Black Rose III

.

.

annyeong, chingudeul ^^

adakah yang masih menunggu klanjutan ff gaje ini?

aku mau curcol dong boleh gak? boleh ya ya ya?

mian ne, baru sempet up-load, laptop-ku sedang gak baik. error gitu. dan setelah sekian lama akhirnya bisa kembali lagi. tapi, password nya hilang :'(

aku orangnya pelupa jadi pass biasanya tersimpan otomatis dilaptop, dan saat pass ku hilang mulailah kekesalan dan kepankan baru. ku culik aja temen aku terus aku paksa dia buat ngambil alih semuanya hingga bisa balik lagi hehehehe

beruntung punya temen yang ngerti hiks.. hiks...

dan jreng jreng... aku bisa post lanjutannya. btw mianne karena kerusakan itu beberapa fileku hilang jadi aku ngetik ulang :'(

aku rasa ada yang berubah dari ketikan versi pertama tapi, yang penting intiny sama ne? *plakk ngomong apa sih nih

oke lanjut aja ne sekian kicauanku kekekeke~

so...

.

.

Udah coba di edit tapi mian jika masih banyak typo :)

kadang saat post suka ada kata yang hilang :(

aku gak tau kenapa?

ah ya kalo ada tanda /.../ berart itu lagi flashback ya, kalo '...' lagi suara hati (?). ok? ;)

.

.

Douzo~

.

.

.

Yunho menatap potret jaejoong dalam genggamannya. Air mata dipelupuk mata membuatnya tak terlalu jelas dalam melihat. Nafasnya memburu. Wajahnya nampak lelah dan terluka. Keadaannya terlihat sangat berantakan.

Seberantakan apartemennya yang terlihat luluh lantah seperti terkena badai besar. Perkataan ahra beberapa saat lalu tak bisa diterimanya. Ia begitu marah. Ia sungguh tak terima.

Bagaimana mungkin yeoja itu tega mengatakan jika jaejoongnya telah meninggal? bagaimana mungkin ia dapat mengatakan hal sekejam itu.

"boojae…" lirihnya. Senyum itu. ia masih mengingat dengan jelas senyum jaejoong yang sehangat matahari itu. Ia masih mengingat pertemuan pertamanya dengan jaejoong. Sosok cilik berhodie merah yang menangis karena mendapati kucing kesayangannya berada diatas pohon dan tak bisa turun. Saat itu, ia pikir sosok cilik itu adalah yeoja. Sudut bibir yunho terangkat saat mengingat pertemuan manis antara dirinya dengan jaejoong dulu.

Drrrtttt…. Dddrrrrttt….

"…."

.

.

Chap 3

.

.

.

Sudah sebulan berlalu dari hari 'itu'. Tatapan mata yang dulu terlihat tajam namun lembut disaat yang bersamaan itu kini terlihat kosong dan dingin. seperti tak ada kehidupan yang terpancar dari sorot matanya. Tubuh tegap itu kini lebih sering bergelung didalam selimut. Menyembunyikan dirinya dari dunia yang dianggapnya kejam karena telah mengambil orang yang teramat dicintainya. Semakin hari tubuh itu semakin mengecil. Menyedihkan.

Cklek

"sampai kapan kau akan bergelung dengan selimut bodohmu itu yun?" suara husky milik namja cassanova itu terdengar dingin. Lelaki bermarga park itu sudah jengah dengan tingkah kekanakan yunho.

"…."

"kau percaya begitu saja apa yang dikatakan nona go itu?"

Yoochun mendecih kala tak mendapatkan jawaban dari yunho. Ia melangkah masuk kedalam kamar yunho. Tak ada yang berubah dari kamar itu dari terakhir kali ia datang. 'Apa yunho tak bergerak sedikit pun? Hah~'

Satu bulan yang lalu ia mendapatkan kabar mengenai kecelakaan yang menimpa ahra. Dari situlah ia tahu apa yang menjadi penyebab hilangnya yunho dari kantor. Namja jung itu kembali larut dalam dunianya. Yunho sepertinya akan menjadi gila karena sosok kim jaejoong. Satu yang ia sesalkan dari yunho, bagaimana mungkin ia dapat percaya begitu saja perkataan ahra tanpa mengeceknya kembali?

