Punggungnya.
Selalu punggung. Mengapa?
Keadian saat sakura sakit sudah berlalu lama sekali. Berminggu-minggu yang lalu.
Belum ada petunjuk siapa yang menjaganya ma;am itu. Lima hari pertama, semua pekerjaan kunoichi kebanggaan nona Tsunade tersebut kacau total. Bagaimana ia bisa tenang? Ada orang yang masuk kekamarnya—kamar gadis perawan polos sepertinya.
Hari setelahnya Sakura lewati dengan lebih tenang. Tidak ada petunjuk sama sekali. Sasuke kah? Hahaha bukan!
Sasuke hari itu ada dikedai sushi bersama Naruto dan yang lain hingga menjelang pagi—terimakasih kepada ratu gossip Yamanaka.
DUG!
"Aduh!"
"Berhenti melamun."
Suara itu begitu dingin, beruntung si pemilik punggung tidak menoleh untuk memberikan tatapan mematikan padanya.
"Sasuke-san tau kalau Sakura melamun? Ternyata kau hafal tingkah laku buruk gadis jelek ini ya?"
"Hn."
Well, sepertinya pergi misi bersama Sasuke dan Sai bukanlah ide yang baik.
Kombinasi antara mulut busuk Sai dan sikap dingin Sasuke bukanlah kombinasi yang menyehatkan.
Disclaimer : Naruto milik MASASHI KISHIMOTO
Why Sasuke-kun by me
3
"Masih ada waktu enam jam lagi sebelum sampai Suna, kita cari penginapan berhubung hari sudah petang."
Sakura dan Sai mengangguk. Sai tersenyum aneh seperti biasanya, sedangkan Sakura hanya diam. Ia merasakan hal aneh pada kaki kirinya.
000
Sakura memandangi langit-langit kamar penginapan mereka.
Ia tidur diranjang sementara Sai sudah tidur disofa, Sasuke? Dia masih duduk dikursi dekat jendela, diam memejamkan mata. Meskipun Sakura yakin ia bukan sedang tidur.
Sakura memijit-mijit keningnya, pening sekali rasanya harus tidur dengan lampu menyala.
Lama kelamaan perasaan kanuk memaksanya tidur, entah iya atau tidak, Sakura rasa ada seseorang yang tiba-tiba mematikan lampunya.
Entahlah.
000
Sakura tidak yakin ini ada dimana, namun kilatan listrik menyadarkannya.
Ia melompat—reflek.
Sasuke disana, dan chidori nagashi ada pada tangannya.
Sakura akan berlari sebelum menerima kenyataan batu besar tepat dibelakangnya. Skak.
"Mau kemana Sakura?"
Takut.
Sakura begitu takut berhadapan dengan Sasuke yang seperti ini. Sakura yakin ini mimpi. Ia hanya ingin bangun.
Tapi ini nyata. Kilatan chidori nagashi nyata. Sasuke begitu nyata berada tepat dihadapannya.
"Tidak."
Tidk ada kekuatan berteriak. Ia hanya bisa menggumamkan hal itu berkali-kali.
Dimana Sai?
Bukankah tadi mereka bersama-sama?
Kilatan chidori begitu jelas—membuat matanya sakit.
Matanya begitu jelas melihat. Chidori akan membakar perutnya.
Satu…
Dua..
"SAKURA!"
Sakura merasa nyawanya tertarik dengan paksa, ia tidaklah sepenuhnya sadar, namun ia begitu ketakutan melihat siapa yang ada dihadapannya.
000
Sasuke mematikan lampu. Ia harus tidur sekarang juga. Perjalanan ke Suna esok pagi membutuhkan waktu yang lama.
Ia melirik gadis itu. Sakura sudah pergi kealam mimpinya.
Setelah sekitar lima belas menit berbaring diatas futon, Sasuke nyaris saja terpejam sebelum..
"Tidak."
… ia mendengar suara sakura.
Ranjang tempat Sakura berbaring agak goyah.
Sasuke melirik gadis itu, tidurnya begitu gelisah.
Sasuke bangkit kemudian menyentuh kepala sakura.
"Sakura." Panggilnya tak yakin.
Tidurnya semakin gelisah, beberapa peluh mengalir dari dahi lebarnya.
Raut wajah itu… Sasuke yakin dalam mimpi itu Sakura amat ketakutan.
"Sakura!"
