A/N : Halooo! Apa kabar Lebaran kalian? Saya bukannya bersilahturami malah kerjanya berdelusi melulu tanpa henti X'D dan jadilah pwp saya, bener deh saya ga bisa menahan tangan saya untuk tidak menulis sesuatu yang nistah x'D situasi dan lingkungan sangat mendukung sih jadi lahirlah ini.

Perlu diperingatkan adegan dibawah merupakan Ekspilit (bener ga?) jadi sewaktu – waktu mungkin bakal didelete kalo ketahuan, makanya saya ingatkan ini PWP (Porn Withou Plot) jadi mau tidak mau banyak adegan anu2 xD

Yg udah baca sebelumnya maap ya nunggu, sbnrnya mau di post di wall aja tapi… malah panjang begini xD Hope u enjoy!

Disclaimer : I do not own Shingeki No Kyojin

Source of picture : member_ ?mode=manga&illust_id=44771651


A Shingeki No Kyojin Fanfic

Licin Seperti Sabun

Warning : Pwp, ModernAU!, Explicit, Lost of Virginity, MirrorKink

Apa reaksimu ketika kau dicegat oleh seorang om - om yang berjas hitam bagaikan agen rahasia pemerintah menarikmu ke mobil yang jelas - jelas rakyat jelata gak akan bisa punya jenis mobil itu, plus dibawa ke hotel bintang lima.

Bagaimana engga bete?

Pemuda yang masih berumur 16 tahun ini merenggut selama di perjalanan, tentu saja rencana liburnya buyar karena kehadiran om - om ga jelas ini, ah lebih tepatnya kekasih yang baru jadian selama 3 bulan ini.
Pertemuan mereka sangat unik, Pemuda berambut coklat itu asik memesan coffee stand yang buka dekat dengan perusahaan megah, sifat cerobohnya membawa malapetaka, dengan inosennya, kopi itu jatuh ke jas hitam milik seorang pria yang memiliki wajah sangar. Sungguh Eren ingin mati saja saat itu, mana jas yang dipakainya keliatan mahal, dan pria itu hanya meminta satu hal.
"Jadilah milikku."
Dan terjadilah.

Entah apa yang dipikirkan om mesum itu, yang penting Eren masih selamat... atau tidak?

Sedangkan Rivaille, nama om - om itu, nervous berat, antara takut ditangkap polisi karena ketahuan membawa bocah ke hotel, atau ditinggal kabur oleh uke yang super licin ini, ya, Eren pernah beberapa kali kabur ketika temen kantornya memergoki dirinya berduaan dengan bocah manis itu.
Sesekali ia menengok Eren yang membuang muka dari lirikannya, gak sudi ditatapi, kepalanya mendadak gatal.
'Shitty glasses kampret, katanya mengajak kencan bocah ini ke hotel akan membuatnya senang, awas aja ampe gagal.'
Rivaille memakir mobilnya dengan hati - hati, Eren mengikutinya ke lobby tanpa banyak tanya, resepsionis tidak menanyakan siapa Eren ke pria miskin ekspresi itu, ia menduga pria suram itu bapaknya, meski gak keliatan mirip sama sekali.

Kedua orang ini sampai di lantai tujuh, berjalan menuju kamar '777', entah hari keberuntungan Eren karena nomor favoritnya bertebaran dimana - mana. Eren cukup tergugah melihat isi kamar hotelnya, King Size bed, Large TV HD, dengan balkon yang cukup luas dan Wi-Fi kencang, tentu Eren tidak sepenuhnya sial diculik kesini...Tunggu dulu, hotel yg didatanginya bukannya terkenal dengan 'Honeymoon' Services-nya?

GREEEK!

