I Always Beside You

Author : Ryeong

EXO Member : Kim Jongin and Do Kyungsoo

Disclaimer : EXO Belong to Themselves, Their Family and God.

888

Pagi di hari yang cerah diawal sebuah musim semi.

Kedua kakinya melangkah riang, meloncat - loncat di tengah genggaman sang Ibu. Ini hari pertama Kyungsoo sekolah. Meski jarak sekolahnya cukup jauh dari rumah, Ibu Kyungsoo mengantarkan putra satu satunya itu dengan menaiki bis dan berjalan kaki dari halte ke sekolahnya untuk melihat bunga yang baru saja mekar.

Langkah kaki mereka terhenti saat mendapati gerbang sekolah tak jauh dari tempat mereka berdiri. Kyunghee kemudian berjongkok untuk menatap wajah manis putranya.

Kyunghee merapikan kerah seragam Kyungsoo dan mengelus pipinya "Kyungsoo tidak boleh nakal dan harus menghormati Seonsaengnim. Jika nanti ada yang mengajak Kyungsoo berteman, katakan Kyungsoo akan menjadi teman mereka. Arrachi?"

Kyungsoo mengangguk hingga rambutnya bergoyang pelan, "Arrachi! Tapi.. Eomma, kenapa Appa tidak mau mengantar Kyungsoo?" tanya Kyungsoo.

"Appa bukan tidak mau sayang, tapi Appa harus membantu orang lain. Kyungsoo tidak mau kan, orang yang bekerja di perusahaan Appa kehilangan pekerjaan karena Appa tidak ada?" tanya Kyunghee, wanita cantik itu tersenyum saat putranya kini mulai tersenyum cerah.

"Nanti Eomma akan menjemputmu sayang. Jangan pergi kemana - mana setelah sekolahmu bubar."

Kyungsoo segera berlari menuju sekolahnya setelah mengecup pipi Ibunya. Tas berwarna hitam polos miliknya bergoyang saat ia melangkah begitu riang. Kyunghee terus memperhatikan anaknya hingga sebuah tangan kecil menarik pelan celananya.

Dihadapannya, seorang anak kecil seumuran Kyungsoo menatapnya tanpa ekspresi. Kyunghee mengenalinya dan kembali berjongkok menatap anak laki laki yang memiliki tinggi lebih dari Kyungsoo,

"Ne, apa Bibi bisa membantumu, Kai?" Kyunghee tersenyum manis begitu anak bernama Kai itu memalingkan wajah, "Haebaragi?" tanyanya. Kyunghee mengerutkan dahinya sebelum menyadari apa yang dimaksud anak tersebut.

"Ah, Kyungsoo baru saja masuk. Ne, Kai. Apa Bibi boleh meminta tolong padamu?"

Anak laki-laki itu terlihat penasaran, "Apa itu, Bibi?"

"Uri Kyungsoo… tolong lindungi Kyungsoo, ne? Bibi khawatir anak-anak nakal akan menyakiti Kyungsoo. Apa Kai bisa melakukannya untuk Bibi?"

Anak laki - laki itu mengangguk dengan pasti, "Ne, Bibi."

Kyunghee tersenyum lembut, ia kembali berdiri dan hendak meninggalkan Kai karena bel sudah berbunyi. Namun sebuah tarikan kembali menghentikannya, ia menemukan Kai menunduk, seakan takut menatapnya.

"Apa.. Bibi juga bisa menciumku?"

Kyunghee tertawa kecil, ia mengelus pipi Kai sebelum mengecupnya pelan. Anak laki - laki itu segera berlari setelah ia melakukan apa yang dipinta anak itu. Kyunghee kembali tertawa pelan saat menyadari pipi anak itu begitu memerah padam.

"Aigoo.."

.

.

.

"Ya, ikan koi."

"Kau tidak mendengarkanku, heh, ikan koi?"

"Berisik!"

