mahkota. Ia mengambil tas perbekalan yang diberikan oleh Naruto dan memasangnya di punggung.

"Kemana kalian akan memulai perjalanan, Naruto-sama, Sasuke-sama?" Yamato bertanya setelah memastikan persiapan mereka tidak ada yang kurang.

"Kami akan menuju selatan." Balas Sasuke ringan.

"Selatan? Disana berbatasan dengan Suna. Kalian akan mampir kesana?" tanya Temari begitu mendengar mereka akan ke selatan. Suna adalah kampung halamannya sebelum ia pindah ke Konoha.

"Yah, kita akan melihatnya nanti." Ucap Naruto dengan seringai tipis. Ia melirik satu persatu wajah demon yang datang untuk mengantar kepergiannya.

Setelah satu minggu, keadaan kerajaan Konoha pun sudah stabil kembali. Karena itu Naruto memutuskan untuk berangkat melakukan perjalanannya hari ini. Meskipun soal perjalanan ini tidak dipublikasikan. Hampir semua orang yang ikut serta dalam peristiwa kudeta sebulan yang lalu datang untuk mengantarkan kepergian mereka.

Para Kesatria kerajaan berbaris disana dan memberi hormat kepada kedua putra mahkota sebagai salam perpisahan formal. "Semoga perjalanan anda menyenangkan, Yang Mulia!" ucap mereka dengan serempak.

Naruto melebarkan seringainya menjadi senyuman lebar. Berbeda dengan dulu dimana ia harus berpura-pura dan menyembunyikan identitas. Sekarang senyumannya lebih bebas. 'Yang Mulia' rasanya sudah lama sekali ia tak dipanggil dengan sebutan itu. Satu bulan di istana membuatnya menjadi terus bernostalgia mendengar panggilan itu. Ia lalu melirik pada Kurama yang berdiri menyender pada gerbang istana di kejauhan. Sang kyuubi kali ini memakai wujud seorang pemuda berambut merah panjang dan berjubah.

"Ku! Aku pikir kau sudah kembali ke hutan." Sapanya pada sang guru.

"Huh, aku dengar kau akan pergi. Jadi aku kemari untuk melihatmu." Balas acuh sang Kyuubi.

Naruto pun menyeringai senang. "Terima kasih, Ku! Berkat bantuanmu aku bisa mengambil kembali Konoha."

"Tentu saja bocah! Kau pikir siapa yang mengajarimu bertarung hah?" balas Kurama dengan nada sombong.

Naruto hanya memutar bola matanya melihat sikap sang guru. "Kau akan kembali ke hutan setelah ini? Aku ingin mengunjungimu nanti saat kami mendekati hutan terlarang."

Kurama terdiam sebentar. Dari sudut matanya ia melirik sejenak pada sosok pemuda raven panjang yang berdiri tak jauh dari mereka sebelum menatap sang pirang lagi. "Hmm… aku akan bermain di kota sebentar. Sudah lama aku tidak mampir ke bar dan minum-minum. Kau bisa mampir kapan saja, aku akan tahu saat kau memasuki goa."

Naruto menaikkan satu alisnya heran. Ia melirik ke belakang untuk mengikuti pandangan Kurama tadi. Menyeringai kecil saat tahu siapa yang dimaksud. "Oh, aku tak tahu kau tertarik dengannya."

"Jangan bercanda bocah. Pergi sana!" usir Kurama memutar bolanya jengah pada sang pirang.

Naruto hanya terkekeh. Ia berjalan kembali ke sisi Sasuke. Mengangguk sekali pada semua demon disana sebelum merubah tubuhnya menjadi rubah besar berbulu pirang keemasan. Sembilan ekor di belakang tubuhnya pun bergerilya megah.

Sasuke mengangguk kecil pada semuanya sebelum menatap pada sang kakak. "Kami pergi dulu, Niisan." Ucapnya dengan senyuman tipis yang langsung dibalas oleh Itachi. Pemuda raven itu lalu tanpa basa-basi menaiki punggung rubah pirang yang sudah menunggu di sampingnya.