Pikirannya buyar ketika mendengar suara pintu geser kamar mandi, Eren ikutan melihat kamar mandinya, oh, cukup menganggumkan sampai membuat bocah itu masuk dengan wajah melongo.
Shower room dan toilet terpisah, bathub yang berbentuk oval plus ada tv lagi didekatnya, seriously, ini kamar harganya berapa sih!?
Cleck, Eren lengah ketika sadar Rivaille menutup pintu geser itu, ternyata di balik pintu itu terdapat cermin besar, memperlihatkan dari ujung kepala sampai ujung kaki, Eren bergidik, jangan - jangan dia 'mirror kink'...

Tahu - tahu Rivaille dibelakangnya, lengannya melingkar di badannya, memberi desiran aneh ke sekujur tubuhnya.

"E-Eng... R-Rivaille-san apa yang kau lakukan-Hngh!" Eren memiliki sisi sensitif di telinganya, bibir dingin itu menggelitiknya.

Rivaille tidak mengatakan apa -apa, dia memang pria 'Talk less, Do More' tentu membuat Eren banyak salah paham.

Tidak rela badannya di grepe - grepe oleh om - om ini, ia memutuskan untuk mundur dan melarikan diri ke kolam, meski waktu sudah menunjukan pukul 19.12

Eren mengganti bajunya dengan baju renang yang anehnya sudah disiapkan oleh Rivaille didalam tasnya.

'Aku tak mengerti jalan pikiran Rivaille-san..' Gerutu Eren sambil menyelam di kolam besar, berenang bisa membuat pikirannya tenang.

Pikirannya kembali lagi ke kencan pertama mereka, dimana Rivaille mengajaknya nonton yang jelas - jelas filmnya membuat ia bosan, Eren tertidur selama film itu berlangsung, anehnya, Rivaille tidak marah dengan kencan mereka yang gagal, malah ia mencoba mendekati dirinya lebih dekat.

Awalnya Eren sangat takut dengan pria itu, dikira dirinya akan di paksa menjadi 'budak pemuas' setiap ia memanggilnya, ternyata Rivaille hanya menginginkjan hubungan romantis yang sederhana, Rivaille tidak pernah melakukan pelcehan maupun paksaan kepadanya, ia sangat sabar dan sopan kepada Eren.

Eren pun mulai membuka dirinya kepada pria misterius itu, meski sifat dan kesukaan mereka sangat bertolak belakang dan sering 'clash', Rivaille sebagai pria dewasa selalu mengalah kepada kekasih tercintanya.

Tentu membuat bocah itu semakin merasa bersalah, mana ada om - om yang sesabar Rivaille ini? Mana ia selalu dibayari setiap ia dibawa ketempat yang mewah, seperti sekarang salah satunya, apa ia perlu menyerahkan dirinya ketika Rivaille menginginkannya?

"Oi, bocah." Panggilan khasnya membuat Eren berhenti berenang, Rivaille, dengan baju handuknya, Eren bisa melihat otot dadanya yang begitu menggiurkan, jantungnya berdegup kencang.

Perlahan, Rivaille membuka bajunya didepannya, turun ke kolam renang dan menghampirinya, Eren berenang, menjauhkan dirinya, ia sadar hari sudah malam dan hanya ada mereka berdua, kartu mati.

Eren sukses terpojok dan kini Rivaille didepannya, degupannya tidak bisa lebih kencang dari ini, ingatannya kembali ke kencan - kencan sebelumnya, dimana Rivaille suka menyuri - nyuri kesempatan mencium dan menyentuhnya di aera publik, kekasihnya memiliki kebiasaan 'quckie', Eren meonlaknya berkali - kali, untung saja Rivaille tidak memaksanya, untuk hari ini? tidak yakin ia bisa bebas darinya.

"Kau tidak lari hari ini, hm?"

"Eng...A-Ano..." Eren terlambat mencari - cari alasan, tangan Rivaille sudah menyentuh kulit basahnya.

"Kau pasti kedinginan..." Bisiknya sebelum menciumi tengkuk lehernya yang begitu menggoda. "Henghh!" Desahan lembut keluar dengan begitu saja.

"Bolehkah?" Eren tidak mengangguk maupun menggeleng, ia biarkan sepasang tangan itu menggrayati tubuhnya, memberi kehangatan.

