Tittle : I Know [Areo].

Rate : T.

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Angst, Frindship.

Pair : KiJoon, XeJoon, P-Jeon, HanJoo, P-Nissi.

Disclaimer : Stardom Entertainment.

Author : Skinner Jeon.

Warning : BL, DLDR, Yaoi, Bisa jadi Incest, Miss Typo(s), AU, OOC, Crack Pair, RnR.

Chapter 1 : Nyctalopia.

#Hojoon Pov.

Aku tidak tau kenapa. Tapi semua yang kuinginkan selalu kudapat.

Aku bukan orang yang beruntung….

Tapi aku menyadari bahwa semua itu kudapat bukan dari jerih payahku,

Melainkan pemberian orang lain karena keadaanku.

Mereka memang teman-temanku,

Tetapi aku takut jika alasan di baliknya adalah kasihan padaku.

Aku tidak membenci mereka sedikitpun.

Aku hanya ingin melakukan semuanya sendiri,

Dengan usahaku sendiri,

Untuk mendapatkan semua yang kuinginkan…

.

.

.

.

.

Aku berlari dengan panik, sesekali kulihat jam tanganku. Pukul 6 lewat 15 menit. Aku harus segera sampai di rumah sebelum gelap.

" Hojoonie!." Kudengar suara Hyosang hyung memanggil, dia menungguku di depan rumah ternyata. Aku mempercepat lariku. Aku segera memeluknya saat akhirnya aku sampai.

" Ya! ini sudah pukul berapa?." Tanyanya, suaranya terdengar sangat khawatir.

" Mianhae! Mianhae! Mianhae! Mianhae! Mianhae! Mianhae!." Kataku.

" Aigoo… Syukurlah kau sudah pulang. Ayo kita masuk." Katanya sambil menggandeng tanganku.

" Sudah kubilang, biar aku jemput saja." Katanya.

" Anieyo hyung, aku bisa pulang sendiri. Tadi hanya ketinggalan bus." Kataku.

" Aishh… lain kali aku akan menjemput." Katanya memaksa.

Aku menghela nafas panjang. Selalu seperti itu, aku masih bisa melakukan semua itu sendirian.

" Tapi hyung—"

" Ssstt… cepat ganti baju, makan malam sudah menunggu." Katanya kalem sambil tersenyum padaku, dan aku hanya bisa menurut.

Namaku Jeon Hojoon, dan dia adalah Jin Hyosang, kakak tiriku. Sebelum ibunya menikah dengan ayahku, ibunya memiliki suami ke-2 sehingga dia punya kakak tiri juga, namanya Kim Taeyang, dia sedang berkunjung ke kampung halamannya di Busan. Kami hanya tinggal bertiga. Dan Hyosang hyung sangat memanjakanku, dia bilang itu adalah kewajibannya sebagai kakak. Tapi, aku sudah ingin menghentikan semua itu. Aku ingin mandiri. Aku tidak ingin merepotkan orang lain.

" Taeyang hyung besok akan kesini." Kataku ditengah makan malam.

" Jinjja? Dia tidak menghubungiku." Tanya Hyosang hyung.

" Mungkin kau belum membaca pesannya." Kataku.

" Baiklah, besok setelah menjempunya di stasiun aku akan menjemputmu." Kata Hyosang hyung.

" Mungkin besok aku pulang bersama Hansol dan Byungjoo. Jadi hyung tidak perlu menjemputku." Kataku.

" Baiklah. Pastikan kau pulang sekolah bersama Hansol dan Byungjoo sampai disini, dan aku melihatnya." Katanya.

" Hyung!." Kataku sedeikit marah.

" Wae?." Tanyanya bingung.

" Hyung, nan gwaenchanayo… " Kataku sambil memelankan nada suaraku, " aku sudah 18 tahun. Hyung tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku pasti pulang dengan selamat. Aku janji tidak akan terlambat lagi. Aku pasti baik-baik saja." Lanjutku.

Dia menghela nafas panjang. " Aku adalah hyungmu. Aku tidak mau kecelakaan itu kembali terulang. Dan itu tidak hanya satu atau dua kali hojoonie… aku yakin kau sangat tau bagaimana aku sangat khawatir padamu. Aku tidak meresa terbebani karenamu." Kata Hyosang hyung.

