Haloo... Apa kabar semua?

Ada yang mengenal hamba? Ah.. tentu tidak, karena ini kali pertama hamba masuk di Archive Naruto, biasanya hamba mencoba eksis di archive Jiraiya.

Bagi yang berminat fic dengan genre yang penuh adegan pertarungan, silahkan mampir di fic hamba satunya, 'Jiraiya Legend Ninja Wise and Brave'

Ada kamus istilah dibawah, untuk beberapa kata yang mungkin asing ditelinga anda.

Hamba, L Samudra Putra,

Mempersembahkan ;

The Negosiator

Chapter 1

Disclaimer : Naruto dan seluruh karakter didalamnya hak milik tunggal Masashi Kishimoto.

Seluruh nama Bandar Udara dan merupakan nama asli dan tempat real.

Seluruh nama maskapai penerbangan merupakan rekayasa penulis.

Genre : Psychological Thriller - Action - Adventure

Rate : T

Main Character : Naruto dan Sasuke

Peringatan keras! Dan ini Serius! Fiksi ini Alternatif Universe (AU) dan Out of Character (OOC), bagi anda yang tidak suka silahkan untuk tidak membaca.

Pahami makna

'Don't Like Don't read!'

Selamat membaca

.

.

.

Kamus istilah :

Apron : Tempat parkir pesawat.

Grand Marshall : Juru parkir pesawat.

Taxaway : Penhubung Apron dengan Runaway.

Runaway : Landasan pacu.

Taxi : pesawat dalam posisi berjalan pelan pada taxaway.

Bridge : Jembatan, penghubung dari ruang tunggu ke dalam pesawat. Tidak semua maskapai atau bandara memakai sistem ini.

Flight Attendance : Awak pesawat. Dalam hal ini Pramugari.

Tally Counter : Sebuah alat hitung, berbentuk bulat dengan satu tombol 'count' diatas, dan tombol 'reset' disamping, serta penyemat ke jari. Biasanya terdiri dari 3-4 digit angka.

First Officer : petugas pertama pembantu pilot. Kata lainnya Co-pilot.

Flight deck : Ruangan kemudi pesawat. Kata lainnya Kokpit.

Take Off : Pesawat lepas landas.

Altimeter : Alat pengukur ketinggian pesawat, hitungan O (Nol) diatas permukaan laut dan posisi tinggi dihitung pada moncong/hidung pesawat.

Wi-Fi on Board : Layanan menggunakan internet diatas pesawat selama perjalanan. Internet hanya bisa diaktifkan ketika pesawat sudah berada di ketinggian tertentu. Sejauh ini belum semua negara menerapkan sistem ini.

Kevlar : Rompi anti peluru.

Hostler : Semacam ikat pinggang. Namun dilengkapi tempat meletakan pistol, magazine dan belati. Untuk Versi tentara jauh lebih lengkap, biasanya ada tempat gantungan granat, tempat air minum dan lain sebagainya.

...

Bêijīng Shôudū Guójì Jīchâng/Beijing International Airport.

10.00 AM

Seorang Grand Marshall bernama Kotetsu berdiri tepat beberapa meter didepan moncong pesawat yang perlahan maju dari Apron dan berputar lalu mengambil posisi standby di taxaway, satu-satunya bagian yang diperbolehkan terhubung langsung dengan bagian pelanggan atau penumpang.

GM Kotetsu memberi isyarat dengan alat berbentuk seperti bed tenis meja tapi memendarkan cahaya. Petugas bagian bridge menangkap maksud itu, lalu menghubungkan bridge dengan pintu keluar ruang tunggu.

Satu persatu para penumpang masuk kedalam pesawat melalui bridge yang langsung terhubung dengan pintu samping pesawat yang memang diperuntukan bagi para penumpang.

Boeing 747-400ER dengan dominasi warna putih dan sedikit warna biru pada bagian lambung bawah dan ekor pesawat dengan tulisan NSA berwarna putih pada bagian ekor pesawat tersebut. NSA, Nippon SkyWay Airlines adalah maskapai penerbangan terbesar milik pemerintah jepang yang melayani berbagai rute internasional, termasuk Jepang-Beijing-Jepang.

