Cast :

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Xi Luhan

Oh Sehun

Others

GS (Gender Switch for uke)

T

[Play BGM]

2NE1 – It Hurts

.

.

.

Manusia bilang tiap pertemuan tidak terduga itu adalah akar cinta.

Jika kita tidak di pertemukan bagaimana aku mengetahui bahwa itu kau? Jika sebuah kata mewakili garis takdir yang menghubungkan kita. Bagaimana aku bisa mengerti? Jika kita tidak pernah memulai sesuatu bagaimana kita bisa tahu bahwa itu cinta?

Tapi di setiap pertemuan selalu ada akhir. Namun semua tergantung manusia tersebut. Apakah dia ingin akhir yang bahagia ataukah justru sebaliknya?

Setiap manusia memiliki cerita dan hal itu baru saja terjadi jika kata memulai, menjalankan alur-nya.

.

.

.

.

-Sehyun Presents-

Started

-BaekYeol-


"Sudah kubilang aku tidak mau" rengekan itu terasa bodoh ketika dua puluh menit kemudian paksaan yeoja ini berhasil.

"Sudah kubilang apa? Merengek pun percuma sekarang kau sudah disini" goda Luhan, tersenyum puas.

Sementara gadis berambut chestnut blonde hanya memajukan bibirnya dengan pandangan cuek. Dirinya masih kesal. Sudah beberapa kali dia menolak mentah-mentah namun akhirnya terpaksa juga.

"Tidak perlu namjachingu-mu akan datang?" cemberutnya memasukkan kedua tangan kedalam saku jaket. Hawa di sekitar Sungai Han begitu menusuk persendianya.

Luhan melirik jam tangannya. "Sebentar lagi"

"Sebentar apanya? Ini sudah sepuluh menit Luhan"

"Lebih tepatnya 'hampir' sepuluh panjangnya masih di menit kesembilan Baekki" koreksi Luhan dan Baekhyun hanya memutar bola matanya malas.

Luhan menunggu dengan gelisah. Sedangkan Baekhyun terlalu menikmati pemandangan malam sungai dengan tenang. Seakan terpaku dia tidak mau beranjak dari tempatnya barang sedikit pun.

Sebenarnya dia masih kesal karena di ajak ke festival dadakan yang di adakan di samping Sungai Han. Karena Baekhyun tidak tahan dengan udara dingin tentu saja dia lebih suka tiduran di rumah dengan selimut hangat.

Tapi tidak buruk juga mengingat banyak makanan enak yang membuatnya harus menegak air liur. Sangat mengiurkan! Namun ada pengecualian sekali lagi. Baekhyun tidak begitu suka tempat ramai. Memandang Sungai Han yang gelap di malam hari lebih memikat hatinya daripada festival ramai di belakang.

"Baekki. Sehun sedang mencari temannya yang tiba-tiba hilang. Sepertinya teman Sehun kesasar. Aku pergi sebentar ketempatnya kau tunggu disini tidak apa-apa kan?" tanya Luhan.

Baekhyun mengangguk-angguk patuh sambil bersedekap. Luhan balas tersenyum dan segera berlari meninggalkan yeoja manis itu. Tidak lupa menjanjikan tteokbokki saat dia kembali.

"Hahhh…. Ada-ada saja sampai mengajak temannya yang gampang kesasar?" ucapnya bicara sendiri.

Wanita itu akhirnya tidak merasakan bahwa dia sudah menunggu lama. Entah saking fokus pada air mengalir itu atau pemandangan sunyi sungai ini begitu menenangkan pikirannya.

Entahlah..

Baekhyun orangnya memang cepat terpesona.

"Suasana sepi adalah yang terbaik bukankah begitu?" tanya seseorang di sebelah Baekhyun.

Kepala Baekhyun itu berdiri dengan sikut yang menyentuh pagar pembatas. Pandangannya lurus seakan begitu memuja view di hadapannya.

"Maksudmu?"

"Buktinya kau bisa berada disini. Berarti kau pasti tidak suka festival menarik di sana. Iya kan?" terka-nya.

Baekhyun mengeryit heran.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan" ucap Baekhyun kembali menatap kedepan.

"Sendirian seperti ini tidak baik untuk yeoja sepertimu"

"Aku tidak apa-apa selama kau tidak berusaha menggodaku dengan ocehanmu yang tidak jelas" tuturnya datar dan namja itu tergelak.

"Kenapa kau tertawa?"

"Ah? Maaf apa itu menganggumu?" ucap sang namja.

Yeoja ini menyipitkan mata pada pria di sebelahnya. Sepertinya dia mengenali sosok jangkung bersuara berat ini. Wajahnya familiar. Tapi dimana Baekhyun pernah bertemu dengannya?

"Tidak juga. Lupakan saja" papar Baekhyun.

Namja itu membalikkan badan sehingga berhadapan dengan Baekhyun. Kedua bola mata mereka bertemu.

"Apakah semua yeoja selalu bertindak waspada seperti dirimu pada orang yang tidak di kenal?" tanya pria itu.