Yoochun duduk dipinggir tempat tidur. Ia menatap gundukan besar ditengah kasur yang ia yakini itu yunho. Sahabatnya.

"yun, jaejoong… aku yakin ia masih hidup." Suara yoochun terdengar begitu lirih bahkan bagai bisikan.

"junsu… ia sudah melihatnya. Aku ya…."

"aku tak menemukannya." Suara bass yang terdengar serak itu akhirnya dapat terdengar oleh yoochun.

"hari itu aku mencarinya seperti orang gila. Ia tak kutemukan."

"lalu kau akan menyerah? 13 tahun kau menunggunya. Mencarinya. Apa yang tak sanggup kau lakukan untuknya? Bahkan kau melanggar wasiat kakek jung karenanya. Katakan padaku apa hanya sampai sini saja kesabaranmu?" yoochun menatap tajam yunho meski ia tahu, yunho tak akan melihat tatapannya karena namja jung itu masih enggan keluar dari balik selimut.

"kau tak mengerti, chun. Aku merasa…..lelah. ia hilang tanpa jejak bagai ditelan bumi. Aku… aku…"

"aku mengerti. Kau lupa? Jaejoong, sama pentingnya bagiku. Aku tak akan menyerah. Jika…" yoochun menghela napas panjang. Ternggorokannya terasa tercekat. " jika ia meninggal. maka aku tetap harus menemukannya. Setidaknya aku harus tahu dimana ia dimakamkan. Agar aku dapat meminta maaf padanya." Lanjut yoochun.

Sret

Yunho menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Wajahnya terlihat pucat. Mata musang itu menatap yoochun pilu. Ia mengerti sungguh. Bukan hanya dia saja yang menunggu jaejoong selama ini. Jika yoochun saja tak menyerah lalu kenapa ia bisa berkata lelah? Yoochun benar. Sekalipun jaejoong sudah meninggal ia seharusnya tak melepaskannya begitu saja. Setidaknya ia harus menemukan makam jaejooong.

"yunho, kau adalah orang yang kuat. Kenapa sekarang kau jadi begitu lemah?" yunho menatap wajah sendu yoochun. Lemah? Dia lemah?

"bagaimana mungkin aku dapat melepaskan jaejoong padamu? Kau bahkan tak bisa menjaga hidupmu sendiri."

/ "apa yunnie sekuat superman?" yunho menatap wajah cantik jaejoong yang memerah karena menangis cukup lama. "yunnie bilang akan melindungi joongie, apa yunnie kuat?" lanjut jaejoong dengan mata bulatnya yang tak lepas sedikitpun dari wajah yunho. "tentu saja. Yunnie jauh lebih kuat. Yuunie akan jadi pelindung joongie. Jika joongie panggil nama yunnie dalam hati dan menutup mata maka yunnie akan hadir didepan joongie saat membuka mata." "janji?" "ne. janji."/

"aku..tidak lemah." Lirih yunho.

"kalau begitu bangunlah. Kau harus mencari jaejoong kan? Kau harus menemukannya. Harus."

"yoochun."

Mereka berdua kembali terdiam, saling tenggelam dengan pemikiran masing-masing. Apa yang dikatakan yoochun memang benar. Semua itu. Jika ia seperti sekarang bagaimana mungkin ia bisa melindungi jaejoongnya. Mungkin saat itu jaejoongnya memanggil namanya. Dan ia tak ada dihadapan namja cantik itu. itukah yang membuatnya menghilang dari hadapan yunho? Maka ia harus meminta maaf padanya, bukan? Ia tak boleh mempercayai kabar yang dikatakan ahra sebelum ia melihat sendiri makam jaejoong.

.

.

Dibalik pintu ruang tempat yunho dan yoochun saling berbicara, namja berwajah kekanakan dan namja dengan badan berisi tengah menatap kedua namja itu dari celah pintu. Keduanya sedang mencuri dengar pembicaraan kedua sahabat itu.

'maafkan aku'

.

.