Dengan satu lambaian tangan, Sasuke mengucapkan selamat tinggal pada semuanya. Ia lalu memeluk leher dominannya. "Ayo pergi, Naruto."

Rubah pirang keemasan itu pun langsung melesat cepat keluar dari ibukota. Memulai perjalanan mereka untuk memulai awal kehidupan baru.

.

.

.

.

.

.

.

Last but not very last, because ending is always begining of something...

And so, they start to embark in a very long sweet honey moon...? pfft xD


Royal Revenge by Fro Nekota

The End


Seleesaaaaaaaaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii! the end, tamat, owari, fin, bai bai, apapun itu terserah, pokoknya selesaaaaiiiiii! fro ga peduli kalau kalian mau protes! #dikeroyokreader #uhuk2

a-apa boleh buat huhuhu, plot nya memang sudah habis, jadi fro tidak bisa memanjangkannya lagi (reader : dua tahun cuma nunggu chap terakhir?! #lemparbom #duaarr #uhuk) huehuehue maafkan fro sudah membuat kalian menunggu #bungkuk2 tapi tapi tapi chapter ini bener2 susah huhuhuhu #ngesotdilantai

jadi jadi bagaimana lemonnya? #dorr m-maksudnya ceritanya haha, mengecewakan kah? fro harus bergalau2 ria nulis nih chapter huhuhuhu, jd ga tau bagus ga, banyak yg fro paksain haha #dorr semoga cukup buat ending haha

terus terus fro mau buat pengumuman penting, penting loh, harus dibaca, ntar nyesel, pokoknya dibaca! pengumumanny itu adalah...

TERIMA KASIH BANYAK DAN SEBANYAK-BANYAKNYA BUAT SEMUA READER YANG SUDAH MEMBACA FANFIKSI INI SAMPAI SELESAI APALAGI SAMPAI MENUNGGU FRO BALIK DARI HIATUS! KHUSUSNYA BUAT SEMUANYA YANG SUDAH RAJIN MENAGIH, MEREVIEW, PM, FAV, FOLLOW ROYAL REVENGE :3

"ARIGATOU GOZAIMASU MINNA-SAN!" #teriak_pake_toa #bungkuk2 #tebar2kiss #tebarpermen #tebarkaoskakibau #eh?! #digampar #uhuk

terus terus buat semuanya yang masih kekurangan asupan, fro membuka request buat ide omake/cerita ekstra khusus Royal Revenge, inget loh cuma khusus ff ini, kalian boleh request, karena fro sebenernya mau bikin omake abis ini tapi keabisan ide #digampar #uhuk

kalian boleh request apa aja, misal narusasu lemon, sasu ngidam, narusasu ngdate, narusasu bulan madu, narusasu nglakuin hal konyol, narusasu ngapain kek, ato scene kuraita, knp shikakiba bisa mating, nejigaa mulai romens, ato scene karakter2 lain yang sudah muncul, pokoknya kalian bisa request scene apa aja yang pengin kalian lihat di Royal Revenge, itung2 sbg permintaan maaf dan terima kasih buat dukung ff ini pffttt xD #dorrr

tapi tapi tapi, ada satu syarat! scene omake yang kalian minta hanya boleh sampai sasu melahirkan loh! cuma sampe anak narusasu lahir, soalny ini scene yang belum tuntas di ff huehuehue :3

fro ga bisa janji buat bikin semua request, kalo dikit yg ngasih ide brati mungkin fro tulis semua, tapi kalo banyak, paling fro tulis yg menurut fro paling menarik haha, batas waktunya sampe fro apdet ff ini lagi, paling ga seminggu haha, kalo fro uda apdet ff ini lg brati request uda ditutup, oke oke :3

dan...

seperti biasa fro akan menjawab review yang kemarin #uhukduatahunuhuk yang sudah terabaikan haha, check it out!