Baekhyun tidak menjawab.

Wajahnya di palingkan kearah lain menahan malu. Namun sekali lagi kepalanya menoleh refleks. Otaknya merespon hal yang tidak bisa dia pungkiri. Namja di sebelahnya memang tampan dan sangat keren. Belum lagi tingginya yang melebihi rata-rata. Sungguh mempesona...

Mata mereka kembali bertemu.

Waktu serasa berhenti ketika pandangan mereka menyatu. Bagaikan dunia milik berdua. Kedua belah pihak itu tidak mau melepaskan tatapan mereka. Memperhatikan garis wajah masing-masing dengan sejelas mungkin. Padahal mereka baru pertama kali kenapa seperti sudah mengenal dekat? Mata ini merasa nyaman berlabuh pada pahatan wajah sempurna kedua belah pihak. Sampai akhirnya sang yeoja berpaling terlebih dahulu karena tersadar pipinya terasa panas ditatap se-intens itu.

"Kenalkan. Namaku Park Chanyeol" ucapnya dengan suara berat.

Tangan besar itu terulur di hadapan Baekhyun. Dia melirik tangan nganggur yang mengharapkan balasan sapa. Keraguan menyelimuti dirinya. Sebenarnya dia telah menyadari siapa namja di hadapannya.

Namja ini adalah namja populer di sekolahnya. Namja yang namanya selalu di elu-elukan para yeoja akibat pangkatnya sebagai kapten team basket.

Namja yang tidak pernah terpikirkan oleh Baekhyun akan bertemu dan berbicara dengannya bahkan di tempat ini. Karena dia hanya yeoja polos biasa bertubuh mungil. Sedangkan tinggi Chanyeol melebihi tubuhnya dan itu tidak normal.

Tanpa pikir panjang lagi. Dia menggenggam tangan besar Chanyeol. Bibirnya terkulum dengan kepala terangkat malu-malu.

"Byun Baekhyun" lirihnya.

"Aku tau"

Ucapan Chanyeol cepat, membuat Baekhyun mengangkat wajahnya. Pria itu tersenyum manis. Wajahnya berkali-kali lipat lebih tampan saat sudut bibirnya tertarik. Jantung Baekhyun mendapat satu hentakan keras yang terasa asing.

Ini benar-benar permulaan mengenai sebuah perasaan baru baginya.

"Dan aku menyukaimu Baekhyun-ah"

Loading...

.

.

.

.

"Eh?"


-Started-

Baekhyun POV

Tolong bangunkan diriku dari dunia mimpi ini. Karena segalanya terasa sangat nyata sekarang. Beberapa bulan setelah pernyataan konyol yang sangat mendadak. Akhirnya kami jadian.

Jujur, awalnya aku menolak. Tentu saja! Alasan pertama adalah aku baru putus dengan namjachingu-ku dua bulan sebelum bertemu dengannya. Aku tidak mau menjalin cinta lagi. Namun usaha Chanyeol sangat gigih. Aku bahkan tidak menyadari kalau selama ini namja paling popular disekolah menyukaiku sejak lama.

Benarkah?

Aku tidak mempunyai pertanyaan lagi. Intinya, sudah jelas dengan hubungan kami yang sudah memasuki bulan ke-delapan kelas dua sekolah menengah. Kami telah bersama dalam suatu ikatan sederhana.

Banyak yang terkejut mengenai kenyataan bahwa kami telah jadian. Terkecuali Luhan dan Sehun yang telah merencanakan semua ini. Tapi ternyata Chanyeol malam itu malah kabur dari Sehun karena sudah tidak sabar ingin bertemu denganku.

Jika mengingatnya kembali pipiku terasa memanas!

"Baekhyun. Ada saus di bibirmu" suara berat itu mengalihkan lamunanku.

"Eh? Mana?"

"Disini" dia menunjuk pada bibirnya sendiri.

"Disini?" tanyaku sambil menyentuh bekas saus burger—yang katanya berceceran dimulutku.

Chanyeol tertawa. "Bukan babo"

Aku mendengus mendengar ucapannya. Kemudian badan pemuda jangkung itu condong kedepan dan tiba-tiba wajahnya mulai mendekat padaku.

CHU

Chanyeol mencium sudut bibiku. Mengeluarkan lidahnya untuk menjilati beberapa saus itu dan menciumnya kembali. Aihhhhh! Apa yang dia lakukan?!

"Tapi disini" tuturnya sambil memegang sudut bibirku dengan ibu jari yang masih menyisakan salivanya.

Kepalaku hanya menunduk dalam. Lalu tanganku bergerak memukul pahanya cukup keras. Chanyeol benar-benar tidak tahu tempat. Kami memang sedang berkencan di sebuah taman kota. Tapi apa dia tidak memperhatikan pandangan orang-orang yang melihat kita?

Benar-benar bodoh! Tapi entah kenapa aku tidak menolak kenyataan bahwa aku sedikit menyukainya.

.

.

.