Rivaille tidak menyia - nyiakan kesempatan ini, Ia lahap mangsanya yang menyerah diri ini, mengulum bibir ranum itu sambil menyelipkan lidahnya, merasakan setiap liang mulutnya, tangannya ikut bermain, meraba di setiap lengkuk sensitifnya, dibalas dengan desahan manis.

Eren terkejut ketika tangan Rivaille menyelusup ke balik celana renangnya, tangan Rivaile meraba miliknya yang sudah berdiri.

"J-Jangan Rivaille-san!"

"Hngh, Kenapa, Eren? Kau tidak mau?"

"Jangan disini, kumohon, Rivaille-san, d-di kamar saja..." Pinta Eren, tapi jarinya masih bermain, tahu - tahu sudah ada di belakangnya, meraba titik vitalnya.

"Ah, jangan! n-nantinya Airnya masuk-Aaaahn!"

.

.

.

Eren tidak menyangka apa yang barusan terjadi, rasa degupan di dadanya masih panas membara, meski badannya sudah disiram air dingin berkali – kali.

Krek, ia putarkan switch air showernya dalam keadaan mati, dinginnya suhu menusuk tulang – tulangnya, menggigil di ruang shower yang sempit ini.

Keluar dari shower room, ia baru teringat kamar mandinya memiliki bathub, daripada stress memikirkan om - om modus itu, lebih baik berendam air hangat sambil menonton tv gratisan.

'Yosh!' Eren menyalakan air hangat untuk memenuhi bathubnya, matanya menangkap beberapa botol kecil di samping bathub, berbagai jenis sabun menarik perhatiannya, Eren memutuskan memakai sabun yang dapat melembut kulitnya, meski Rivaille senang memuji kulitnya, kulit milik om - om itu jauh lebih mulus karena umurnya sudah 30an tetapi masih kencang.

'Uuuh, lupakan dia!' Jantungnya kembali berdegup kalau mengingat namanya, ia matikan kerannya lalu membiarkan separuh badannya berendam di dalam bathub itu.

Meski tv yang ia nyalakan menunjukan acara kartun anak, tapi pikirannya kembali ke kejadian barusan...

Flashback

Setelah mendorong Rivaille menjauh, buru - buru ia menaiki tangga lalu berjalan cepat, tidak awas dengan lantai marmer yang licin.

"Eren, hati - hati ..." Peringat Rivaille, tapi tidak didengar oleh Eren, pemuda itu berjalan menuju pintu keluar yang harus melewati kolam renang anak - anak, dan ia terpeleset.

BYUUUUR

Antara kasihan dan ingin tertawa, Rivaille menghampirinya, ikut - ikutan masuk ke kolam bocah, demi modus.

Eren megap - megap karena kaget, perasaannya berkecamuk karena ia bersikap memalukan didepan kekasihnya, dan lagi - lagi dia sudah berada disampingnya.

"Rivaille-san!" Pekiknya kaget, melihat pria yang berwajah datar disampingnya dengan badannya yang berisi itu, untung saja dikolam renang memang benar - benar sepi.

"Ahn!" Tubuhnya bergetar hebat ketika Rivaille mendekatkan badannya, mencuri kecupan di bibir dan lehernya, rupanya old man itu tidak menyerah.

"Engh... Hentikan...Ahn!" Eren berusaha kabur dari cengkramannya, tangannya berusaha menggapai pinggir kolam untuk mengangkat badannya dari kolam itu sayangnya, tangan kekar itu sudah melingkar di pinggangnya.

"Ahnn...Ahhh Ahh," Wajah Eren yang memerah begitu menggoda, sampai - sampai Rivaille kelepasan, menggigit lehernya.

Dua anggota tegang dibagian bawah saling bergesekan di dalam air, lupa tempat dan waktu seketika.

Sampai - sampai mas – mas cleaning service masuk ke area renang sambil membawa peralatan dengan berisik, kedua insan ini langsung menjauh dan keluar dari kolam, Eren ngacir ke kamarnya tanpa membawa handuk.