Pintu sudah tertutup rapat. Pramugari cantik dan memiliki tubuh proposional bak dewi-dewi yang terhempas dari khayangan hilir mudik membantu semua kebutuhan penumpang. Uzumaki Karin melangkah kaki jenjangnya mulai dari upper deck yang berisikan VIP room dan bussines room hingga lantai bawah yang disediakan untuk Economy room, dengan tally counter ditanganya, Karin melempar senyum pada para penumpang yang menyapanya sembari jarinya dengan telaten menekan tombol count pada tally counter.

Mengambil telpon yang tertempel di dinding pada ruangan khusus flight attendance, Karin menekan tombol satu dan langsung terhubung dengan bagian kokpit.

"Lapor Kapten Guy, jumlah penumpang clear! VIP 50 orang clear! Bisnis 75 orang clear! Economy 250 orang clear! Laporan selesai!"

"Laporan diterima! Tetap kobarkan semangat masa mudamu, beberapa jam lagi kita akan memijak tanah air kita sendiri!"

"Ha'i captain!"

Sementara di kokpit, guy meletakan radio-nya, semacam walkie talkie dengan kabel yang terkoneksi langsung dengan Flight instrument. Ia menoleh kesamping, melihat muridnya yang kini telah menjadi rekannya.

"Ini pengalaman pertamamu sebagai First officer,bukan?"

"Be-benar Guy sensei! A-aku se-sedikit gugup!" Rock Lee tak bisa menyembunyikan perasaan nervous untuk menjadi co-pilot pertama kali.

Guy mengacungkan jempol dan memamerkan deretan gigi putihnya. "Tenang saja, itu wajar, kobarkan semangat masa mudamu! Ingat semua pelajaran di Akademi penerbang, lalu aplikasikan disini! Gurumu yang baik hati ini dengan tulus akan menuntunmu!" Bersamaan dengan kata terakhirnya, deretan gigi Maito Guy bersinar terang, menyilakukan Lee yang terpesona pada kharisma gurunya.

Dengan airmata layaknya air terjun, Lee membuka lebar-lebar kedua lengannya.

"Oh.. Guru..."

"Lee..." Guy pun menerima pelukan Lee.

"Guru Guy..."

"Lee..."

"Guru Guy..."

"Lee..."

Flight deck terletak di upper deck, satu lantai dengan VIP room dan bussines room. Disalah satu bangku VIP room, yang diset senyaman mungkin, seorang pemuda berambut raven memejamkan mata dengan tangan bersilang di dada. Entah tidur atau tidak. Disebelahnya, seorang pemuda juga, namun terlihat jauh lebih tua, dengan kacamata bulat tebal, rambut kebiruan dibelah tengah dan rapi, asyik mengotak-atik sesuatu di laptopnya.

Di bagian bawah, terlihat dua orang bercengkrama serius.

"Hey Juugo, kira-kira apakah rencana kita benar-benar sukses?"

Rekan disampingnya berusaha tidur. "Sudahlah Suigetsu, kita sudah berulang-kali membahasnya, jadi tutup mulutmu dan biarkan aku tidur!"

"Hey ayolah, bersikap menyenangkanlah padaku!"

pemuda berambut orange tersebut hanya acuh dan berusaha melanjutkan tidurnya.

Semua keadaan menjadi Henning tatkala terdengar gemerisik dari pengeras suara. Beberapa pramugari segera berdiri di lorong.

"Selamaaaat pagiiii..."

Semua orang terkejut dengan suara super ceria tersebut.