Hari ini ada sebuah kehebohan yang menggemparkan kantor jung's group, sang presdir mereka yang hampir dua bulan lebih tak terlihat batang hidungnya itu akhirnya kembali. Bukan hanya itu saja mata musang yang dulu terlihat redup itu kini terlihat sedikit hidup. Ada semangat didalamnya. Entah apa yang sudah terjadi pada atasan mereka itu. tubuh tegapnya terlihat lebih kurus namun pesonanya semakin kuat saja.

Jung yunho.

Ia sudah memutuskan untuk menata ulang hidupnya. Demi jaejoongnya. Ia harus menjadi lebih kuat lagi. Ia ingin dipandang penuh kagum oleh cintanya itu. ia tak akan hanya meratap saja atas kehilangan sosok yang berharga baginya itu. tidak lagi.

Tok

Tok

Tok

"masuk."

Yunho masih memusatkan perhatiannya pada tumpukan file dihadapannya saat pintu ruangannya terbuka dan menampakkan sosok yang sangat dikenalnya. Wajah kekanakan nan mempesona itu tersenyum melihat hyungnya yang sedang serius. Ini adalah pemandangan langka. Ia tak mengerti kenapa sebuah perasaan hangat menyelimuti hatinya saat sosok hyungnya kembali dengan aura yang berbeda. Lebih bersinar.

"hyung, aku ijin keluar ya." Suara tenor itu menyapa gendang telinga yunho membuat perhatiannya teralihkan.

"kemana minie?"

"temanku dari jepang datang. Aku ingin menemuinya. Dan kumohon berhentilah memanggilku dengan panggilan kekanakan itu hyung. Aku sudah dewasa. Jika kau lupa itu."

"kekeke kau tetaplah jung changminie-ku yang manis. Itu panggilan sayangku untukmu minie." Yunho terkekeh mendengar protesan changmin. Rasanya sudah lama sekali ia tak tertawa dan bercanda dengan adiknya itu. waktu telah berlalu begitu lama. Changmin kecilnya kini sudah berubah menjadi namja dewasa, 26 tahun memang tak bisa dikatakan kecil ya?

Hah~

"owh manis sekali. Apa yang harus kulakukan? aku tak sayang padamu hyung. Kau sangat menyebalkan dimataku." Changmin memutar matanya jengah dengan tingkah hyungnya. Yunho menatap changmin lembut. Senyum hangat yang hilang itu kembali terpatri diwajah tampan yunho.

"meski begitu aku tetap menyayangimu, saeng."

"benarkah?" yunho mengangguk menyakinkan ucapannya. Changmin menyeringai, sebuah ide muncul dalam benaknya.

"kalau begitu buktikan. berikan aku tiket makan gratis direstoran mahal yang ada diseoul ini, maka aku akan mempertimbangkannya." Kedua tangan changmin terlipat didepan dada. Alisnya terangkat. Yunho memandang changmin tak percaya. Apa hunbungannya rasa sayang dengan makanan?

Aish~ sepertinya ia lupa adiknya itu food monster yang tentu saja banyak hal akan jadi berhubungan dengan makanan.

.

.

.

"chunie~" junsu memeluk erat yoochun dari belakang. Ia menyembunyikan wajahnya pada punggung tegap namja park itu.

Yoochun membelai lembut kedua tangan junsu yang melingkari pinggangnya. Namja manis ini sudah berada disisinya dalam waktu yang lama. Orang yang pertama hadir saat suka dan dukanya. Orang yang akan setia berada disampingnya. Tak peduli apapun selain dirinya.

Ia sangat beruntung mendapatkan namja manis ini. Tak ada yang mampu mengalahkan kesetiaan dan kebaikan hati junsu. Ia sangat mencintainya.

"maafkan aku. Mungkin kau harus menunggu lagi su-ie"

"tidak apa. Asal kau tetap bersamaku. Tidak apa jika menunggu sedikit lagi."

Hening menyelimuti keduanya. Suara angin yang berhembus menjadi melodi tersendiri bagi mereka berdua. Sebutlah ia egois membuat junsu menunggu begitu lama untuk menjadi pendampingnya. Tapi ia tak bisa tenang jika belum menemukan 'dia'.

"su-ie, apa kau benar melihatnya?"

"ne, aku melihat jaejoong. Aku sangat terkejut saat itu. dan saat aku tersadar ia telah hilang bersama kerumunan pejalan kaki. Maafkan aku."

