"Kita bertemu lagi, putri," ucapnya sambil mengambil tangan kanan Naruto, lalu menggenggam dan mengecupnya.

"Ah, tung- Nggh…?!" sentak Naruto saat tangannya bersentuhan dengan tangan Sasuke. 'Dingin..,'

"Tanganmu hangat..," komentar Sasuke, terus dengan menggenggam tangan Naruto dan secara perlahan mendekatkan diri pada tubuh Naruto, hingga kening bertemu kening. 'Kehangatan tangannya pelan-pelan mengalir padaku., kedua telapak tangan dan jariku menjadi hangat, seperti ada listrik yang mengalir diantaranya.'


Naruto Masashi Kishimoto

Author HikaruMinori

Disclaimer Naruto milik Kishimoto-sensei, Mino-chan cuman meminjam untuk Fic ini

Rated T

Pairing SasuFem!Naru

Warning Typo, Alur berantakan, Gaje, Masih kaku, DLL

DON'T LIKE, DON'T READ


Naruto POV

Tangannya yang besar menggenggam lembut tangan kecilku, suhu tubuhku seakan terserap ke dalam tubuhnya yang dingin. Sangat dingin. Seakan kulit tubuhnya tak pernah tersentuh kehangatan sedikitpun. Saat jari kami terlilit, suhu dingin seakan melebur dalam suhu hangatku. Bagaikan matahari yang terselimuti lembutnya salju. Tangan ke tangan. Terus menggenggamku dengan lembut. Matanya yang terpejam, seperti menikmati satu - persatu kehangatan yang mengalir dari sentuhan tangan kami. Aku pun juga begitu, menikmati sentuhannya yang dingin melewati telapak tanganku, dan menembus bagian hatiku yang terdalam.

"S-sudah ya..," ucapku, dan langsung menarik tanganku dari genggamannya.

"Hn, ya..," gumam Sasuke pelan, aku hanya mendengar ada nada kecewa disana.

"K-kenapa kau disini? Dan apa maksud-mu yang…, kamu pasti tahu..," tanyaku dengan perasaan ragu dan penasaran.

"Aku yang seharusnya bertanya padamu, kenapa kau ada disini? Kehadiranmu cukup membuatku terkejut," balas Sasuke.

"Untuk yang tadi, aku tak tahu. Tubuhku bergerak sendiri, baka..," lanjutnya di sertai sentilan kecil di keningku.

"Ouch.., sakit tau..," kataku sambil mengelus keningku dan sedikit mengembungkan pipiku.

"Hn," ucap Sasuke singkat dan tak jelas.

Kami pun akhirnya, berbicara bersama. Walau yang paling banyak berkata adalah aku, dan Sasuke hanya sedikit, dan lebih banya berkata 'hn'. Dua huruf yang sangat sering ia lontarkan, ketimbang berkata panjang-panjang. Entah kenapa, aku tak keberatan sama sekali. Terus saja kami bersama, tanpa sadar hari sudah sore. Melihat itu, aku memutuskan untuk kembali ke kerajaan.

"Baiklah, Sasuke. Aku harus kembali..," pamitku sebelum berlalu. Belum sempat aku melangkah, Sasuke tiba-tiba menarik tanganku.

"A-apa?" tanyaku, sedikit terkejut.

"Biarku antar..," balasnya, dan langsung menggeretku. Tanpa mendengarkan ku berbicara.

.

.

.

Normal POV

"Sampai..," ucap Naruto, setelah berada di depan kerajaan.

"Hn, aku pergi..," pamit Sasuke.

Naruto hanya mengangguk. Sasuke berbalik dan melangkah pergi dari tempat Naruto berada. Lama-kelamaan sosok Sasuke sudah tak tampak dalam penglihatannya. Akhirnya, Naruto memutuskan untuk masuk dan beristirahat, setelah memastikan bahwa Sasuke benar-benar sudah tak terlihat. Saat Naruto baru ingin menutup pintu, Naruto sudah di kagetkan dengan sebuah suara.

"Darimana saja, Naruto?"

"WAAA..?!" teriak Naruto, alhasil ia terjatuh dan punggungnya sempat bertabrak-kan dengan pintu.

