Diingatkan! Kisah ini hanya untuk 18 ke atas! Mengandung unsur ryona+rape! Kalau pembaca masih di bawah umur, silahkan klik tanda 'x' di tab browser pembaca! Jika ingin tahu apa itu 'ryona' coba cek di Google. Sekali lagi saya ingatkan kisah ini untuk 18 ke atas! Terima Kasih :)

Karakter di fanfic ini adalah milik dari anime Digimon Frontier dan ada sebagian yang Saya buat sendiri untuk mendukung cerita.


14. Awal Penderitaan

Ranamon turun ke tengah arena dengan pilar air yang dia kendalikan, "Kau bisa pergi dari sini, Electrimon. Sekarang, ambil hadiahmu di belakang panggung, aku sudah menyiapkan para budak seks yang aku miliki, kau bebas memilihnya."

"Dengan senang hati." Electrimon keluar dari arena sambil diiringi oleh sorakan penonton yang mendukungnya.

"Wah, wah, wah..." Ranamon berjalan ke arah Kazemon yang sudah tidak sadarkan diri akibat siksaan sadis Calmaramon, "Kau benar-benar merobek vagina pelacur ini, Calmaramon. Lihatlah, vaginanya sudah tidak berbentuk lagi dan bisa kutebak kalau itu tidak mungkin kembali seperti semula."

"Maafkan aku. Aku sangat senang bisa menyiksanya tadi, kupikir aku terlalu berlebihan ."

Ranamon tertawa mendengar kata-kata Calmaramon, "Berlebihan? Ini jauh melebihi harapanku! Kau membuatku sangat senang."

"Benarkah? Tapi dia sudah benar-benar habis dalam satu pertandingan, bagaimana kita bisa mengatur pertandingannya minggu depan?" tanya Calmaramon yang kebingungan.

"Dia mungkin sudah hampir mati sekarang. Tapi..." Ranamon mengayunkan kakinya ke belakang dan menendang tulang rusuk Kazemon, mematahkan beberapa di antaranya, "Dia..."

Tendangan yang lain, kali ini di sekitar perutnya.

"Bisa... Kita... Obati!"

Setiap kata itu mewakili kekesalannya pada Kazemon. Walaupun sedang tidak sadarkan diri, Ranamon tetap melampiaskan amarahnya ke seluruh tubuh Digimon malang itu. Dengan satu injakan terakhir di perut, Kazemon mengalami orgasme dari lubang yang tidak mungkin bisa disebut vagina lagi.

"Kita bisa mengobatinya? Bagaimana?"

Ranamon mengangkat kakinya dari perut Kazemon, "Bukankah aku sudah bilang kalau kita punya teknologi yang maju? Kita akan menggunakannya sebentar lagi."

Digimon air itu kemudian menginjak kepala Kazemon, ia berusaha menunjukkan dominasinya terhadap Digimon berambut ungu panjang itu, "Nah, kalian semua! Apa kalian puas dengan pertandingan barusan?"

Para penonton bersorak.

"Kalau begitu, datanglah minggu depan dengan menunjukkan tiket yang kalian miliki hari ini. Untuk penonton yang memiliki tiket VIP, kalian bisa mendapatkan video pertandingan tadi dengan menunjukkannya ke bagian penyiaran, tentu saja kau harus membayar untuk mendapat bonus video bagian perkosaan dan hukuman itu. Kuyakinkan pada kalian, uang itu sangat berarti bagi kami untuk terus mengadakan turnamen ini, jadi jika kalian ingin melihat pertandingan seperti tadi, datang lagi ke sini dan belilah tiket VIP untuk bonus yang lain."

Penonton kembali bersorak, kali ini lebih keras.

Ranamon pergi meninggalkan arena bersama Calmaramon, "HoneyBeemon, bawa pelacur itu ke ruang pengobatan khusus, kita akan 'memperbaikinya'"

Kazemon membuka matanya dan melihat area sekelilingnya, "Ughh... Di mana... Aku..."

Tempat di mana ia berada adalah ruangan luas yang penuh dengan selang dan peralatan medis dengan berbagai macam ukuran. Namun, satu hal yang menarik perhatianya adalah sebuah mesin berbentuk seperti cangkang telur, tempat di mana ia terikat di kedua tangan dan kakinya. Namun mesin itu sepertinya belum tertutup semua dan masih membiarkannya untuk bergerak.

"Kuh!? Aku terikat di sini..."

Tidak banyak yang bisa ia lihat karena gelapnya ruangan itu, ditambah, ia merasa seperti baru terbangun dari tidur yang panjang. Tubuhnya terasa seperti baru ditindih oleh batu yang sangat besar.

"Kuh.. Tubuhku... Sakit sekali..."

Sekilas, Kazemon teringat dengan kejadian yang sangat buruk yang baru saja menimpanya.

"Ugh! Aku... aku kalah di pertandingan itu dan Calmaramon... Menghancurkan vaginaku..."

