[chaptered FanFic] - L.i.m.i.t
.
黒子のバスケ © Fujimaki Tadatoshi
L.i.m.i.t © Alenta93
.
Length : 3838 words
Pairing : AkashiXKuroko
Genre[s] : hurt/comfort, friendship, romance
BGM : One Ok Rock – Smiling Down
Warning[s] : AU!, shonen-ai, [miss] typos
Summary :
Ini hanyalah kisah pendek yang menceritakan sedikit dari kehidupan dua pemuda yang tanpa sengaja bertemu saat takdir mereka bergulir. Kemudian mereka menjadikan pertemuan itu sebagai kebiasaan. Nyaris setiap sore di bangku putih taman di sudut kota, menghabiskan waktu untuk memandang senja bersama.
Perbincangan antara seorang pemuda yang tak memiliki mimpi dan seorang pemuda yang tak memiliki masa depan.
.
Comments :
Halo, balik lagi saya bikin multichap pendek hwkwkwk kali ini benernya mau kujadiin oneshot, tapi rasanya terlalu panjang.. orz akhirnya kubagi jadi beberapa chapter.. XD
Untuk apdetnya, karena nggak ada deadline, jadi akan disesuaikan :D
Dan FanFic ini juga buat bayar utang request fic dari Hachan yang entah dari kapan *plakk* maaaaf lama, baru bisa dibikin sekarang, Hachaaaan~ *bows deeply* Moga suka yaa X3
Terus ini juga moga bisa jadi asupan buat Ryouta, Sei n Tetsu di #masoclub hhahaha XDD
Hai, please read n enjoy :D
.
.
.
.
Saat kau berpikir tak ada hal berarti dalam hidupmu, saat kau mengira lima belas tahun umurmu akan tetap sama tanpa ada perubahan, maka apa yang akan terjadi bila perubahan itu datang menghampirimu?
Bukan, bukan untuk mengubah takdirmu, tapi untuk mempertemukanmu dengan seseorang yang akan mengubah sisa hidupmu.
.
.
Akashi Seijuurou tak pernah menyangka jika bertemu Kuroko Tetsuya akan sedikit banyak mengubah hidupnya yang monoton. Begitupun dengan Kuroko Tetsuya. Pemuda itu tak pernah mengira jika bertemu dengan Akashi Seijuurou akan membuatnya berani bermimpi tinggi-tinggi untuk masa depannya yang semula belum terpikirkan oleh remaja lima belas tahun seperti dirinya.
.
.
L.i.m.i.t
.
one of three
NEW HABIT: Be Here in Every Monday, Thursday and Saturday
.
.
.
"Ah, Nigou!" Kuroko Tetsuya segera menarik tubuhnya berdiri sebelum berlari kecil mengekor anjing mungilnya yang berlarian di sekitar taman di sudut kota itu. Lelah berlari mengikuti Nigou―sang anjing, pemuda bersurai baby blue itu mengusap peluh di dahinya sebelum berjongkok dan menghela nafas panjang. Manik aqua marinenya yang semula memaku Nigou kini beralih menatap langit senja seiring dengan kepalanya yang mendongak. Sore ini cahaya mentari cukup menyengat sebelum tenggelam di ufuk barat.
Tetsuya beralih mencari-cari Nigou saat anjing mungil itu menyalak beberapa kali. Manik aqua marine itu bergerak menyapu sekitar taman dan menemukan Nigou tengah menggigit ujung celana salah satu pengunjung taman yang tengah duduk santai menikmati baris demi baris kalimat dalam lembar-lembar yang mengisi buku di tangannya.
"Ne, Nigou, kembali!" Teriak Tetsuya seraya segera melangkah menghampiri sang anjing, tidak ingin mengusik pemuda itu. "Nigou!" Panggilnya lagi saat pemuda bersurai scarlet itu terlihat sedikit terusik sebelum mengalihkan pandangannya dari buku yang tengah dibacanya. Langkah Tetsuya sempat terhenti saat sepasang manik crimson milik pemuda itu bertemu dengan manik aqua marinenya selama beberapa saat.
Indah.
―merupakan satu kata yang muncul dalam benak Tetsuya saat manik matanya beradu dengan manik crimson itu.
Saat pemuda scarlet itu mengalihkan pandangan menatap Nigou yang masih menarik-narik ujung celananya dan sesekali menyalak, Tetsuya menahan nafas, takut kalau-kalau pemuda itu akan memukul atau menendang Nigou untuk memintanya pergi kerena telah mengganggu kegiatannya.