" Tapi melihatmu seperti itu… akulah yang terbebani." Kataku pelan.

Kami terdiam agak lama, kemudian Hyosang hyung berkata, " Hojoonie…" panggilnya.

" Nde?." Sahutku pelan.

" Aku akan membelikanmu tongkat jika kau mau. Kau bisa keluar sendiri kapanpun kau mau, asalkan seseorang ada bersamamu, dan kau bisa pulang dengan selamat." Kata Hyosang hyung.

Aku menatapnya dan tersenyum senang. " Terimakasih banyak hyung! Saranghae!." Kataku senang.

#Hojoon Pov End.

.

.

.

.

.

#Hyosang Pov.

Bagaimanapun aku selalu tidak bisa menolak keinginan Hojoon. Aku mencintainya, bukan sebagai adik. Sebelum ibuku menikah dengan ayahnya, aku bertemu dengannya dan hanya dia seorang yang bisa membuatku jatuh hati. Tak lama setelah itu ternyata kami harus bersatu sebagai sebuah keluarga. Tak ada yang tau tentang perasaanku bahkan kakak tiriku Taeyang hyung.

Meskipun begitu, aku tidak bisa menghapus rasa cintaku padanya. Dan apapun yang terjadi, sebisa mungkin aku akan melakukan apapun yang dia inginkan, dan menjaganya dengan baik.

Malam itu aku menelfon Taeyang hyung. Saat aku resah aku akan bercerita padanya, dia sangat bijak menurutku, dan benar-benar seperti kakak yang baik.

" Hyung…" sapaku.

[[ Kau belum tidur? Waeyo?.]] Tanya Taeyang hyung, suaranya memang serak karena sepertinya di tengah tidurnya dia menerima telfonku.

" Hojoon bilang kau besok akan pulang." Kataku.

[[ Geurae… Aku sudah mengirimu pesan, apa kau belum membacanya?]]

" Baru saja kubaca…" jawabku.

Kudengar dia menghela nafas panjang. [[Lalu kenapa kau menelfonku? Aku harus bangun pagi untuk bisa pulang tepat waktu ke Seoul…]] Katanya lirih.

Aku tersenyum kecil, Taeyang hyung tidak akan bisa marah. Dia sangat sabar pada siapapun, khususnya aku dan Hojoon. " Aku hanya resah hyung. Apa kau pikir aku sudah sangat keras menjaga Hojoon?." Tanyaku.

Taeyang hyung terdiam agak lama, sepertinya dia mulai memperhatikan topik yang kuceritakan.

[[ Sebenarnya maksudmu pada Hojoon itu baik. Aku sangat mengerti hal itu…]] kata Taeyang hyung. Aku terdiam menunggunya melanjutkan kalimatnya. [[ Apa kau ingat saat Hojoon mengalami kecelakaan?.]] tanyanya.

" Nde, aku sangat ingat." Jawabku singkat.

[[ Aku juga merasakan hal yang sama, tapi kau jauh bisa mengekspresikan semua emosi itu dengan mudah. Karena hal itulah kau semakin ingin melindungi Hojoon. Tapi cobalah untuk menahan semua itu. Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan. Dia sudah mulai beranjak dewasa, dan yang pasti dia akan memiliki seorang kekasih yang bisa menjaganya.]] kata Taeyang hyung dengan suara lembutnya.

Aku sedikit tidak menyukai saat dimana Hojoon pasti akan memiliki seorang kekasih. Karena aku masih mencintainya.

" Baiklah, aku akan mencobanya." Kataku pelan.

[[ Boleh kau mencobanya, tapi kau harus benar-benaqr bisa melepasnya, aku yakin kau masih belum bisa melakukannya sekarang. Aku sangat mengerti tentangmu Hyosangie. Dan aku tidak mau melihatmu menyalahkan dirimu sendiri seperti dulu.]]

Aku ingin menyangkal, tapi memang perkataan Taeyang hyung sangat benar. Aku selalu mengatakan aku bisa melakukannya, tapi sebenarnya aku masih belum rela melakukannya, apalagi hal ini menyangkut Hojoon.