Benar, beberapa jam sebelumnya, Kazemon mengalami siksaan yang menyakitkan. Vaginanya dirobek oleh Calmaramon dengan banyak tentakel. Ia bahkan merasa hampir mati karena rasa sakit itu, namun, ramuan seksual yang diberikan Ranamon mengubah rasa sakit itu menjadi sebuah kenikmatan. Semakin sakit yang ia rasakan, tubuhnya menjadi semakin sensitif.

"Tu-tunggu dulu... Bukankah sejak awal Ranamon berada di ruangan khusus saat aku bertanding, lalu bagaimana Calmaramon dan Ranamon bisa muncul di satu tempat yang sama? I-ini benar-benar mustahil, kekuatan Ranamon meningkat pesat lebih dari yang kubayangkan."

Kazemon terus memikirkan kejanggalan itu. Ia juga terus menerus mencoba untuk melepaskan diri dari tali yang mengikatnya. Semakin ia banyak bergerak, tubuhnya menjadi sakit karena ikatan itu semakin erat.

"Kuh! Sakit sekali. Erm? Tunggu, aku merasakan sakit. Seharusnya tubuhku sudah terangsang sekarang. Apa efek ramuan itu sudah habis?"

Kazemon memastikan hal itu dan dia mencoba menyakiti dirinya dengan cara menggigit bibirnya. Benar saja, rasa sakit itu tidak berubah menjadi kenikmatan yang biasa ia rasakan. Ia juga ingat, vaginanya yang sudah hancur itu seharusnya menimbulkan rasa sakit.

"Va-vaginaku! A-aku tidak berani melihatnya... Rasa sakit itu sudah bisa membuatku membayangkan bagaimana rupanya sekarang."

Kazemon memberanikan diri untuk melihat ke arah vaginanya.

"Ti-tidak mungkin..."

Vaginanya belum kembali jadi normal. Darah masih sedikit menetes dari area kewanitaannya itu. Vaginanya benar-benar sakit sampai ia mati rasa. Tidak ada yang bisa ia rasakan di daerah sensitifnya itu.

"Kuh! Ranamon! Aku akan menghen—"

SYUUNGG... SPLAASSTT!

"NGHIIIIIIIII!"

Sebuah cambukan keras tepat menghantam selangkangan Kazemon. Cambuk itu melewati kedua pahanya dan memecut vaginanya dari bawah ke atas, membuat Digimon peri itu kesakitan luar biasa. Teriakan Digimon itu mengisi seluruh ruangan, bahkan, dari teriakannya itu dapat diketahui kalau dia benar-benar merasakan sakit yang amat sangat.

"NGHHH! HAAAH! HAAAH!"

SYUUNG... SPLAASSTT!

"KUUUHHIIIII! HYAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!"

Cambuk itu sekali lagi bertemu dengan vaginanya. Tidak ada ampun bagi vaginanya, bahkan kini area kewanitaan milik Kazemon mulai mengeluarkan darah. Mati rasa yang tadi seolah hilang seketika oleh cambukan itu. Digimon wanita itu menangis sejadi-jadinya menahan rasa sakit, mulut mengeluarkan banyak sekali air liur, menandakan ia bahkan tidak mampu mengontrol kesadarannya lagi.

"Wah, wah, wah..." sebuah suara datang dari arah belakang kaazemon, suara yang tidak ingin dia dengar dalam situasi seperti ini. Suara Ranamon, musuh abadinya, "Ternyata kau lebih menderita dengan rasa sakit daripada kenikmatan seksual ya. Bagaimana, huh? Bagaimana rasa sakit yang tidak pernah kau rasakan, muncul kembali dengan cara yang brutal?"

"Aauhh... Guuhh... Kuhh..."

Kazemon hanya mengerang. Dia tidak terbiasa dengan rasa sakit seperti ini karena setiap kali ia merasakan sakit, tubuhnya akan merespon dengan memberikan kenikmatan dan membuatnya orgasme. Berkat ramuan yang diberikan Ranamon padanya, hal itu benar-benar membuatnya tersiksa.

"K-kau..." Kazemon akhirnya mampu berbicara setelah meringis melawan rasa sakit karena vaginanya lagi-lagi harus menjadi incaran penyiksaan Ranamon, "Punya wajah yang jelek..."

"Hmph!" Ranamon menarik rambut panjang Kazemon ke belakang dan mendekatkan wajahnya, "Dengar, pelacur, wajah leke ini yang akan menyiksamu sampai kau berharap untuk mati."

"Kuh! Be-benarkah? Aku ingin... Ahh... Melihat kau mencobanya..."

Ranamon melepas rambut Kazemon dan berjalan ke depan Digimon yang terikat itu.

"Tidak perlu buru-buru." Katanya sambil menepuk-nepuk cambuk di tangannya, "Sebaiknya kau mengkhawatirkan pendarahan di vagina kotormu itu,"

"Kuh!?"

Ranamon berjongkok dan melihat ke arah selangkangan Kazemon. Vagina Digimon itu masih terbuka lebar sama seperti saat setelah Calmaramon menghancrukannya. Namun, kelihatannya lukanya sudah tidak begitu parah, kemungkinan ada yang merawat lukanya saat Kazemon tidak sadarkan diri. Tapi tetap saja, cambukan dari Ranamon berhasil membuatnya meneteskan darah sekali lagi.

