The Pieces Of Life

Drama,Family,Hurt

T

Broken Kaisoo

Gs

Enjoooooy.

Chapter 1

DLDR

Review after read

Pagi itu di sebuah Apartemen, di dapur tepatnya. Seorang yeoja bernama Do Kyungsoo sedang memasak sembari berbicara lewat telepon.

"Jangan lupa kau membeli kain sutra merah yang bagus. Nyonya Shin meminta gaunnya dipanjangkan."

Dia berbicara sembari menggoreng telur mata sapi di sebuah teflon penggorengan.

"Dan juga beli dua meter kain berwarna putih. Sepertinya persediaan di Butik habis."

Setelah selesai menggoreng telur mata sapinya Kyungsoo meraih kardus susu di lemari dan membuat segelas susu dengan air panas yang baru mendidih di ceret yang menguap.

"Lebih baik Kau cek semua barang yang ada di butik. Hari ini banyak pesanan yang harus kita selesaikan! Kau mengertikan?"

Kyungsoo berhenti sejenak dari aktifitasnya. Memandang sarapan yang sudah jadi.

"Youngsoo~yaa, sarapan sudah siap sayang!"

Sedikit berteriak Kyungsoo memanggil seseorang untuk bergegas sarapan.

"Pokoknya kalo aku sudah sampai dibutik semua harus sudah kau beli! Aku tutup dulu"

pip

Kyungsoo meletakkan ponselnya diatas meja.

Lalu seorang anak laki-laki datang dengan mainan pesawat-pesawatnya.

"wuuwuwuuwuwuu~"

Namja itu melompat-lompat kecil berjalan sedikit cepat menuju Ibunya.

hap

Kyungsoo menangkap anaknya dengan pelukan. Mencium kening anaknya sekilas. Lalu mendudukkan anaknya di Kursi yang telah terhidang sarapan di depannya.

Tetapi anak itu kembali asyik bermain dengan mainannya. Tanpa memperdulikan sarapan yang dibuat untuknya.

Kyungsoo yang melihat itu hanya menghela nafas.

"Sayang, makan dulu sarapannya yaaa! Setelah itu main lagi dengan pesawatnya" dengan perlahan Kyungsoo mencoba melepaskan mainan di tangan Youngsoo. Tetapi Youngsoo tidak merelakan begitu saja, Youngsoo menggenggam erat mainannya. Dengan sedikit memaksa Kyungsoo melepas mainannya, dan mendapat tatapan memelas dari anaknya.

"Makan dulu Youngsoo~ya!" Kyungsoo sedikit mendelik memperingatkan anaknya.

"Ne Umma" dengan perlahan Youngsoo menghabiskan sarapannya dengan kepala menunduk. Sedangkan Kyungsoo hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan anaknya.

"Kenapa tidak diminum susunya sayang?"

Kyungsoo mengelus lembut surai hitam anaknya. Menatap anaknya penuh sayang. Sedangkan yang ditatap hanya menggeleng lesu.

"Youngsoo tidak mau minum susu. Nanti Youngsoo tambah tinggi. Dikelas Youngsoo paling tinggi Umma!"

Youngsoo mempoutkan bibirnya dengan pose merajuk.

"Tapi sayang, kalau minum susu kau menjadi sehat!" Kyungsoo menasihati sekali lagi anaknya. Tetapi anaknya hanya menatap Kyungsoo dengan mata berkaca-kaca.

"Umma~"

"Araseo! Habiskan sarapanmu sayang! Kau tidak mau terlambat ke sekolah kan?" Kyungsoo mengusak rambut anaknya.

Setelah Youngsoo menyelesaikan sarapan, ibu dan anak itupun berangkat pergi keluar dari apartemennya.

.

.

"wuwuwuuwuu~" Youngsoo memainkan pesawat mainannya dengan riang. Dan Kyungsoo hanya mengamati anaknya dari belakang sembari memegang tangannya.