Flashback Off

Eren menggerutu didalam bathub, dirinya tidak rela dengan sikap Rivaille yang seenaknya, memang ini bukan pertama kalinya Rivaille menyentuhnya di area publik, orang tua itu memang demen menggrepe Eren didalam kegelapan tak peduli tempat umum atau bukan, dan yang pasti Eren sangat marah hari ini.

Siapa yang sudi keperawanannya...eh, keperjakaannya diambil di kolam renang anak - anak.

Bunyi pintu bergeser membuatnya sadar ia tak sendirian lagi, Rivaille memasuki kamar mandi dengan wajah yang seperti biasanya, no expression, ia melirik sekali kearah bathub lalu berjalan menuju ruang shower.

Orientasi Eren sedang diuji, didepannya seorang pria dengan tubuh ideal meski tinggi dibawah rata – rata dibawah shower, melihat tubuh miliknya basah, Eren merasakan sesuatu yang aneh dibadannya.

'Yang benar saja aku benar – benar belok!?' Eren masih tidak sadar orientasinya sudah berubah, well, belok hanya untuk om – om itu tentunya.

Ketika Rivaille membalas lirikan Eren, bocah itu membuang muka, malu tertangkap basah memandangi tubuhnya, pria berambut raven itu menyeringai, ia matikan shower dan menghampiri Eren.

"A-Apa-" Eren panik ketika Rivaille masuk ke dalam bathub, duduk dibelakang Eren tanpa permisi, dengan sangat tidak nyaman, ia pasrah merasakan kehadiran pria dibelakang itu.

"Masih demen nonton kartun, bocah?" Bisiknya sambil menonton tv dengan tatapan bosan.

Eren tidak menunjukan reaksi marah ataupun menolak, ia diam saja meski anggota Rivaille yang mengeras sudah menepuk belahan daging dibelakang Eren.

"Eren... kau masih marah?" Tanya Rivaille dengan sepelan - pelannya, berharap remaja didepannya berhenti memajukan bibir manisnya.

Ketik Eren menoleh, tahu - tahu bibir mereka tinggal beberapa sentimeter lagi, mata mereka saling berpandang satu sama lain.

"Asalkan Rivaille-san tidak kasar... Aku-"

"Kau benar - benar tidak menyesal?"

Gulp, Eren cukup nervous menghadapi om - om serius, tapi ia tidak menarik kata - katanya kembali. Eren menjawab dengan caranya, ia biarkan bibirnya tertempel di milik Rivaille.

Rivaille cukup terkejut melihat reaksi kekasihnya, kesempatan langka ini, ia takkan lewatkan ini. tangannya yang dingin meraba setiap inci tubuhnya, mendengar desahan lembut dari bibir Eren.

Eren tidak berkutik ketika bagian bawahnya digerayang oleh Rivaille, tengkuk lehernya habis dilumati oleh mulut ganas milik Rivaille, suara tokoh kartun saling bantai satu sama lain terdengar samar - samar.

"Aahn, Rivaille..." Desah Eren, yang dipanggil semakin ganas mencicipi kulit yang sudah dibasuhi air hangat yang dicampur sabun lavender, suara gesekan didepan Eren diiringi oleh cipakan air terekam jelas di telinga pria pucat itu.

Eren terheyak ketika merasakan jari - jari panjang itu meraba masuk kedalam lubang dibawah rendaman air itu, mencoba melonggarkan otot – otot kencang.

"A-Aahn..Rivaille-"

"Hm? Kenapa? Bukannya kamu sendiri yang memintaku?" Goda Rivaille sambil memasukkan jarinya lebih dalam, Eren bisa merasakan sesuatu yang basah memasukinya.

"Engh! T-Tapi-Aahn…" Eren berusaha protes karena pengalamannya kurang, bagaimana pun ia tidak mau 'itu' terasa sakit karena pertama kali, mendengar pengalaman sahabatnya saja sudah membuat badannya bergidik bagaimana merasakannya sendiri?