Kedua lengannya bersedekap di dada, mata tajam Kai menatap sosok yang ia panggil ikan koi. Pemuda itu mendengus pelan melihat tangan berbalut sarung tangan sintetis itu tak bergerak sama sekali.

"Ya, Do Kyungsoo, tanganmu bergetar bodoh." ujar Kai. Tentu saja ucapannya menyulut pemuda satu lagi, mata lebar layaknya ikan koi itu menatap Kai tajam.

"Kau menggangguku, Jongin bodoh." ujar Kyungsoo.

Jongin menghela nafas pelan, "Kalau begitu aku pulang saja." ujarnya dan mulai melangkahkan kaki menjauh dari ruangan biologi kosong tersebut. Sayangnya ia kembali berhenti saat mendengar jeritan protes pemuda di belakangnya.

"Ya, Kai! Kau berjanji membantuku!"

Jongin mendesah perlahan, ia kembali memutar dan mendekati pemuda yang kini berdiri dengan memegang sebilah pisau bedah kecil. Jongin menepuk bahu Kyungsoo dan menghadapkan pemuda itu ke hadapan seekor katak yang siap dibedah. "Sekarang, lakukan apa yang tadi siang kau pelajari. Aku yakin otakmu masih memiliki memori yang bagus."

"Tapi.. kasihan kataknya," ujar Kyungsoo.

"Lalu kapan kau bisa membedah katak? Demi tuhan, Kyungsoo. Kau tahu, katak bukanlah binatang langka yang wajib kau lindungi. Populasi mereka masih banyak."

Kyungsoo menyikut pelan pemuda yang berdiri di belakangnya dan membuat pemuda itu mengaduh pelan, wajahnya berubah sendu, "Tapi tetap saja.."

Kyungsoo menunduk, kepalanya menurun saat ia menatap seekor katak dihadapannya hingga sepasang lengan terulur dan menuntunnya untuk menggenggam pisau bedah dengan kuat.

Tangan Kai besar dan hangat, ia menggenggam tangan kecilnya dan menuntunnya untuk melakukan hal yang ia takuti sedari tadi, membedah katak.

Katak dihadapannya telah terbedah sempurna. Kyungsoo meringis menatap organ di dalam perut katak itu,

"Kau tahu? Posisi kita seperti di dalam drama yang sering ditonton Ibumu. Sayangnya kita melakukannya untuk membedah katak. Tapi kita bisa melanjutkannya, saat kau berbalik kau akan mencium- aargh!"

Sikutan seekor ikan koi terasa begitu menyakitkan.

Sepasang anak adam itu melangkah keluar dari gedung dengan label raksasa SM Junior High School. Langit telah berubah warna, hampir berwarna gelap seutuhnya. Kyungsoo mengambil ponselnya untuk kemudian membuka isi pesan yang masuk ke inbox miliknya.

Kyungsoo sayang, maaf Eomma tidak bisa menjemputmu hari ini. Nenekmu di Busan sedang sakit, dan Eomma tidak bisa menunda lagi untuk pergi ke sana. Untuk sementara, Kyungsoo bisa menaiki bis. Hati-hati sayang.

Kyungsoo mengigit bibirnya, jemarinya hendak mengirimkan sebait kata untuk Ayahnya, namun ia urungkan kembali. Ayahnya pasti sibuk.

Disampingnya, Kai berjalan santai tanpa menyadari raut wajah pemuda itu berubah. Kedua insan itu berhenti di depan gerbang, tempat Ibu Kyungsoo biasa menjemputnya.

"Uh, Kai?" Kyungsoo berujar pelan, menghentikan langkah Kai yang hendak meninggalkan Kyungsoo. Pemuda itu berbalik dan mengerenyit begitu mendapati gestur aneh dari Kyungsoo.

Menyadari Kai hanya menatapnya, Kyungsoo menunduk sambil menyerahkan ponselnya pada Kai. Membiarkan pemuda itu membaca isi pesan yang dikirim Ibunya.