Saat ini Kyungsoo sedang berjalan di koridor sekolah bersama anaknya Youngsoo. Anaknya menarik-narik tangan Kyungsoo agar lebih cepat sampai kelasnya. Hari ini adalah tahun ajaran baru. Banyak anak-anak dengan seragam baru mencari kelas bersama orang tuanya. Maka dari itu bel masuk sekolah agak sedikit terlambat.

"Cha~ Youngsoo, kita sudah sampai di depan kelas Youngsoo!" Kyungsoo berhenti di depan pintu kelas berwarna biru dan bertuliskan 2-A di depannya. Youngsoo hanya menatap pintu kelas itu dengan pandangan bingung.

"Tapi Umma, Youngsoo sudah disini tahun kemarin. Masak Youngsoo dapat kelas ini lagi." Youngsoo meyakinkan ibunya bahwa ini bukan kelasnya. Dan menarik-narik kembali tangan Ibunya.

"Tidak sayang. Lihat Baekhyun Songsaenim sudah didalam kelas." Kyungsoo menunjuk wanita dewasa yang tengah bermain dengan anak-anak didalam kelas.

"Tapi Youngsoo tidak mau disini! Hiks Umma~" Youngsoo mulai menangis dan menarik-narik Kyungsoo untuk meninggalkan kelasnya.

"Dengarkan Umma Youngsoo!" tanpa sadar Kyungsoo membentak membuat Youngsoo kaget dan ketakutan.

"Huuweee... UMMA! Huuuhuuu" Youngsoo menangis lebih kencang lagi. Membuat semua yang ada di kelas itu menoleh pada pasangan ibu anak itu.

Baekhyun yang melihat itu segera menghampiri Kyungsoo di depan kelas. Baekhyun ikut menenangkan Youngsoo yang menangis sesenggukan. Dan akhirnya tertidur di pelukan Kyungsoo.

"ahh.. Eothoke Baekhyun~na. Youngsoo malah tertidur." Kyungsoo tersenyum bersalah menepuk-nepuk punggung anaknya. Baekhyun hanya tersenyum.

"Gwenchana~ Aku mengerti. Lebih baik kau bawa Youngsoo pulang saja." Baekhyun tersenyum memaklumi temannya. Kyungsoo dan Baekhyun sudah berteman lama, jadi Baekhyun memahami keadaan temannya.

"Gomawo Baek! Kau sangat mengerti aku. Aku pergi dulu ne. Annyeong!"

"Ne annyeong"

.

.

Triing Triing -bel berbunyi di butik milik Kyungsoo-

Kyungsoo datang dengan Youngsoo di gendongannya. Lalu disambut seorang perempuan muda yang membawa gulungan kertas ditangannya.

"Aigoo~ Youngsoo tidak sekolah?" Luhan -perempuan muda itu- bertanya dengan Kyungsoo yang sudah duduk disofa. Youngsoo masih tertidur di pelukannya. Tampaknya tidak terusik dengan suasana di butik itu yg mulai ramai dengan beberapa pelanggan.

"Kau sudah membeli semua yang kubilang tadi pagi kan?" Kyungsoo bertanya hal lain, mengabaikan pertanyaan Luhan tadi. Luhan hanya mendecak karena diabaikan oleh sahabatnya itu.

"tentu saja sudah. Bahkan aku sudah bertemu dengan Nyonya Hyeri. Dia meminta untuk menjahitkan gaunnya. Untuk acara besok akhir agustus." Luhan memberi gulungan sketsa rancangan kepada Kyungsoo.

Kyungsoo membuka gulungan itu dan meneliti skesta gaun yang diinginkan kliennya.

"ini bagus. Tetapi gaun ini tidak pantas dipakai bulan agustus. Jubah ini harus dihilangkan. Agustus tidak bersalju. Dan gaun ini dipakai untuk menghangatkan tubuhmu." Kyungsoo mengoreksi sketsa yang ada di depannya. Dan melingkari gambar yang harus dihilangkan.