"Ah, sumima― (Ah, maafkan ak―)" Tetsuya tak melanjutkan permintaan maafnya saat pemuda―yang menurut Tetsuya kurang lebih seumuran dengannya―itu bergerak menutup bukunya―setelah meninggalkan pembatas buku pada halaman terakhir yang dibacanya―dalam satu gerakan dan meletakkannya di bangku kosong sampingnya begitu saja kemudian membungkuk dan mengangkat Nigou hati-hati.
"Hei, Nigou?" Sapa pemuda itu yang dibalas dengan sebuah lolongan kecil, seolah Nigou menjawab pertanyaan pemuda itu. Pemuda bersurai scarlet itu terkekeh kecil sebelum menyentuhkan ujung hidungnya dengan ujung hidung anjing mungil itu sebagai salam pertemuan kemudian mengelusnya lembut usai membiarkan Nigou bergelung di pangkuannya.
Melihat Nigou yang tengah menyamankan diri tidur dalam pangkuan pemuda itu, Tetsuya melangkah mendekat. Ia tersenyum kikuk. "Sumimasen deshita. (Aku minta maaf.)" Lirihnya, yang hanya dijawab dengan gelengan dan tatapan hangat sepasang manik crimson itu.
Entah karena sinar mentari senja yang masih memancarkan kehangatannya atau bukan, Kuroko Tetsuya merasakan wajah minim ekspresinya itu perlahan menghangat.
.
x55x
.
Pemuda bersurai scarlet itu terlihat duduk mengisi salah satu bangku taman, tepat di tempat ia duduk menyelami ribuan kata-kata yang tercetak rapi pada buku di tangannya beberapa hari yang lalu. Namun, kali ini ia terlihat bersama dengan seorang pemuda tinggi yang tengah berlutut di depannya.
"Sei, kita pulang sekarang." Ujar pemuda bersurai navy itu tegas seraya mengambil alih buku dari genggaman pemuda mungil itu, meletakkannya di bangku kosong di samping tempat pemuda mungil itu duduk sebelum membantunya berdiri. "Seijuurou!" Saat pemuda mungil itu limbung karena kedua kakinya yang lemas dan tak mampu menahan berat tubuhnya, dengan sigap pemuda tinggi itu membiarkan dada bidangnya beralih fungsi sebagai sandaran.
Pemuda berkulit tan itu kemudian bergerak hendak menggendong Seijuurou―pemuda mungil bersurai scarlet itu―saat Seijuurou mengangkat sebelah tangannya yang kosong dan menggesturkan untuk memapahnya. Pemuda tinggi itu pun segera menarik lengan kosong Seijuurou kemudian melingkarkannya di pinggang. Sebelah tangannya menangkup tangan Seijuurou sementara tangannya yang lain merengkuh bahu mungil itu dan memapahnya menuju mobil hitam yang terparkir tak jauh dari tempat mereka saat ini.
Seijuurou segera memasuki mobil saat pemuda tinggi itu membukakan pintu untuknya. Gerakan pemuda bersurai navy yang hendak menutup pintu itu terhenti saat sebuah panggilan menginterupsi telinga keduanya.
.
.
Usai meminjam buku di perpustakaan kota, kini Tetsuya tengah bermain dengan Nigou di taman saat manik aqua marinenya menangkap pemandangan itu. Pemuda bersurai scarlet―yang kemarin ditemuinya itu tengah dipapah oleh seorang pemuda yang lebih tinggi ke arah sebuah mobil yang terparkir di dekat pintu masuk taman. Dahi Tetsuya berkerut, pemuda mungil itu terlihat seperti menahan sakit dengan wajah yang tampak pucat.
Masih memaku pandangan pada pemuda mungil itu, tanpa sadar langkah Tetsuya membawanya menghampiri bangku tempat ia bertemu pemuda scarlet itu beberapa waktu lalu. Dan saat manik aqua marinenya menemukan sebuah buku―yang ternyata sebuah novel misteri―tertinggal, Tetsuya segera menyambarnya dan berlari ke pintu masuk taman, menghampiri mobil hitam yang terparkir tak jauh dari sana.
"Maaf!" Seru Tetsuya begitu langkahnya berhenti. Panggilannya cukup untuk membuat pemilik dari dua pasang mata beda warna itu mengalihkan perhatian padanya.
"Aku menemukan buku tertinggal di bangku taman, kurasa ini milikmu." Ujar Tetsuya diantara nafasnya yang terengah sesaat setelah mengambil satu dari tiga buku yang dibawanya.
Seperti menyadari bahwa ia meninggalkan sesuatu, pemuda bersurai navy itu menyambut uluran buku dari Tetsuya. "Ah, terima kasih, aku teringat meninggalkan novel milik Sei tadi." Kekeh pemuda tinggi―yang menurut Tetsuya usianya terpaut beberapa tahun di atasnya―itu seraya menundukkan kepala, berterima kasih.