" Kau selalu tau aku hyung… Kita coba lihat hasilnya seperti apa." Kataku pelan.

[[ Araseo… sekarang, apa masih ada sesuatu yang kau risaukan, dan ingin kau ceritakan?." Tanya Taeyang hyung.

" Aniya… Kurasa aku akan tutup telfonnya. Mian, mengganggumu malam-malam begini. Sampai jumpa besok hyung." Kataku, lalu aku menutup telfonnya.

Memang benar, hal paling membuatku menyalahkan diriku adalah, diasaat Hojoon mengalami kecelakaan 5 tahun yang lalu, seharusnya aku menjemputnya dan tidak membiarkannya pulang sendiri. Kecelakaan bus itu terjadi tak jauh dari sekolahnya. Dia selamat, tetapi sesuatu melukai matanya, dan dia menderita Nyctalopia atau rabun senja. Dia tidak bisa melihat pada malam hari. Sejak itu aku terus menjaganya dengan ketat. Kemanapun dia pergi aku harus bersamanya.

Dia memang tidak mengalami trauma, tapi hal itulah yang menjadi trauma terbesarku, aku tidak ingin terjadi apapun pada Hojoon, meski dia terus memaksa untuk bisa melakukan semua sendirian.

Dia pernah tidak pulang semalaman karena terlambat, dan dia tidak bisa menemukan jalan pulang pada malam hari, hingga keesokkan harinya dia pulang dengan keadaan lusuh, dan itu terjadi beberapa kali, atau terkadang dia terjebak disuatu tempat hingga malam dan dia baru bisa pulang pada keesokkan harinya. Sehingga kami membawanya ke pusat rehabilitasi, dan mengajarinya apa saja yang bisa dilakukan orang buta dengan tongkatnya. Dan di rumah kami tidak pernah mematikan lampu pada malam hari, karena Hojoon ingin terus melihat.

Tetapi karena kami sekarang hidup berdua, aku tidak mengizinkannya memakai tongkat, karena dia bisa pergi kemanapun, aku ingin menjadi tongkatnya, aku tidak ingin dia sendirian. Tetapi aku menyadari bahwa mungkin aku semakin posesif padanya, setidaknya aku tidak ingin membuatnya terbebani gara-gara aku, karena itulah aku mengizinkannya menggunakan tongkat lagi.

Apapun yang kulakukan aku hanya bisa memilikinya sebagai seorang adik. Dan saat dia sudah memiliki seseorang yang dia sukai, aku harus bisa melepaskannya. Setidaknya pada orang tepat.

" Hyung." Panggil Hojoon setelah sarapan pagi.

" Nde?." Tanyaku.

" Hyung tidak bohongkan tentang yang tadi malam?." Tanyanya.

Aku tersenyum padanya. " Tentu saja tidak. Hari ini kau akan mendapatkannya setelah pulang sekolah." Jawabku.

" Terimakasih banyak hyung. Baiklah, aku berangkat sekarang." Katanya.

" Aku akan mengantarmu!." Sahutku cepat sambil berdiri dari kursiku dengan cepat.

" Aniyaa. Aku bisa berangkat sendiri" katanya.

" Tapi—"

" Hansol dan Byungjoo ada di depan hyung." Katanya sambil tersenyum kecil.

" Oh. Ba.. baiklah. Hati-hati." Kataku.

Setelah itu Hojoon pergi. Aku segera mengintip dari jendela, memang benar Hansol dan Byungjoo ada disana menunggu Hojoon.

Aku menghela nafas panjang, selalu seperti ini. Meskipun aku ingin melepaskan Hojoon, dengan sendirinya aku selalu mengatakan hal yang mengikat Hojoon. Jika aku memang menyayanginya, tidak seharusnya aku seperti ini. Taeyang hyung benar, aku harus berusaha keras untuk berubah. Setidaknya itu hal terbaik yang bisa kulakukan untuk Hojoon saat ini.

#Hyosang Pov End.

.

.

.

.

.

" Nanti Taeyang hyung jadi ke rumahmu kan?." Tanya Byungjoo sambil menendang kerikil kecil di depannya saat mereka hampir sampai di sekolah.