"Hoho... Lihat lubang ini, Calmaramon benar-benar membuatmu sebagai mainannya. Seratus tentakel masuk ke dalam sini? Apa kau tidak puas dengan penis-penis pria yang sudah kau tiduri?"

"Diam kau, wanita jalang!"

"Hmph!"

Sebuah pukulan melayang ke arah perut Kazemon.

"Aghuaakkh!"

"Satu-satunya pelacur di sini adalah kau!"

"Uguh... Guhh..."

Seluruh nafas Kazemon langsung keluar dari mulutnya. Pukulan itu membuatnya sesak nafas, ditambah, pukulan itu berasal dari Ranamon yang kekuatannya melebihi Digimon biasa. Ranamon lalu mengangkat kepala Kazemon dengan menjepit pipinya dengan jari-jarinya.

"Dari dulu kau benar-benar menyebalkan, kau tahu?" Ia mendorong wajah Kazemon sambil melepaskan tangannya, "Well, sebenarnya aku ingin berbaik hati dengan menyembuhkan luka-lukamu di alat ini. Tapi, kurasa aku harus membuatmu jera dulu karena sudah mengejekku."

Ranamon berjalan memutari Kazemon lalu berkata, "Kau pasti bingung kan bagaimana aku bisa memisahkan diri dari Calmaramon?"

"Kuh... Sepertinya kita memiliki dua orang jelek dalam satu tempat." Ejek Kazemon.

"Bahahahaha!" Ranamon tertawa terbahak-bahak, "Aku suka lagak sok kuatmu itu. Hmph!"

SPLAAST!

"NGHHIII!"

Sebuah cambukan mengenai punggung Kazemon dan meninggalkan bekas yang sangat jelas. Sebuah garis merah memanjang terbentuk di punggungnya, begitu juga dengan sayapnya yang sobek akibat cambukan itu.

"Kau tahu? Di ruangan inilah aku melakukan eksperimen 'memisahkan diri' dengan Calmaramon. Ruangan ini penuh dengan keajaiban dan dengan kekuatan Batu Bulan yang aku miliki, keajaiban itu bisa kuubah menjadi sesuatu yang lebih menakjubkan, aku bisa melakukan segala hal di sini."

"Kuhh... Guhh... Uhhh..."

"Oh? Sudah tidak mampu berkata-kata rupanya? Apa cambuk itu terlalu keras?"

"Hahaha... Bahkan itu tidak terasa seperti gigitan nyamuk."

Ranamon tertawa, "Kau benar-benar tidak sabaran ya." Ia mengitari Kazemon sambil memandangi tubuhnya, "Yah~ kurasa tidak ada salahnya untuk merusak tubuhmu sebelum aku memperbaikinya."

"A-apa yang akan kau lakukan!? Ogguoh!"

Sebuah tendangan menyamping menghantam perut Kazemon, mengeluarkan seluruh nafas dan cukup membuatnya mengeluarkan air liur. Ia bahkan sempat kehilangan kesadarannya sebentar sampai akhirnya sebuah cambukan datang mengenai payudaranya.

"NNGHHHAAA!"

Payudaranya yang tidak tertutup bra yang biasa ia pakai, menerima rasa sakit dari cambukan itu. Bekas merah mewarnai bongkahan dadanya yang besar. Rasa perih terus menjalar di area itu.

"Bahahaha! Ini! Rasakan ini! Bagaimana rasanya, hah? Enak? Kau mau lagi? Ini!"

"NHHGGGAAA! AAAHHHAGGAA! SAKIT! NGGHIII! UGGAAAHH!"

Ranamon terus mencambuki tubuh telanjang Kazemon. Mulai dari perut, payudara, tangan, kaki, dan punggung, semua tidak terlewatkan oleh kekejaman Ranamon. Bahkan, ia tanpa ampun juga mencambuk vagina Kazemon yang sedang mengeluarkan darah itu. Tidak ada ampun bagi Digimon peri itu, seluruh tubuhnya bertemu dengan cambukan yang brutal.

"HIYAAAHH! HENTIKAN, HENTIKAN, HENTIKAAAANN! NGHHAAAHHH!"

"Ahahahahaha! Kau sudah tidak bisa merasakan rangsangan seksual lagi, kan? Kasihan sekali, efek ramuan itu sudah habis dan kau harus menerima rasa sakit ini. Akan kutambah penderitaanmu sampai kau berharap untuk mati! Hmph!"

Tidak menghentikan cambukannya, Ranamon menendang perut Kazemon. Tendangan yang mampu membuat Kazemon terpental sangat jauh jika saja tangan dan kakinya tidak terikat dengan erat.

"UUGUOOOH!"

Kazemon mengeluarkan seluruh udara dari mulutnya yang menganga akibat tendangan itu. Matanya, yang berada di balik penutup mata, terbelalak dan seketika itu juga terbalik ke belakang, menampakkan bagian putihnya saja.