Tak banyak bicara, Tetsuya hanya balas mengangguk sebelum seluruh perhatiannya kembali teralih pada pemuda bersurai scarlet dengan raut pucat itu yang tengah bersandar pada jok belakang mobil dengan mata setengah tertutup dan sebelah tangan yang meremas kemejanya hingga kusut. "Kau―" Baik-baik saja? Itulah yang hendak Tetsuya tanyakan saat pemuda bersurai scarlet itu menyela―
―"Daiki."
Tatapan manik aqua marine Tetsuya lepas saat tangan besar pemuda berkulit tan itu mengacak surai baby bluenya. Ia menutup sebelah matanya dan sedikit mendesis tak suka.
"Maa, terima kasih banyak. Tapi maaf, kami harus segera pergi." Ujar pemuda tinggi itu mengangkat buku yang Tetsuya antarkan untuknya sebelum menutup pintu di dekatnya dan segera berjalan memutar, mengisi bangku kemudi lalu melenggang pergi.
Tetsuya masih terdiam hingga mobil hitam itu menghilang diantara mobil-mobil lain yang berlalu-lalang. Semilir angin di pertengahan musim semi perlahan menyapa kulit putihnya yang nyaris pucat, menerbangkan helai baby blue lembutnya.
Apa― dia baik-baik saja?
.
x55x
.
Hari Sabtu, Tetsuya kembali melangkah mengikuti Nigou memasuki taman di sudut kota. Manik aqua marinenya langsung beralih menatap bangku putih tempat pemuda scarlet itu biasa menghabiskan sorenya, namun Tetsuya hanya mendapati bangku itu kosong. Ia kemudian menyapu setiap sudut taman dan tak menemukan tanda-tanda bahwa pemuda bermanik crimson indah itu tengah berada di taman hari itu.
Tetsuya kemudian berjongkok saat Nigou menyalak dan mengendus ujung sepatunya. Ia mengangkat Nigou, memeluknya. "Ne, Nigou, apa pemuda itu baik-baik saja? Dia tidak datang hari ini, padahal ini hari Sabtu. Dan dia terlihat menahan sakit saat itu, aku takut terjadi sesuatu padanya." Manik aqua marine itu berubah sendu.
Tak berapa lama, Nigou melompat turun dari rengkuhan Tetsuya dan berlari menuju bangku taman tempat pemuda scarlet itu biasa duduk. "Woof!" Ia menyalak sesekali, meminta Tetsuya menghampirinya dan ikut duduk disana. Nigou kemudian melompat menaiki bangku dan segera bergelung disana.
Tak banyak yang Tetsuya lakukan selain duduk bersandar dan menikmati senja. Namun, hingga langit beranjak gelap pun, pemuda itu tak kunjung datang. Tetsuya kemudian beralih menatap Nigou yang tertidur pulas tepat di tempat pemuda scarlet itu duduk menghabiskan sorenya. Mengulurkan tangan mengusap Nigou perlahan, Tetsuya lalu menarik dirinya berdiri. "Nigou, ayo pulang."
Membuka matanya yang sewarna dengan manik cerah Tetsuya, Nigou sedikit meregangkan tubuh mungilnya sebelum menggeleng-gelengekan kepalanya kemudian menyalak kecil dan turun dari bangku, mengikuti langkah Tetsuya untuk pulang.
.
x55x
.
"Sepertinya bocah itu tidak datang, eh?"
Seijuurou menoleh dan mendapati pemuda berkulit tan itu berdiri menjulang di sampingnya, tengah mendongak menatap langit senja. "Ya." Jawab Seijuurou singkat sebelum menutup novelnya dan menganggurkannya di pangkuan. Ia kemudian bersandar dan mendongak, turut menikmati biasan langit senja.
"Kau akan kembali tiga hari lagi, hari Kamis?"
"Hm~mm~ seperti biasa. Setelah pulang dari sana."
Sebenarnya, Seijuurou ingin mengembalikan buku milik Kuroko Tetsuya―begitu nama yang tertulis di halaman depan novel misteri yang seharusnya merupakan milik Seijuurou. Ya, kesimpulan Seijuurou, pemuda baby blue itu memiliki novel yang sama dan salah ambil saat mengangsurkan buku milik Seijuurou yang tertinggal itu pada Daiki. Dan ia berniat untuk mengembalikannya, namun ternyata, Kuroko Tetsuya dengan anjing mungilnya itu tidak datang.
Langit kini beranjak gelap. Bumi bergulir menyembunyikan matahari dan menampakkan serpihan bintang di langit malam. Angin dingin mulai berhembus menyapa taman yang mulai lengang, menyisakan remang lampu di setiap sudutnya.
