STUPID LOVE
Main Pairing : Yunjae
.
.
EPISODE 1
Saat itu hujan sangat lebat ketika aku baru saja keluar dari mini market, karena toko sudah kehabisan stok payung aku akhirnya menunggu disamping pintu otomatis sampai hujan berhenti, kulihat beberapa pelajarpun turut berteduh disana menunggu hujan reda.
Karena bosan mereka memakai jaket pelindung hujannya lalu bergegas pergi, Berdiri disampingku pelajar yang juga baru pulang sekolah, sambil menunggu hujan reda sesekali ia menenggak minuman ringan yang baru saja dibelinya, cukup menggelitik karena mataku tertarik untuk melihatnya, perawakannya yang tinggi kurus serta wajah imutnya menjadi perhatian diantara beberapa orang disekitarku. Bukannya tidak memperhatikan, ia juga kelihatannya awas dengan mata yang menujunya. Saat hujan sedikit mereda tiba-tiba remaja itu berlari menuju sepedanya lalu kembali kesampingku.
"Ini". Ujarnya tiba-tiba mengagetkanku sambil mengulurkan payung yang ia ambil dari sepedanya ,mataku tiga kali berkedip menatapnya keheranan.
"Huh?". Mata dan mulutku menganga tak percaya, untuk apa ia memberikan payungnya sendiri padaku?.
"Ini pakailah punyaku". Katanya lagi menekankan. Jika ia memberikannya pada nenek-nenek atau ibu-ibu aku baru bisa mengerti, tapi apa maksudnya malah diberikan padaku?.
"Ah tidak usah, kau pakai saja aku bisa menunggu sampai hujannya berhenti" balasku dengan sopan, namun tiba-tiba payungnya sudah berpindah dari tangannya ke kepalan tanganku olehnya.
"Sudah kau pakai saja, aku bawa jaket hujan, rumahku tidak jauh dari sini". Ujarnya meyakinkanku. Aku sungguh heran dengan perilakunya tapi jika tidak kuterima ia akan semakin memaksaku, ya sudah aku pakai saja walau perasaanku tidak enak.
"Oh ya sudah, terimakasih ya".
"Iya" balasnya sambil melemparkan senyum padaku.
"Kalau begitu aku pergi dulu". Ujarku sambil membuka payung. Aku ingin segera pergi dari sana karena kuatir dengan motif pelajar SMU itu.
"Siapa namamu kalau boleh tahu?". Tanyanya sebelum melepasku pergi.
Aku tersenyum padanya sebelum menjawab pertanyaannya. "Kim Jaejoong". balasku sebentar sebelum menerobos guyuran hujan didepanku, gemericik air membasahi sepatuku, namun bukan itu yang aku khawatirkan aku lebih khawatir pada pemuda itu yang masih tersenyum melihatku ketika aku menengok ke belakang, kulangkahkan kakiku lebih cepat menelusuri belokan-belokan kecil deretan toko-toko, kafe, restoran yang terkenal di kota ini.
Apa pemuda itu kenal padaku?, kenapa ia begitu baik padaku?. Semua pertanyaan itu berkecamuk di benakku sampai aku tidak sadar sepatu basahku sudah berada tepat di depan tempatku mencari nafkah.
"Sudah kau beli pesanannya?". Seseorang yang sudah menungguku langsung membukakan pintu untukku.
"Iya hanya ini yang ada di Konbini". (Konbini=Convinience Store)
Pria besar didepanku langsung merebut kaleng-kaleng minuman keras dari dus yang kubawa dan membawanya ke belakang meja bundar tempat botol-botol minuman keras terpajang.
"Malam ini sepertinya akan ramai, kita kekurangan stok minuman". Ujarnya sambil memindahkan kaleng-kaleng minuman itu kedalam kulkas. Ia salah satu pegawai tempat ini, seorang yang bertanggung jawab untuk masalah minuman.
"Cepat sana siap-siap, sebentar lagi tokonya mau buka". Sahutnya membuat kakiku melangkah ke ruang loker untuk menaruh tas dan mengambil handuk lalu pergi ke shower room.
.
Air hangat mengguyur seluruh tubuhku yang kedinginan, wajah pelajar baik hati itu tiba-tiba melintas dikepalaku. Aku masih tak habis fikir kenapa ia memberikan payungnya untukku. Masih ingin menikmati air hangat sambil merangkai pertanyaan demi pertanyaan tentang pemuda yang baru kutemui tadi namun bayangan seseorang sudah mengantri didepan kamar mandi. Aku buru-buru menarik handukku lalu bergegas keluar kamar mandi.
Aku lalu menuju loker yang bertandakan namaku, tiga tahun sudah aku merantau ke Ibukota dan memulai nasibku disini sejak usiaku 17 tahun, kugeser satu persatu gantungan baju-baju harum yang baru selesai dilaundry.