"Ughh... Uhuk.. Hueek.. Oghogh..." Kazemon terbatuk dengan nafas yang tertahan-tahan.

"Horaa! Tidak ada waktu untuk beristirahat!"

Ranamon kembali mencambuknya. Namun, kali ini ia menciptakan beberapa tangan buatan dari air. Ia membuat tangan-tangan itu untuk membantunya memukuli tubuh Kazemon yang malang.

"Uggh... Ahgh... Oghhhoh..."

Tidak ada tubuh Kazemon yang luput dari pukulan dan cambukan Ranamon. Hantaman di perut, di payudara, bahkan tamparan dan cambukan di wajah serta vaginanya cukup membuatnya hampir tidak sadarkan diri. Namun, rasa sakit yang datang tanpa henti itu terus membuatnya sadar.

...

Beberapa menit yang terasa bagaikan selamanya itu berlalu. Kazemon babak belur. Ia dihajar habis-habisan dan tanpa ampun oleh Ranamon. Lidahnya menjulur keluar dan air liur mengalir dari mulutnya. Tubuhnya yang penuh dengan memar dan bekas cambukan bergetar.

"Aah.. Aah— Aahh... Aaaaggh, uughh... Nghh..."

Kazemon menangis karena tidak dapat menahan rasa sakit itu. Ia bahkan tidak mampu berkata apa-apa. Efek ramuan yang hilang dari tubuhnya membuatnya harus menerima rasa sakit itu. Apalagi yang memukulinya adalah Ranamon, tentu saja Digimon air itu tidak menahan kekuatannya, ia pasti memberikan seluruh kekuatannya untuk bisa membuat Kazemon menderita.

"Haaah? Apa kau sudah rusak? Tidak kusangka Kazemon, pelacur yang berhasil mengalahkanku dulu, dalam keadaan yang menyedihkan seperti ini." Ranamon berjalan ke belakang Kazemon, "Dan, uuh.. Lihatlah semua bekas cambukan ini, aku sudah membuat karya seni di punggungmu hahahahaha!"

"Kuhhh... Guuhh... Uurghh..."

Sesaat sebelum Kazemon tidak sadarkan diri, Ranamon yang kini sudah berada di hadapannya, menampar pipinya dengan pelan, "Bangunlah, aku belum selesai bicara."

Ia lalu menarik rambut Kazemon dan mengangkat kepalanya yang tertunduk, "Oh, lihattlah wajah penuh kesengsaraan kupu-kupu ini. tidak ada yang lebih menyenangkan dibanding melihat musuh abadimu menderita seperti ini kan, Kazemon?"

Kazemon tidak membalas apa-apa, hanya erangan dan rintihan kesakitan yagn keluar dari mulutnya.

"Tenang saja, aku akan mengobatimu setelah ini dan kau bisa bertarung di turnamen sekali lagi. Tapi sebelum itu, tidurlah yang nyenyak!"

Ranamon melayangkan sebuah pukulan keras ke arah wajah Kazemon. Digimon peri itu langsung tidak sadarkan diri akibat tinju Ranamon yang hampir sama seperti sebuah batu keras menghantam wajahnya.

"Berapa lama di akan sembuh?" tanya Ranamon pada HoneyBeemon yang sudah siap mengoperasikan alat di mana Kazemon terikat sekarang.

"Empat sampai lima hari, Nona Ranamon."

"Hmmm... Lumayan. Kalau begitu kuserahkan semuaya padamu," Ranamon menepuk pipi Kazemon, "Sampai ketemu satu minggu lagi. Kuharap kau tidak menjadi gila, karena, kau tahu, alat ini akan membuat tubuhmu berkali-kali lipat lebih sensitif dari yang dulu."

Ranamon yang sejenak lupa kalau Kazemon sudah tidak sadarkan diri mulai menggerutu, "Aku lupa dia sudah pingsan..." ia berbalik badan pergi meninggalkan ruangan itu.

"Pertandingannya sudah dimulai." Ujar Lilithmon ketika melihat Ranamon di depan ruangan itu.

"Kali ini siapa yang bertarung?"

"Rosemon melawan Mervamon. Pertandingan didominasi oleh Rosemon tentu saja."

"Kalau begitu apa yang kita tunggu? Ayo kita lihat." Ranamon bersama Lilithmon lalu pergi meninggalkan penjara Kazemon.

Sementara itu, di dalam penjara, cangkang tempat Kazemon terikat perlahan menutup. Cangkang transparan itu tertutup dengan rapat. Di dalamnya, terlihat tubuh Digimon wanita yang malang dan sudah babak belur sedang tidak sadarkan diri.

"Menjalankan tahap pertama, menutup cangkang dan memasang alat pernafasan." Ujar HoneyBeemon yang bertugas mengatur peralatan itu untuk merekamnya di catatan suara.

Setelah cangkang itu tertutup, sebuah alat bantu pernafasan berupa selang yang terhubung dengan masker diarahkan ke wajah Kazemon.