"GAARA…, SUDAH KUBILANG JANGAN PERNAH MEMBUATKU KAGET..!" lanjut Naruto, setelah melihat bahwa suara yang mengagetkannya dan berhasil membuatnya terjatuh adalah Gaara. Benar-benar membuatnya emosi.

"Haaahh.., bisa tidak jangan berteriak. Itu membuat telingaku sakit..," kata Gaara tanpa ada rasa bersalah.

Hal itu membuat Naruto makin terselimuti emosi, tapi, emosinya hilang secara perlahan-lahan saat melihat sebuah tangan terjulur di depan wajahnya.

"Gomennasai. Sini, kubantu..,"

"Ah, iya..,"

.

.

.

Bruuk..

Naruto merebahkan tubuhnya diranjang, ia terus menghela nafas berkali-kali. Naruto masih terbayang tindakan Sasuke padanya, benar-benar membuat jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Tanpa sadar, pipi Naruto berubah merah. Jika memikirkan kejadian itu. Mengingat Sasuke, Naruto juga mengingat perkataan Tsunade yang membuat kepalanya pusing.

'Vampire… Ciuman… Kehancuran..,' batin Naruto, saat mengingat-ingat beberapa inti dari pembicaraan yang sempat diperbincangkan bersama Tsunade dan Shizune. Sampai saat ini Naruto pun hanya bisa diam berpikir, seolah-olah mencari kebenaran dari kata sederhana itu. Sambil menerawang langit-langit kamar, ia termenung. Arrgghh…, Naruto mengacak rambut pirangnya. Frustasi.

Tok..Tok..

Suara pintu terketuk terdengar di telinga Naruto. Ia pun segera mendudukan diri di tepi ranjang, lalu menyuruh seseorang yang mengetuk pintu untuk masuk. Merasa telah mendapat izin, orang itu masuk, membuka pintu secara perlahan-lahan. Lalu menutup pintu dengan hati-hati, setelah dirinya masuk ke dalam kamar Naruto.

"Oh, kau Gaara," kata Naruto, setelah siapa yang berkunjung ke kamarnya.

"..."

"Gaara,..., apa kau tahu sesuatu tentang 'Tiga Kata sederhana dalam Syarat Abadi'..?" tanya Naruto tanpa memandang Gaara.

"… Tidak banyak yang ku ketahui tentang isi Syarat Abadi…" jawab Gaara dengan santai.

Mendengar hal itu, Naruto langsung mendongakkan kepalanya. Menatap Gaara penuh harap. Namun, tatap itu menghilang setelah Gaara melanjutkan perkataannya.

"… Termasuk Tiga Kata Sederhana, aku tidak tahu. Gomen…" lanjut Gaara.

"Iya, kau tak perlu meminta maaf. Mungkin aku harus mencarinya sendiri," kata Naruto dengan senyuman. Gaara tahu, Naruto tersenyum paksa dan menahan rasa kecewa.

"… Baiklah, aku keluar. Beristirahatlah, besok jika kamu ada waktu. Aku akan mengajakmu jalan-jalan.." ucap Gaara sebelum benar-benar keluar dari kamar Naruto.

"..."

Naruto membaringkan tubuhnya, dan langsung memejamkan kedua matanya. Ingin melupakan sejenak hal-hal yang membuat kepalanya hampir pecah. Namun, tanpa Naruto sadari. Gaara daritadi masih setia di depan pintu kamarnya. Belum berpindah tempat, setelah keluar dari kamar Naruto. ' Kenapa, Naruto? Kenapa dengan tatapanmu dan perasaanmu itu? Kenapa semuanya berubah?' batin Gaara. Dengan tangan terkepal kuat, Gaara menahan emosi yang cukup besar. 'Uchiha ya..?' batinnya, kali ini dengan seringai dan emosi yang meluap.


"Huaaahh..,"

"Sudah pagi yaa..?" tanya Naruto, entah pada siapa, sambil mengucek matanya.

Dengan langkah lemas, Naruto beranjak dari ranjang ke kamar mandi, memutuskan untuk langsung membersihkan dirinya. Tak lama, Naruto keluar dari kamar mandi. Air menetes dari tiap ujung-ujung rambut pirang-nya yang masih basah, turun menyusuri wajah dan tubuh Naruto. Lekas saja Naruto sambar handuk yang tergantung di pintu, berniat mengeringkan rambutnya. Namun, hal itu tidak jadi Naruto lakukan saat melihat seseorang berdiri tepat di hadapannya.