" Nde, dia tadi mengirimiku pesan. Dia akan datang." Kata Hojoon memerhatikan kemana berhentinya batu yang di tending Byungjoo tadi.

" Kau terlihat senang hari ini, museuniriya?." Tanya Hansol.

" Hyosang hyung, memperbolehkanku menggunakan tongkat lagi." Jawab Hojoon senang.

" Jinjja? Tidak biasanya dia seperti itu? Tapi syukurlah jika kau bisa menggunakan tongkat lagi." Kata Hansol.

" Lagipula, aku sudah dewasa sekarang, ini sudah waktunya dia tidak lagi mengkhawatirkanku lagi." Kata Hojoon.

" Biasanya dia selalu menjemputmu, dan mengantarmu kemanapun kau pergi. Tapi, kemarin kenapa dia tidak menjemputmu?." Tanya Byungjoo.

" Aku yang memaksa, kemarin aku ingin pulang sendiri, dan sedikit pulang terlambat." Kata Hojoon.

" Hmmm, kurasa aku tau kemana kau pergi." Kata Hansol menggoda.

" Kalian tau sendiri kan? Kalau Hyosang hyung tau, nanti dia bisa melarangku. Jadi rahasiakan ini dulu, aku akan memberitahukannya sendiri kalau waktunya tepat." Kata Hojoon.

" Kau benar-benar tidak bisa melupakan sunbaenim itu ya?." Tanya Byungjoo.

" Nde, aku masih suka padanya." Kata Hojoon tersipu.

" Tapi, untunglah kau bisa sampai di rumah sebelum gelap. Setidaknya ajak kami juga saat kau ingin melihatnya bermain baseball di kampusnya." Kata Hansol.

" Aku tidak ingin merepotkan kalian." Kata Hojoon.

" Aisshh… kita ini sudah lama berteman kan?." Tanya Hansol.

" Benar. Mungkin kita bisa membantumu dekat dengannya." Kata Byungjoo diakhiri dengan tawa kecil.

" Tapi, dia sangat pendiam dan cuek. Kau yakin masih akan terus mengejarnya Hojoonie? Dia terlihat sangat tidak ramah." Kata Hansol.

" Molla, tapi entah kenapa aku masih menyukainya." Kata Hojoon.

" Kalau tidak salah, dia lulus dari sekolah tahun kemarin kan? Dan kenapa kau tidak tanya Taeyang hyungmu itu? Dia juga satu kampus dengannya kan sekarang?." Tanya Byungjoo.

" Dia beda fakultas dengan Taeyang hyung." Hojoon.

" Mungkin kau bisa minta bantuan pada Taeyang hyung." Kata Byungjoo.

" Benar juga! Hari ini dia kembali dari Busan kan? Tanyakan saja." Kata Hansol.

" Baiklah kalau begitu." Sahut Hojoon.

.

.

.

Bel pulang sekolah berbunyi, Byungjoo yang pertama selesai mengemasi barang-barangnya, karena dia paling malas menata buku ke dalam tasnya. " Hansol palli!." Katanya pada Hansol.

" Sebentar. Tunggu Hojoon juga." Sahut Hansol.

" Aku sudah selesai kok, kajja!." Kata Hojoon.

" Kau tidak ingin pergi menemui sunbaenim itu dulu?." Tanya Hansol sambil berjalan bersama menuju Byungjoo di depan pintu kelas.

" Boleh." Jawab Hojoon senang.

" Baiklah kalau begitu. Byungjoo-ya! ayo kita temui sunbaenim yang ditaksir oleh Hojoon dulu sebelum kita main ke rumahnya." Kata Hansol.

" Jinjja?." Tanya Byungjoo senang.

" Nde. Kurasa akan seru jika kalian juga menjadi creeper, hahahaha." Sahut Hojoon.

Merekapun segera berjalan menuju keluar koridor.

BRUKK!

Tiba-tiba seorang siswa menabrak Hojoon, karena badannya yang lebih tinggi membuat Hojoonlah yang jatuh.

" Ya!." protes Hansol sambil membantu temannya itu.

" Mianhaeyo. Gwaenchanayo?." Tanya namja itu.