"Tahap pertama selesai. Memasuki tahap kedua, pengisian cangkang dengan ramuan khusus. Memastikan semua selang terhubung." HoneyBeemon itu mengecek layar komputernya, "Semua aman. Menjalankan tahap kedua."

Cairan berwarna merah muda mulai mengisi cangkang itu dari selang yang terhubung di bawah. Tubuh Kazemon, yang telanjang bulat, langsung tersentak begitu cairan itu menyentuh kakinya. Walaupun sedang tidak sadarkan diri, efek ramuan itu benar-benar terasa baginya.

"Kuh... Uhhh... Uhhh..."

Cairan itu memenuhi seluruh cangkang, membuat Kazemon terendam di dalamnya.

"Tahap kedua selesai. Memasuki tahap ketiga," HoneyBeemon itu mulai menekan tomblo yang ada di depannya, "Mengaktifkan efek cairan dan memulai pengobatan."

Cairan merah muda itu mulai berubah warna menjadi lebih pekat secara perlahan. Air itu menjadi lebih gelap dan membuat gelembung di dalam cangkang itu. Perlahan-lahan, luka dan memar di tubuh Kazemon mulai menghilang. Walaupun tidak begitu cepat, tapi bekas luka di vaginanya juga mulai pulih secara perlahan, mengembalikannya ke bentuknya yang semula.

"Sepertinya pemulihannya berjalan dengan lancar."

"Ah!" HoneyBeemon terkejut mendengar suara di belakangnya, "Kau mengagetkanku, Dokter Mayu."

Wanita berambut hitam panjang itu tertawa kecil, "Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu. Bagaimana kinerja alat itu?"

"Alat yang kau rancang bekerja dengan sempurna, aku tidak melihat kesalahan sedikit pun sejauh ini."

"Kau terlalu memujiku," Dokter Mayu memperbaiki posisi kacamatanya, "Lihatlah luka-luka itu. Padahal baru beberapa hari yang lalu dia berada di rumahku, kini dia sudah babak belur seperti itu. Ranamon dan Calmaramon benar-benar ingin menghabisinya, ya."

HoneyBeemon itu hanya tersenyum dan kembali melakukan pekerjaannya, "Dokter, apakah ini ramuan yang sama dengan yang dulu?"

"Tentu saja, ramuan ini sama dengan yang diberikan Ranamon padanya dulu. Hanya saja, dosis yang sekarang lebih banyak dibandingkan yang lama."

"Lalu apakah efeknya akan tetap sama?"

Dokter Mayu memegang dagunya, "Hmmm... Bagaimana ya kira-kira. Dulu Ranamon memakai satu botol kecil padanya, efeknya datang secara acak dan mampu membuatnya orgasme serta mengeluarkan air susu dalam jumlah yang banyak. Kuperkirakan efeknya akan permanen dan mampu membuatnya orgasme hanya karena pukulan. Tentu saja jumlah air susu dan cairan vagina yang akan dia keluarkan juga akan meningkat serta regenerasi di bagian rahimnya kurasa akan tetap sama. Ermm... Aku lupa berapa lama dia dapat mengembalikan keperawanannya."

HoneyBeemon mengambil catatan berupa lembaran-lembaran kertas, "Kurang lebih 24 jam."

"Ah, 24 jam." Setelah menghela nafasnya Dokter Mayu berkata, "Aku tidak tahu apakah itu sebuah keuntungan atau malah membuatnya semakin menderita. Kau tahu, orang pertama yang mengambil keperawananmu adalah orang yang sulit kau lupakan. Kurasa dia akan mengingat semua orang yang memperkosa dia."

Pembicaraan mereka berdua terganggu oleh gerakan tubuh Kazemon secara tiba-tiba. Tubuhnya tersentak kecil di dalam cangkang itu.

"Aku penasaran, apa yang dia rasakan sekarang?" tanya HoneyBeemon.

Dokter Mayu menaikkan kedua pundaknya yang menandakan ia tidak tahu jawaban dari pertanyaan HoneyBeemon. Setelah beberapa menit, wanita berkacamata itu meninggalkan HoneyBeemon sendirian untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Proses penyembuhan luka luar terlihat begitu cepat. Kemungkinan untuk pulih semuanya sekitar satu hari."

Pintu ruangan itu terbuka lagi.

"Kita mendapat satu Digimon lagi untuk disembuhkan." Ujar para HoneyBeemon yang baru saja kembali dari arena dengan menggendong Digimon berambut hijau.

"Apa yang terjadi dengannya?"

"Mervamon dihancurkan oleh Rosemon. Ia bahkan tidak mampu memberikan perlawanan."

"Pantas saja, luka cambuk di tubuhnya benar-benar khas milik Rosemon. Lalu, hukuman apa yang dia terima?"

"Calmaramon memukulinya sampai ia terkencing-kencing dan pingsan dengan cara yang memalukan."

"Yah, setidaknya dia tidak diperkosa dan dirobek vaginanya seperti Kazemon. Aku akan kesusahan menyembuhkan dua Digimon yang terluka parah. Cepat bawa dia ke cangkang yang satunya. Apa dia juga perlu ditambahkan dosis ramuan itu?"