Kyungsoo semakin mengigit bibir bawahnya kuat kuat saat pemuda dihadapannya tidak merespon apapun. Namun sebuah tangan hangat kini menggenggam dan menuntunnya.

Kai membawanya ke sebuah halte dan menunggu sebuah bis yang akan mengantarkan mereka. Kai telah melepaskan genggaman tangannya, dan sekarang pemuda itu berdiri diam disampingnya.

Kyungsoo menatap jam di ponselnya, waktu memang telah larut. Dan Kyungsoo tidak bisa menahan hawa dingin dari angin malam. Semoga saja, ia bisa bertahan.

Sebuah bis berhenti tepat dihadapan mereka. Kyungsoo kini berjalan mengikuti pemuda yang satunya untuk duduk berdampingan di dalam bis.

Kai terkesan pendiam namun saat berbicara pemuda itu sama cerewetnya dengan Kyungsoo. Hanya pada Kyungsoo. Kai tidak pernah mengutarakan gagasannya dan lebih langsung melakukan praktek.

Sebuah jaket menutupi tubuhnya yang dingin, Kyungsoo mengenali jaket klub basket ini adalah milik Kai. Kyungsoo menutup matanya saat menghirup parfum Kai yang melekat dan membuatnya jatuh tertidur.

.

.

.

Kai memantulkan bola basket di tangannya dan melakukan shoot yang sukses masuk ke dalam ring.

Pemuda itu belum berniat untuk pulang, entahlah, Kai merasa malas jika ia pulang meski sekolah telah sepi.

Ia cukup kesal karena tidak menemukan teman ikan koi nya, presiden pendek itu, ia tidak menemukannya dimana pun di kelasnya pun tidak ada. Berani sekali pemuda pendek itu meninggalkannya.

Entah apa yang ada difikiran siswa SM High School hingga mereka menjatuhkan pilihan mereka pada Kyungsoo saat pemilihan presiden siswa. Tubuh mungil begitu, fikir Kai. Tapi ia juga hampir terpengaruh orasi seorang Do Koi Kyungsoo saat kampanye. Pemuda itu memang terbukti dapat membawa sekolah menjadi lebih baik meski ia harus masuk keluar rumah sakit karena kelelahan yang ia derita.

Tentu saja, Do Kyungsoo adalah putra Do Seungsoo yang memiliki pemikiran cerdas dan menurun pada putranya.

Kai kembali memantulkan bolanya di atas permukaan tanah hingga terhenti karena mendengar seruan seorang perempuan yang memanggil namanya.

"Jongin - sunbaenim! Jongin - sunbaenim!"

Seorang siswi tahun pertama itu berlari mendekatinya, siswi dengan name tage Kim Yoonmi itu telah berurai air mata,

"Presiden Do tenggelam, sunbaenim!"

Kai seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan siswi itu, namun ia mendapatkan penjelasannya saat ia berlari bersamanya menuju kolam renang indoor.

"Presiden Do sedang melakukan patroli di ruangan kolam renang indoor, sayangnya ia tidak mengetahui lantai kolam renang terlalu licin dan akhirnya tercebur ke kolam. Presiden Do tidak bisa berenang karena kolam terlalu dalam."

Kai membuka pintu dengan keras matanya menatap nyalang setiap kolam renang dihadapannya. Siswi tahun pertama disampingnya itu segera berlari menuju kolam tempat Kyungsoo tenggelam.

"Disini sunbaenim!"

Kai tidak mempercayai indra penglihatannya saat matanya memantulkan bayangan pemuda kecil itu disana. Ia segera terjun dan menyelamatkan pemuda yang tidak sadarkan diri itu.

Kai membawanya ke pinggir kolam dan Yoonmi membantunya untuk membaringkan Kyungsoo. Siswi itu segera menyentuh pergelangan tangan Kyungsoo.

"Sunbaenim, denyut nadi Presiden Do lemah!"

Kai tidak mampu berkata apapun, ia segera mendekati Kyungsoo yang terbaring. Benar saja, denyut nadi pemuda itu terlalu lemah.