Disaat Hansol sibuk membantu Hojoon, Byungjoo memandang siswa itu dengan tatapan menelisik. Dia terlihat tidak nyaman dengan siswa itu karena terlihat tidak rapi dengan seragam yang semua kancingnya di buka memperlihatkan kaos hitam yang ia kenakan, dia memakai headset dan tidak terlalu memperhatikan jalan mungkin itulah sebabnya saat di tikungan koridor dia menabrak Hojoon. Selain itu Byungjoo sepertinya tidak pernah melihat namja itu sebelumnya.

Hojoon kembali berdiri dengan Hansol dan namja itu membantunya. " GwaenchanaGwaenchana…" kata Hojoon mencoba untuk tidak mengkhawatirkan namja yang menabraknya.

" Maaf, aku yang salah memang." Kata namja itu.

Hojoon memandang mata tajam namja itu, lalu tersenyum. " Aku baik-baik saja. Aku hanya jatuh kok. Ini hal yang biasa terjadi." Kata Hojoon, dia menyadari suara namja itu yang terdengar sangat khawatir meski wajahnya benar-benar dingin.

" Aku benar-benar baik-baik saja kok." Kata Hojoon lagi.

" Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu." Kata namja itu setelah mengetahui Hojoon baik-baik saja sambil membalas senyum Hojoon lalu beranjak pergi.

" Haish… aku tidak pernah melihat namja itu sebelumnya? Murid pindahan kah?." Gumam Byungjoo sambil melanjutkan jalannya.

" Tunggu!."

Tiba-tiba namja itu memanggil kembali setelah beberapa langkah di belakang Hojoon. Hojoon menoleh karena merasa terpanggil.

" Nde?." Tanya Hojoon bingung.

" Siapa namamu?." Tanyanya dengan suara datarnya, kali ini tidak tersirat rasa cemas itu lagi.

" Hojoon. Jeon Hojoon. XII-A." jawab Hojoon sambil memberitau kelasnya juga.

" Oh. Gomawo." Sahut namja itu sedikit lebih ramah dari nada sebelumnya, lalu melanjutkan pergi.

Hojoon berbalik dan melanjutkan jalannya dengan Hansol dan Byungjoo. " Terimakasih untuk apa? Dia kan hanya Tanya nama." Gumam Hojoon.

" Sepertinya memang siswa pindahan." Kata Hansol membenarkan kata-kata Byungjoo.

.

.

.

.

Byungjoo menyadari senyum Hojoon yang tak berhenti sejak mereka meninggalkan sekolah, sepertinya Hojoon senang akan melihat orang yang disukainya bermain baseball, karena senyumnya tak pernah berhenti saat namja yang ia sukai sedang bermain.

" Uri Hojoonie benar-benar jatuh terlalu dalam pada Sunbaenim cuek itu." Goda Byungjoo.

" Kurasa setelah ini mereka akan mengakhiri permainannya." Kata Hansol.

" Hmmm… Hari ini mereka hanya berlatih sebentar." Kata Hojoon kecewa.

" Baiklah, ayo kita pulang, hyungmu bisa marah jika kita tidak segera pulang." Kata Hansol.

" Tunggu! Kurasa mereka belum selesai. Lihat mereka masih tetap bermain." Kata Byungjoo, dan membuat Hojoon kembali menoleh ke lapangan.

" Tapi kenapa dia tidak ada?. Sepertinya hanya dia yang pulang lebih dulu, aish… padahal aku masih ingin melihatnya." Kata Hojoon masih kecewa mendapati orang yang disukainya tidak kembali ke lapangan.

" GeuraeKajja kita pulang." Lanjut Byungjoo.

Merekapun segera pulang sebelum ketinggalan bus. " Hari ini bagimana kalau kalian menginap di rumahku? Besok hari minggu kan?." Kata Hojoon.

" Jinjja? Boleh! Aku mau!." Sahut Byungjoo.

" Baiklah, karena Byungjoo menginap, aku juga akan menginap." Kata Hansol.

" Sepertinya karena Taeyang hyung datang, kita akan makan banyak malam ini." Kata Hojoon senang.

" Taeyang hyung benar-benar kakak yang baik. Aku jadi iri padamu Hojoonie…" kata Byungjoo.