[BALASAN PERTANYAAN]

[Disini ko jadi berasa sasuke pengganggu ya? tapi mungkin author punya rencana lain.. :)] di chap ini jadi pengganggu ga sasu?

[aahhh.. kyuu akan mati kah fro san?] engga, masih idup tuh, dia abadi

[Aah~ Sasuke g mau nurutin Naru sih kan jd ktangkep :'v ck masa Danzo yg bkal dpet tuh kkuatan...? Knapa g Naru aja #seenaknyasendiri xD] wkwkwk biar seru lah danzo dpt tuh kekuatan #dor

[plis jangan buat sad ending antara kyu sama itachi donk thor! jangan tega sama mereka berdua yaaa,,, kasian kyu pasti kesepian kayak yg dikatakan itachi huhuhuhu] ini ga sad ending kan? wkwkwk belum mulai mereka, cerita kyuita akan disajikan dalam side story

[Eh, kok pintunya dibuka? Ntar kalo Danzo dapet kekuatannya gimana? Demon beast 'kan keren banget ya kekuatannya. Ancur dong dunianya *panik sendiri*] kalo ga dibuka ntar ga klimaks ceritanya wkwkwk #digaplok

[Danzo aslinya kekuatannya kayak gimana sih. Penasaran. Itu dia licik banget lagi. Masa rakyatnya sendiri digituin, kerajaan kan harus ada rakyatnya ya.] itu uda diliatin kekuatan danzo, uda jelas belum pffftt xD iya namanya jg mbah danzo harus jahat #dor

[naru sayang banget ama dedek bayinya ya :))) boleh kah yang jadi dedeknya menma? :** kekeke. kyu sedih ya naru udah ama sasu tapi kamu masih jomblo lapuk gitu:(] iya di takut dedek bayinya kenapa2 haha xD kyuubi kesepian wkwkwk #ditendangkurama

[Apa yang akan terjadi nanti setelah Naruto membuka pintunya? Apa Danzo bisa menguasai sihir itu? Kuharap sih tidak,,, dan apa KuraIta bakal bersatu? Kan kasian Itachi gak punya pasangan, apalagi Kurama, dia bakal kesepian saat Naruto akan berasama Sasuke nanti, jadi...bisakah Fro-san buat mereka bersama?] itu uda liat kan dichap ini gimana setelah dibuka pintunya haha cerita kuraita bakal keluar di side story #kalojadi #pffftt xD #digampar

[nex cpter d tnggu y sasuke ngelahirin y n0rmal apa oprasi y?penasaran ama klnjtan cpt2 mati tuh s danzo,sbl pke nyndra sasu sgla..nex cptr g bkl ad lemon y* mesum*.gambate ne aj y senpai.] hahaha sebenere fro belum kepikiran mau normal apa operasi, enaknya gimana? #plak masing2 ada ciri khasnya sih, jd bingung wkwkwk

[Sekarang yg jdi fokus aku, apakah itachi bakal sama kyuubi atau sama yg lain ? buat mereka jdi mate ya ya ya kak *puppy eyes* kenapa demon beast yg lain gak muncul ? demon beastnya tetep ada 9 kan ya ?] demon beast yg lain ga muncul, di sequel kali yak? #emang_sapa_mau_bikin_buk #digampar

[Ahh, Kyu suka sama Naru? :O Sihir demon beast itu berarti ntar ngendaliin Kyu? Bakalan ada Sukaku dan kawan2 ga?] haha shukaku dkk ga muncul, cuma kurama, eh kyuubi suka naru tapi bukan dalam artian cinta haha, dia muridnya jelas kurama jd care sm naruto, abis sebelas tahun brg, dan skrg naru uda bisa berdiri sndiri, jelas kurama sedih dong

[si kyuu bakal jatuh cinta kgk ya ke itachi? Kalo se umpama mereka jadian ? Uke nya sape? Trus kalo kyuu jatuh cinta pada seorang demon apa yg akan terjadi] ukenya itachi hahaha #digaplok gimana ya? wkwk, sebenere uda kepikiran soal ini demon beast jth cinta sm demon, tp ntar deh, kalo jadi fro keluarin di side story, kalo batal mungkin di omake, oke, oke