"Kau katakan ini kembali kepada Nyonya Hyeri. Gaun ini tidak pantas dipakai bulan agustus." Kata Kyungsoo dan diangguki Luhan. Luhan segera pergi untuk menelepon pelanggan setia butik itu.

.

.

"Kau sudah menemukan dimana apartemennya?"

"Sudah Tuan."

"Kau cepat hubungi manager gedung apartemen itu, sambungkan ke ruanganku!"

"Baik Tuan."

.

.

Sore itu Butik milik Kyungsoo cukup ramai. Beberapa pelanggan sedang memilih dress yang dirancang oleh pegawai Kyungsoo, yang tentu saja harganya mahal.

Sedangkan Kyungsoo sendiri sedang duduk di sofa besar di butik itu. Merancang sebuah gaun pernikahan untuk seseorang. Dengan wajah serius menggoreskan pensil di atas kertas putih.

"Hai, dimana Youngsoo?" Baekhyun mendudukkan

dirinya disamping Kyungsoo. Kyungsoo yang masih asik dengan kertas sketsanya menjawab tanpa mengalihkan pandangannya. "Dia diatas bersama Luhan. Mungkin bermain."

"Aku membelikannya buku untuk menulis." Baekhyun memberikan sebuah backpaper berwarna putih. Meletakkannya diatas meja.

"Terima kasih Baek." Kyungsoo mengambil backpaper itu lalu meletakannya di dekat kertas sketsa.

Baekhyun sedikit mencondongkan tubuhnya untuk meneliti rancangan gaun yang ada di meja. "Ini gaunku?"

"Yup, aku memberi renda di bagian bawahnya. Terlihat cantik kan?" Kyungsoo menunjuk bagian yang ia maksud dengan pensilnya.

"Tentu saja. Kau memang yang terbaik" Baekhyun memuji Kyungsoo dengan tersenyum.

Setelah itu mereka hanya terdiam. Kyungsoo kembali melanjutkan rancangannya. Sedangkan Baekhyun meneliti Butik yang cukup ramai.

"Aku ingin bicara masalah Youngsoo." Baekhyun tiba-tiba berkata, tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Kyungsoo. Dirinya menatap interior di Butik itu yang membentuk pola bunga.

"Kenapa?" Kyungsoo melirik Baekhyun.

"Aku tidak bermaksud untuk melarang, tetapi Youngsoo tidak seharusnya bersekolah di sekolah biasa,Kyung." Baekhyun berkata dan kali ini dirinya menatap kedua mata bulat Kyungsoo.

"huuh.. " Kyungsoo menghela nafasnya.

"Aku hanya ingin membuat Youngsoo merasa seperti anak lainnya." Dengan Lesu Kyungsoo berbicara. Dirinya selalu merasa sedih saat mulai membicarakan kelemahan anaknya.

"Tetapi kenyataannya, kau hanya membuat Youngsoo harus belajar diatas kemampuannya." Baekhyun membantah dengan raut wajah tidak senangnya.

"Ini tahun ketiga Youngsoo mengulang di kelas yang sama! Pihak sekolahpun sepertinya sudah.." dengan menggebu-nggebu Baekhyun berargumen dan dipotong Kyungsoo dengan cepat.

"Apa mereka berencana mengeluarkan Youngsoo?" Kyungsoo menatap wajah sahabatnya dengan raut muka yang tidak percaya.

"Kau tau dimana seharusnya Youngsoo bersekolah. Youngsoo harus belajar dikalangan anak yang sejajar dengan dia." Baekhyun meluruskan apa yang ia maksud.

"Apa aku terlalu memaksakan Youngsoo?" Entah Kyungsoo bertanya kepada siapa. Terlalu keras untuk bergumam, dan terlalu pelan untuk didengarkan.

"Kyung Kau Umma yang baik. Dan aku harap kau juga tau yang terbaik bagi anakmu juga." Baekhyun tersenyum. Menguatkan Kyungsoo. Ia tau Kyungsoo sedang dalam masa yang tidak baik sekarang.