"Aku Maito Guy! Pilot dan Kapten pesawat ini. Ikuti instruksi dari para pramugari cantik demi keselamatan andaaa semua! Perjalanan kita ke Tokyo sekitar 3 jam 38 menit. Cuaca sangat cerah hari ini, seperti hatiku yang bersinar tak terhalang mendung. Jika ada yang anda butuhkan, bidadari bidadari kami senantiasa melayani! Tetap kobarkan semangat masa muda kalian! Jiwa muda yang selalu berkobar dan menari dihati ini! Selamat menikmati penerbangan anda bersama kami, bersamaaaa... Nippon SkyWay Airways!"

Beberapa orang menggelengkan kepala atas kekocakan sang kapten. Beberapa tersenyum geli dan membayangkan si pemilik suara konyol itu. Flight attendance segera melakukan demo prosedur standard keselamatan dan keamanan. Semua berlangsung lancar tanpa hambatan hingga pesawat Boeing 747-400 tersebut bersiap lepas landas.

Dari ruang Flight deck, Maito Guy bersiap dengan komunikasi dengan Air Traffict Control atau ATC.

"ATC, ini NSA112, selamat pagi." Guy mengarahkan burung besi yang dikomandonya taxi menuju ke runaway

Dari gemerisik radio, ATC memberi respon, "Selamat pagi, NSA112, ini menara kontrol Beijing International Airport, silakan tetap di A10 33F."

"A10 33F, NSA112, copies that!" Guy mengerling ke arah murid sekaligus rekannya, dengan tatapan mata 'beginilah cara seorang pro melakukannya.'

NSA112 sedang taxi menuju runway.

Dari radio, ATC kembali memberi instruksi "NSA112, silakan masuk runway dari 33F A10."

Tidak ada ekspresi ceria lagi terpahat diwajah sang kapten, Guy tahu dimana ia harus melempar canda dan meletakan keseriusan. "Runway dari 33F A10, copy that!"

Perlahan, Guy menambah kecepatan pesawat. Lee dengan seksama mengamati flight instrumen seiring akselerasi ban pada aspal mulai mengangkat hidung pesawat. Mata dengan alis tebal itu melirik sekilas pada jam digital yang sudah menunjukan 10:40 AM.

"NSA112, posisi 32F, runway siap, dipersilakan take off. Selamat malam."

Guy kembali mengambil radionya dan menekan tombol besar diatas alat komunikasi seukuran genggaman tangan tersebut. "33F, runway siap, dipersilakan take off. NSA112 dikopi. Terimakasih, selamat tinggal."

Burung besi dengan gagah menerjang langit kokoh. Hamparan awan memyambut doa yang terkembang dihati penumpang bahwa perjalanan ini akan baik-baik saja. Burung besi menambah ketinggiaannya, sesuai dengan prosedur, dilingkupi khidmatnya biru atap bumi yang dihamparkan Sang Esa.

.

.

.

Tōkyō Kokusai Kūkō/Bandara Haneda, Tokyo, Jepang.

11:40 AM

Air Traffict Control (ATC Tokyo)

Sementara ditempat lain, warna biru yang serupa juga bersinar terang dalam kelopak mata seorang pemuda berambut jabrik dan berwarna kuning. Dihadapan bola biru, dua monitor 14 inch menyala, monitor kiri menampilkan laporan cuaca, grafik iklim, dan semua yang berkaitan dengan keamanan transportasi udara. Satu monitor lainnya menampilkan rute dan orbit, serta bagian radar yang berada dalam cakupan tugasnya.

"Yare-yare... masih dua jam duapuluh menit lagi pergantian shift, hah?" Naruto bermonolog dengan mata terpaku pada sudut bawah kanan monitornya, tempat dimana jam digital tersemat.

Naruto mengambil handphone pada saku seragamnya, membuat pesan singkat,

'Jgn sampai telat makan siangnya y nanti hime, aku mungkin agak sedikit sibuk sampai jam pulang.'

Menyandarkan punggung tegapnya, Naruto menautkan kesepuluh jemarinya dan meletakan diatas batok kepalanya. Menjadi petugas dimenara kontrol bandara tersibuk di jepang, Naruto menghabiskan sepertiga harinya dengan menjadi petugas tower atau dikenal dengan ATC TWR.