" Hahahaha, Hyosang hyung juga baik, hanya saja dia sangat posesif." Kata Hojoon.

" Tapi, kalian begitu akrab, padahal dari 3 keluarga yang berbeda. Baru kali ini aku melihat keluarga yang unik seperti kalian." Kata Hansol.

" Aku juga tidak menyangka saat pertamakali aku tau bahwa Taeyang hyung adalah kakak tiri Hyosang hyung." Kata Hojoon.

" Kalian terlihat seperti saudara kandung." Tambah Byungjoo yang dibalas dengan tawa kecil dari Hojoon.

" Tunggulah di halte. Aku ingin membeli minum sebentar." Kata Hojoon sambil berjalan menuju mini market.

Hojoon sibuk memilih minuman yang akan di belinya.

" Ya! kau datang dan tidak memberitauku?... Kau harus menemuiku." Didengarnya seseorang berbicara di ponsel disebelahnya.

" Aish! Aku tidak peduli, kau sudah lama pergi kan?... Aku yang akan traktir." Kembali di dengarnya percakapan yang terdengar oleh Hojoon.

Diapun menoleh hanya ingin melihat siapa yang ada di sebelahnya. Dan Hojoon begitu kaget saat dia melihat ternyata adalah sunbaenim yang disukainya itu!.

Hojoon terlihat panik dan sangat berdebar. Dia menunduk, dan segera mengambil minuman yang dia pilih, dan segera membayarnya.

Hojoon berjalan cepat keluar dari mini market itu, dia duduk di samping Byungjoo dan Hansol yang menunggunya di halte.

" Eh? Cepat sekali?." Kata Hansol.

" Kau kenapa? Seperti baru saja berlari. Wajahmu juga merah begitu." Kata Hansol bingung.

Hojoon meminum minumannya dengan cepat hingga habis. " Ya! Jeon Hojoon, museuniriya?." Tanya Hansol lagi.

" Tadi aku… bertemu dengannya! Aku hanya shock karena sudah lama tidak melihatnya sedekat itu." Kata Hojoon, senyum lebarnya tidak bisa hilang dari wajahnya.

" Jeongmalyo?! Sunbaenim itu?." Tanya Byungjoo yang dibalas anggukan keras dari Hojoon.

" Hahahaha, padahal hanya bertemu dengannya, kau sudah seperti ini." Kata Hansol.

" Karena memang aku sudah tidak melihatnya sedekat tadi sejak dia lulus dari sekolah kita." Sahut Hojoon.

" Hari ini hari keberuntunganmu berarti." Kata Byungjoo.

.

.

.

.

.

.

" Hyung! Aku pulang!." Seru Hojoon saat dia tiba di rumah.

" Kau terlambat lagi Hojoonie." Kata Hyosang yang sudah sedari tadi menunggu di balik pintu..

" Mianhae hyung, tapi aku bersama Byungjoo dan Hansol kan?." Kata Hojoon.

" Tetap saja, hari sudah hampir gelap, jika sesuatu ter—"

" Hyosangie, gumanhae… Adik kecil kita juga ingin bermain-main kan? Lagipula tidak terjadi apapun padanya hingga dia sampai di rumah." Tiba-tiba suara Taeyang menginterupsi.

" Hyuuungg!." Seru Hojoon senang sambil berlari memeluk kakak tiri ke-2nya itu.

Taeyang harus menahan berat dari Hojoon saat memeluknya dengan keras. " Adik kecilku ini benar-benar merindukanku ternyata…" kata Taeyang sambil tersenyum lebar.

" Hyung, kau bilang hanya 3 minggu, tapi sudah satu bulan lebih kau baru kembali." Gerutu Hojoon.

" Mianhae. Keluargaku tidak ingin aku pulang tepat waktu ternyata." Kata Taeyang sambil mengelus punggung Hojoon.

" Aku tidak marah kok. Tapi malam ini ktia harus makan enak. 2 temanku juga akan menginap disini." Kata Hojoon.

" Tentu saja. Bersiaplah, aku dan Hyosang sudah menyiapkan semuanya." Kata Taeyang.

" Arachi. Gumawo hyung." Kata Hojoon lalu mencium pipi Taeyang dengan cepat.