"Kalau begitu aku pulang dulu ne. Annyeong!" Baekhyun berdiri dan bergegas keluar dari butik. Di luar butik tampak mobil sedan putih dengan laki-laki bertelinga lebar bersandar dipintu mobil mewah itu.

Baekhyun melambai kepada Kyungsoo dan dibalas oleh Kyungsoo. Setelah itu Baekhyun masuk ke mobil itu dan mobil itu mulai berjalan.

Setelah mobil itu pergi Kyungsoo melirik jam tangannya. Pukul 17.30 dan ini saatnya butik untuk tutup.

Pukul 18.00 butik sudah sepi. Tanda buka sudah berganti tanda tutup. Beberapa karyawan Kyungsoo pun sudah pulang. Tinggal Luhan saja yang masih menggulung kain-kain puluhan meter yang datang tadi siang.

"Luhan~ah, Aku pulang dulu ne! Setelah itu sudah selesai, kau segera pulang dan jangan lupa kunci pintunya. Mengerti?" Kyungsoo memerintah luhan sembari dirinya membereskan tas tangannya.

"Mengerti Kyungieya. Kau tenang saja."

"Cha~ Youngsoo beri salam untuk imo. Imo pulang duluu" Kyungsoo menepuk pelan kepala Youngsoo. Memberi contoh anaknya untuk memberi salam.

"Imo, Youngsoo pulang dulu ne~" Youngsoo mengucap salam dengan lucunya. Luhan tersenyum melihat keponakannya itu.

"ah ne.. Poppo imo dulu" Luhan memajukan pipi kirinya dan langsung dikecup oleh Youngsoo. Luhan membelai rambut keponakannya. "anak pintar."

"bye imo~" Kyungsoo melambai kepada luhan dan diikuti oleh Youngsoo. Luhan membalas dengan senyum manisnya. Lalu pasangan ibu anak itupun pulang menuju apartemennya meninggalkan Luhan sendiri di butik.

.

.

"Kau sudah memastikan apartemen itu sudah dibeli'kan?"

"Tentu Tuan."

"bagus. Sekarang kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya."

.

.

Kyungsoo memasuki apartemennya dengan Youngsoo yang berjalan riang.

Memasuki lobi Youngsoo melihat sepeda kecilnya ada didekat meja resepsionis yang tinggi. Bersama mainan lainnya.

"Umma lihat! Itu sepeda Youngsoo kenapa disitu?" Youngsoo menarik tangan Ummanya untuk berhenti berjalan. Jarinya menunjuk sepeda roda tiga yang berdiri di depan meja resepsionis. Kyungsoo pun mengikuti arah yang ditunjuk Kyungsoo. Kyungsoo terbelalak, disana barang-barangnya ada di dekat meja resepsionis.

"Permisi. Maaf nona, ini barang milik saya kenapa disini?" Kyungsoo bertanya dengan sopan kepada gadis muda yang menjadi resepsionis di apartemennya.

"heum, begini Nyonya Kyungsoo. Ada yang membeli apartemen anda, dan ia membeli lima kalilipat dari harga sewa." Resepsionis itu tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tapi kenapa apartemen saya? Bukankah masih banyak apartemen kosong disini?" Kyungsoo mencoba bersabar. Dirinya merasa tidak adil dengan perlakuan pihak pemilik apartemen.

"saya kurang tau. Tetapi tadi siang saya sudah harus mengosongkan apartemen anda." Resepsionis itu mengatakan dengan bersalah. Kyungsoo mencoba memaklumi sikap resepsionis itu yang tunduk akan perintah. Tetapi kenapa harus apartemennya?

"kalau begitu aku menyewa apartemen yang lain." Kyungsoo memutuskan untuk menyewa apartemen baru. Dirinya tidak mau Youngsoo tidur sembarangan karena pengusiran tiba-tiba.