Rivaille yang tidak sabaran mulai mengangkat selangkangan Eren dengan kencang, menaikkan tubuh bocah itu diatasnya, Eren bingung dengan apa yang dilakukan Rivaille sambil meremasnya dengan kencang.

'Kalau begini terus, aku bisa keluar duluan,' Gerutunya sambil bernafas memburu karena sentuhan Rivaille yang tidak bisa ditebak apa selanjutnya, kelihatannya Rivaille tidak sabar ingin masuk kedalamnya.

"E-Engh, Rivaille…Kumohon…" Pinta Eren dengan memelas, merasakan jari – jarinya begitu nafsu menyundul – nyundul kedalam dengan sekuat tenaga.

"Hm?" Rivaille hanya berdehem sambil melanjutkan aktivitasnya, terkadang mengecup tengkuk lehernya yang penuh bercak merah.

"Untuk kali ini saja, perlakukan aku dengan lembut…" Tatap Eren dengan mata sayu yang penuh dengan air mata, perasaan tidak tega mengblokir nafsunya.

Eren bernafas lega ketika jari kurus itu ditarik, tapi degupan makin kencang ketika merasakan gesekan di kejantanannya, rupanya Rivaille memberinya pemanasan terlebih dahulu.

"Kau pernah melakukan ini sebelumnya?" Tanya Rivaille, pertanyaan yang begitu absurd sampai Eren tidak berpikir untuk menjawabnya, kepalanya tidak ada ruang untuk berpikir karena sensasi panas dan nyeri di bagian bawahnya.

"Aaah, Rivaille-san-Aaahnn!"

"Keluarkan saja, Eren, kau tidak perlu menahannya…" Bisiknya dengan persuasif, Eren mengangguk pelan, deru nafasnya semakin memburu ketika mendekati puncaknya.

"Aaaahn! Rivaille!" Cairan miliknya keluar, bercampur aduk dengan air bathubnya.

Keduanya berdiam diri, Rivaille mengistirahatkan kepalanya di lehernya sementara sambil memeluk Eren dengan erat, setelah itu Eren keluar duluan dari bathub.

"Eng… terlalu lama di bathub tidak baik…" Ujarnya dengan suara serak, Rivaille hanya meliriknya, keluar perlahan dan menarik handuk putih disamping yang sudah tersiapkan.

Eren tidak tahu harus berbuat apa setelah ini, antara takut dan merasa bersalah.

"Kenapa, Eren, kau tidak puas?" Tanya Rivaille dengan nada berbeda, tidak selembut tadi, tangannya mengambil suatu botol yang sering disebut "Pelicin" di wastafel.

Telinga Eren tidak tuli, ia berusaha membuka pintu geser yang berlapis kaca itu, tapi dihentikan oleh Rivaille, jari - jari lengket itu menyentuh bagian bawahnya, sedangkan tubuhnya mematung karena detakan jantung mendadak cepat, alias Rivaille mengunci gerakannya dengan menyentuh daerah sensitifnya.

"Hengh! R-Rivaille-san-"

"Siapa bilang kau boleh keluar?"

Bisikan posessivenya hanyalah suara imajinasi di pikirannya, sentuhan dan cengkraman tangan kekar itu yang membuat bisikan itu terasa nyata.

"Ahn!" Kepala pemuda itu mendongak ketika merasakan hujaman jari diantara dua bongkahan daging miliknya.

Jari – jari agresif itu menyundul setiap sudut yang begitu kencang ototnya didalam analnya, Eren yang tak terbiasa merasakan benda asing bergerak melemaskan otot dalamnya membuat kakinya lemas, hampir saja ia terjatuh kalau lengan kiri Rivaille tidak menahan dadanya.

"Hengh! Ehnn-Ahh…Aaahn…" Desahan Eren keluar beriringan dengan sundulan jari Rivaille yang meratakan cairan lengket didalamnya, demi melemaskan otot, Rivaille menyeringai ketika melihat pantulan dirinya dan Eren di cermin.