Besok hubungan kami akan memasuki sepuluh bulan. Tidak terasa kan? Entah kenapa Chanyeol yang dulu notabane-nya playboy bisa bertahan sangat lama denganku. Padahal sebelum pacaran denganku Chanyeol di gosipkan suka berganti-ganti berganti-ganti yeoja. Wajar jika dia melakukan hal itu. Hanya orang bodoh yang tidak ingin bersamanya.

Tapi kenapa dia berubah?

"Chanyeol-ah. Boleh aku bertanya?"

Pemuda itu mengangkat kepalanya dari buku yang sedari tadi dia baca. Senyuman manis merekah dibibirnya. Aku selalu menyukai senyumannya. Tuhan kenapa namjachingu-ku sangat tampan?

"Ya?"

"Emm..Tidak jadi deh" aku urung menanyakan pertanyaan yang sudah diambang pikiranku.

"Hey, katakanlah. Kau tahu kan aku tidak suka di buat penasaran?" desaknya sambil mencubit pipiku. Aku mengaduh kesakitan dan kupukul pelan lengannya. Sekarang gantian dia yang meringis. Sungguh dia selalu pandai berakting super lebai.

"Apa Baby? Aku tidak suka kau menggantungkan pertanyaanmu" pria ini mulai membalikkan posisi duduknya. Lebih merapat pada tubuhku. Sofa panjang rumah Sehun terasa lebih sempit sekarang.

"Hmm… Aku selalu ingin bertanya—"

Chanyeol menaikkan alisnya. Menungguku menyelesaikan kalimat.

"Kenapa kau memintaku mejadi yeojachingumu?" tanyaku dan Chanyeol terdiam.

"Aku tidak cantik. Bahkan aku tidak menarik dan penampilanku terkesan biasa. Aku juga tidak mempunyai hal yang dapat kau banggakan layaknya prestasimu di bidang basket. Kau begitu populer sejak dulu dan aku hanya bagian kecil dari murid-murid lain. Tapi kenapa kau memilihku dari sekian banyak yeoja cantik di sekolah?" jelasku panjang lebar lalu mengulum mulut.

Chanyeol memandangku datar. Ekspresinya berubah. Tadi dia tersenyum manis dan sekarang menghela nafas lelah sambil menggaruk kepalanya. Oh, tidak apa aku benar? Apa selama ini dia lelah menjadi kekasihku?

"Lupakan pertanyaan bodohmu itu. Aku tidak suka" ketusnya dengan dingin.

Aku mengangkat wajahku. Pria itu mulai berdiri dan melangkahkan kakinya keluar teras rumah Sehun. Entah kenapa hatiku terasa nyeri melihat ekspresi marah namjachinguku. Apa aku salah bertanya hal itu? Memang ini bukan yang pertama kali aku menanyakan hal tersebut. Tapi aku selalu ingin tahu jawaban dari mulutnya.

Maka kakiku melangkah keluar menuju dirinya yang sedang berdiri berkacak pinggang. Teras rumah Sehun memiliki taman di dalam area rumah. Pemandangan malam kota langsung menyambut mataku dari atas bukit ini. Rumah Sehun memang megah dan berada di dataran yang cukup tinggi.

"Chanyeol-ah" panggilku.

Tapi kekasihku tidak berniat menoleh. Hatiku semakin sakit. Kurapatkan kedua tanganku didepan dada. Memainkannya dengan gugup. Kami pernah bertengkar. Tapi tidak pernah aku yang membuatnya kesal. Terkadang selalu aku yang mempermasalahkan hal sepele sampai akhirnya aku sendiri yang menangis karena hal itu.

"Yeollie..." panggilku lagi menarik kemeja bawahnya.

Chanyeol masih membelakangiku. Punggungnya sangat lebar dan tegap. Postur tubuhnya benar-benar atletis. Membuatku sampai mendongak sekedar menatap kepalanya.

Tanganku bergerak kaku hendak menyentuh lengannya. Namun aku urung melakukannya ketika Chanyeol berbalik dengan raut yang sulit kuartikan. Marah? Kesal? Atau kecewa? Aku tidak tahu…

"Kukatakan sekali lagi jangan pernah mengatakan hal bodoh itu mengerti?" ucapnya dingin.

Aku menundukkan kepalaku.

"Maaf"

"Jangan minta maaf Baek"

"Tapi aku—Aku memang tidak pantas untukmu... Kau begitu sempurna, Yeol"

"Siapa bilang aku sempurna?"

Kepalaku semakin menunduk tidak berani menjawab nada tingginya. Aku hanya mengangguk pelan sambil memajukan bibir.

"Baekhyun! Kenapa kau selalu mempermasalahkan ini? Kau selalu saja menyebutku sempurna. Tidak pantas bersanding denganku. Atau bahkan bersikap malu di depan semua orang ketika aku mendekatimu atau bahkan ingin bermesraan layaknya pasangan lain. Kenapa kau selalu begitu?!"

Wajah Chanyeol memerah sampai kekuping. Aku tahu dia berusaha menahan amarah. Sejak dulu Chanyeol selalu seperti itu jika aku bertanya begini. Aku merasa sangat bersalah padanya.