"oh. Kalau begitu.."

"Jangan berikan apartemennya."

DEG

Suara lantang terdengar menggema di lobi gedung apartemen yang cukup besar. Seperti mengalami dejavu. Pikiran Kyungsoo melayang seperti mesin waktu yang membawanya ke jaman 10 tahun yang lalu.

Suara itu?

Kyungsoo membalikkan badannya. Disana telah berdiri orang yang pernah berarti di hidupnya 10 tahun yang lalu.

"aku akan membeli semua apartemen disini. Tapi jangan berikan satu apartemen itu untuknya." Jongin laki-laki itu menyeringai. Menampakkan senyuman miringnya yang terasa membunuh siapapun yang melihatnya. Tatapan tajamnya menatap tepat di kedua bola mata Kyungsoo.

Sedangkan Youngsoo hanya bingung dengan apa yang terjadi. Dirinya memeluk pinggang Kyungsoo dengan erat.

Kyungsoo memejamkan matanya erat, meyakinkan ini semua nyata. Bahwa Jongin tiba-tiba berada dihadapannya setelah sepuluh tahun menghilang.

'apa mau laki-laki ini?' Kyungsoo membatin nelangsa. Entah apa yang membuatnya merasa gila sekarang. Tiba-tiba rasa benci begitu menyeruak dihatinya.

"apa maumu?" Kyungsoo bertanya dengan nada benci. Tangannya memegang erat Youngsoo. Menghilangkan sedikit getaran di tangannya.

"Umma~" Youngsoo mencicit ketakutan di samping tubuh Kyungsoo. Kyungsoo menengok anaknya yang menatapnya dengan berkaca-kaca. Kyungsoo hanya tersenyum getir dan mengusap surai hitam anaknya.

Melihat Jongin yang hanya diam ditempatnya Kyungsoo mulai bosan melihatnya.

"kau tidak mau menjawab?" Kyungsoo sekali lagi bertanya dan tetap tak direspon oleh Jongin.

Tak mau membuang waktunya Kyungsoo mengangkati barang-barangnya. Melawan Jongin pun rasanya tidak mungkin. Kyungsoo membawa Youngsoo menuju mobilnya. Setelah itu kembali lagi untuk menarik koper besarnya.

GREP

Jongin menggegam lengan Kyungsoo saat melewatinya. Jarak mereka cukup dekat saat ini. Kyungsoo menatap benci kearah Jongin.

"Tinggallah denganku." Singkat, padat dan mungkin tidak masuk akal.

Kyungsoo terperangah dengan apa yang diucapkan Jongin. 'Apa dia gila?'

"Maaf, seharusnya kau bersyukur aku masih mengenalimu setelah apa yang kau lakukan padaku. Dan sekarang kau mengajakku tinggal bersamamu?" Kyungsoo bertanya dengan nada sinisnya. "karena aku tidak akan pernah mau dekat-dekat denganmu lagi. Lepaskan tanganku!" Kyungsoo menghempaskan tangannya. Lalu segera bergegas meninggalkan Jongin yang masih terpaku dengan apa yang baru Kyungsoo ucapkan.

'sudah kuberi jalan mudah. Ternyata kau memilih jalan yang susah. Kalau begitu akan kuturuti apa maumu!' Batin Jongin menyeringai.

.

.

.

'Eothoke? Dimana aku harus mencari tempat tidur malam ini?' batin seorang Do Kyungsoo.

"Umma, kita akan kemana?" Youngsoo bertanya dari samping kursi kemudi. Saat ini Kyungsoo sedang mencari tempat untuk menginap.

"Youngsoo tenang ya! Youngsoo tidur saja dulu. Pasti Youngsoo mengantuk kan?" Kyungsoo menyuruh Youngsoo tidur untuk menenangkan anaknya.

Lalu kepalanya berputar lagi mencari tempat yang tepat untuk tidur malam ini.