"Angin malam tidak pernah baik untuk kesehatan.. Sebaiknya kita pulang."
Seolah tak mendengar ajakan Daiki, Seijuurou mengangkat topik lain saat manik crimsonnya menatap lurus satu bintang di atas sana. "Ne, apa orang sepertiku masih boleh bermimpi, Daiki?"
Pertanyaan itu sontak membuat Aomine Daiki yang tengah berdiri itu menundukkan kepalanya, menatap tajam pada Seijuurou yang masih mendongakkan kepalanya. Manik dark bluenya menatap pemuda mungil itu lurus.
"Maksudku, orang yang tak memiliki masa depan sepertiku apa masih boleh bermimpi?"
"Sei! Berhen―"
"Yang bisa kulakukan hanya berharap, kan?"
"Cukup, Sei! Berhenti berkata seolah kau akan mati besok!" Tegur Daiki, tak ingin mendengar kalimat-kalimat putus asa macam itu.
Seijuurou menarik dirinya dari sandaran sebelum menoleh Daiki yang menjulang di sampingnya. Ia menarik ujung bibirnya, tersenyum simpul. "Mungkin tidak besok, tapi cepat atau lambat, kan?"
.
x55x
.
Seperti yang Seijuurou katakan sebelumnya, hari Kamis ia akan kembali mengunjungi taman. Dan disinilah ia berada, duduk menyelami lembar demi lembar score music di tangannya tanpa menghiraukan Daiki yang sibuk bermain bola bersama bocah-bocah yang mengajaknya bermain begitu mereka memasuki pintu masuk taman―seperti sebelumnya, dan seperti biasanya.
Sesekali Seijuurou mengalihkan pandangannya menyapu sekitar. Dan saat manik crimsonnya menangkap sosok bersurai baby blue itu, Seijuurou segera beranjak dan menghampiri pemuda itu, meninggalkan lembaran score music yang berserakan di salah satu bangku taman, tempatnya duduk. "Maaf. Kuroko Tetsuya?" Tanyanya saat langkahnya berhenti tepat di depan pemuda yang tengah berjongkok mengusap-usap si anjing mungil berbulu hitam-putih itu.
Belum sempat pemuda baby blue itu menemukan suaranya kala mendapati sosok Seijuurou yang menghampirinya, anjing mungil itu melolong sebelum menarik-narik ujung celana panjang Seijuurou.
"Hei, Nigou." Sapa Seijuurou seraya membungkuk kemudian membawa anjing itu dalam pelukannya. Nigou segera mengusap-usapkan kepalanya ke pipi Seijuurou sebelum menjilat pipi pemuda itu. Seijuurou terkekeh menanggapinya. Sejenak ia sibuk bergurau dengan Nigou hingga ia mendapati Kuroko Tetsuya sudah berdiri di depannya.
Ternyata, pemuda itu tak lebih tinggi darinya. "Err, maaf, aku hanya ingin mengembalikan buku ini. Milikmu?"
Manik secerah langit musim panas itu melebar kala melihat sebuah novel misteri yang Seijuurou angkat. "Bukankah itu milikmu? Tertinggal di bangku tempat kau biasa duduk. Beberapa hari yang lalu." Tanggap pemuda baby blue itu dengan memberi jeda di setiap kalimatnya. Dan seolah teringat sesuatu, pertanyaan pemuda itu berikutnya membuat Seijuurou kembali mengatupkan bibirnya yang terbuka―"Daripada itu, apa kau sudah sehat? Kau terlihat pucat waktu itu."
Seijuurou mengangkat sebelah alisnya sesaat sebelum mengulas senyum. "Aku baik-baik saja, maaf sudah membuatmu khawatir." Seijuurou kembali mengangkat buku di tangannya. "Mengenai ini, kurasa kau salah mengira bukumu sebagai bukuku. Sepertinya kita memiliki buku yang sama." Seijuurou kemudian membuka halaman pertama novel itu yang menunjukkan dua huruf kanji dan tiga huruf kana yang tertulis rapi di sudut atas halaman itu sebelum kembali menutupnya dan mengangsurkannya pada pemuda di hadapannya. "Kuroko Tetsuya. Milikmu, kan?"
Menyadari kesalahannya, Tetsuya menyambut buku itu dengan sedikit menunduk, menyembunyikan rona wajahnya yang mulai memerah. "Maafkan aku, besok aku akan―"
"Lusa saja."
"Eh?" Tetsuya mendongak, menelengkan kepalanya tidak mengerti.
"Aku akan datang lagi hari Sabtu, Tetsuya. Bawalah buku itu lusa."
"Eh?" Sekali lagi, Tetsuya bertanya-tanya dengan kerutan dahi yang semakin dalam mengisi wajah datarnya.