" Hansol, Byungjoo, kajja. Setelah ganti baju kita akan makan malam enak!." Seru Hojoon sambil berlari ke kamarnya.

" Hojoon-ah! Jangan berlari seperti itu!." Seru Hyosang khawatir.

Taeyang menghampiri Hyosang sambil tersenyum. " Kau masih saja sangat posesif, cobalah tahan sedikit saja. Dia punya teman-teman yang baik yang bisa menjaganya." Kata Taeyang.

" Tapi hyung—"

" Dia sudah bukan anak kecil." Kata Taeyang.

" Hyung bicara seperti itu seolah kau tidak khawatir padanya. Aku tau kau juga memanjakan Hojoon kan?." Ledek Hyosang.

" Geurae… Tapi aku kan tidak separah dirimu. Kalau kau khawatir cobalah lihat saja, jangan terlalu mengekspresikan semuanya seperti itu." Kata Taeyang.

" Aish… Araseo.. Araseo…" katanya.

.

.

.

.

Setelah makan malam selesai hojoon hendak pergi menyusul Byungjoo dan Hansol ke kamarnya, Hyosang cepat-cepat memanggil adik tiri kesayangannya itu.

" Hojoon-ah! Iriwabwayo!." Panggil Hyosang.

" Nde hyung? Mwonde?." Tanya Hojoon.

" Igo… untukmu, seperti yang kujanjikan. Kau bisa keluar dan kembali ke rumah saat gelap dengan selamat." Kata Hyosang.

Hojoon mengambil tongkat barunya itu dengan hati senang, akhirnya hyung-nya bisa melepaskannya sendiri.

" Aku tidak bermaksud memarahimu saat kau terlambat seperti tadi… Jadi maaf jika selama ini aku sangat po—"

" Gumawo hyung!." Potong Hojoon sambil memeluk Hyosang. " Aku tau kau sangat khawatir padaku. Aku tidak pernah marah padamu karena hal ini. Kau kakak yang baik! Gumawo!." Lanjut Hojoon kemudian mencium pipi Hyosang sekilas.

Setelah itu Hojoon segera pergi ke kamarnya dan memberi tau kedua temannya tentang tongkat barunya.

Hyosang menyentuh pipinya yang memerah. Dia tersenyum lebar dan senang. Meskipun sedikit sedih karena Hojoon selalu menganggapnya sebatas kakak, tapi dia senang jika melihat Hojoon bahagia.

.

.

.

.

.

Malam itu Byungjoo dan Hansol sudah tidur lebih dulu. Sedangkan Hojoon masih terjaga, dia sangat risau. Lalu dia memutuskan untuk pergi ke kamar Taeyang.

" Hyung?." Panggil Hojoon di pintu.

" Masuklah!." Sahut Taeyang dari dalam.

Hojoon segera masuk kesana, dan duduk disamping Taeyang.

" Ada apa Hojoonie?." Taqnya Taeyang.

" Hyung, aku buatkan makan, aku lapar." Kata Hojoon pelan.

" Malam-malam seperti ini? Tidak biasanya." Kata Taeyang.

" Hu'um… A.. aku lapar..." kata Hojoon.

" Kau pasti ingin mengatakan sesuatu, memangnya ada apa? Aku tidak akan bilang siapa-siapa jika itu rahasia." Kata Taeyang mencoba bersikap bijaksana.

" Hyung, emmm… se.. sebenarnya aku sedang menyukai seseorang. Sudah sangat lama aku menyukainya." Kata Hojoon pelan.

" Jinjja? Nuguji?." Tanya Taeyang bersemangat.

" Dia dulu adalah sunbaenim di sekolahku ketika aku masih siswa baru. Mungkin dia adalah adik kelasmu, karena saat kau lulus dia baru kelas 3 dan aku baru masuk ke kelas satu. Dia suka sekali baseball." Cerita Hojoon sambil tersipu.

" Kau sudah lama menyukai seseorang, dan kenapa baru bilang padaku sekarang? Jika dia sunbaenim-mu di sekolah berarti sekrang dia sudah lulus?." Tanya Taeyang.

" Nde, dia satu kampus denganmu hyung." Kata Hojoon.