'tidak mungkin kan menginap di hotel apalagi untuk satu malam. Motel juga tempatnya tidak baik untuk Youngsoo. Di Butik pun tidak ada kasur disana.. Aishh eothoke..?'

Mobil Kyungsoo berhenti di depan sauna 24 jam. Malam ini cukup dingin setelah beberapa menit Seoul diguyur hujan setelah Kyungsoo meninggalkan gedung apartemennya.

'apa aku harus tidur di sauna?' Kyungsoo menimbang-nimbang untuk menginap di Sauna malam ini.

Kyungsoo pun keluar dari mobil, menggendong anaknya lalu masuk ke Sauna tersebut setelah mengunci mobilnya.

Dan disinilah akhirnya, Kyungsoo berada di Sleep Room dengan seragam sauna. Dilantai sudah ada kasur tipis untuk tidur yang memang disediakan dari pihak Sauna.

Di Sleep Room suhu ruangan cukup hangat. Disana Kyungsoo tertidur dengan memeluk anaknya dengan erat.

'Besok aku harus memindahkan barang-barang yang masih ada di apartemen'

.

.

'oppa, aku mencintaimu..'

'aku juga mencintaimu..'

.

'kita akan kemana oppa..?'

'berjalan-jalan sayang..'

.

'oppa kenapa kita kesini?'

.

'kau mencintaiku kan?'

'tentu! Aku sangat mencintai oppa!'

.

'kau harus turuti semua kemauan oppa!'

'ta-tapi oppa?

.

Arrgghhhh!

.

.

"Jadi semalam kau bertemu Jongin?" Tanya Baekhyun di butik. Pagi tadi setelah mengantar Youngsoo ke sekolahnya yang untungnya Youngsoo mau untuk masuk kelas. Kyungsoo mengambil barang-barang seperti kulkas, tv, dan perabotan lainnya dengan bantuan beberapa bapak-bapak yang disewanya.

Dan sekarang Kyungsoo sedang merapikah barang"nya di lantai tiga Butiknya. Butiknya mempunyai tiga lantai seperti toko-toko di sekitarnya. Lantai satu sebagai Butik. Lantai dua untuk menyimpan kain kain, dan kini berisi sofa, tv dan perabotan dapurnya. Lantai tiga diisi ranjang sebagai kamarnya dan Youngsoo. Dan mau tidak mau kini lantai dua dan tiga sedang diperbaiki untuk dibuat dapur dan kamar mandi. Untungnya dulu Kyungsoo pernah tinggal disini selama tiga tahun semenjak Youngsoo dalam kandungan. Jadi yang diperbaiki hanya saluran-saluran pipa yang menyumbat dan lampu yang tidak berfungsi.

"apa aku menaruh kain-kain ini di bawah saja ya?" Kyungsoo berpikir sembari memandang kain kain puluhan meter di depannya.

"Luhaaan! Bantu aku menurunkan kain di lantai dua!" teriak Kyungsoo. Lalu Kyungsoo berbalik menatap Baekhyun yang memakan biskuit coklat dari toples anaknya.

"terimakasih untuk si Jongin sialan itu yang membuatku merasa seperti diusir dari gedung apartemenku. Dan membuatku menghabiskan setengah dari uang rekeningku untuk membuat rumah diatas butikku." kata Kyungsoo menggebu-gebu sembari ikut duduk diatas kursi.

"kau biasa saja bertemu Jongin?" Baekhyun masih bertanya dengan penasaran.

"rasanya aku kaget. Lalu aku benci. Kenapa tiba-tiba dia datang dikehidupanku lagi?" Kyungsoo bertanya dengan nada bingung. "Sudahlah jangan membahas ini. Membuatku gila saja!"Kyungsoo bangkit dari duduknya. Lalu berjalan turun ke lantai 1 meninggalkan Baekhyun.

.