Wajah Naruto langsung merah, menahan kesal. Saat tahu siapa di hadapannya ini. Seseorang yang tak tahu akan sopan-santun. Sebut saja, Gaara. Dengan santai, Gaara bersender di pintu kamar. Melihat Naruto dari atas sampai bawah. Hal itu membuat perempatan di kening Naruto muncul.

"… Baru mandi? haah..., dasar putri malas…" ucap Gaara santai, lalu berlenggang pergi.

"KAAUUU…?!"

"GAARAAA…!" teriak Naruto dengan sangat-amat membahana. Sampai-sampai teriakannya itu terdengar keluar kerajaan.

.

.

.

Tak…Tak…Tak

Naruto menghentakkan kakinya dengan penuh emosi, seperti punya niat pelampiaskan emosinya pada lantai yang tak punya salah apapun. Kali ini Naruto hanya berbalut pakaian biasa. Rambut di kuncir dua, kaos orange lengan panjang, rok putih yang panjangnya sampai lutut, dan sepatu flat orange bertali. Tidak memakai gaun kerajaan seperti biasa. Kini, Naruto menikmati saat-saat dirinya libur dari semua pekerjaan. Tapi, sepertinya tidak untuk kali ini.

'Awas kau, Gaara. Jika ketemu, ku tak segan-segan memukul kepalamu itu..!' kesal Naruto. Akhirnya, Naruto menemukan seseorang yang ia cari setelah berkeliling kerajaan berjam-jam lamanya. Gaara, yang hanya berbalut kemeja putih, celana panjang hitam, dan sepatu putih. Tidak memakai baju Ksatria yang biasa ia kenakan. Ingin langsung melaksanakan ucapannya, memukul kepala Gaara. Hingga ia tak melihat sekelilingnya. Alhasil, bukan Gaara yang di pukul, malah ia yang kena pukul Gaara.

Bugh..,

Walau hanya pukulan kecil, tetap saja itu membuat Naruto meringis kesakitan.

"I..itaii..!, kok memukulku sih?!" protes Naruto sambil memegangi kepalanya. 'Seharusnya 'kan aku yang memukulnya..!' batinnya itu protes.

"Hukuman untuk orang yang terlambat," kata Gaara dengan singkat.

"Terlambat?" tanya Naruto dengan tatapan bingung.

"Haaah.., aku 'kan sudah berjanji padamu. Untuk mengajak 'mu berjalan-jalan, aku tahu kau sedang banyak pikiran. Sedikit refreshing 'kan tak masalah. Kau juga libur 'kan?" jelas Gaara dengan panjang.

"..."

Naruto hanya diam berdiri. Mengapa ia sampai lupa, benar yang diucapkan Gaara. Ia juga mendengarkan ajakan Gaara kemarin. Naruto merasa bersalah, karena tidak menyadari kebaikan Gaara di balik sifat dingin dan keras kepalanya. 'Arrgghh…, bodoh sekali kau Narutoo…?!' batinnya kesal. Kesal terhadap dirinya sendiri.

"Sumimasen, Gaara. Baiklah, ayo pergi..," ucap Naruto tersenyum, dan langsung menarik tangan Gaara.

"Oi.., jangan seenaknya menarik tangan orang..?!" protes Gaara. Namun, ia senang. Bahwa Naruto sudah bisa tersenyum lagi dihadapannya.

"Hahaha…, suka-suka..," kata Naruto sembari tertawa dan berlari pelan, tentu saja masih menggandeng tangan Gaara.

Mereka pun bersenang-senang bersama. Tertawa, bercanda, dan bermain bersama. Melepas jarak antara Putri dan Ksatria-nya. Disini yang ada hanya suasana kekeluargaan, layak halnya sepupu yang bermain bersama. Tanpa memikirkan rasa lelah, karena berlari mengejar satu sama lain. Namun, tanpa mereka sadari, ada sepasang mata menatap mereka dengan kesal.

"Ahhh…, senangnyaaa…!?" ucap Naruto.

"..."

"Tidak ku sangka, bisa juga kamu membuat orang senang, Gaara," canda Naruto.

"..."

"Hei, kok daritadi kamu diam saja, Gaara. Ada apa?" cemas Naruto.