Hari ini aku memutuskan memakai kemeja putih berlengan panjang dengan rompi hitam bergaris putih di lengannya, dasi kupu-kupu kusematkan diantara kerah baju, kurapikan sedikit rambutku dengan Gel sehingga nampak berkilauan di kaca, tak lupa lipgloss untuk bibir dan pengharum sebagai senjataku malam ini. Aku melihat kaca dan penampakanku sudah berubah total.
"Sore senior Kim". Salam beberapa pemuda yang bertemu denganku di ruang istirahat tempat kami berkumpul sebelum Klub dibuka. Beberapa dari mereka adalah orang baru, ada juga yang masih berstatus training.
"Sore juga, kerja yang semangat ya hari ini". Ujarku berusaha menyemangati mereka.
"Siap senior". jawab mereka serempak.
Manajer kami masuk untuk memberikan pengarahan pada kami, sebelum klub dibuka dan mempersilahkan pelanggan masuk ia biasanya akan mengumumkan pencapaian klub dan siapa saja yang sudah berkontribusi memberi pemasukan untuk toko kami ini.
"No.1 Kim Jaejoong". Katanya mengumumkan nama terakhir diri listnya, aku memberi pemasukan paling banyak dari penjualan minuman dan jasa servis kami, oleh karena itu minggu ini fotoku akan dipajang terbesar didepan toko. Sebuah pencapaian biasa untukku dalam beberapa bulan ini.
"Bonus akan ditambahkan lagi ke rekeningmu".
"Terimakasih" kataku sambil diiringi tepuk tangan dari rekan-rekanku.
"Baiklah semuanya bersiap…Jadikan tempat ini bersinar terang malam ini!"
"Iya Semangat!" jawab kami serempak.
Pukul 18.00 tepat Pintu Klub pun dibuka. Kami bersiap dengan senyum kami laksana malaikat siap mencabut seluruh isi dompet para pelanggan kami.
OoO
"Bir 2 di meja 11, pelangganmu malam ini Mr. Tadano, dia membookingmu sampai besok, jaga jangan sampai dia mabuk ya, dia baru kembali dari Jepang". Ujar managerku sambil mengedipkan matanya padaku.
"Selamat malam Tadano-san" ujarku tersenyum pada Pria yang akan menjadi kostumerku malam ini.
Seorang pria keturunan Jepang yang mempunyai usaha Trading Jepang-Korea, memiliki keluarga bahagia dengan istri cantik kewarganegaraan Korea, Kedua anaknyapun memiliki prestasi di sekolahnya, hidup nyaman serba berkecukupan tidak membuatnya puas, ia merasa bosan dengan semua itu dan aku menjadi tempat hiburannya.
"Hey sweety" katanya dalam bahasa inggris sembari memelukku.
"Aku senang kau gembira melihatku tapi kita minum dulu ya, nanti manajerku marah" kataku sambil melepaskan tangannya dari pundakku.
"Oh tentu saja, maaf aku terlalu bersemangat, aku sudah tak sabar ingin bertemu denganmu".
"Silahkan duduk" kataku sambil menuangkan anggur kedalam gelas kaca kami masing-masing, takut mabuk aku hanya memenuhi gelasku sepertiganya.
"Bagaimana perjalanannya?". Tanyaku segera menyapu rasa penasarannya untuk mengobrol denganku.
"Menyenangkan, tapi aku ingin cepat kembali, aku rindu dirimu".
"Aku juga merindukanmu tapi aku sibuk jadi tidak bisa memikirkanmu terus". Jawabku.
"Wow kau kejam sekali".
Sambil menenggak minumanku, kaki kunaikkan ke kaki satunya lagi "Aku ini primadona, semua orang ingin kurindukan".
Wajahnya yang sudah memerah mengkerut, kelihatan sedih namun sedetik kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
"Bhahaha kau ini lucu sekali, tentu saja kau bintang disini, oleh karena itu malam ini aku senang sekali bisa mendapatkanmu".
"Kau tidak lupa membelikanku oleh-oleh kan?". Sedikit manja dengan bersender padanya ia langsung mengerti lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
"Mochiron honey…ini". Ia menyerahkan kotak hitam padaku, setelah dibuka nampak jam tangan mewah Tagheur Swiss dengan lapisan emas dipinggirnya.
"Terimakasih, aku ingin jam seperti ini, lain kali kalau kau ke Jepang lagi bawakan aku kalung emas". Ujarku bercanda yang langsung diserbu oleh tawa darinya.
Satu jam kemudian setelah aku membawanya mengobrol memutar-mutar, dua anggur dan tiga bir beralkohol rendah habis dimeja, Ia sudah setengah mabuk dan tangannya sudah mengalung dileherku.
"Kau mau dimana malam ini sayang?" tanyanya sambil mencubit pipiku dengan gemas, aku menenggak bir beralkohol rendah dari gelasku, aku diingatkan agar tidak mabuk oleh manajerku, aku harus bekerja secara profesional.
"Bagaimana jika di Hilton".