"Lihatlah, Eren…" Bisiknya, kali ini bukan imajinasi Eren. "Kau begitu bergairah ketika merasakan jariku.."

Eren yang malu melihat keadaan dirinya sekarang terpaksa melihat cermin yang terlihat samar – samar, bibirnya tidak bergerak untuk mengatainya atau memohon ampun, hanya desahan nafas yang keluar.

Rivaille kembali konsentrasi kepada jarinya, kini ia tambah jari tengah yang tengah menyundul permukaan analnya, tanpa banyak bicara, dua jari itu sukses memasuki area privat Eren yang begitu berharga baginya, Eren berusaha menahan suaranya yang mulai tak terkontrol.

"Henghh! R-Rivaille-Ahn…" Batang miliknya mulai mengeluarkan sedikit cairan, gerakan lihai dan licin jari kekasihnya membuatnya keluar lebih cepat.

Ketika dua jari panjang itu menggunakan gerakan 'menggunting' didalamnya, kedua tangan Eren kini menahan tubuhnya dengan menempel dikaca – kaca, Eren bernafas tersengal – sengal sambil memandangi lantai marmer berwarna emas dibawah.

Tangan kirinya yang sedari tadi sibuk meraba kulit sensitifnya kini mengelus tengkuk lehernya untuk menenangkan degupan jantungnya yang terdengar olehnya.

"Tenang, Eren, lihat dirimu di kaca," Bisiknya, fetish-nya mulai kumat, sedari tadi Rivaille tidak melepaskan manik obsidiannya dari cermin jernih itu, ia menikmati setiap ekspresi yang ditunjukan oleh Eren tak sengaja.

Eren yang setengah kesadarannya masih ada menolak ajakannya, membuat gerakan jari didalamnya semakin cepat.

"Hengh,Aaahn!" Rivaille tidak sengaja menemukan spot baru didalamnya, titik dimana Eren merasakan kenikmatan tiada batasnya, ia tepuk titik itu beberapa kali.

"Hengh! A-Aaahn! Ri-Rivaille! A-Aku bisa-Aaahn!" Merasakan dorongan keluar dari kejantanannya yang sudah berdiri dari sepenuhnya, desahannya semakin kencang, ditambah kanan kiri Rivialle sudah hinggap di miliknya.

"Ingin keluar lagi heh? Secepat itu?" Godanya sambil mengurut barang Eren dengan sengaja, tapi ujung kepalanya ia tekan dengan ibu jarinya.

"Aaaahn!" Eren tak kuasa menahan hasrat yang menggebu – gebu di badannya, ia harus keluarkan atau ia bisa kehilangan akal saat itu juga. "K-Kumohon, Rivaille-san-Aahnn-Biarkan aku k-keluar-Aaahn…"

Hati Rivaille sadar kembali ketika mendengar pintaan bocah yang sebenarnya belum legal disentuh olehnya, sepertinya ia kelepasan…sedikit.

"Aaaahn!" Eren keluar untuk kedua kalinya, Rivaille lupa kekasihnya masih berumur remaja, tentu ejakulasinya lebih cepat dari orang dewasa pada umumnya, meski begitu, hasrat Rivaille tidak bisa padam.

"Eren…Bolehkah?" Bujuk Rivaille dengan selembut – lembutnya, tidak ingin melukai remaja yang sensitive itu, ia tidak ingin menyelesaikan 'urusan'nya dengan masturbasi sambil melihat foto di ponselnya kalau sampai Eren ngambek.

Eren tidak menjawab, ia diberi pilihan untuk menolak pria yang sudah membuatnya datang berkali – kali, ia memang kesal, tapi tidak ada niat untuk kabur di kepalanya sedikit pun, sepertinya ia siap.