"Dengar. Kalau kau lebih menyukai aku bersama dengan yeoja lain lebih baik kau tidak perlu berusaha mencintaiku" ucapnya dan mataku melebar.

"Tidak! Bukan begitu maksudku"

"Lalu apa? Kau selalu saja mengatakan hal itu! Sudah kukatakan jangan pernah mendengar apa kata orang"

"Tapi—"

"Tapi apa? Berhentilah ragu Baek! Dari dulu yang memilihmu untuk menjadi kekasihku bukan karena orang lain. Bukan pandangan manusia lain melainkan hatiku sendiri Baekhyun!" sahutnya keras.

Aku menangis. Air mata yang sedari tadi terbendung tumpah ketika dia mengatakan hal itu. Kakinya berjalan mendekatiku. Sedangkan aku masih dalam posisi yang sama. Berdiri dalam diam.

"Maaf" isakku dan Chanyeol menghela nafas.

"Sial" desisnya sambil menggeram tertahan lalu menarik tubuhku sampai akhirnya bibir kami bertemu.

Mataku membulat terkejut. Aku sempat melawan. Tapi rengkuhan tangan Chanyeol di pinggang dan punggungku begitu keras. Chanyeol melumat bibirku berkali-kali. Menghisapnya. Mengulumnya seakan ingin memakanku. Tapi perlakuannya terbilang kasar dan tanpa kelembutan sama sekali.

Akhirnya pagutan panas kami terlepas. Air mataku jatuh semakin banyak. Mata basahku menatap bola matanya yang menyiratkan kesedihan. Wajahnya juga basah dengan lelehan airmataku menempel di pipi mulusnya.

Chanyeol memejemkan mata dalam keadaan kening kami bertemu. Hembusan nafasnya menerpa bibirku. Pipiku terasa panas dan isakkan ini entah kenapa sukses berhenti.

"Kumohon jangan menangis…" lirihnya. Hatiku tersentak mendengarnya.

"Yeollie…"

"Aku mencintaimu… Aku sangat mencintaimu Baekhyun. Aku harus melakukan apa lagi agar kau percaya?" desahnya pilu.

Tuhan… Aku juga mencintainya.

Sangat…

Chanyeol melepaskan pelukkan kami. Matanya menatap lekat kedalam bola mataku. Dia mengusap bekas air mataku dengan ibu jarinya. Kenapa aku masih ragu?

Chanyeol memilihku. Dia bilang hatinya yang memilihku. Apa lagi yang mesti aku pertanyakan?

Satu pikiran bodoh terlintas dibenakku. Tapi aku tidak mau ambil pusing lagi. Aku mencintainya dan aku ingin Chanyeol juga mengetahui hal itu.

"Kalau begitu jadikan aku milikmu" ucapku penuh ketegasan.

Chanyeol terbelalak. Matanya mencari keraguan dalam wajahku tapi sepertinya dia tidak melihatnya. Dia menghela nafas berat.

"Baekhyun kau tidak perlu memaksakan diri—"

"Tidak. Aku tidak memaksakan diri"

Chanyeol kembali terdiam. Aku kembali memeluknya. Menyembunyikan wajahku di ceruk lehernya. Kukecup perlahan sambil menghembuskan nafas hangatku meski aku harus berjinjit karena perbedaan tubuh kami.

"Please make me yours. So there will be no doubt between us. I promise" lirihku pelan.

Suasana hening menyelimuti kami. Hembusan angin semakin kencang dan tubuhku mulai kedinginan. Chanyeol memberi jarak pada tubuh kami tanpa melepaskan rengkuhannya. Dia mengusap lembut pipiku sampai mataku terpejam akan sentuhan jemarinya.

Sebuah jawaban tidak perlu di pertanyakan lagi. Malam itu ketika dia membawaku pulang keapartemennya. Untuk pertama kali dalam hidupku. Aku merasakan sentuhan dan kehangatan rengkuhan seorang pria.

Aku, Byun Baekhyun telah menjadi milik Park Chanyeol seutuhnya.

.

.

.

.

4 tahun kemudian.

Bandara Incheon, 20.35 KST

"Pesawatnya sudah landing dengan selamat!" sahut Luhan sambil berlari kecil mendekati dua orang yang berdiri menunggunya.

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu" ucap namja di sebelahnya—Oh Sehun.

"Lama sekali anak itu. Apa dia tidak tahu kami sudah sangat rindu menunggu kepulangannya?"

"Sabar eomeoni, Baekhyun pasti sedang proses check out. Kita tunggu saja dia keluar" Luhan mulai menenangkan eomma Baehkyun— Byun Yixing (marga diganti) yang sudah satu jam lalu menunggu kepulangan putrinya.

Ya, Baekhyun pulang setelah menyelesaikan kuliahnya di Jerman. Tiga tahun yang lalu merupakan hal tersulit yang dia alami. Sampai akhirnya dia harus melanjutkan studinya disana. Sekarang Baekhyun telah lulus dengan nilai nyaris sempurna dan akhirnya kembali kekampung halamannya—Seoul.