Sasuke tidak menyangka. Kejadian itu begitu cepat.
Sakura terbangun, mendorongnya dengan keras kemudian menangis sejadi-jadinya.
"Jangan bunuh aku Sasuke-kun…"
Badannya menenggang sesaat, sebelum ia lebih memilih keluardari kamar itu.
Sai memperhatikan dari sofa. Ia melihat Sakura menangis dalam remang cahaya bulan, ia juga melihat dengan jelas mata Sasuke berubah menjadi merah sebelum laki-laki itu pergi. Meninggalkan Sakura dan airmata gadis itu.
000
Sai bukanlah orang bodoh meskipun ia tidak memiliki banyak ekspresi. Ia memperhatikan Sakura, gadis itu menangis hingga pagi tadi, meninggalkan merah pada hijaunya.
Ia tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja ia melihat hari ini Sasuke lebih diam dari biasanya.
Yasudahlah.
Sekarang yang lebih penting adalah bagaimana agar gulungan rahasia ini sampai Suna dengan selamat.
Sasuke berhenti.
Ia menoleh kearah Sai dan Sakura. Musuh mendekat.
Beberapa puluh kunai mengarah pada mereka bertiga. Sasuke menghilang bersama kepulan asap sementara Sai menarik Sakura menjauh, dengan kecepatan yang sama ia diam-diam mengambil gulungan didalam kantung ninja Sakura.
Sebuah anggukan dari Sakura sebelum mereka berpisah diudara.
Sakura mendarat diatas pohon, siaga.
Sasuke dan Sai saling memunggungi satu sama lain. Sekitar sepuluh orang laki-laki bertubuh besar mengitari mereka.
Sasuke menyerang mereka secara serius meskipun tidak menggunakan kemampuan mata melebihi sharinggan. Sementara Sai hanya duduk bersilah, menggambar puluhan harimau untuk memblokade serangan belakang untuk Sasuke, dan beberapa melindunginya.
Semua musuh akhirnya dapat dikalahkan tanpa sisa.
"Masih ada banyak musuh, pergilah keSuna menggunakan burung tintamu secepat mungkin. Aku akan disini dengan Sakura untuk menghambat mereka semua."
Misi adalah nomer satu sekarang ini.
Sai mengangguk dan pergi bersama burung tintanya.
000
"Keluarlah."
Seorang laki-laki tambun keluar dari balik semak-semak.
"Uchiha eh? Hahahaha… ini akan menjadi pertarungan yang mena—AKH!"
Sasuke menusuk perutnya dengan kusanagi. Mangekyo sharinggan sudah pekat menguasai kedua matanya.
"Gadis itu atau kubelah tubuhmu menjadi dua."
Sejak awal Sasuke sudah menduganya, mereka mengetahui gulungan itu ada pada Sakura. Sekarang sudah pasti Sakura ada pada mereka.
Sepertinya mereka memata-matai sejak kami keluar konoha. Sasuke menggeram pelan.
Sejak awal konsentrasinya terpecah antara misi dan keadaan teman musim seminya. Sungguh keadaan yang sama sekali tidak menyenangkan.
"Kau ingin gadis berkulit halus itu?"
Sasuke semakin memperdalam kusanaginya. BOFF!
Bunshin.
"Mencari gadis ini?"
Sasuke menoleh, matanya terbuka lebar.
000
"S-Sasuke-kun.."
Sakura disana, dalam dekapan pria itu dengan tangan dan kaki terlilit tali chakra. Ada banyak sekali goresan pada tangan dan kakinya. Wajahnya lebam dan darah segar masih mengalir dari pelipisnya.
"Kau tau Uchiha? Gadis ini bahkan sudah kusiksa sedemikian rupa, tapi ia masih saja tidak mau memberikan gulungan rahasia untuk Kazekage Suna. Gadis yang benar-benar keras kepala, eh?"
"Sudah cukup ceritanya?"
Pria yang tadi sempat Sasuke tusuk bushinnya tertawa.
"Sepertinya kau tidak perduli sama sekali dengan gadis ini heh?"
Sasuke mendengus sembari memasukkan kusanagi dalam sarung pedang.
"Misi adalah misi, berhentilah bertele-tele."
Sakura menangis sambil menggigit bibirnya hingga berdarah. Ia mencoba mencari sinar kebohongan. Tapi nihil. Mata Sasuke memancarkan betapa seriusnya perkataan barusan. Sakura tidak akan berteriak, ia sudah lelah disiksa sedemikian rupa tadi dibawah tanah.