"Ah, tidak kok. Aku hanya merasakan ada seseorang yang memperhatikan kita," jelas Gaara.

"Benarkah?" tanya Naruto.

"Aku juga tidak tahu, mungkin ini hanya firasat," jawab Gaara.

"..."

"Lebih baik kita kembali ke kerajaan, sudah hampir malam," ajak Gaara dan langsung menggenggam tangan Naruto.

"… Iya"

.

.

.

Beberapa menit setelah berjalan kembali ke kerajaan, tiba-tiba ada seseorang menghalau mereka. Hal itu membuat Gaara langsung mengambil posisi siaga, dan membiarkan Naruto berada di belakang punggungnya. Gaara ataupun Naruto tak dapat melihat jelas siapa orang yang menghalau mereka, karena orang tersebut memakai jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Sia..- HEI..?!" teriak Gaara, ketika orang di depannya tiba-tiba pingsan.

Diangkatnya tubuh yang dapat di tebak adalah seorang pemuda. Lalu, di lepasnya tudung jubah yang orang itu pakai, agar mereka dapat melihat siapakah itu. Setelah melepas tudung jubah itu, betapa terkejutnya Naruto, ketika tahu siapa itu.

"Sasuke..!" panik Naruto.

"Oi, kenapa, Sasuke? Hei, Bangun..!" ucap Naruto, sambil menggoyangkan tubuh lemas Sasuke.

"Sebaiknya kita bawa dia ke kerajaan," saran Gaara.

"… Iya…"


Sudah satu jam berlalu, sejak Naruto dan Gaara sampai kerajaan. Sejak saat itu pun, Naruto bergerak gelisah menunggu hasil pemeriksaan atas Sasuke.

Cleck.. Blam..

"Bagaimana, Anko-san?" tanya Naruto segera.

"Hm, aku memang bukan medis. Namun, menurut pemeriksaan secara umum, ia hanya mengalami luka kecil di bagian perut dan dada-nya. Aku juga telah mengobati luka-nya sebisa 'ku," jelas Anko, rekan Shizune.

"Huff, syukurlah. Terima kasih, Anko-san," ucap Naruto, sambil membungkuk 'kan badan.

"Iya, untuk Naru-chan apa sih yang tidak..," goda Anko sambil membelai rambut Naruto.

"Baiklah, aku permisi dulu ya..," pamit Anko sebelum berlalu pergi.

"Sudah ada hasil tentang orang itu?" tanya Gaara yang langsung ada di samping Naruto.

"WUAAH..!"

"Arrggh, kau membuat 'ku selalu terkejut. Namanya Sasuke. Kata Anko-san, ia hanya mengalami luka kecil di perut dan dada," jelas Naruto setelah meredakan rasa kagetnya.

"Ouh, ya sudah. Sebaik-nya kamu kembali ke kamar, sudah malam," saran Gaara.

"Tidak, aku ingin disini. Menjaga Sasuke..," tolak Naruto.

"Baiklah, jika itu keputusanmu. Tapi, gantilah baju terlebih dahulu," ucap Gaara.

"Iyaa..," Naruto langsung berlari ke ruang ganti, cepat-cepat ganti baju agar bisa langsung kembali ke ruang Sasuke berada.

Melihat itu, Gaara hanya bisa memandang penuh kesedihan sambil memegang dada-nya. 'Kenapa dada-ku terasa sangat sakit, melihat perhatian Naruto pada pemuda itu? Kenapa juga Naruto sangat perhatian padanya? Kenapa, kamisama..?!' batin Gaara kesal dan juga kecewa. Setelah menyadari Naruto telah selesai ganti baju, Gaara langsung berpamitan.

"Ya sudah, aku pamit dulu," ucap Gaara sebelum berlalu pergi.

"Iya..,"

Setelah kepergian Gaara, Naruto memutukan untuk mendudukan diri di sisi ranjang yang di tempati Sasuke. Dengan wajah sedih, di belai-nya rambut Sasuke. Naruto sangat perihatin dengan kondisi Sasuke. 'Apa yang terjadi, Sasuke?' batin Naruto. Di belainya terus helai demi helai rambut Sasuke. Hingga suatu reaksi mengagetkan Naruto.

"Nnggg…,"

"Sasuke…, Sasuke…," panggil Naruto, ketika kelopak mata Sasuke terbuka perlahan-lahan.