"EOMMA!" sahut seorang yeoja berambut hitam. Melambai-lambai dari kejauhan sambil mendorong trolinya yang berisi koper-koper besar.

"Baekki-ah!" Yixing dan Luhan langsung berhamburan memeluknya penuh kerinduan.

"Omo! Sekarang rambutmu hitam! Ya! Kapan kau mengecatnya? Kau terlihat lebih dewasa Baek" omel Luhan dan Sehun pun tertawa.

"Sudah lama, Lu. Aishh… Kenapa kau norak sekali? Kulihat kau tidak ada yang berubah. Tetap terlihat manis!" ujar Baekhyun.

Pipi Luhan merona mendengar ucapan gadis ini. Sementara Sehun gantian memeluk sahabatnya melepas rindu.

"Baekhyun-ah" panggil sang ibu. Baekhyun menoleh tersenyum lembut pada ibunya.

"Aku pulang"

.

.

.

Baekhyun POV

Menyenangkan bisa lulus dari Universitas di Jerman dan kembali ke Seoul. Negara ini tidak banyak berubah setelah tiga tahun lamanya aku pergi. Tampak seperti ini. Selalu tertutupi salju baik saat aku meninggalkannya dan kembali lagi ke negara ini.

Sangat indah...

Aku masih memandangi jalan-jalan sekitar kota Seoul dari kaca mobil. Sedangkan eomma duduk di sebelahku dengan supir yang menyetir di depan. Luhan dan Sehun sudah tertidur di kursi belakang. Mereka pasangan bodoh! Bodoh sekali. Sampai sekarang bahkan kedua sahabatku itu belum menikah. Padahal hubungan mereka sudah 4 tahun lamanya. Benar-benar... aku tidak habis pikir.

"Bagaimana rasanya setelah kembali lagi?" tanya eomma mengalihkan pandanganku dari luar jendela.

"Menyenangkan. Tidak seburuk saat aku pergi" ucapku membuat eomma terdiam.

Alisku berkerut menatap perubahan ekspresi ibuku.

"Baekhyun-ah…"

"Ne eomma?" tanyaku mendengar suara eomma yang tertahan seperti ingin mengungkapkan sesuatu.

Ibuku terdiam kembali. Menghirup nafas dalam dan membuangnya dengan desahan berat. Sepertinya ada sesuatu yang tidak kuketahui selagi aku di Jerman. Ada apa ini? Apa ada masalah?

"Kau masih memikirkan namja itu?"

DEG!

Pertanyaan eomma sontak membuatku terkejut dan terdiam lama. Kenapa eomma masih mengingatnya? Apa selama ini eomma masih sering bertemu dengan dia?

"Aniyo eomma. Aku sudah melupakannya" bohongku berusaha mengalihkan pembicaraan. Eomma masih menatapku sayu. Aku tidak suka ketika tatapannya berubah sesedih itu sama seperti ketika appa sakit.

"Baguslah Baekhyun-ah. Karena, Chanyeol sebentar lagi akan menikah" tutur eomma perlahan membuat mataku kembali membulat.

Aku terdiam kembali sambil menetralkan detak jantungku yang terasa tercekat hebat.

"Begitukah?" tanyaku dengan suara nyaris bergetar.

Yixing—eommaku mengangguk dengan raut sendu. Sedangkan aku mencoba tersenyum dan mengalihkan pandanganku kembali keluar jendela dengan segenap perasaan yang kembali sakit.

Memori itu kembali lagi. Kembali ketika aku benar-benar telah pulang dan hampir melupakan semuanya ketika di Jerman. Memori tentang Park Chanyeol mulai menjalar di nadiku. Hati ini terasa nyeri terbelah menjadi dua saat eomma menyebutkan namanya lagi. Kenapa kau kembali memasuki pikiranku lagi Chanyeol?

.

.

.

"Demi Tuhan Baekhyun! Berhentilah merokok! Apa kau masih bersikap seperti ini ketika di Jerman hah?!" omel Luhan ketika melihatku merokok dibalkon rumah.

Ya, hari ini Luhan menginap disini bersama Sehun. Dia tidak ingin kembali kerumahnya entah kenapa.

"Padahal aku sengaja menginap dirumahmu karena merindukanmu. Tapi kau malah enak-enakkan merokok sehabis makan. Dasar babo!" Luhan membuang putung rokok yang kuhisap jauh-jauh. Wajahnya terlihat sangat kesal. Begitu juga aku.

"Yak Luhan! Kau ini apa-apaan sih?!"

"Bodoh! Kebiasaan merokokmu setelah terluka itu sangatlah bodoh! Seharusnya kau memperhatikan kesehatanmu! Kau mau mati?! Dilarang merokok dirumah ini Byun Baekhyun!" jeritnya lagi membuat kepalaku serasa mau pecah mendengar suara nyaringnya.

"Siapa yang menyuruhmu membuat peraturan bodoh begitu?!"