"Tentu saja. Nona Ranamon menyuruhmu untuk menggunakan dosis yang sama padanya."

"Baiklah."

Beberapa menit sebelumnya di arena...

"LAGI! LAGI! DAN LAGI! ROSEMON TANPA AMPUN MENYERANG PAYUDARA MERVAMON DENGAN CAMBUKNYA! TAPI KELIHATANNYA MERVAMON MENIKMATINYA, KAU BISA MELIHAT DIA MENGALAMI ORGASME TIAP KALI CAMBUK ITU MENGENAI KULIT PAYUDARANYA!"

"AAHHHH! HENTIK— AAAHHNN! OOOHHHNN! AKU KALAH! AAAHHHN! AKU MENGAKU KALAAAAHH!"

Teriakan kesakitan Mervamon terdengar bagaikan alunan musik di telinga Rosemon yang masih terus mencambuki punggungnya. Tubuhnya terikat oleh sulur-sulur berduri milik Digimon berwujud bunga mawar itu. Orgasme demi orgasme mendatanginya setiap kali tubuhnya dicambuki. Gairahnya memuncak tiap kali Rosemon memukulinya.

"Apa kau lupa kalau kau tidak bisa menyerah di arena ini? Aku bisa memukulimu sampai kau tidak sadarkan diri. Tapi tentu saja, tubuhmu akan memberi respon yang berbeda bukan?"

Rosemon tidak menghiraukan tangisan dan rintihan kesakitan Mervamon. Ia terus mencambuki punggung Digimon berambut hijau itu. Bra yang menutupi payudara dan celana pendek ketat Mervamon sudah robek dan tidak berbentuk lagi.

"AAAAHHHHH! AMPUN... AAAAHHNNN!"

"Ternyata kau lawan yang mudah. Aku tidak perlu mengeluarkan keringat saat melawanmu. Kukira kau sekuat penampilanmu, ternyata kau tidak lebih dari seorang pelacur yang suka orgasme di depan banyak orang," Rosemon menghentikan cambuknya sebentar dan menariknya sangat jauh, ia mengumpulkan semua tenaganya dan mengarahkan cambuknya ke arah selangkangan Mervamon, "Kita lihat apakah kau bisa tahan dengan ini. Hyaaaa!"

SPLAASST!

"HYYAAAUUUUUUHHHHHH!" Mervamon mengeluarkan erangan penuh kesakitan bersamaan dengan orgasmenya.

Suara cambuk Rosemon yang bertemu dengan bibir vaginanya terdengar begitu menyakitkan. Pikiran Digimon yang tersiksa itu mulai hampa dan matanya menatap kosong ke arah penonton. Tubuhnya mengejang karena orgasme melandanya untuk kesekian kalinya. Cairan vaginanya menyembur kemana-mana.

"Sekali lagi!"

SPLAST!

"LAGI!"

SPLAST!

Rosemon terus mencambuki vagina Mervamon dan membuat korbannya menangis sejadi-jadinya.

"APA-APAAN INI? MERVAMON BAHKAN TIDAK MEMBERIKAN PERLAWANAN YANG BERARTI PADA ROSEMON! INI PERTARUNGAN YANG BERAT SEBELAH! DAN LIHATLAH CAMBUKAN ITU, KURASA VAGINA MERVAMON MENJADI SASARAN EMPUK YANG BARU UNTUK ROSEMON."

Cambukan demi cambukan terus mengenai vagina Mervamon dengan kejam. Hingga akhirnya, Rosemon memberikan satu cambukan terakhir yang sangat kuat sampai membuat vagina Mervamon 'meledakkan' cairannya.

"AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHNNNNNNNN!"

Itu adalah satu erangan terakhir Mervamon sebelum ia tidak sadarkan diri dengan cara yang memalukan. Cairan vagina yang masih menyembur keluar itu menandakan kalau Mervamon bahkan sudah tidak bisa mengendalikan gairah seksnya lagi. Rosemon melepaskan lilitan sulur berdurinya dari kedua tangan dan kaki Digimon yang sudah kalah telak itu, menjatuhkan tubuhnya dengan pose yang memalukan. Kedua kakinya terbuka lebar sambil memamerkan vaginanya yang tercukur rapi yang masih mengalami orgasme dan mengeluarkan cairan kenikmatannya.

DING! DING! DING!

"BEL SUDAH BERBUNYI! TANPA RAGU LAGI, PEMENANGNYA ADALAH ROSEMON! INI PERTANDINGAN YANG MUDAH UNTUKNYA! DARI AWAL SAMPAI AKHIR PERTANDINGAN IA BENAR-BENAR MENDOMINASI, MERVAMON BAHKAN TERLIHAT SEPERTI SAMSAK TINJU DI MATANYA!"

Seperti saat pertandingan Kazemon sebelumnya, Calmaramon datang ke tengah arena untuk mengumumkan hukuman apa yang akan diterima oleh peserta yang kalah. Para penonton ingin melihat Mervamon dipukuli dan dihabisi sekali lagi. Tentu saja hal itu disetujui oleh Calmaramon.