Kai dengan gusar membuka kancing seragam kemeja Kyungsoo. Ia segera menekan dada pemuda itu dan melakukan CPR. Tidak ada respon apapun, Kai segera membuka mulut Kyungsoo dan memberikan nafas buatan.

"Ayolah, Kyungsoo!"

Kai kembali menekan dada Kyungsoo. Disampingnya, Yoonmi kembali berlinang air mata. Dengan frustasi, Kai memberikan nafas buatan untuk kesekian kalinya. Tangannya tidak berhenti bergerak memompa dada Kyungsoo,

"Ya! Do Kyungsoo!"

Kai menundukan kepala, ia menangkup kedua pipi dingin Kyungsoo ditangannya. Dengan perlahan, ia mendekati wajah Kyungsoo dan mengecup bibirnya.

Kai segera melepasnya saat pemuda itu akhirnya terbatuk perlahan dan memuntahkan air. Kedua kelopak matanya kini terbuka dan menatap sekelilingnya.

"Kai.." ucapnya lemah sebelum kembali menutup mata.

"Tenanglah, dia hanya pingsan. Ia kelelahan." ujar Kai saat Yoonmi mulai panik melihat Kyungsoo tak sadarkan diri kembali.

"Yoonmi-ssi, tolong ambilkan seragam olahraga Kyungsoo di lokernya. Aku Kyungsoo ke Unit Kesehatan." ujar Kai yang diangguki siswi itu. Kai segera menggendong Kyungsoo saat gadis itu berlari.

Kai membaringkan tubuh Kyungsoo di ranjang dan kemudian menyelimuti tubuhnya yang kini tanpa busana. Sebuah ketukan di pintu dan Kai mendapati gadis bernama Yoonmi itu telah tiba sambil membawa tas miliknya dan Kyungsoo.

"Aku membawa tas Presiden Do dan tas Sunbaenim. Maaf jika lancang."

"Tidak, kau melakukan hal yang benar, Yoonmi-ssi. Sekarang, aku akan mengganti pakaian Presiden Do. Kuharap kau tidak keberatan menunggu di luar."

Gadis itu menggeleng, "Ah, tidak sunbaenim. Dan, tolong Sunbaenim juga mengganti seragam agar tidak jatuh sakit." ujarnya.

Kai tersenyum kecil, membuat gadis itu merona "Terimakasih, Yoonmi-ssi."

Kai mendudukan Kyungsoo di kursi penumpang di mobilnya, ia memasangkan sabuk pengaman pada pemuda itu sementara Yoonmi menyimpan tas milik sunbaenimnya di belakang.

"Ah, Yoonmi-ssi?"

"Ne, sunbaenim?"

Kai menepuk puncak kepala Yoonmi, gadis itu kemudian merona. Kai hanya terkekeh kecil, "Terimakasih, Yoonmi-ah. Kau gadis hebat,"

Yoonmi tertawa renyah, "Jadi, Jongin-oppa?" Kai mengangguk, "Sama-sama. Dan tolong jaga Presiden Do. Saya pamit dulu, Oppa."

Kai menatap kepergian gadia itu yang kini memasuki mobil jemputannya. Gadis itu mengangguk pelan dan mobil hitamnya segera melesat meninggalkan sekolah. Kini, Kai menatap pemuda kecil yang tertidur di mobilnya.

"Hukuman untukmu, Presiden Do."

"Tidak bisa, Kai. Kau tahu, aku harus turun langsung memantau lapangan. Aku tidak bisa hanya menyuruh anggota divisi."

Perdebatan alot itu semakin memanas. Jam belajar tengah kosong dan penghuni kelas Jongin serta Kyungsoo hanya menatap keduanya yang tengah bersitegang. Kai meminta agar tugas Kyungsoo di ambil alih bawahannya, sedangkan Kyungsoo bersikeras untuk melakukannya.