Seijuurou tersenyum simpul, menyadari satu hal. "Boleh aku memanggilmu 'Tetsuya', Tetsuya?" Tak mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan, Seijuurou kemudian mengulurkan sebelah tangannya yang tak menumpu Nigou di pelukannya. "Seijuurou. Akashi Seijuurou."
.
.
Beberapa meter dari tempat Seijuurou dan Tetsuya berjabat tangan dan saling bertukar nama untuk pertama kalinya, Aomine Daiki yang tengah berlari kecil menggiring bola sebelum mengopernya pada salah satu bocah di dekatnya itu terkekeh saat manik dark bluenya mengcapture siluet dua pemuda itu dengan biasan sinar jingga yang menyelimuti sekitar mereka.
Hangat.
.
x55x
.
Tanpa Tetsuya dan Seijuurou sadari, pertemuan mereka perlahan berubah menjadi sebuah kebiasaan di sore hari selepas jarum jam menunjuk pada angka empat. Menghabiskan sore dengan menikmati langit senja bersama. Sebuah kebiasaan baru yang sederhana.
"Jangan kesana, Nigou!"
Seijuurou yang terlihat serius dengan bacaannya sore itu mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara yang familiar, ditambah dengan lolongan anjing yang tak asing di telinganya. Menolehkan kepala, manik crimson Seijuurou mendapati Tetsuya berdiri tak jauh dari sana―bersama Nigou tentunya.
"Domo." Sapa Tetsuya singkat seraya menunjuk Nigou yang membawanya ke bangku tempat Seijuurou biasa duduk.
Beralih menutup buku yang dibacanya, Seijuurou menepuk pahanya―"Hei, Nigou, kemarilah."―membuat anjing mungil itu segera menghampirinya dan melompat ke pangkuannya usai melolong kecil. Seijuurou beralih mengelus bulu hitam-putih itu lembut sementara Nigou menyamankan diri bergelung di pangkuan Seijuurou. "Duduklah, Tetsuya." Ujar Seijuurou, menepuk bangku di sisi kirinya yang kosong.
Usai mengambil duduk, manik aqua marine Tetsuya menangkap buku yang baru saja Seijuurou tutup dan sisihkan di sampingnya. "Buku― apa?" Tanyanya, mencoba membaca judul buku di sampingnya.
"Oh? Novel misteri." Jawab Seijuurou kemudian mengangsurkannya pada Tetsuya. "Mau coba membacanya?"
Tetsuya menyambut buku itu dan membacanya selama beberapa saat. Huruf alphabet tercetak rapi dan tersebar mengisi baris demi baris kalimat dalam novel itu. Ya, Inggris. Novel yang Seijuurou angsurkan adalah sebuah novel misteri berbahasa Inggris karangan penulis terkenal dari Eropa.
Novel misteri― dan bahasa Inggris. Tetsuya sedikit bergidik dibuatnya. Bukan, bukan karena Tetsuya tidak bisa berbahasa Inggris, tentu ia bisa, hanya saja, membaca novel dalam bahasa Jepang memiliki kenyamanan tersendiri untuknya.
Tetsuya mengulas senyum tipis, ia baru tahu kalau bacaan Seijuurou cukup berat, pantas saja ia sering menemukan pemuda bersurai scarlet itu tengah serius menyelami bukunya. Tak lama, Tetsuya kembali angkat bicara. "Akashi-kun memiliki banyak seri novel misteri?"
"Hmm?" Seijuurou yang tengah bermain-main dengan Nigou di pangkuannya itu menoleh. "Lumayan. Kau tertarik membacanya?"
"Err~" Manik pemuda baby blue itu bergerak-gerak gelisah.
Belum sempat Tetsuya menjawab, Seijuurou teringat sesuatu. "Ah benar. Kau juga suka novel misteri kan? Novel yang tempo hari tertukar." Dan Seijuurou tersenyum simpul saat mendapati sebuah anggukan sebagai jawaban. "Aku akan meminjamkannya untukmu kalau kau mau."
"Boleh?"
Seijuurou menahan tawa. Masih perlu ditanyakan, kah? Sudah jelas Seijuurou mau meminjamkannya. "Tentu saja." Ujarnya seraya menarik ujung poni Tetsuya. "Akan kupinjamkan Senin depan."
"Ah tapi Akashi-kun, aku lebih senang membaca novel misteri yang berbahasa Jepang." Ujar Tetsuya akhirnya seraya mengusap ujung kepalanya.
"Hmm~ untuk novel yang kau bawa itu masih belum ada versi bahasa Jepangnya, Tetsuya. Apa kau mau kupinjamkan yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Jepang? Penulisnya sama, hanya saja ini seri sebelum novel itu." Akashi menunjuk novel di tangan Tetsuya.