Tombol hijau pada box kecil yang terhubung langsung dengan microphone mungil berkedip. Naruto menekan tombol hijau pada box kecil yang juga berfungsi sebagai standmic -nya.

Dengan menegakan tiang mic kecil yang lentur dan seukuran jari kelingking anak-anak, bola biru fokus menatap satu titik yang berkedip diradarnya. Disamping titik yang berkedip itu, ada tulisan NSA75.

"Disini ATC TWR Bandara Haneda, NSA75, anda sudah masuk radar kami."

"Disini NSA75, berikan kami ketinggian, TWR"

"NSA75, turunkan ketinggian hingga 3000 feet." Naruto mengarahkan mulutnya didepan mic tapi dengan arah pandang tetap pada monitor kanan.

"NSA75 ketinggian menuju altimeter 3000 feet, dikopi, terima kasih!" Speaker stereo mungil pada sisi kiri dan kanan monitornya menimbulkan bunyi gemerisik seperti gesekan dedauan, lalu hening.

Lalu tombol pada mic-nya kembali berkedip. Pemuda dengan tag name N. Naruto diseragamnya itu kembali disibukan dengan para joki terbang yang meminta route, orbit, maupun ketetapan Altimeter.

.

.

.

Lintas Udara China.

11:58 AM waktu China

Ruang VIP kapasitas 50 orang begitu tenang. Kabuto melirik arlojinya, dengan telunjuk kanannya, ia menaikkan kacamata tebal yang melorot sambil bicara pelan tanpa menoleh pada orang disampingnya.

"Duapuluh menit lagi kita akan memasuki wilayah udara Korea Utara, Sasuke."

Pemuda berambut raven bernama Sasuke tersebut membuka mata yang sedari tadi terpejam. "Perintahkan pada Karin untuk bersiap. Kita akan bergerak tepat setelah pilot memberi konfirmasi pada ATC Korea Utara." Dengan tangan bersilang didada, Sasuke kembali memejamkan mata.

"Baiklah.." Kabuto berdiri lalu beranjak menuju lantai bawah.

Tepat kakinya selesai menginjak jenjang terakhir, Kabuto menatap Karin yang kebetulan sedang berjalan ke arahnya, namun langkah Karin dihentikan seseorang.

"Maaf Nona, saya mau bertanya?!"

"Silahkan pak, ada yang bisa saya bantu?"

"Ehm... Namaku Inuzuka Kiba... he he..." Kiba nyengir lebar. Sedangkan Karin hanya tersenyum.

"Lalu, ada yang bisa saya bantu, Kiba-san?" Masih dalam senyum, Karin melanjutkan tanya pada penumpang tersebut.

"Oh! Bisakah Wi-Fi pesawat dihidupkan? Aku mau browsing sesuatu!"

"Tentu, Kiba-san, sesaat lagi rekan saya akan datang memberikan Password untuk menikmati pelayanan Wi-Fi on Board kami, serta pembayaran yang dikenakan untuk tarif Wi-Fi on Board"

"OK! Baiklah! He he..." Kiba kembali nyengir.

"Tunggu sebentar ya Kiba-san..." Karin melanjutkan langkahnya yang terhenti, ketika akan memasuki ruang khusus Flight attendance di belakang, yang harus melewati tangga berputar ke lantai atas, Kabuto mendekatinya dan bicara sepelan mungkin.

"Bersiaplah, sekarang rangkai!" Tanpa menunggu respon wanita cantik berambut merah itu, Kabuto berbalik dan kembali naik ke lantai atas.

Karin segera masuk ke ruang Flight attendance dan berbicara dengan salah seorang rekannya, "Penumpang kursi 60D meminta layanan Wi-Fi on board, tolong ya..." Karin menyatukan telapak tangannya di dada, dengan pandangan memelas dan suara bergetar "Perutku sakit sekali, aku harus ke toilet! He..."