Kai menatap Kyungsoo, pemuda itu terlalu keras kepala. Jelas jika pemuda itu hampir kehilangan nyawanya kemarin.

"Anggota setiap divisi bukan hanya satu, Kyungsoo! Mereka punya 10! Kemana pemeritahanmu yang memiliki 50 anggota, hah?"

Kai berseru, ia tidak bisa menahan emosinya lagi saat Kyungsoo membalas ucapannya, "Kau tidak tahu apapun, Kim Jongin! Kau sama sekali bukan bawahanku, atau anggota divisi!"

Pemuda itu hanya diam, tak membalas argumen Kyungsoo lagi. Sebaliknya, pemuda itu hanya menatap Kyungsoo dingin, "Baiklah, aku memang tidak tahu apapun. Itu bukan urusanku."

Kyungsoo hanya membelalakan mata saat Kai pergi keluar dari ruangan kelasnya. Kai tidak pernah meninggalkan Kyungsoo meski ia marah. Kali ini, Kai bahkan tidak membalas argumennya. Pemuda mungil itu berdiri tanpa ekspresi, salah satu rekannya mendekatinya dan menepuk pundaknya. Ia menemukan Baekhyun, anggota divisinya,

"Kai benar, Kyungsoo. Bukankah kau mempunyai banyak anggota untuk patroli sekolah? Dengan senang hati kami pasti melakukan apa yang Presiden kami perintah. Lagi pula, kami tidak ingin memberatkanmu, Kyungsoo. Itu lah gunanya sebuah organisasi. Bekerja sama dan saling mempercayai satu sama lain."

Kyungsoo merasa tertampar oleh ucapan Baekhyun, ia benar, ia harus mempercayai anggotanya. Namun masalahnya kali ini bukan itu. Pemuda itu kini menggigit bibir bawahnya gelisah dan dengan cepat melesat keluar ruangan kelas untuk mencari Kai.

Ia menemukannya, Kai yang sedang berbaring di sebuah bangku di atap sekolahnya. Kyungsoo mengatur nafasnya setelah berlari, ia tahu, Kai berpura - pura tidak menyadari ia ada disana. Kyungsoo kembali menggigit bibir bawahnya dengan gugup.

"Kai, maafkan aku." ujar Kyungsoo yang tidak di anggapi apapun oleh Kai. Pemuda itu hanya menutup matanya dan tak menggubrisnya.

"Aku tahu, Kai. Aku akan mempercayai anggotaku sekarang. Tapi jangan begini, Kai." lirihnya.

Kai tahu, Kyungsoo menyesali perbuatannya. Tapi apa yang menjadi urusan pemuda mungil itu juga menjadi urusannya. Ia memang egois, tapi itu memang semata - mata untuk melindungi Kyungsoo.

"Kai! Jangan mengabaikanku!"

Kai terlonjak saat mendengar pemuda itu menjerit dan tangisnya pecah. Ia segera berlari memeluk Kyungsoo.

Presiden Do manja yang tidak suka dibaikan.

"Ssh, aku tidak mengabaikanmu Kyungsoo."

Tangis pemuda itu masih terdengar, dan Kai hanya menepuk pucuk kepala Kyungsoo perlahan.

"Kau membuatku takut, Kai bodoh!"

"Ya, ya, dan kau Presiden Manja."

.

.

.

Sinar mentari menyapu pipi Kyungsoo, membuat pipi putih itu merona untuk kesekian kalinya. Pemandangan di depannya bukanlah sesuatu yang berlebihan, namun bagi Do Kyungsoo, Kim Jongin yang topless dihadapannya menjadi masalah baginya.

"Ya! Pakai bajumu, bodoh!"

Kyungsoo berseru protes, sedangkan pemuda yang diprotes olehnya menaikan alisnya sedemikian rupa. Berfikir apakah pemuda itu bodoh atau terlalu pintar sehingga dia menjadi bodoh?

"Heh, kau harus membuka pakaianmu di onsen, bodoh."