"Tidak ada! Tapi tidak baik untuk kesehatanmu Baekki!"

"YAK! BERHENTLAH BERTERIAK!"

"Kalian berdua kenapa ribut sekali sih?!" Sehun tiba-tiba datang melerai tanpa di undang.

"Kau urusi saja teman bodohmu itu Oppa! Dia mulai melakukan kebiasaan buruknya lagi. Orang ketika berubah memang benar-benar bodoh!" adu Luhan kepada Sehun yang menatapku terkejut.

Mati aku Sehun pasti akanlebih memarahiku dari pada Luhan. Pasangan cerewet sadis ini kalau berceramah benar-benar tidak bisa komrpomi.

"BAEKHYUN KAU MEROKOK LAGI?!" amuknya membuatku menutup kuping dengan cepat. Ternyata benar pasangan bodoh ini memang sama saja.

.

.

.

Ada yang bilang ketika terluka orang berubah. Tapi memang benar. Itu bukan sekedar kalimat ulasan biasa. Hal itu terbukti dari diriku sendiri yang mengalaminya. Dan siapapun orang yang pernah jatuh atau mengalami masa pahit pasti akan beranggapan sama sepertiku.

Aku tidak tahan. Setiap mendengar nama Park Chanyeol mulai keluar dari mulut orang-orang di sekitarku. Itu membuatku frustasi. Belum lagi sekarang para manusia tidak peka tak tahu diri itu sedang membicarakan pernikahannya. Dengan seorang yeoja yang kutahu wanita itulah yang merusak hubungan kami.

Payah sekali dia.

"Baekhyun. Apa kabar?" sapa temanku ramah ketika kami sedang pesta kumpul-kumpul dan mereka semua teman-teman sekelasku di kelas tiga dulu.

"Aku baik-baik saja" cuekku seperti biasa.

"Baekki-ah! Cerialah sedikit! Ini kan pesta reunian kita semua. Bersikaplah baik!"Luhan mulai menyenggol-nyengol sikutku.

"Aishhh…" aku hanya balas mencibirnya kesal.

Yang benar saja sejak dulu sahabatku yang terkenal paling cantik ini memang ulung dalam hal menyeretku. Herannya Luhan tidak pernah gagal dalam memaksaku ikut menemaninya ke suatu acara. Sekarang aku mengerti bagaimana cara dia mendapatkan Oh Sehun. Kasian sekali pemuda tampan itu.

Padahal sudah berkali-kali aku menolak. Sampai akhirnya Luhan mengatakan kalau dia akan memutuskan Sehun jika aku tidak ikut. Ya… Sebenarnya itu bukan masalahku jika kalian putus. Tapi rengekkan manjanya membuatku tidak tahan. Apalagi ketika Sehun ikut-ikutan merengek minta ucapan Luhan di batalkan.

Aishhh… Kalian semua memang bodoh! Tapi yang lebih bodoh adalah aku karena selalu mudah percaya ucapan konyol Sehun dan Luhan.

"Cheeerrsss!" teriak mereka semua serempak. Sementara aku hanya mengangkat gelasku dengan senyum miring. Pesta ini tidak buruk juga menurutku.

"Sehun dan Luhan akhirnya bertahan sampai sekarang yah" teriak salah seorang temanku—Kwanghee yang biasa jadi mood maker di kelas kami.

"Hahaha. Apakah kalian tidak akan menikah? Hebat sekali hubungan kalian sudah bertahan lama sampai sekarang" ucapnya lagi membuat Sehun dan Luhan tersenyum-senyum aneh.

Menyebalkan sekali muka mereka berdua. Bukannya cepat-cepat menikah saat aku di Jerman. Aku sangat ingin memeluk bayi Luhan jika dia punya anak. Mungkin terkesan terburu-buru. Tapi, hey! Luhan dan Sehun sudah pernah melakukan seks sebelumnya apalagi yang mereka tunggu?

"Gomawo teman-teman" Luhan mulai berterima kasih dengan wajah memerah. Sementara Sehun merangkulnya dan mencium pipinya singkat di hadapan semua orang.

Aku merasa seperti kutu jelek yang sangat mengganggu hubungan mereka. Duduk di sebelah mereka tanpa pasangan dan selalu berada diantara mereka. Tapi bukan berarti diantara mereka aku berniat merusak hubungan mereka.

Tidak. Tetapi mereka selalu bersamaku karena mereka adalah sahabat baikku. Dan teman-teman tahu itu.

"Baekhyun-ah! Kau baru pulang dari Jerman tidak ingin segera menikah?" pertanyaan konyol mulai di lontarkan pemuda itu.

Aku hanya terdiam dengan wajah datar.

"Nikmati saja dulu hidupku yang masih panjang ini" jawabku cuek sambil meneguk gelasku.

"Yang benar saja! Kau pasti masih belum bisa berpaling dari Park Chanyeol. Namja populer saat sekolah menengahkan? Hahaha" tawanya senang.