"Hahhh... Karin-chan.. kamu ini ada-ada saja... baiklah..." Rekannya tersebut menunjukan raut pura-pura kesal.

"He he... terima kasih, Shion-chan! Kamu baik deh!"

Setelah Shion berlalu, ekspresi Karin berubah menjadi serius, lalu bergegas menuju loker tinggi khusus pramugari tempat ia menyimpan kopernya. Memastikan tidak ada orang lain yang melihat, Karin melesat menuju toilet dengan koper miliknya.

.

.

.

Naruto mengamati surat resmi dari pengadilan yang ditujukan untukknya. Matanya menatap kosong amplop berwarna coklat itu, mendesah berat, lalu memasukkan kembali amplop itu pada laci meja kerjanya.

Disamping amplop itu, tersanding sebuah foto dengan pigura coklat, foto Naruto sedang memeluk istrinya dari belakang. Sepasang bola biru itu makin sendu.

.

.

.

Karin dengan lihai merangkai senjata laras panjang jenis Steyr Aug, dua senjata dirakitnya tanpa kesulitan. Karin juga merangkai beberapa jenis pistol dengan cepat. Satu buah boks persegi panjang berisikan Kalashnikov tidak ia rakit, model terlalu kuno tidak ia kuasai dalam perakitannya.

Dari dalam koper, ia mengeluarkan dua holster, satu ia pakai dengan melilitkan dipinggang rampingnya. Dua pistol dan beberapa magazine diselipkan disana, Sedangkan untuk laras panjang ia menenteng AK-47 standard.

Highheels pun ia lempar sembarang, menggantinya dengan sepatu bot kulit berwarna hitam tinggi sampai dibawah lutut. Ia pun memakai kevlar, serta mengeluarkan empat kevlar lainnya dari koper. Karin menatap pantulan di cermin toilet, seorang wanita muda dengan rompi anti peluru, AK-47 tersampir dibahu, dua pistol dan satu belati di hostler yang melingkari pinggang rampingnya. Rok mini yang jelas menggambarkan bongkahan pantatnya yang montok serta paha putih mulus dipadu dengan bot kulit setinggi lutut.

Karin tersenyum melihat pantulannya sendiri, ia meyampirkan dua Steyr Aug dibahu yang nganggur, dan menenteng empat kevlar serta kalasnikov dimasing-masing tangannya. Lalu keluar dari toilet, bersiap untuk pesta.

"Juugo! Gigi Hiu! Ambil ini!"

Juugo dan Suigetsu yang duduk di bangku 45B dan 45C segera berdiri. Menerima lemparan senjata laras panjang dan kevlar, Suigetsu mendecih kesal, "Hey hey wanita monster! Bisakah kau tidak mengejek model unik gigiku." Dan langsung mengokang senjata tersebut.

Seluruh penumpang langsung panik dan histeris, beberapa teriak tidak jelas sementara beberapa orang langsung komat-kamit membaca doa. Kepanikan massal pun tak terelakkan.

"KYAAAA! ADA TERORIIIIS!" teriakan salah satu penumpang yang histeripun makin menambah laju kecemasan dan rasa takut pada setiap nyawa disana.

Sementara Juugo dengan santai merakit senjatanya sendiri, salah satu pramugari berlari menuju telepon di dinding ruang flight attendance, Karin dengan kasar mendaratkan popor AK-47 nya ke perut pramugari naas itu, "Jangan coba-coba, Ayame-chan!"

Tersungkur kebelakang, Ayame terjatuh dilantai dengan ringisan menahan sakit pada perutnya "Apa yang kau lakukan, Karin-chan?"

Karin tak acuh dan berbalik menuju lantai atas. Suigetsu mengekor, dengan telapak tangan kanannya, Suigetsu menepuk keras bongkahan pantat menggoda Karin, "Slowdown baby, jangan tunjukan wujud monstermu pada rekan kerjamu sendiri!" Suigetsu menyeringai mesum. Karin berbalik dengan pukulan tangan kanan, Suigetsu lebih sigap dengan menyilangkan kedua tangan di depan wajah dan mundur beberapa langkah. "Hey... Sasuke tidak suka wanita sangar loh...!"