Yoochun melepaskan pelukan junsu, ia membalikan tubuhnya menjadi berhadapan dengan junsu. Ia menatap wajah sendu junsu. Ia pasti sangat menyesal karena tak berhasil membawa jaejoong kehadapannya.

"tak apa, su-ie. Mengetahui ada kemungkinan ia masih hidup saja aku sudah senang"

Cup

Junsu menatap yoochun yang tengah tersenyum hangat padanya. Tangan kanan yoochun terangkat lalu mengacak surai coklat junsu penuh sayang. Yoochun kembali memunggunginya. Mata namja cassanova itu kembali manatap pemandangan seoul dari balkaon apartement junsu. Ia sangat menyukai pemandangan dari atas sini. Menenangkan. Itu alasan yang kerap kali didengar junsu saat bertanya kenapa yoochun senang sekali berada di tempat itu.

Melihat mata penuh cinta yoochun hatinya kembali bergemuruh. Rasanya ia ingin menagis meraung-raung. Ini adalah impiannya. Mendapatkan hati namja yang sudah disukainya sejak kecil itu. namun perasaan asing yang kerap kali memenuhi rongga hatinya bertahun-tahun itu tak pernah bisa hilang. Ia menatap sendu punggung kokoh namja yang sangar dicintainya itu.

Hari ini yoocun meminta ijin dari yunho untuk tidak bekerja karena mengkhawatirkan dirinya yang sedang tak sehat. Namja park itu datang padanya di pagi buta sesaat setelah ia menelpon dan mengatakan jika lambungnya kembali bermasalah. Yoochun yang cemas karena junsu tinggal seorang diri langsung datang dengan piyama tidur dan alas kaki berupa sandal rumah. Junsu begitu terharu dengan semua yang dilakukan yoochun untuknya.

Ia sangat mencintai yoochun. Dan ia akan selalu mencintainya sekalipun nanti yoochun mungkin akan merubah perasaan padanya. Hingga hari itu tiba biarkanlah ia selalu menerima cinta yang berlimpah dari namja park ini. Tak apa kan? Junsu kembali memeluk yoochun dari belakang. Mengukir setiap detik yang ia lewatkan dengan yoochun dalam hatinya.

.

.

.

Yunho mengemudikan mobilny dengan perlahan. Disamping kemudinya ada bingkisan buah. Meski ia sangat enggan melakukannya tapi ia tak dapat menolak permintaan ibunya tadi.

/ "eomma dengar ahra masih ada dirumah sakit. Yunho-ya eomma tau kau tak menyukainya tapi eomma harap kau mau menjenguknya, nak. Kau mengenalnya dan pernah menyakitinya sayang. Jadi bersimpatilah dengan keadaannya saat ini."/

Ia tahu dimalam pertengkarannya dengan ahra satu bulan lalu nona go itu mengalami kecelakaan mobil. Yang ia dengar ahra belum keluar dari rumah sakit. Luka luarnya sudah sembuh tapi, ia menolak untuk meninggalkan rumah sakit.

Ia tak ingin peduli lagi dengan si 'pembawa kabar buruk' itu tapi yang dikatakan ibunya ada benarnya. Ia pernah menyakiti hati gadis itu dulu. Ia membatalkan pertunangannya tepat dihari pertunangan dan dihadapan seluruh tamu undangan. Ahra pasti sangat terluka tapi ia tetap disisinya selama ini. Jadi, ia pikir tak masalah jika meluangkan waktu untuk menjenguk yeoja go itu.

.

.

Cklek

Yunho memasuki kamar rawat ahra dengan menenteng bingkisan buah. Yeoja itu terlihat sedang terduduk diatas ranjang pesakitan itu. matanya menatap keluar jendela.

"aku ingin sendiri. Keluarlah." Ujar ahra tanpa menoleh.

"aku tak akan lama." Suara bass yang sangat dikenalnya telah mencuri perhatian ahra.

"yunho" ahra menatap yunho yang berjalan kearahnya.

Namja jung itu meletakkan bingkisan buah yang dibawanya pada nakas disamping tempat tidur ahra. Lalu duduk dikursi samping tempat tidur.