Aku menaruh gelasku, jari tanganku mulai bermain didada bidang pria Jepang separuh baya itu, umurnya yang hampir setengah abad tidak membuatnya terlihat tua sama sekali, dadanya yang bidang serta otot tangannya yang kekar menjadikannya lebih terlihat muda sepuluh tahun.
"Aku bosan bermain disini, aku ingin kolam renang dan sauna".
"Tentu saja sayang apapun akan kaudapatkan, kau milikku malam ini". Bibirnya yang bau alkohol itu mendekat padaku, berniat menciumku sebelum jariku menghentikannya.
"Kau harus bersabar, ini akan jadi kejutan kita malam ini".
"Baiklah. Ayo keluar sekarang". Katanya sudah tidak sabar, aku menghabiskan dulu gelasku sebelum membawa kartu kreditnya ke kasir.
oOo
Penjaga kami sudah mengeluarkan mobil Tadano-san, dengan berjalan sempoyongan setengah sadar aku membopongnya kedalam mobil.
"Maaf tuan no.1" ujar penjaga padaku setelah aku membawa Tadano-san ke mobilnya".
"Iya, ada apa?".
"Ada yang mencari anda, dia mau masuk tapi belum cukup umur, ia bersikeras menunggu diluar, katanya dia saudara anda". Kata penjaga itu.
"Saudara?".
Aku menengok kearah sang penjaga klub menunjukkan jarinya, Aku tidak punya saudara, jadi siapa yang dimaksud. Seorang pemuda keluar dari balik bayangan hitam yang disoroti lampu jalanan, perawakannya tinggi kurus, aku masih mengingat wajah itu, wajah yang sore tadi disampingku dengan jaket merah yang menutupi seragam SMUnya. Pemuda yang memberikan payungnya untukku, kenapa ia bisa ada disini?, pikirku bingung.
"Malam". Ujarnya mendekatiku, ia melihatku sedikit terkejut, mungkin karena penampilanku yang berbeda, baru pertama kali ada pelajar menyapaku ketika aku sedang bekerja diklub malam seperti ini. Malu terpancar diwajahku namun aku berpura-pura bersikap wajar.
"Malam juga" balasku kikuk. "Apa kau mau mengambil payungnya?, payungnya masih ada di…".
"Tidak aku cuma mau mengembalikan ini". katanya memotongku.
"Apa?".
"Kau menjatuhkannya tadi sore, kau kelihatan tergesa-gesa waktu meninggalkan toko" katanya sambil menyodori jimat dari HP yang tidak sengaja terlepas waktu berlari menembus hujan sore tadi.
"Kau menungguku hanya untuk memberi ini?"
"Mungkin ini berharga bagimu".
Jimat kecil pemberian ibuku yang selalu tergantung di HPku, bukan barang mahal dan istimewa namun benda ini sudah bersama HPku selama tiga tahun.
"Oh iya, terimakasih lagi kalau begitu"
"Aku sempat mengikutimu dengan sepeda sore tadi, aku ingin masuk waktu itu tapi seorang mengusirku, makanya aku datang lagi sekarang dan menunggumu sampai kau selesai bekerja".
"Hmm kau belum cukup umur"
"Kau bekerja disini?". Tanyanya sedikit ragu.
"Iya". Aku sedikit melirik kearah Tadano-san yang masih tertidur dibangku mobil belakang.
"Ooooh". Bibirnya menganga agak lama, aku tahu apa yang sedang melintas dipikirannya, bekerja ditempat seperti tentu bukan sebuah pekerjaan yang biasa orang kerjakan.
"Kalau begitu aku pergi dulu, aku ada pekerjaan". Kataku berusaha mempercepat percakapan kami.
"Boleh aku mampir kapan-kapan?". Pertanyaannya membuatku terkejut.
"Apa?".
"Sebentar lagi usiaku 18 tahun, saat itu aku sudah bisa masuk ke tempat ini". Senyumnya melengkung, aku malah khawatir.
"Hmmm…bagaimana ya tempat ini…".
"Aku akan bawa uang". Potongnya.
"Tapi ini bukan tempat bermain anak remaja sepertimu". Kataku berusaha menjelaskan, ia sama sekali tidak terintimidasi malahan senyumnya semakin lebar.
"Aku tahu ini tempat apa". Balasnya yang membuatku kepalaku semakin pusing. Aku Spechless dibuatnya.
"Kalau begitu aku permisi dulu" katanya lagi seraya menunduk hormat. Ia kemudan berlari menuju sepedanya yang terparkir. Ia mengayuh sepedanya ke jalan kearahku yang sedang mematung, dengan senyumnya yang lebar ia berteriak sambil melambaikan tangannya padaku.
"Sampai bertemu lagi…". ujarnya sebelum melaju menjauhiku.
oOo
Hi hi hi Nadine comeback dengan cerita terbaru, semoga reviewnya bagus buat yang satu ini…kasih komen ya...