[nanya dong, posisi Tsunade di kerajaan itu apa? (diluar dia itu Hokage) mungkin agak telat sih nanyanya, cuma butuh alasan kuat aja kenapa Tsunade diberitahu tentang sihir, sedangkan Minato mengatakannya hanya rajalah, juga pemimpin klan Uchiha yang sejatinya sudah dipercaya raja?] Senju Tsunade merupakan cucu dari hashirama, raja pertama konoha, tsunade dr kecil uda dibesarin sbg kandidat raja, jd diberitahu sm hiruzen, selain itu, tsunade, jiraiya, orochimaru dulu disebut sannin, tiga kandidat raja kuat ( reader : ini masuk cerita baru lagi ya fro? #hanyoloh #jengjeng #gatanggungjawab #digampar)

[Thor berapa chap kah? Apa nanti bkal dibuat sequel buat keluarganya narusasu? Trus ada apa sama kyubii? Beneran suka sama naruto?] ini chap 15 ending, haha sequel kah, request aja itu mau scene apa wkwkwk, kurama cuma nganggep naruto murid, penjelasan lebih lanjut uda fro jawab diatas

[Kak, q mo nanya donk, si sakura kok gak kliatan lg be2rapa ch ini ama akamaru juga? Kan kasian dr awal ada akhir mah gak ada..Oya ttg crita masa lalu naruto stlah d teleport ama minato tlong d up sebelum ff yg ini end y kak.. Boleh gak?(puppy eyes)] iya sakura ngilang ya wkwkwk, fro lupa masukin dia wkwkwk,akhirnya uda kepalang ngilang, susah diselipin wkwkwk #ditendang cerita masalalu naruto setelah diteleport sudah dipublish dengan judul Royal Revenge - Before Story, silahkan di cek di akun fro

[Jadi ikutan penasaran.. Kurama beneran suka ga ya sama Naruto? Naruto punya semacam trauma ya? Kayaknya kepanikan dan ketakutannya mengendalikan logikanya] haha kurama cuma nganggep naruto murid, pertanyaan ini uda fro jawab di atas :3 iya naruto trauma, siapa yg ga trauma liat ortunya di bunuh di depan mata sndiri #pukpuknaruto

[kyuubi sama itachi nanti bisa bersama ga? klo iya, nanti siapa yg berkorban(?)? itachi yg tinggalin konoha ato kyuubi yg tinggalin hutan terlarang?] haha siapa ya, itachi skrg jd raja gantiin naruto, kurama mungkin #eh

[apa kelahiran bayi demon ga bsa d percepat? kan naruto kekuatannya besar..] eh dikira mainan dipercepat wkwk #digaplok ga bisa, hrus secara alami wkwk

[senpai, sempat kepikiran untuk buat karakter Izuna uchiha nggak? adik madara itu lhoo. waktu naruto membuka pintu, ternyata ada izuna yg ke segel. tapi dalam tnda kutip orang baik gitu. kan jarang ada pair Tobirama Izuna.] wkwkwk ga pernah kepikiran izuna fro, ntar deh kapan2 di ff lain

[hellow fro chan! apakah kamu punya wattpad?] punya, cari aja furosu


Sekali lagi fro ucapkan "Arigatou Gozaimasu!" buat semua reader yang sudah membaca, mendukung, dan menunggu ff ini, khususnya buat yang sudah follow, fav dan review ff ini huehuehue xD #tebar2kiss

P.S. Abis ini fro lanjut Demon's Lullaby, untuk pair Kurama dan Itachi, fro mnta maaf buat yang minta Itakyuu, karena fro akan menjadikannya KuraIta, silahkan tunggu cerita mereka dalam side story nanti #kalojadi #ragu2 #digaplok xD