Tenggorokannya sudah sakit untuk sekedar berkata 'jangan'.
"Baiklah, sepertinya gulungan tu tidak ada padamu," pria itu menyerigai "Jika memang gadis ini tidak penting, dan gulungan itu masih ada padamu, aku yakin kau akan melarikan diri ketimbang repot-repot melawanku."
Wajah Sasuke tetap datar, ia sama sekali tidak menunjukan ekspresi apapun.
"Apa lebih baik aku mencari gulungan itu pada gadis ini sekali lagi ya? Mungkin saja…"
Wajah pria itu hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Mata Sakura melotot, tangan pria itu berada diatas dadanya, sementara satu tangan yang lain meraba pahanya.
"…bisa saja dia menyembunyikannya disin—ARGHHHHH!"
Sakura jatuh terduduk, ia tidak tahu apa yang Sasuke lakukan pada pria itu. Yang ia lihat hanyalah kobaran api hitam sebelum kegelapan menguasai kesadarannya.
000
Sakura tidak tahu seperti laki-laki itu, ia tidak memahaminya dengan baik.
Namun melihat seorang Uchiha Sasuke yang tengah tertidur disamping ranjangbya sekarang, bukanlah hal yang berada dalam jangkauan akal sehatnya. Ini seperti bukan Sasuke.
Ini bukan laki-laki yang selama ini begitu ia cintai.
Tanpa sadar Sakura menitihkan air mata. Sasuke disini.
Menungguinya sampai tertidur.
Sakura memandang wajah itu lekat-lekat, mencoba menyimpan memori ini sebaik mungkin.
Kedua bola mata itu terbuka perlahan. Menampilkan kedua iris jelaga yang menelannya perlahan lahan.
Tidak ada yang tahu.
Tidakada yang berbicara.
Sasuke menciumnya.
Hingga akhir tidak ada yang berbicara.
Hanya ia, Sasuke, dan air mata penuh bahagia dari kedua matanya.
Hanya ia yang tahu bahwa mala mini Sasuke memluknya penuh perlindungan.
000
Ketika pagi menjelang, Sasuke sudah tidak ada. Meninggalkan jejak aroma maskulin pada tempat tidurnya.
Semalam mereka tidak melakukan apa-apa, hanya Sasuke dan dia dalam dekapan sepanjang mimpi.
Tidak ada yang berbicara.
000
"Kau sudah sehat rupanya."
Hampir saja Sakura menjatuhkan piring yang barusan ia cuci.
"Jangan membuatku kaget Pig, kau bisa membuatku jantungan."
Tidak ada wajah bersinar seperti biasanya. Ino Yamanaka tidak tersenyum sama sekali.
Kesenduan ada pada kedua netra biru langit milik gadis itu.
"Ada apa Pig?"
Mereka terdiam, bahkan Ino seperti enggan mendekatinya. Wajah itu menunduk dalam.
"Hei? Apakah hubunganmu dengan Sai baik-baik saja?"
Ino diam. Namun sebuah tangis dan pelukan erat membuat Sakura tercengang.
"Sakura…"
Ino terisak menyebut namanya
"Sasuke.. di-dia…"
000
Baru kemarin malam Sasuke menciumnya.
Baru kemarin.
Sakura memandang keadaan kamarnya.
Berantakan.
"Sasuke akan menikah, dia baru saja membicarakan hal ini kepada Kakashi-sensei."
Setiap sel dari tubuhnya seakan lumpuh. Ia ingin lupa namun ingatan itu begitu jelas.
Sasuke akan menikah, laki-laki yang selama ini ia tunggu akan menikah. Lelaki yang malam itu mencium dan memeluknya sepanjang malam akan menikah.
Apa maksud dari semua ini?
Permainan takdir apa lagi?
To be continued…
.
Akhirnya bisa update.
Maaf untuk chapter ini cho tidak bisa membalas pesan kalian kemarin :'(
Banyak hal yang terjadi didunia nyata.
Maaf kalau chapter ini mengecewakan.
Chapter depan adalah chap terakhir.
Sebagai author, saya yakin saya masih memiliki banyak sekali kekurangan.
Banyak sekali :'(
Maaf.
Peluk cium.
Cho lolo