"Tidak masalah, Akashi-kun. Maaf merepotkanmu." Tetsuya menundukkan kepalanya sopan.
Akashi menggeleng, "Sama sekali tidak. Baik, akan kupinjamkan Senin depan."
"Terima kasih." Ucap Tetsuya yang dijawab dengan anggukan sebelum pemuda scarlet itu kembali bermain-main dengan Nigou.
Tanpa sadar, Tetsuya memaku manik aqua marinenya menatap Seijuurou yang terlihat begitu ceria saat bermain bersama Nigou. Padahal, tak jarang Tetsuya menemukan pemuda itu tengah serius berkelut dengan berbagai novel misteri berbahasa Inggris yang dibacanya. Tetsuya masih memperhatikan Seijuurou hingga pemuda itu berdeham.
"Ada yang aneh, Tetsuya?"
"Ah, tidak." Tetsuya sontak menggelengkan kepala. "Hanya saja― ehmm, Akashi-kun terlihat begitu suka dengan Nigou. Kau pasti begitu sayang pada anjingmu."
"Hmm?" Seijuurou terkekeh kecil. "Tidak. Aku tidak punya anjing." Jawabnya.
"Oh, kucing, ya? Tak kusangka Akashi-kun memiliki peliharaan yang lebih imut." Tanggap Tetsuya kemudian, menarik kesimpulan sendiri.
Seijuurou tergelak. "Aku bahkan tak punya peliharaan, Tetsuya." Ujarnya tak dapat menahan tawa.
Tetsuya menoleh cepat mendengarnya. "Seekorpun?" Tanyanya dengan pandangan heran.
"Ya. Tak seekorpun." Jawab Seijuurou mantap kemudian mengacak surai baby blue Tetsuya sembari tersenyum melihat reaksi pemuda itu.
"Kenapa? Padahal kau begitu menyukai mereka."
"Hmm?" Seijuurou tampak menimbang-nimbang alasan sebelum mengangkat bahu. "Daiki tak mengijinkanku memelihara mereka."
"Begitu? Sayang sekali." Sesal Tetsuya sebelum mengulurkan tangan mengelus Nigou di pangkuan Seijuurou.
Mendengarnya, Seijuurou hanya mengulas senyum lemah. Tentu saja.
.
x55x
.
Berikutnya, tanpa bertukar barang sekedar nomor ponsel maupun alamat e-mail, Seijuurou dan Tetsuya kembali bertemu di bangku taman itu pada hari-hari tertentu. Seperti sebuah kebiasaan, mereka bertemu tiga kali dalam satu minggu, selepas jarum jam menunjukkan pukul empat sore. Senin, Kamis dan Sabtu, merupakan hari yang selalu dinantikan keduanya.
Tetsuya selalu sampai di taman itu lima belas menit lebih cepat karena ia menghabiskan waktu dengan bermain-main bersama Nigou sembari menunggu kedatangan Seijuurou. Sementara Seijuurou, saat jam menunjukkan pukul empat, ia akan muncul dari pintu masuk taman dan menghampiri Tetsuya dengan sebuah senyuman tipis.
Pertemuan mereka tak berlangsung lama, namun masing-masing dari mereka begitu menikmati kebersamaan yang singkat itu.
"Halo, Tetsuya." Seijuurou menepuk sisi bahu Tetsuya pelan sebelum berbalas sapa dengan lolongan Nigou. "Hei, Nigou."
"Ah, selamat sore, Akashi-kun."
Tak lama setelah Seijuurou mengambil duduk di sebelah Tetsuya, Nigou akan menyalak sekali sebelum melompat ke pangkuan Seijuurou, menyamankan diri dengan bergelung seperti biasanya. "Bagaimana novel yang kau baca kemarin?"
Seperti biasa, mereka akan memulai perbincangan dengan Seijuurou yang mendengarkan tanggapan Tetsuya mengenai novel yang telah dibacanya beberapa hari yang lalu. Mereka bertukar pendapat. Tak jarang Seijuurou menjelaskan beberapa hal mengenai kasus atau misteri dalam novel yang sekiranya Tetsuya kurang paham. Kemudian perbincangan berlanjut dengan Seijuurou yang merekomendasikan novelnya yang lain dan berakhir dengan kalimat,―"Baiklah, lusa aku akan meminjamkannya untukmu."―sebelum Seijuurou mengangsurkan novel yang dibawanya, sebuah novel misteri yang hendak ia pinjamkan pada Tetsuya, novel yang ia rekomendasikan di pertemuan mereka sebelumnya.