"Rivaille.." Panggil Eren, melihat tatapan muka pemuda itu Rivaille pun mengerti, dengan pelan, batangnya yang kokoh dan besar itu ia masukan perlahan di lubang yang lengket karena lubrication itu, Eren ingin sekali mencakar cermin itu.

Denyut sakit di burungnya masih terasa akibat ejakulasi berkali – kali, tapi kini batangnya mulai keras lagi karena denyutan sakit dan nikmat dari gesekan milik Rivaille didalamnya, entah kenapa terasa begitu panas.

"Henghh…A-Aaahn! Uhm…" Kepala Eren kembali mendongak, sekilas melihat pantulan dirinya dikaca. Kini sepenuhnya barang Rivaille masuk didalamnya, ia mendengar deru nafas Rivaille yang lebih kencang dari biasanya.

"Aku mulai, Eren." "T-Tunggu! Aaaahn!" Tak biasa merasakan benda yang begitu besar didalamnya bergesekan di otot – otot dalamnya membuatnya panik apa yang terjadi selanjutnya.

Gerakan Rivaille masih melambat, pria itu begitu mabuk akan kegairahan yang ia rasakan didalam lubang yang tak lagi virgin itu karena miliknya, begitu kencang dan sensitive setiap gesekan antara dua kulit, Ah, surga dunia memang menyesatkan.

Sedangkan Eren masih menyesuaikan rasa sakitnya, perlahan rasa yang membuatnya keningnya berkerut kini menghilang, diganti oleh rasa aneh yang membuat kedua putingnya berdiri sambil mendesah kencang.

"Aaahn-Aaah, Aaaah, Aaaah-R-Rivaille!" Merasakan Eren mulai terbiasa, Rivaille menambah kecepatannya, kini ia mulai menghujam Eren sampai keujungnya, menabrak dinding prostat yang membuat seluruh tubuhnya bergetar.

Tak puas hanya menyodok, Rivaille mulai mencengkram daging bokongnya dan menampar sedikit, mau tidak mau Eren memandangi cermin yang memantuli setiap ekspresi yang ia keluarkan.

"Hengh…Kau sungguh indah, Eren.." Mata hijau itu kini fokus dengan pria di sampingnya, awalnya yang malu melihat cermin kini berdegup kencang ketika melihat wajah kekasihnya yang sedang bergairah, ia pun mulai tersesat dalam kenikmatan.

Melihat pantulan dirinya dikuasai oleh Rivaille tidak buruk baginya.

"Aahn, Rivalle-san-Aaah, Aaahnn, Rivai-" Merasakan semangat dalam desahan Eren, Rivaille mulai menghujam bokongnya dengan kecepatan tinggi, mencari sudut yang membuat Eren berteriak kencang, bingo! Ia dapat.

"Aaaaaahn!" Untuk pemuda yang baru pertama kali disodok, ia tak kuasa menahan sengatan listrik menuju surga dunia ketujuh hampir berbaring lemas, cengkraman dan jilatan Rivaille membuatnya sadar dari dunia ilusi itu.

"Hengh…Eren…" Geraman Rivaille memicu adrenaline Eren, suara berat itu membuatnya ingin keluar lagi.

Rivaille yang mengharapkan ia bisa berada di dalamnya selamanya kini harus menghadapi akhir ketika merasakan kejantanannya ingin menyembur didalamnya.

"E-Eren…Aku ingin keluar didalammu.." Bisiknya selagi menggerakan pinggulnya untuk menghatam prostat Eren lebih kencang.

"E-Eeh!?" Desahannya terhenti ketika mendengar permintaan Rivaille, bagaimanapun semuanya pertama bagi Eren, Rivaille mengecup lehernya, memeluknya dengan kedua tangan dari belakang dengan erat.

Eren tidak menujukan gesture penolakan, ia pasrahkan dirinya disembur oleh cairan milik pria yang berumur 30 tahunan.

"Aaaahn-Rivaille…" Desahnya setelah melihat pantulan cermin lagi, lalu dibarengi oleh cairan milik Rivaille yang menyembur keluar didalamnya.