Digimon berwujud cumi-cumi raksasa itu menggantung Mervamon dengan tentakelnya dan menempatkannya tepat di depan tubuhnya. Mervamon yang sudah lemah dan tidak mampu melawan lagi dibangunkan dengan satu tamparan keras oleh Calmaramon.

"Hukumanmu sudah tiba, jalang." Ujar Calmaramon seraya memberikan senyum licik.

Mervamon hanya mengerang dan tidak tahu hukuman apa yang akan menimpanya. Ia yang sedang pasrah memikirkan bagaimana nasibnya yang berada di tangan Calmaramon, kembali ke dunia nyata akibat satu pukulan keras di ulu hatinya.

"GUOOH!"

Mata Mervamon seketika terbelalak lebar dan mulutnya menganga mengeluarkan air liur. Ia bahkan sudah merasa akan pingsan akibat satu pukulan itu, namun, Calmaramon memukulnya sekali lagi di tempat yang sama.

"BOGOH!"

Seluruh udara di dalam tubuh Mervamon terasa keluar semua. Ia tidak mampu bernafas, matanya kini mulai berbalik ke belakang dan hanya menampakkan bagian putihnya saja. Tidak puas hanya satu pkulan, Calmaramon mengirimkan dua tentakelnya untuk memukul pinggan Mervamon bergantian secara terus menerus.

"AUGH, UGH, UGGHIII!"

Mervamon mengeluarkan ceracau tidak jelas akibat pukulan-pukulan itu. Tubuhnya tidak terbiasa dengan rasa sakit di perutnya. Ia bahkan merasakan sedikit kenikmatan akibat pukulan dari tentakel Calmaramon. Benar saja, setelah mendapatkan hampir tiga puluh pukulan di perutnya, Mervamon mengalami orgasme yang menyakitkan.

"AOOOOOHHGGHH!"

Erangan panjang Mervamon yang, entah, menandakan kenikmatan atau kesengsaraan keluar dari mulutnya. Para penonton menyorakinya dengan kata-kata vulgar. Mereka ingin melihatnya lebih sengsara lagi. Hal itu pun terdengar oleh Calmaramon. Digimon sadis itu mengluarakn lebih dari sepuluh tentakel dan mulai menelanjangi Mervamon.

"Ogghh... Ti...dak... Ku... mohon..."

Mervamon meminta ampun pda Calmaramon yang tentu saja ditolak olehnya. Setelah memamerkan tubuh indah Mervamon yang tidak terutup sehelai benang pun pada penontong, Calmaramon mulai menyerangnya. Pukulan demi pukulan bersarang ke tubuh Mervamon, payudara vaginanya juga jadi bulan-bulanan Calmaramon. Namun, perutnya lah yang jadi santapan utama, terlihat kini bekas-bekas memar mulai timbul di sana.

"AOOOGGH! OOGH! UUGGOOHH!"

Tidak dapat melakukan apa-apa karena tangan dan kakinya diikat, Mervamon hanya bisa merelakan tubuhnya dihancurkan dengan kejam oleh Calmaramon. Bagian perut dan payudaranya sudah babak belur. Dia sudah habis, bahkan vaginanya kini sudah menyemburkan cairan yang banyak tanpa bisa ia tahan lagi.

Beberapa menit telah berlalu, Mervamon sudah tidak bergerak lagi. Namun, tubuhnya yang berubah menjadi cabul akibat ramuan Ranamon masih mengeluarkan cairan vagina. Mulutnya sudah mengeluarkan busa dan lidahnya menjulur keluar. Matanya sudah terbalik dan menatap kosong ke atas. Rambutnya sudah acak-acakan dan tidak beraturan lagi.

"Aaah... A—aah... Ah... Ha..."

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut Mervamon. Kini, tubuhnya gemetaran. Ia merasa sesuatu akan keluar dari vaginanya. Namun, ia tidak bisa menahannya karena tubuhnya sudah terlalu lemah untuk bergerak. Tidak mampu menahannya lagi, Mervamon akhirnya mempermalukan dirinya sendiri dengan kencing di depan banyak orang akibat dipukuli oleh Calmaramon.

"Lihatlah! Dia tidak dapat menahan kencingnya sendiri! Hahahahahahaha!"

Calmaramon tertawa melihat keadaan Mervamon. Para penonton, yang kebanyakan sedang bermasturbasi melihat penyiksaan Mervamon, ikut tertawa dan bersorak dengan kata-kata vulgar ke arah Digimon yang sudah kalah itu. Cairan berwarna kekuningan itu mengalir deras bersamaan dengan cairan dari lubang vagina Mervamon.

"Dengan ini kunyatakan Rosemon sebagai pemenangnya!" Calmaramon melepas tentakelnya dari Mervamon, "Kuharap kau akan terus mengingat bagaiaman kekuatanku, pelacur! Aku juga sudah merobek dan menghacnurkan vagina teman pelacurmu itu, kau beruntung aku hanya memukulimu."