Perbincangan mereka mengenai novel berakhir saat langit mulai membiaskan warna jingganya, melukis langit indah kala senja datang yang tercermin pada orbs keduanya. Masing-masing dari mereka menikmati kehangatan mentari senja dengan cara mereka sendiri. Tetsuya yang memejamkan matanya, menyembunyikan sepasang manik aqua marine itu seraya menikmati hembusan angin yang menerpa setiap jengkal kulitnya yang nyaris pucat. Sementara Seijuurou lebih memilih menyandarkan punggungnya dan mendongak, membiarkan sepasang manik crimson itu bergerak liar menikmati keindahan kanvas alam itu.
Beberapa menit berlalu. Seberkas cahaya dari warna kemerahan itu perlahan sirna dan tergantikan dengan remang lampu di setiap sudut taman. Hembusan angin malam di akhir musim semi turut mengisi sekitar taman yang mulai lengang. Dan saat sebuah suara menyusupi gendang telinga mereka, itulah saat pertemuan mereka berakhir. Bagai alarm yang berdering, panggilan―"Sei."―dari pemuda bersurai navy begitu langit telah berubah gelap menandakan bahwa―
"Sudah saatnya pulang." Ujar Daiki.
Seijuurou menarik punggungnya dari sandaran bangku, membiarkan Daiki menangkupkan mantel hangat yang kini melingkupi tubuh mungilnya.
Merasa sedikit ada pergerakan, Nigou membuka matanya sebelum menarik tubuhnya bangkit. Nigou kemudian beralih menggesekkan kepalanya pada perut Seijuurou. "Woof!" Ia menyalak sekali sebelum turun dari pangkuan Seijuurou dan beralih duduk tepat di samping Tetsuya, menggerakkan ekornya lucu.
"Na, Tetsuya." Panggil Seijuurou kemudian. Manik crimsonnya menatap hangat pemuda baby blue di sebelahnya. "Lusa akan kupinjamkan bukuku." Seijuurou lalu menarik tubuhnya berdiri. "Selamat membaca."
"Kami pulang dulu, Tetsu. Sampai jumpa." Pamit Daiki seraya mengacak helaian baby blue itu sebelum melangkah mengekor Seijuurou usai mereka melambaikan tangannya.
"Sampai jumpa dan hati-hati di jalan." Balas Tetsuya seraya memandang kepergian dua pemuda itu.
.
x55x
.
Pertemuan berikutnya merupakan pertemuan pertama mereka di awal musim panas. Beruntunglah hari Senin itu hujan yang menyambut datangnya musim panas tidak turun mengguyur seisi kota. Seperti sebelum dan seperti biasanya, Seijuurou dan Tetsuya mengambil duduk bersebelahan di bangku taman itu.
Hari itu sudah memasuki musim panas, namun dahi Tetsuya berkerut samar saat ia mendapati Seijuurou yang mengenakan setelan kaus lengan panjang biru donker yang ditumpuk dengan kaus lengan pendek warna merah hati dan jeans hitam panjang―tak jauh beda dengan penampilan pemuda scarlet itu di musim sebelumnya―saat musim semi. Ya, Seijuurou biasa mengenakan kaus atau kemeja lengan panjang yang dirangkap dengan sweater atau setelan kaus yang dibalut dengan jaket maupun jamper.
Apa tidak terasa panas? Tetsuya bertanya-tanya tanpa mengutarakannya melalui mulut. Ia yang hanya dengan setelan kaus lengan pendek warna putih dan celana pendek hitam sebatas lutut saja sudah beberapa kali menarik bagian depan kausnya kemudian melepasnya, menarik lagi lalu melepasnya lagi agar ada sedikit sirkulasi udara yang menyapa setiap jengkal kulit putihnya yang tertutup kaus.
"Sekalipun sinar matahari masih belum terik seperti musim panas biasanya, tapi suhu udara sepertinya sudah mulai naik ya, Tetsuya?" Seijuurou membuka pembicaraan saat sudut matanya menangkap Tetsuya yang melakukan ritual dengan kausnya.
"Begitulah, Akashi-kun." Jawab Tetsuya setuju.
"Kau haus?" Seijuurou tersenyum saat mendapatkan sebuah anggukan sebagai jawaban. Menarik punggung dari sandaran kursi, manik crimson Seijuurou beredar menyusuri sekitar. "Aku akan meminta Daiki membelikan minuman untuk kita." Ujarnya.
"Apa Akashi-kun tidak merasa panas?" Tetsuya yang penasaran akhirnya bertanya seraya menunjuk pakaian Seijuurou.