Pemandian air panas atau onsen menjadi tempat melepas penat setelah mereka tiba di Jepang, dan Kai memilih tempat ini sebagai tempat yang tepat. Apalagi setelah suneung yang baru saja mereka lewati dan juga perusahaannya, dan acara pertunangannya..

Mendengar respon Kai, putra Do Seungsoo itu hanya duduk di tepian kolam dengan handuk besar yang menutupi tubuhnya. Sedangkan Kai, pemuda itu telah melepaskan handuknya dan berendam di pinggir kolam.

"Hei, Kyungsoo, kau tidak berendam?" tanya Kai. Ia menatap pemuda itu yang kini gelagapan dengan darah yang naik dan berkumpul di wajahnya.

"Aku.. aku.." ucap Kyungsoo terbata. Ia menatap liar pemandangan dihadapannya, berusaha tidak menatap bahu lebar yang terkespos dihadapannya. Pipinya semakin memerah padam kala bertatap mata dengan Kai.

Kai menyeringai, "Kau mesum sekali, Presiden Do."

"Ya! Siapa yang kau bilang mesum, heh?" ujarnya tidak terima. Kyungsoo semakin merapatkan handuknya saat Kai menatapnya seolah menelanjanginya.

Kai memalingkan wajahnya, menatap bebatuan yang memancarkan air panas dan uap yang mengepul, begitu juga dengan bilik pembatas pemandian, "Tidak akan ada orang lain disini, Aku sudah memesannya khusus hanya untuk kita." Ujar Kai.

Tak lama kemudian, derap langkah terdengar dari belakang bahunya, Kai tidak berani untuk berbalik. Sayangnya, air panas di pemandian ini tidak sepanas punggung putih milik Do Kyungsoo yang saat ini memunggunginya.

"Kyungsoo.." lirihnya.

"U-uh, Kai.." gumam Kyungsoo, Kai meresponnya dengan gumaman kecil.

"Aku.. aku.. malu, bodoh."

Ngomong-ngomong, Kyungsoo tidak tahu rencana pertunangannya. Dan acara itu akan diselenggarakan besok. Begitu juga undangan yang telah disebar. Tetapi, hingga saat ini, 24 jam dari acara tersebut Kai belum siap untuk menjadikan pemuda dihadapannya ini terikat dengannya.

Kai tidak meragukan perasaannya lagi, tetapi ia belum siap dengan respon Kyungsoo. Apalagi ini terlalu mendadak baginya.

Kai beringsut maju, kedua lengannya kini meraih pinggir pinggang pemuda itu pelan. Ia dapat merasakan kulit dibawah telapak tangannya menegang, ia menunduk untuk berbisik pada Kyungsoo.

"Kyungsoo, kau.. ingin kupeluk?" bukannya untuk meminta persetujuannya, Kai justru menanyakan hal tersebut. Kedua lengan Kai masih berada di pinggir pinggang Kyungsoo,

Kyungsoo terkejut dengan pertanyaan pemuda di belakangnya, namun pemuda itu juga tidak bisa menolaknya. Kyungsoo merespon pertanyaann Kai dengan mengangguk pelan, "Em,"

Kyungsoo menahan nafasnya saat sepasang lengan melingkar dengan erat di pinggangnya. Wajahnya telah merona sedemikian rupa saat merasakan kulit yang bersinggungan dengannya. Kai tidak menyisakan jarak sedikitpun darinya, hal ini membuat fikiran Kyungsoo melayang.

Helaan nafas panas milik Kai terasa menggelitik leher Kyungsoo. Pemuda itu membenamkan wajahnya di ceruk leher nya. Kyungsoo meringis saat bibir pemuda itu bergerak gerak kecil di atasnya.

"Kai—"

"Aku mencintaimu, Kyungsoo."

Kyungsoo terdiam, matanya terbuka lebar mendengar pernyataan pemuda yang telah bersamanya bertahun-tahun. Kyungsoo tidak menyangka bahwa..