"terima kasih sudah datang menjengukku." Ahra tersenyum menatap yunho, meski sikapnya terlihat lebih dingin dari sebelumnya. Yunho mau menjenguknya saja ia sudah sangat bahagia.

"aku hanya datang atas perintah eomma." Ahra mendesah kecewa. Rupanya namja tampan itu tidak datang karena khawatir dengan kondisinya.

"ahra, hentikan semua ini. Carilah orang lain yang mencintaimu dengan tulus. Hiduplah bahagia." Ahra tertegun memandang wajah datar yunho. Selama ini yunho tak pernah menolak keberadaannya dengan memintanya pergi. Lelaki jung itu hanya diam saja membiarkannya berada didekatnya. Lalu kenapa sekarang?

"jaejoong, dia… aku tak ingin dia salah paham saat kembali nanti." Lanjutnya. Hati ahra sakit mendengarnya. Ia tak tau harus dengan cara apa lagi membuat yunho mau melihat kearahnya. Kenapa namja jung itu hanya memikirkan jaejoong terus.

"berhentilah yun. Dia suda me…"

"Go Ahra!"

Deg~

Yunho membentaknya? Ania, ini bukanlah yang pertama. Tapi perasaan ini kenapa terasa begitu berbeda? yunho tak pernah membentaknya dengan menyebutkan nama lengkapnya. Ada yang berubah dari yunho.

"aku tidak tahu kenapa jaejoong memberikan cincinnya padamu. tapi jika benar ia pergi dan sudah meninggal aku… aku harus melihat makamnya sendiri. Mengertilah, sekalipun itu terjadi aku tak akan bisa bersamamu."

"ke..kenapa?"

"hatiku telah pergi bersama jaejoong. Jadi bagaimana bisa aku menerima orang lain. Aku hanya mencintai kim jaejoong seorang"

Yunho berjalan meninggalkan ahra yang hanya terdiam mendengar perkataan yunho tadi.

Blam

Ahra terisak begitu pintu tertutup. Tubuhnya bergetar hebat. Seandainya ia tak mengikuti egonya mungkinkah namja jung itu dapat bersamanya? Ia sudah bersabar selama ini lalu kenapa? Ia tak pernah mau melupakan namja kim itu? ia sudah melakukan semuanya. Merubah dirinya menjadi iblis pun ia sanggup, kenapa ia tak bisa juga mendapatkan hati yunho?

"hiks… hiks… apa semuanya sia-sia?"

.

.

"ah, baikalah. Aku akan kesana dengan kereta."

"…."

"ck. Awas saja kalau kau tak jadi datang aku akan mengulitimu."

"…"

"ne ne ne… kekekekeke sampai jumpa."

Plip

Bibir cerry itu mengerucut imut. Mata doenya menyipit menatap satu per satu baju yang ada diatas ranjangnya. Telunjuk kanannya mengetuk-ngetuk kepalanya, memikirkan baju apa yang pas untuk dipakainya hari ini.

Dan seberapa lama pun ia berdiri memikirkan baju yang pas akhirnya akan selalu sama. Gaya casual. Selalu menjadi ciri khasnya.

Selesai dengan kebingungannya akan pakaian, ia bergegas keluar rumah. Sesekali ia melirik arloji merah dilengan kanannya. Memastikan ia masih memiliki cukup waktu. Bibir merahnya bergerak-gerak lucu mengikuti irama music yang mengalun dari earphonenya.

Tap

Langkahnya terhenti dipersimpangan jalan, menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki. Jalanan cukup ramai mengingat jam makan siang yang baru usai. Ia kembali melangkah membaur dengan pejalan kaki menyebrangi jalanan.

Ia berjalan cukup tenang karena waktu dari janjinya masih cukup banyak. Ia selalu menikmati hari-harinya diseoul belakangan ini. Rasanya sudah sangat lama.

.

.

Disisi lain, seorang namja bermata musang sedang terduduk ditaman pinggir stasiun. Tangan kanannya menggenggam sekaleng jus dingin. Saat ini pikirannya sangat panas. Pertemuannya dengan ahra beberapa menit lalu membuat moodnya kembali buruk. Jujur ia tak ingin menyakiti gadis itu tapi, ia tak ingin melakukan kesalahan yang sama lagi kini. Ia harus tegas padanya.