"Hmm?" Seijuurou menghentikan kegiatannya sejenak sebelum menundukkan kepala, mengikuti arah yang ditunjuk lawan bicaranya. "Oh? Tidak, Tetsuya." Senyumnya. "Aku hanya haus." Imbuhnya sebelum memanggil Daiki saat menemukan sosok tinggi yang dicarinya ketika ia menoleh ke arah berlawanan. Seijuurou kemudian meminta pemuda bersurai navy itu membelikan minuman untuk mereka bertiga.
Usai mengusap kepala beberapa bocah―usia sekitar enam tahun―di sudut taman, Daiki beranjak dari posisi jongkoknya dan melangkah lebar menghampiri bangku tempat Seijuurou dan Tetsuya duduk, mendengarkan permintaan Seijuurou. Mengangguk mengerti, Daiki kemudian melenggang pergi.
Tak berapa lama Daiki pergi, manik aqua marine Tetsuya melebar saat pandangannya menangkap Seijuurou yang mendesis dan membungkukkan badannya. "Akashi-kun!?" Wajah datarnya berubah panik. Seketika jantung Tetsuya berdebar dengan kecepatan melebihi normal.
Nafas Seijuurou putus-putus seiring dengan sakit di dadanya yang menyerang. Sebelah tangannya mencengkeram kuat kausnya tepat di dada, mencoba menetralisir sakit yang ditahannya. Sementara tangannya yang lain meremat sisi bangku yang di dudukinya. Wajahnya memucat dengan keringat dingin yang menyapa sekujur tubuhnya.
"Akashi-kun..." Tetsuya yang tak tahu harus berbuat apa beralih memeluk Seijuurou dan berharap sosok Daiki segera kembali. Sungguh, Tetsuya tidak tahu apa yang harus dilakukan jika ia dihadapkan pada situasi seperti ini. Tetsuya kembali mendapati Seijuurou dalam keadaan seperti saat awal-awal mereka bertemu kurang lebih hampir dua bulan yang lalu. Ia tidak tahu ada apa dengan pemuda scarlet ini, pun ia tidak tahu apa yang membuat Seijuurou tiba-tiba seperti ini.
Nigou yang semula bermain-main dengan belalang yang melompat-lompat diantara rumput di depan bangku itu pun menghentikan kegiatannya saat sepasang manik secerah langit musim panas itu melihat Tetsuya tengah merengkuh Seijuurou. Beralih mendekat, Nigou menyalak beberapa kali sebelum beranjak. Keempat kakinya itu membawanya berlari cepat ke arah Daiki pergi beberapa waktu yang lalu.
Tak berapa lama sosok tinggi Daiki kembali, setengah berlari sebelum menghampiri mereka dan berjongkok di depan Seijuurou. "Sei!" Sentaknya saat manik dark bluenya mendapati Seijuurou yang terengah dengan mata setengah terpejam, tampak kerutan tajam di dahinya. Saat Seijuurou meliriknya lemah, ia tahu Seijuurou masih sadar.
Bergerak cepat, pemuda berkulit tan itu beranjak berdiri. "Aku sudah menghubungi Midorima-Sensei. Bertahanlah." Lirihnya. Usai mengantongi ponsel yang semula digenggamnya, Daiki beralih menarik tubuh mungil Seijuurou dalam gendongannya. "Maafkan aku, Tetsu. Sampai jumpa." Pamitnya pada Tetsuya yang masih duduk mematung. Tanpa menghiraukan lolongan Nigou, Daiki segera meninggalkan taman, menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari pintu keluar.
Nigou menyalak beberapa kali namun pemuda baby blue itu tak mendengarnya. Tetsuya masih sibuk dengan pikirannya. Otaknya tengah memproses kejadian beberapa menit yang lalu. Dan satu nama yang tak lelah ia panggil dan terus muncul memenuhi benaknya adalah―
Akashi-kun...
Akashi-kun...
Akashi-kun...
.
.
xNext: PHILOSOPHYx
.
.
.
A/N:
Konnichiwa, minna *u*/
Hmm~ gimana tanggepan minna ama mini series fanfic ini? Ada yang mau nebak atau coba berspekulasi, mungkin? Atau mungkin mau nebak kira-kira apa mimpinya Tetsuya disini? XD
Oh iyaa, ayo tebak, pertama Tetsuya ketemu Seijuurou hari apa hayoo? *segala pake' tebak-tebakan, Na!*PLAKK* XDD ama Daiki disini siapanya Seijuurou hayoo? *whistle* hhihihi
Hai, mohon kritik sarannya yak minna~ aku membutuhkannya setelah lama nggak bikin mini series kayak gini lagi *bows*
Nggak lupa sankyuu buat yang udah nemu n baca fanfic ini :3
Buat Hachan, skali lagi maaf baru kubikinin sekarang yaa *bows* hhihi moga suka :D
Regards,
_Natha