JANGAN LUPA REVIEW DAN REQUESTNYA~! OKE OKE? #KEDIP2


SPECIAL THANKS TO :

Ai aQira, natasya agustine 12, suira seans, aicinta, Riena Okazaki, Uchiharuno Sierra, KiraKilla, ai no dobe, Uzumaki Prince Dobe-Nii, CandyChan Uzumaki, Lhanddvhianyynarvers, amour-chan, gembel, narusasu wookie, Flanilla, Mon Chaton's, Dewi15, Kim417, Call Me Mink, JKimQi, damean, i'msweet-i'myummy, AyubL Lawliet, ShinKUrai, Eun810, Ryuuka, 21Nightingale, Ndah D Amay, Oranyellow-chan, Siti583, Hanawa Seika, sasUKE kim, 8anchors, samhatake25 ajja, dianarositadewi4, Naminamifrid, YukitoTouya21, Sasofi No Danna, aicHanimout, dekdes, Rizky2568, hime cama, CorvusOnyx, patbingsu, iche cassiopeiajaejoong, TezuSezu, Deidara, yuma, Anggi736, 306yuzu, Luca Marvell, Imyourfans, A-Drei Karlstein, Komozaku Natsuki, Andhani, mimiong, vipbigbang74, eL Donghae, donat keju, hirouma youichi, Neni Uchiha, yume, langitcerah184, Hiruko Hikari, ardnaxella, Sora, Ivy Bluebell, SuzyOnix, UI, nikku, hah, raf-chan, Darkbrown eyes, Collin Blown YJ, Riva DarkRose, FriendShit, pikachu, Laras277, Nita suci devgan, hyugarasetsugma, ewan frynardo, aduhh, little Azaela, R-chan, Kirika22, nurmila-chan, seorang pembaca, Diandra Soedibyo, BraveKim94, hyugarasetsugma, Oktaviana ajhaa, zero, Uchiha NaruSasu, luina caramela, Muncikari, Shizuka Rein, KJhwang, watters, HyugaRasetsugma, TheWars, Yukihana Nokawa, rainee delia, pepibabykyu, Akashiota, reina putri, phabo uniq, Vilan616, BXHunHan, k-i-d 4y, susi, Yukie Kyu, me, laelyexoelf, indah, Saveera255, Ryuuka, Hime-Uzumakiey, puri-chan, ar rum, cbx001, HitsugayaFreya, joy, AliceRiiTan, emerald youichi, yuma, Kynha-Chan, Uchiha cherry's, sri wahyuni, SasuMomma, Kynha-Chan, ShellaVeronica201, Zenhaku, Nikeisha Farras, puri-chan, Haehyuk931, YukinaYuri Hatsuki, melizwufan, Gabriella Indah, SindyKawai10, LuckyLuhanEXO, kinan maharani, meeycherie8, Rinhyuk, D, byezi, CocoCorn, Suki, Rafika 1273, Axeremiria, Guest, sasunaru-fan, Peterwhile, ayeeyy, Ryuuki Kiroshi, SasuKissNaru, LRS34, Guest, Name noun, nanao kaga, Caramelya, Guest, SindyKawai10, fanfic fans, JLuv alL, Guest, LuBabyayu935, Guest, Guest, Guest, Guest, zelizan princess, Guest, sehunjae, Guest, tomoichi, RestuHunHan, eka, Ryuu, narusasUKE, chibi, yuta sirogane, hatake hikari, Guest, Guest, greens, ta, Guest, NamiUzuKharu, Lu han, uzushi19, Guest, ariarap, Guest, itsmortez, Guest, bag NS, bintangbersinar, Lilis763, Guest, bunnyjunmama, lucky007teme, wia, Guest, SeHunaa12, little lily, 94, uchtie, zerokun896, chittaphon27, SparkyuELF137, M. M. Fujoshi, maya, kaulah, Alluka-Hime, Ziyass911, HimekaChuu21, Frincess620, Silver,
ada yang ketinggalan kereta? bilang yak :3