"karena hujan,butik sepi ya?" Kyungsoo memandangi hujan yang turun dari kaca depan butik. Diluar cukup sepi. Bahkan tidak ada orang yang berjalan melewati butik dengan payung. Yang ada hanya beberapa mobil melewati jalan.

Kyungsoo menghampiri anaknya yang sedang bermain dengan satu set kereta di lantai butik. Youngsoo sedang memasang rell mainan dengan dibantu satu pegawai Kyungsoo yang bernama lee jun.

"sayang, kau dapat darimana mainannya?" Kyungsoo mengusap kepala anaknya sembari matanya memandang kardus mainan yang tampak baru saja dibuka.

"tadi ada yang memberinya saat kami keluar dari sekolah Kyung noona!" lee jun menjawab sembari berdiri dari duduknya dan mengangguk pamit untuk bekerja kembali.

"Youngsoo, lain kali jangan menerima barang yang diberi dari orang yang tidak Youngsoo kenal yaa." Kyungsoo menasihati dan ikut duduk disamping anaknya. Mengelus rambut hitam anaknya. Tetapi yang dinasihati masih sibuk merakit rel keretanya.

"Youngsoo kenapa diam heum?" Kyungsoo bertanya dengan sabar dengan sifat anaknya yang pendiam.

"Youngsoo kenal kok Umma! Yang ngasih mainan Youngsoo itu paman yang kemarin malam di apartemen kita Umma!" Jelas Youngsoo membuat ibunya seketika membeku.

'apa Jongin yang memberi Youngsoo mainan? Tapi kenapa?'

"tetapi Youngsoo kan tidak kenal dengan paman itu sayang. Youngsoo juga tidak pernah berbicara dengan paman itu." Kyungsoo mencoba memberi pengertian dengan anaknya dengan pelan. Karena setiap apa yang berhubungan dengan Jongin membuat Kyungsoo ingin berteriak. Jadi Kyungsoo meredam amarahnya di depan anaknya.

"tapi kan kemarin Umma ngobrol sama paman itu!" Youngsoo masih ngeyel dengan pemikirannya. Menganggap percakapan semalam antara Kyungsoo dan Jongin sangat bersahabat. Sungguh Youngsoo terkadang keras kepala. Mungkin karena dirinya yang masih berpola-pikir anak-anak.

"huuuh... Dengar sayang. Paman itu bukan orang baik. Semalam paman itu yang mengambil rumah Youngsoo." Kyungsoo mencoba membuat Jongin terlihat tidak baik di depan anaknya. Bagaimanapun menurut Kyungsoo, Youngsoo tidak boleh dekat-dekat dengan Jongin.

"benarkah Umma? Kalau begitu Youngsoo tidak akan main dengan kereta ini lagi." Youngsoo menjauhkan mainan itu dengan kedua tangannya.

"tapi Umma harus beliin Youngsoo mainan kayak gini!" Youngsoo mengancam dengan nada yang lucu membuat Kyungsoo tersenyum dengan kepolosan anaknya.

"Tentu. Untuk Youngsoo anak Umma yang pintar!" Kyungsoo memeluk anaknya dan menciumi anaknya.

.

.

"kau harus cepat! Atau ayah akan memberikan semua ini untuk adikmu"

"ayah beri waktu aku satu minggu saja."

"baiklah, tapi ingat. Adikmu akan menikah sebulan lagi. Jadi kau harus cepat"

"tentu ayah."

.

"Bisakah kau mencarikan aku data riwayat Do Kyungsoo?"

"..."

"semuanya harus lengkap. Dari 10 tahun yang lalu sampai sekarang."

"nanti malam harus sudah ada di mejaku."

"..."

Piiip

.

.

"a-a, p-e pe, l, apel"

"j-e je, r-u ru, k, jeruk"

Saat ini Youngsoo sedang belajar membaca di kamar Ummanya. Sedangkan Kyungsoo sedang merajut sebuah swetter untuk anaknya dengan bersandar di kepala ranjang. Kyungsoo tersenyum mengamati anaknya yang sedang serius latihan membaca. Memang Youngsoo belum bisa membaca dengan lancar. Tetapi Kyungsoo selalu menyemangati anaknya untuk lebih giat membaca lagi.