Gluk

Matanya terpejam. Angin yang berhembus menerpa wajah yang terbilang kecil bagi ukuran orang korea itu. rasanya menenangkan. Gambaran buram akan sosok yang amat dicintainya kembali muncul.

Bahkan saat ia menutup matapun wajah jaejoong lah yang selalu terlihat. Jadi, bagaimana mungkin ia dapat melihat wajah orang lain? Saat matanya terbuka wajah jaejoong semakin kuat saja.

'aku lelah jae. Sekalipun aku tak ingin. Aku mohon kembalilah.'

Perlahan matanya musang itu terbuka. Matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya matahari yang cukup menyilaukan. Pandangan matanya terarah pada sekumpulan orang yang sedang menunggu lampu hijau pejalan kaki menyala.

Senyum kecil tersungging dibibirnya kala mendapati seseorang yang mengenakan pakaian casual berupa kaos lengan panjang dan mengenakan topi berada diantara kerumunan. Cukup aneh mengenakan pakaian tertutup dimusim panas. Apa ia takut kulitnya terbakar sinar matahari?

/ 'tidak mau yunnie. Diluar panas. Joongie akan terbakar. Kulit joongie akan hitam ugh~ kenapa tak musim dingin saja yang lama sih'/

Ia tersenyum kala mengingat rengekan jaejoong dulu yang tak mau menemaninya jalan-jalan menangkap kumbang. Namja cantiknya sangat anti dengan sinar matahari. Ia agak geli mengingatnya. Bagaimana mungkin seorang namja takut kulitnya hitam?

"Jaejoong juga pasti akan memakai pakaian seperti itu jika keluar dimusim panas begini." Gumamnya. Wajahnya menjadi sendu. Rasa rindu itu kembali membuat dadanya sesak.

Tap

Tap

Tap

Wush~

Angin berhembus dengan kencang. Debu halus masuk kedalam matanya dan membuatnya terasa perih. Tangan kanannya menggosok pelan. Mata kecil pemilik sorot tajam itu mengerjap pelan menyesuaikan penglihatannya.

Deg~

Gerakan tangannya terhenti. Badannya terasa kaku. Diseberang jalan sana. Sosok yang menyita perhatiannya tadi sedang mendumal sembari mengambil topi yang jatuh karena hembusan angin. Wajah itu. sosok yang memudar dalam ingatannya itu, kembali menguat. Mata doe itu, bibir cerry itu, hidung itu dan kulit seputih salju itu.

"jaejoong" lirih bibir hati milik yunho. Kesadarannya kembali saat sosok bertopi itu perlahan pergi.

"tidak. Jaejooong. Aku tak boleh kehilangannya."

Yunho berlari menuju tempat penyebrangan. Lampu untuk pejalan kaki masih berwarna merah. Setiap detiknya terasa berjalan dengan lambat. Dengan gelisah yunho mengikuti gerakan sosok orang yang diyakininya sebagai jaejoong. Sosok itu semakin tenggelam ditengah kerumunan orang yang menuju stasiun kereta.

Tap

Tap

Tap

Begitu lampu berubah menjadi hijau yunho berlari mengejar jaejoongnya. Matanya menyapu setiap penjuru stasiun, seluet sosok yang tengah dicarinya terlihat sedang menerima penggilan telepon. Bibinya mempout lucu. Ini bukanlah saat yang tepat bagi yunho mengagumi keimutan jaejoong. Ia harus sesegera mungkin menangkap sosok itu. merengkuhnya dalam pelukan hangat dan tak membiarkannya pergi lagi.

Langkahnya semakin pasti mendekat pada sosok yang diyakininya sebagai jaejoong. Sebentar lagi ia akan memasuki kereta. Ia tak akan cukup cepat.

"KIM JAEJOONG!" Teriak yunho lantang.

Langkah beberapa orang terhenti mendengar teriakan yunho. Termasuk orang itu. yunho terengah, nafasnya tersengal-sengal. Beberapa orang yang sempat berhenti itu kembali melanjutkan perjalannya. Namun sosok itu masih terdiam.