"Cih!" Karin meludah dilantai lalu menapaki tangga berputar yang mengarahkan langkahnya ke lantai atas. Sementara Suigetsu berdiri tepat disamping ditangga yang menuju lantai atas, senjatanya disetel dalam posisi otomatis.

Juugo sendiri sudah siaga di barisan paling depan, dengan lembut Juugo berkata cukup keras agar bisa didengar oleh semua penumpang, "Tenang saja, kalian akan baik-baik saja!" Namun suara penuh kelembutan itu kontradiksi dengan bunyi khas senjata yang terkokang dari tangannya.

.

Dilantai atas, Karin menepuk bahu Sasuke, membuka matanya yang senantiasa terpejam, Sasuke menerima salah satu pistol dari hostler Karin. Sasuke berdiri diikuti Kabuto, lalu memakai rompi anti peluru, Karin mengarahkan moncong AK-47 nya pada semua penumpang yang tiba-tiba panik.

"Semua diam dan jangan bergerak!" Kesan lemah lembut yang menjadi ciri khas pramugari-pun lenyap dari Karin, digantikan kejamnya seringai yang terpampang dari gadis berambut merah tersebut.

Sasuke dan Kabuto berjalan cepat menuju flight deck, Karin mengikuti hanya sampai di pintu, ketika Sasuke dan Kabuto masuk ke kokpit, Karin bersiaga tepat dihadapan pintu pembatas Flight deck dengan tatapan intimidasi pada semua penumpang yang mulai ketakutan.

.

"Jadi, Jika kita dapati kabut tebal, selain Airspeed Indicator, panduan dari menara kontrol berfungsi sebagai mata ketiga kita..."

Rock Lee menganguk paham pada sesi 'berbagi pengalaman' di jam terbang pertamanya, ia tersentak ketika pintu kokpit di buka dengan paksa, reflek menoleh cepat, moncong pintol bersarang tepat dikeningnya. Maito Guy tak sempat berkutik, ketika sisi tajam belati Sasuke juga tepat digaris lehernya.

"Keluar! Sekarang!"

Hardikan Sasuke tak membuat gentar pilot senior seperti Guy, dengan kedua tangan diangkat diatas kepala, Guy menyanggah "Tidak bisa, keselamatan penumpang ada ditanganku, hanya aku yang bisa mengudarakan pesawat ini, anak muda!"

Bruugh!

Bogem mentah Sasuke meremukan tulang rawan dihidung Guy, darah segar bercucuran seirama jerit kesakitan Guy, Rock Lee menggigil takut, dihatinya seolah-olah gerbang kematian sudah menyapa.

"Cepat bangkit dan ikuti perintah kami!" Kabuto dengan kasar mencengkram kerah seragam Guy lalu menyeretnya hingga VIP room. Lee berjalan mengikuti dibelakang dengan todongan pistol di belakang yang kapan saja bisa melubangi kepalanya. Karin mengarahkan moncong senjatanya pada Guy dan Lee yang terduduk dilantai. Sasuke dan Kabuto dengan sigap kembali masuk ke flight deck, Kabuto mengambil alih kemudi, sedangkan Sasuke duduk di kursi yang sebelumnya ditempati Rock Lee.

"Apa mereka sudah menghubungi pihak ATC Korea Utara?"

"Dari analisaku, sudah Sasuke, sekarang kita hanya menunggu sebentar lagi untuk masuk ke wilayah jepang."

Sasuke menatap tajam kedepan, seringai penuh kemenangan terukir, mengambil radio dan memencet salah satu tombol di sana, Sasuke sudah terhubung dengan semua semua penumpang.

"semuanya, dengarkan aku!"

Seluruh penunpang yang dikecam takut seksama mendengarkan pengeras suara.

"Mulai saat ini, Pesawat ini dibawah kendaliku!"

To be Continue