"s- t-r-o, setero?" Youngsoo bergumam bingung dengan bacaannya. "Umma ini bacanya apa?"

"sini sayang, Umma lihat!" Kyungsoo meletakkan rajutannya di samping sisi kanannya. Youngsoo meletakkan bukunya di pangkuan sang Umma. Dan menunjuk kata yang dimaksud.

"oh yang ini. Dengarkan Umma ne! S-t-r-o, stro, b-e, be, r-i, ri, stroberi." Kyungsoo mengejakan kata stroberi dan langsung ditirukan oleh Youngsoo.

"aigoo, anak Umma memang pintar!" Kyungsoo tersenyum kepada Youngsoo. Youngsoo hanya menunduk diam tersenyum malu dipuji Ibunya.

"Umma..."

"kenapa sayang?" Kyungsoo memandang bingung Youngsoo yang tiba-tiba memanggilnya. Youngsoo sedang menunduk menatap selimut putih yang menutupi kakinya.

"1 minggu lagi di sekolah ada pentas seni." Youngsoo mengadu kepada Kyungsoo yang masih setia memandang anaknya yang masih menunduk.

"lalu kenapa heum?" Kyungsoo bertanya bingung kepada anaknya. Mengelus kepala Youngsoo seolah meminta anaknya untuk jujur kepadanya.

"seongsaenim bilang Youngsoo harus membawa Appa.." Youngsoo berkata pelan nyaris bergumam. Sedangkan Kyungsoo sendiri diam tak dapat berkata apa-apa.

"Youngsoo.. Ingin Appa datang! Youngsoo punya Appa kan Umma?" Youngsoo bertanya dengan mata berkaca-kaca. Memandang Kyungsoo dengan pandangan memelas. Sedangkan Kyungsoo tersenyum getir lalu memeluk anaknya.

"tentu saja Youngsoo punya appa.."

.

.

"Dia berselingkuh darimu."

.

"Dia meninggalkanmu sekarang.."

.

"Dia hanya pria brengsek.."

.

"Aku hamil.."

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Kau harus bertanggung jawab.."

"Tidak akan pernah! Jangan bermimpi."

.

"Kyungsoo yang malang"

.

.

Tbc~

Annyeong semua! Aku punya ff baru :)

Aku harap readers ga pada bingung sama jalan cerita. Kenapa gini? Kenapa gitu?

Semuanya akan terbongkar secara perlahan +~+ #SenyumMisterius

Disini nama anaknya Youngsoo, bacanya Youngsu -w- (R: udah ngerti ve'a!)

Dan disini Kyungsoo sifatnya keras kepala, ga banyak omong, tapi sayang sama anaknya ^~^)/

Sebenernya ini mau dibikin One Shot.

Tp kok kepanjangan ya? Entar malah Readers bosen mbacanya. Jadinya dibikin twoshoot.

Tolong Readers kasih review yaaa ^^

Aku berharapnya sih 50 lebih (kalo yang mbaca lebih dari 50 :3 )

Oh iya, aku mau tanya. Gimana caranya readers tau kalo ff yang kalian suka update chapters?

A. Simpan link ff, trus buka satu"?

B. ... (isi sendiri -w-)

Yaudh deh, di jawab yaaa di review...

Aku juga ada sedikit pemberitahuan. Aku ga bisa nglanjutin ff full play ku :'( karena aku udh blank idenya. Adakah disini pernah mbaca ff full play karyaku? Kalo ada, aku minta maaaaaf banget. Padahal aku dulu udah janji mau end-in ffku itu. Apa mendingan aku bikin kayak cerita keluarga krissoo sama anaknya aja ya? Yang konfliknya ringan seputar keluarga itu? Jebal~ lagi butuh saran nih :)

Annyeong! #Bow