"Eren…Ergh…" lengan kekar itu mengapit kencang ditubuh Eren ketika menyembur, cairan panas itu memenuhi isi Eren, membuat Eren mendesah kencang dengan nikmatnya.

"Aaaaaahn!" Eren tak menyangka sesi finalnya begitu nikmat sampai ia lupa ia telah melakukan hal tabu didunia ini, ah masa bodo dengan itu.

Rivaille cukup terkejut melihat Eren masih sanggup berdiri meski kakinya sudah lemas ketika mencabut miliknya keluar, perlahan ia bantu Eren keluar dari kamar mandi.

Ketika ia hendak membersihkan Eren dengan handuk hangat yang dibasahi sedikit air panas, pemuda itu malah menungging di tempat tidur.

"Eren?" Tanya Rivaille dengan bingung, apakah kepala bocah itu kebentur cermin sampai seperti ini?

Eren melakukan gerakan sensual seperti menggoyangkan bokong sambil melebarkan kakinya, lalu kedua tangannya menarik, memperlihatkan lubang kecil yang sudah dibasahi itu.

"Engh, Rivaille-san…Aku ingin lagi…Aku tidak bisa melupakan rasa itu.." Bisiknya dengan persuasive.

Yap, Kepala Eren benar – benar kebentur sampai ia mau ronde dua.

.

.

.

"Hah…Hah…Anghhhh!" Diantara deru nafasnya Eren mendesah ketika merasakan barang Rivaille yang begitu gemuk dan rakus didalamnya, menyundul – nyundul bagian yang paling ia suka.

Rivaille tak bisa berhenti menyeringai setiap melihat wajah Eren yang begitu mengundang, bahkan air salivanya sudah mengalir keluar, pipinya merona merah, plus mata hijaunya yang sayu, membuat mulut Rivaille terasa manis.

"Aaahn-Rivaille-Hmnghh!" Kesekian kalinya Rivaille mengulum bibir itu, merasakan setiap inci, menginvasi dalamnya, berkelut dengan lidahnya.

Sedangkan anggota badan bagian bawahnya sibuk menyundul – nyundul prostat Eren yang mengirim sejuta nikmat melewati saraf otak Eren, ia juga nikmat merasakan kerapatan Eren yang tak ada habis – habisnya sampai mereka melewati beberapa ronde, dan lagi – lagi, Rivaille ingin menyemburnya.

"Aaahn..' Rivaille melepaskan cumbuannya, ia tatapi Eren dengan lekat, memberi sinyal ingin menanam benihnya lagi didalamnya.

Eren tidak kelihatan keberatan, malah anal rakusnya tak ingin melepaskan barang gemuk itu sedikit pun, cengkraman di punggung Rivaille begitu kuat sampai Rivaille merasakan sedikit rasa sakit akibat cakar mautnya.

"Eren…" Senang akhirnya ia memiliki Eren, ia mengulas senyum di bibirnya.

Kekasihnya terlihat begitu tampan dalam senyumannya, plus keringat yang mengalir dari ujung kepalanya sampai bawah dagu, dan juga sinar yang redup berwarna merah keunguan diruangan itu, momen yang sangat perfect.

"Rivaille…" Balas Eren sambil tersenyum balik, ia tak menyesal sama sekali membiarkan dirinya diklaim oleh pria yang memiliki perbedaan umur yang jauh.

Mungkin bibit cinta tumbuh diantara mereka.

Cinta yang begitu menyesatkan dapat menyatukan dua insan yang berbeda umur ini.

Fin….Or no?


A/N : Bagaimana cukup lezat ga ampe perlu dessert (lanjutan?) Sebenarnya saya lagi mood threesome dan kayaknya aku tertarik bikin PWP threesome buat lanjutan ini, ada yang suka? Pairingnya bakal Riren JeanEre, iya lagi demen JeanEre tp yg PWP aja wkwkwk xD (ni Author emng busuk isinya Dx )
Can't wait to see your Reviews x3