"S-s-siapa di sana?" tanya Sasuke dengan lemas.

"Ini aku, Naruto," jawab Naruto dengan wajah bahagia, karena Sasuke telah sadar.

"Na-naruto..?"

"Iya, ini aku, NA-RU-TO..," kata Naruto lebih memperjelas.

"Dimana ini?" tanya Sasuke, setelah mendudukan diri yang tentu-nya dibantu Naruto.

"Kerajaan'ku, EnternalKingdom." jawab Naruto.

"… Terima Kasih, telah menerima keberadaan –ku disini," ucap Sasuke.

"Sama-sama..,"

Semua terdiam, hanya berfokus pada pemikiran sendiri-sendiri. Saling menatap satu sama lain, beharap mengerti akan perasaan hanya dengan menatap mata. Jenuh akan keheningan ini, Sasuke menarik pelan kepala Naruto, mengajak-nya untuk mendekat. Sasuke menempelkan keningnya dengan kening Naruto. Hal itu membuat Naruto sedikit memberontak. Namun, Sasuke menahan tubuh Naruto agar tetap pada posisi-nya. 'Padahal terluka, tapi masih dapat mengeluarkan tenaga yang cukup kuat,' batin Naruto, takjub.

Bingung akan perlakuan Sasuke, hendak bertanya tapi bibirnya seakan terkunci. Tubuhnya juga merasa ingin berada dalam posisi ini selama mungkin. Nyaman. Naruto memejamkan matanya, menikmati sentuhan yang di terimanya. Hal itu membuat jantung Naruto, dua kali berdetak lebih cepat dari biasanya. Sesaat kemudian, Naruto mendengar seperti ada yang memanggilnya, seperti suara Sasuke.

' Naruto'

'Siapa? Siapa yang memanggilku?'

'Ini aku, Sasuke,'

Mendengar itu, Naruto langsung membuka matanya. Di sana, Naruto hanya melihat wajah tenang Sasuke dengan matanya yang terpejam. 'Apa dia menggunakan telepati? Bagaimana bisa?' Naruto sangat terkejut apa yang Sasuke lakukan. Telepati? Sungguh penuh misteri pemuda dihadapannya ini. Naruto memejamkan matanya kembali dan berusaha menenangkan perasaannya.

'Benar-benar Sasuke?'

'Iya..,'

'Kenapa kamu bisa menggunakan telepati? Setahu-ku yang dapat menggunakan telepati hanyalah seorang Raja, Ratu, Putri, dan Pangeran?'

'Apa kamu lupa, siapa aku?'

'Ah, iya-ya. Ehehehe… Oh ya, kenapa kamu menggunakan telepati hanya untuk berbicara padaku?'

'… Agar tidak ada yang mendengarkan pembicaraan kita,'

'... Begitu ya.. '

'Naruto…'

'Hm?'

'Aku… Haus..'

'Baiklah, kalau begitu aku ambilkan air dulu ya..,'

'Tidak., aku tak butuh air,'

'Lalu?'

'Aku butuh sesuatu yang lebih dari air,'

Sesaat kemudian, taring Sasuke mulai memanjang dan mata-nya berubah merah dengan tiga tanda hitam seperti koma. Di dekatkan-nya leher Naruto ke arah taring milik Sasuke. Nafas Sasuke mulai menyentuh kulit leher Naruto, hal itu membuat tubuh Naruto bergetar geli. Sasuke memposisikan taringnya diantara perpotongan leher Naruto. Bersiap menembus kulit tan Naruto.

"Sa-Sasuke.. nngghh..,"

"Tenang, Naruto. Ini tak akan sakit…,"

"Ngghh.., arrgghh.. AAAAAAA..!"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC


Gomen, lama yaa…, habisnya Minori harus menyelesaikan tugas dari MY SENSEI.., Merepotkan, semoga chap kali ini reader suka ya.., Apakah ini sudah panjang? Gomen ya, kalo ada salah-salah kata.. Maklum newbie ^^ .. Thank's yang udah mau Review dan Menunggu.., Maaf ya, gak bisa bales satu-satu ^^ Oke, sama seperti lalu-lalu REVIEW & REVIEW.. arigatou.. Satu lagi, maaf jika alur-nya kecepetan... SUMIMASEN...