" Jinjja? Siapa namanya?." Tanya Taeyang penasaran.

" Namanya… Park Sehyuk." Jawab Hojoon.

" Pa.. Park sehyuk?." Tanya Taeyang terkejut.

" Nde, apa kau kenal dengannya?." Tanya Hojoon.

" Emm… Kurasa aku kenal dengannya, dia memang sering bermain baseball.." Tanya Taeyang.

" Aku aangat-sangat menyukainya hyung, dan aku juga sering melihatnya bermain baseball di kampusmu. Aku memang sangat jauh darinya, bahkan dia tidak akan mengenaliku sebagai adik kelasnya dulu, karena aku tidak pernah berani bicara dengannya. Dan entah kenapa aku masih sangat mencintainya. Aku senang sekali tadi siang aku tidak sengaja bertemu dengannya di mini market." Kata Hojoon.

Taeyang mencerna cerita-cerita Hojoon agak lama, raut wajahnya sedikit berubah dari yang tadi. Lalu menghela nafas panjang, sedangkan Hojoon menanti dengan sabar jawaban dari kakak tiri ke-duanya itu. " Mungkin aku bisa membantumu." Kata Taeyang.

" Terimakasih banyak hyung. Tapi jangan bilang ini pada siapa-siapa dulu nee?."

" Araseo…"

" Baiklah, aku kembali tidur dulu." Kata Hojoon.

Sepeninggalan Hojoon, Taeyang menggapai ponselnya dengan cepat, dan menelfon orang yang memang sudah lama ia kenal.

" Sehyukie…" kata Taeyang cepat saat Sehyuk mengangkat telfonnya.

[[ Waeyo? Kenapa malam-malam begini telfon?.]] Tanya Sehyuk dengan suara mengantuk.

" Aku berubah pikiran. Besok aku akan datang untuk ngobrol denganmu." Kata Taeyang.

[[ Eh? Jinjja? Mendadak sekali, padahal kau sangat menolak tadi.]]

" ingin bertemu dengankku tidak?."

[[ Araseo. Akan kujemput.]]

" Ani. Aku akan berangkat sendiri. Jangan perlakukan aku seperti lebih muda darimu dan jangan bersikap seolah kau namjachinguku." Kata Taeyang dengan suara lembutnya.

[[ Aish.. araseo.. araseo..]]

" Baiklah, akan kututup. Maaf mengganggumu." Kata Taeyang.

Setelah percakapan mereka Taeyang menghela nafas berat " Eottohkaji?." Gumamnya.

.

.

.

.

.:: To Be Continued ::.

.

.

.

.

Spoiler Next Chapter :

.

" Hojoonie, kau kenapa? Apa yang terjadi? Kau sakit?."

.

" Berhenti menyukaimu? Ani. Aku tidak bisa. Dan aku tidak mau."

.

" Hanya keindahan ini yang bisa kulihat. Aku sudah sangat lama ingin melihat lagi bagaimana indahnya gemerlap bintang di malam hari."

.

" Aku tau seberapa jauh kau mengikutiku dan mencoba untuk memilikiku. Tapi, kurasa aku sudah tidak bisa lagi menggantungkanmu seperti ini."

.

Ya aku anak yang sangat badung, karena aku sangat absolute pada apa yang kuinginkan, dan sangat sensitive pada peraturan.

.

" Ke tempat dimana aku tidak bisa melihatmu."

.

" Mana ada orang yang ingin punya kekasih memiliki penyakit Nyctalopia? Tidak bisa mengatakan sesuatu yang indah yang dilihat di malam hari, dan menggunakan tongkat saat hari mulai gelap?."

.

" Hmm… Aku bahagia dimana aku menghendaki untuk bahagia. Aku melakukan sesuatu sesuai kehendakku. Hanya seperti itu."

.

" Bagaimana jika beberapa pukulan bisa memuaskanku?."

.

" Biar aku yang bicara dengan Hojoon."

.

" Aku tidak bisa melihat hyung…" kata Hojoon pelan.

" Ma.. maksudmu? Kau tidak bisa melihatku saat ini?." Tanya Hyosang panik.

.

" Cih… Baru saja aku berniat mencarimu. Dan kau datang disaat yang tepat."

.