…perasaannya akan terbalas.

"Kyungsoo…" panggil Kai saat tidak mendapat respon apapun dari Kyungsoo seraya membalik tubuh pemuda kecil itu agar menatapnya, kedua tangannya menangkup pipi Kyungsoo yang kini menatapnya,

Kai tahu arti dari tatapan itu.

Mata Kyungsoo terpejam saat Kai tidak ingin membuat jarak lagi, air di sekitarnya beriak saat Kai memberinya sebuah ciuman pertama dalam hidupnya.

Bibir pemuda itu tidak bergerak diatasnya, hanya menyapu lembut bibir Kyungsoo. Melabuhkan rasa yang ia pendam selama bertahun-tahun hanya untuk Kyungsoo,

Kai tidak ingin menahannya lagi, kedua lengannya mengetat di pinggang Kyungsoo dan mendorong lembut bibir dihadapannya. Merayunya kedalam sebuah lumatan dalam,

Aku, Do Kyungsoo, tidak akan melupakan hari ini seumur hidupku.

FIN

A/N

Huhuhu :') Otte?

Ah, sebelumnya Author mengucapkan terimakasih kepada reader yang telah bersedia membaca dan tentunya author bangga untuk reader yang bersedia review untuk FF author sebelumnya. Meski sedikit kecewa dengan respon yang tidak sesuai harapan, tetapi Ryeong sudah berjanji untuk mempublish sequel.

Ngomong-ngomong, apakah ini sudah termasuk kategori sequel? Awalnya, Ryeong fikir ini sequel, tapi setelah berfikir lagi, Apa ini termasuk sequel bukan ya? Tapi untuk itu Ryeong serahkan kepada chingudeul semua.

Adapun pertanyaan yang masuk di Review, sebelumnya maaf A/N nya panjang yaa..

Q : Kyunghee (Nama Eomma Kyungsoo) itu bukannya nama universitas?

A : Hehe, awalnya Author juga berfikir seperti itu. Tetapi meski begitu tidak menutup kemungkinan untuk menjadikannya nama? Ryeong fikir, nama itu cukup manis untuk nama Eomma Kyungsoo. Terimakasih telah mengingatkan Author untuk ini :)

Q : Penname Author Ryeong, apa Author itu ELF atau EXO-L?

A : Ne, Penname Author memang Ryeong karena Author memang suka Ryeowook SJ. Tetapi, Author juga suka EXO. Kenapa tidak buat FF dengan cast Ryeowook? Well, bagi Author, tidak semua bias bisa dicurahkan kedalam sebuah FF. Untuk saat ini, Ryeowook-oppa menjadi panutan Author. Dan karena Ryeong suka menulis, dan saat ini sedang gencarnya suka FF dengan cast EXO. Untuk itu, jangan salah paham ya :) Author tidak hanya suka satu idol, tetapi idol lainnya. Author selalu mengapreasiasi kegigihan mereka dan kerja keras mereka untuk menjadi terkenal tidak hanya di Korea, tetapi juga ke Indonesia dan dapat menghibur kita semua.

Q : Jangan oneshot terus..

A : Well, meski ini bukan kategori pertanyaan tapi Ryeong wajib menjawabnya.

Ne, Ryeong sadar jika Ryeong hanya publish oneshot. Terus, kapan FF berchapter nya? Mungkin Ryeong berbeda dengan Author lain, untuk membuat FF berchapter Ryeong merasa wajib untuk menyelesaikannya hingga tamat dulu. Karena kalau udah di publish dan belum final, Ryeong takut jika FF Ryeong nanti discontinued atau bahkan kena WB akut. Nah, Ryeong akan menamatkan FF nya dulu lalu nanti di publish secara bertahap dan nantinya tidak mengecewakan chingudeul semua.

Untuk itu, Ryeong berterimakasih atas saran dan kritik yang telah masuk. Ryeong akan berusaha untuk membuat FF yang lebih baik lagi :)