Sungguh aku sangat ingin melempar gelas ini ke mukanya. Tetapi Luhan langsung memukul lengannya keras. Membuat pria tengil itu merintih kesakitan. Bagus Luhan. Akhirnya kau membuktikan bahwa kau sahabatku dengan memberinya sedikit pelajaran.

"Bukankah Park Chanyeol kabarnya akan menikah dengan pacarnya yang dulu… Ah!—" Kyungsoo salah satu temanku yang berambut hitam panjang mulai angkat bicara. Tapi tertahan ketika melihat wajahku.

Kutarik kembali kata-kataku tadi. Ini lebih buruk dari yang kupikirkan. Memuakkan. Semuanya selalu begini saat membicarakan namja itu di hadapanku. Tiba-tiba suasana akan terasa begitu canggung.

Aku tahu! Aku adalah yeoja bodoh yang di tinggalkannya tiga tahun yang lalu setelah merayakan hari jadi kami yang ke setahun. Dan itu membuatku semakin kesal jika mengingatnya. Apalagi ketika dia pernah memiliki-ku seutuhnya. Arrghhh… Bodoh!

"Maaf Baekhyun-ah…" takutnya membuatku langsung berdiri sambil tersenyum maklum.

"Tidak apa-apa, aku butuh udara segar. Kalian lanjutkan saja pestanya" ucapku perlahan lalu meninggalkan tempat yang sungguh… Aku sangat ingin pergi jauh-jauh saat ini.

Mendengar namamu disebut membuat hatiku nyeri berpuluh-puluh kali daripada berpuluh-puluh kali kebahagiaan yang bisa kau rasakan sekarang Chanyeol...

Akhirnya aku hanya bisa berdiri di luar bar sambil menatap sungai yang tidak jauh dari sana. Menghirup segala pasokan udara yang bisa kuambil sekarang. Dadaku terasa sangat sesak. Bahkan sekarang lebih hebat lagi. Kurasa penyakitku mulai kambuh. Jangan sekarang kumohon.

"Hahhhh…." Aku berusaha kutarik nafas sedalam-dalamnya.

Setidaknya kepalaku tidak lebih sakit dari tadi. Dan salju mulai turun pada malam yang menurutku sangat kelam. Tetapi menyebalkan. Karena terlihat begitu indah membuatku teringat akan satu momen saat kami berkencan dulu…

Tidak mungkin. Karena dari sebanyak kemungkinan tidak mungkin aku akan melihatnya lagi. Kenapa sekarang aku mesti mengharapkan dapat melihatnya sekali lagi?

"Baekhyun?"

Satu suara membuatku menoleh. Tentu saja. Dia memanggil namaku. Wajar jika kau menoleh. Atau dia memanggil Baekhyun lain?

Tapi tidak!

Merasa sial saat aku menoleh padanya. Namja yang berdiri tidak jauh dari tempatku menatapku tidak percaya. Mata bulatnya menatap wajahku intens seperti dulu. Kenapa dia bisa ada di sini?

"Park—Chanyeol?" tanyaku mengira-ira. Penampilannya terkesan berbeda sehingga aku sedikit ragu.

"Apa kabar?"

Benar saja.

Dia, Park Chanyeol.

Namja yang meninggalkan perasaanku seperti sampah tiga tahun yang lalu demi seorang yeoja. Bahkan dengan alasan menyakitkan secara tiba-tiba. Juga penjelasan yang sangat tidak jelas.

Gawat.

Nafasku langsung sesak. Air mataku serasa ingin keluar menatapnya. Perasaanku campur aduk melihatnya. Kesal, sedih, kembali kecewa, dan…. merindukannya. Aku tidak bisa memungkiri hal yang satu itu.

"Seperti biasa. Baik dan tidak berubah" jawabku singkat.

"Tidak berubah? Kurasa itu salah besar. Coba lihatlah dirimu. Omo! Sekarang warna rambutmu hitam. Apa kau mengecatnya?"

Aku tetap diam sambil berusaha menunduk lebih dalam. Berharap syal rajutan yang melingkar di leherku bisa menelan kepalaku bulat-bulat. Namun sayang tidak sesuai harapan.

Hanya gumaman yang keluar dari mulutku. Entah kenapa aku terus menatapnya. Chanyeol mulai berjalan mendekatiku. Membuatku semakin melihat jelas garis wajahnya yang sekarang sangat tampak. Dia terlihat berbeda dengan rambut di cat berwarna merah, soft amber. Nyatanya dia melakukan hal yang sama denganku. Tapi kuakui dia terlihat semakin dewasa sekarang. Dahinya yang terekspos memperlihatkan kesan seksi.

Ouh, aku masih mengingat ketika malam itu tanganku terulur menyibak poninya yang berpeluh di atasku. Sungguh, Chanyeol begitu tampan dan gagah. Bahkan sekarang kadar ketampanannya berlipat ganda.

Namun semua itu sekarang hanyalah kenangan pahit. Hatiku kembali sakit.

"Aku—"

"Ternyata benar kau sudah kembali dari Jerman. Aku dapat kabar dari teman-teman yang sedang kumpul. Apa mereka di bar itu?" tanyanya dan kepalaku mengangguk.