"KIM JAEJOONG!" teriaknya lagi. Tubuh itu perlahan berbalik. Yunho tersenyum melihat pergerakan itu.

Sret

Ting

Suara bising kereta yang baru berangkat membuat yunho terpaku. Sosok yang hendak berbalik itu telah lenyap seiring berlalunya kereta. Ada sosok lain yang mendekapnya dan membawanya masuk kedalam kereta.

Yunho masih terdiam mematung ditempatnya. Ia tak percaya. Sedikit lagi. Tinggal sedikit lagi. Tadi itu pasti jaejoongnya. Iya yakin itu, tadi sosok itu akan berbalikkan, saat dirinya memanggil namanya?

Rasa bahagia menelusup dalam hatinya, jaejoongnya masih hidup. Tapi, siapa orang itu? rasa sesak itu kembali menyelimuti hatinya. Ia belum bisa bertemu secara langsung dengannya. Perasaannya berkecamuk dalam benaknya.

.

.

.

'tidak akan ku biarkan kau menemukannya sekarang, ini terlalu cepat.'

.

.

.

TBC

yups special thank's to : semua yang udah review, follow, fav, and yang udah nyempetin baca... terlebih yang masih nunggu lanjutannya (emang ada ya?) hehehehe

semuanya menjadi semangat tersendiri buat aku, gomawo semuanya *bow

balas review :

gothiclolita89: udah kejawab belum jae -nya gimana? :) iya aku juga kalo jadi yunyun mikir2 lagi mau nolongin ahra tuh *eh?

MaxMin : udah lanjut, mian lama ne?

Ai Rin Lee : hehehehe no coment ;) udah lanjut nih chingu, mian ne lama...

Vic89 : hm, tenang semua akan tejawab seiring chapnya dipost (?) kekeke ^^\/

Fitsoniaaa : gomawo ^^ dukungannya chingu,, udah dilanjut nih, mian lama banget...

zehera. iona: mian untuk jae pov ada bagiannya sendiri, sabar ne ^^

nabratz : uhm usia yunho 28 tahun. iya cinta yunho sama jae emang besar bangeeeettttt tiada tandingannya *plaakkk lebay wkwkwkwk

gak apa-apa chingu santai aja, aku juga gemes banget qo,,, yun kaya yang gak biasa ne? tapi ceritanya emang gitu sih *labil

gimana udah kejawabkah status yunho sama ahra? yunjae momen nya ditunggu ya... ini gak akan jadi cerita panjang bgt qo :)

zoldyk : udah update ^0^ mian ne lama *bow

strongbabyz : masih kepo gak? ku harap masih biar terus baca *ngarep... ortu yunho? uhm, sabar ne... nanti juga ada bagiannya :)

azahra88 : hmmm, kalau aku yang jadi pemeran utama gimana? *digorok YJ's

Guest : bagiannya emang flashback chingu ^^ aku juga pengen tahu dimana jae *lirik yunho

buat karakter pemeran, hm... gimana nih udah dari sananya gitu *nunjuk naskah

gomawo tetap nunggu, udah update nih..masih nunggukan?

hehehe iya setuju banget yunho milik jaejoong begitupun sebaliknya ;)

Hyejoon : sebentar lagi jae akan banyak keluar... sabar ne?

alby : masih banyak kah misterinya? satu persatu akan terkuak (?) sabar ne?

Oktavian : udah :)

dea : hm... namanya juga cinta banget,,,, kekekeke

Yanie : kekekekeke bakar-bakaran nih ikuuuuttttt *plak

hm.. mian ne habis gimana dong aku masih mau hidup *lirik YJ's

Kim Rin Rin : gomawo, udah lanjut chingu ^^

gimana udah kejawab semua gak pertanyaannya?

shanzec : udah lanjut chingu ^^

ada qo lagi diumpetin sama beruang lapar tuh.. *lirik yun

udah kejawabkah semua pertanyaannya?

Selesai~ adakah yang belum kesebut? kalo ada kesalahan penulisan namanya mian ne chingu *bow

aku harap masih ada yang nunggu ff ini...

jad gimana? lanjut gak? apa udah sampai sini aja?

September 2014

See You~