"Iya. Masuklah" sejujurnya aku tidak ingin melihat wajahmu lebih lama. Enyahlah dariku Park Chanyeol.

"Kau sedang apa disini?" tanya Chanyeol lagi. Sejujurnya aku sedikit risih dengan keberadaannya. Apa pria ini memang berniat menyakitiku lebih dengan keberadaannya?

"Bukan urusanmu" cuekku.

"Haha, wajah cuekmu kau tidak berubah seperti dulu Baekhyun-ah" tawanya bercanda.

Air mataku serasa ingin keluar. Tahu apa kau tentangku? Jangan bertindak seakan-akan kau mengenalku seutuhnya seperti dulu Chanyeol.

"Lebih baik kau kedalam. Aku mau pulang. Katakan pada Luhan aku duluan" kataku perlahan membalikan badan dengan cepat menghindarinya.

"Tunggu—"

Entah perasaanmu dari mana Park Chanyeol. Kenapa kau berani menyentuh tanganku?

"Mwoya? Mau apa kau—"

"Kenapa kau malah pergi?"

"Bukan urusanku untuk tetap berada disana"

"Tapi—"

"Apa? Bisakah kau lepaskan aku? Aku tidak ingin orang salah sangka terhadap kita. Dan oh, selamat atas pernikahanmu. Sebentar lagi kau akan menikah kan?" bagaikan tertancap ratusan jarum dalam hatiku. Bibirku kelu saat mengucapkan kalimat bodoh itu.

Chanyeol terdiam.

"Baekhyun—"

"Maaf Chanyeol. Tapi aku harus pergi" ku lepaskan lenganku dari genggamannya dengan paksa lalu berjalan cepat di tengah cuaca dingin yang semakin menusuk.

Menyedihkan…

Biarkan aku sendiri Chanyeol. Kau sudah cukup bahagia kan? Biarkan aku melupakanmu! Pergilah dari kehidupanku kumohon…

.

.

.

Aku hampir memutuskan untuk kembali ke Jerman setelah beberapa hari ini bertemu dengannya. Kenapa kesialan selalu mendatangiku? Aku benci hal ini. Padahal aku sudah melakukan segalanya untuk melupakan pria brengsek itu.

Mengubah penampilanku. Sikapku yang terkesan dingin hanya untuk menutup pintu hatiku rapat-rapat. Tapi kenapa semuanya menjadi berubah seperti dulu. Kurang kah kau membuatku lebih tersiksa dari ini Tuhan?

"Kebetulan yang mengejutkan" ucap Chanyeol ketika bertemu denganku di toko buku yang tidak jauh dari cafe Luhan.

Aku hanya menatapnya dengan pandangan sinis. Ingin bertemu denganmu pun tidak. Kenapa kau malah sekarang berada disekitarku? Kehadiranmu saja sudah sangat menggangguku.

"Tidak ada yang namanya kebetulan Park Chanyeol" jawabku singkat.

Aku segera mengambil buku yang kuperlukan lalu beranjak pergi darinya.

"Ya! Byun Baekhyun. Tidak bisakah kita bicara sebentar?" cegahnya.

Kepalaku mendongak menatapnya. Apa katanya? Dia ingin berbicara sebentar denganku? Apakah tuli? Setelah lama tidak bertemu sekarang dia begitu gencar mengejarku bahkan menemuiku kembali.

Apa ini siasatnya lagi untuk membuatku jatuh cinta padanya? Lalu mencampakkan perasaanku seperti dulu? Tidak. Aku tidak akan jatuh kedalam lubang yang sama. Bodoh sekali aku jika begitu. Tiba-tiba Chanyeol sudah ada untuk berjalan.

"Tidak bisa" jawabku datar.

"Kenapa?" tanya Chanyeol.

"Karena tidak ada yang ingin kubicarakan denganmu. Aku permisi dulu" dengan cepat aku mengambil buku yang baru saja kubayar dan pergi meninggalkannya.

Chanyeol sungguh keterlaluan.

Tidak cukupkah dia menyakitiku dahulu? Apa dia belum puas melihatku menderita sekian tahun hanya untuk melupakannya? Pria brengsek. Bahkan tiga tahun yang lalu aku nyaris mati bunuh diri karena tidak bisa melupakanmu bodoh!

.

.

.

TBC

Annyeong!

Sehyun here!

Mian yah aku bukannya melanjutkan ff bad boy baekyeol malah post ff GS gini /digebukin cast badboy/

Tapi tenang saja ff ini hanya selingan. Jadi tidak akan lama kok. Next chap udah end paling hohoho.

Soalnya ini ff remix (?) dari ff straight-sehyun dulu yang main castnya Sehun dan OC. Tapi lagi pengen diubah aja jadi ChanBaek gatau kenapa /plakkk

Sebetulnya terinspirasi dari 2NE1 it hurts makanya bikin epep ini /gak nanya. Kalau baca mending denger itu deh. Lyric-nya Nyess (?)

Last!

Mind to review?