Calmaramon pergi meninggalkan Mervamon yang masih saja menunjukkan pose memalukannya. Jatuh terlentang dengan kaki yang mengangkang lebar, mengeluarkan cairan vagina dan air kencing secara bersamaan.

"Tidak ada ampun bagi yang kalah." Ujar Calmaramon seraya meninggalkan arena pertarungan.

Mervamon yang sudah kalah, kini ditinggal di tengah arena sampai air kencingnya selesai mengalir keluar. Ia dibiarkan begitu saja dan dijadikan bahan ejekan vulgar serta objek masturbasi bagi penonton di arena.

Beberapa jam setelah pertandingan...

"Nah, Rosemon, kau bebas memilih siapa pun di sini." Ujar Ranamon yang menawarkan para budak seksnya kepada pemenang pertandingan sebelumnya, "Aku hanya memiliki budak wanita. Apa itu tidak masalah untukmu?"

Rosemon menggeleng, "Tidak, sama sekali. Aku tidak bermaksud menolak tawaranmu, untuk saat ini aku sudah puas menyiksa Mervamon. Tapi aku punya satu permintaan."

Ranamon menaikkan alisnya dengan penasaran, "Permintaan? Tentu saja. Permintaan macam apa yang kau inginkan?"

"Untuk pertandinganku selanjutnya, aku ingin kau memasangkanku dengan seseorang."

"Ah, pertandingan 'dua melawan satu', ya? Dengan senang hati akan kukabulkan. Tapi, kenapa kau ingin bertanding dengan pasangan? Kau bisa mengalahkan Mervamon satu lawan satu dengan sangat mudah."

Rosemon tersenyum, "Lawanku selanjutnya adalah Kazemon, bukan? Aku benar-benar ingin menghancurkannya, bahkan melebihi Mervamon. Lalu, aku akan memaksanya untuk berubah menjadi Zephyrmon dan menyiksanya sekali lagi."

Ranamon terkagum-kagum mendengar rencana itu, "Pas sekali. Kazemon harus berubah menjadi Zephyrmon agar aku bisa memisahkan tubuh mereka."

"Memisahkan?"

"Kau lihat Calmaramon? Seharusnya aku dan dia tidak bisa muncul secara bersamaan karena dia adalah evolusiku. Namun, seorang temanku membuat alat yang bisa memisahkan Digimon dengan evolusinya melalui ingatan mereka."

"Ingatan? Bagaimana cara kerjanya?" tanya Rosemon yang masih kebingungan.

"Tenang saja, kau akan melihatnya setelah mengalahkan Kazemon dan Zephyrmon nanti."

"Bagaimana, Eru, apa kau sudah merekam semuanya?" tanya Bos pada temannya seusai pertandingan Rosemon melawan Mervamon.

"Tentu saja, Bos." Jawab Eru, "Kita bisa menjual video ini dengan harga yang sangat mahal."

Bos mengambil perekam video dari tangan Eru dan memutarnya, "Kualitas dan tempat pengambilan gambarnya tidak terlalu buruk. Rekaman milikku juga tidak kalah bagus karena aku mendapat kursi paling depan."

"Ini benar-benar ide yang bagus, kita bisa untung banyak dari ini."

"Betul sekali. Aku tidak menyangka kalau kedua Digimon itu sangat lemah padahal mereka sempat mengancam kita sebelum ke kota ini." kata Bos yang mengingat insiden di bar penginapan Hospitown.

"Mereka benar-benar dihajar di arena itu. Apalagi Digimon berambut ungu itu, Calmaramon bahkan merobek vaginanya. Aku harap dia bisa bertanding lagi minggu depan, aku merasa kalau aku mulai mengidolakannya. Tentu saja sebagai bahan masturbasiku."

"Ugh... Apa kau benar-benar ingin bermasturbasi dengan menonton video vagina Digimon yang sudah robek itu?"

"Aku akan masturbasi dengan bangga jika dia jadi modelnya, apapun situasinya." Jawab Eru dengan bangga dan disertai dengan tawa.

"Kau benar-benar gila." Kata Bos dengan jijik yang dibarengi dengan tawa juga.

Kedua pedagang itu pergi menuju ke tempat kumuh di kota. Mereka menjual video yang sudah mereka rekam di arena tadi. Para lelaki hidung belang yang tidak mampu membayar tiket masuk ke dalam arena mulai membeli rekaman yang dibuat oleh Bos dan Eru.

Dari yang muda sampai yang tua, tidak ada yang tidak membeli video itu. Baru beberapa jam saja, kedua pedagang yang menjual video itu sudah kewalahan dan membuat keributan di sekitar tempat kumuh di tengah kota semegah Kota Alpha.

"Kita berhasil, Bos," ujar Eru yang terlihat kelelahan setelah menjual barang dagangannya, "Kita banyak mendapat uang hari ini."

"Tentu saja, ini semua berkat kerja kerasmu."

"Kau juga bekerja dengan keras, Bos. Kita bisa menggunakan uang ini untuk membeli tiket VIP dan memasang taruhan yang besar."

Bos menaikkan satu alisnya saat mendengar kata-kata temannya itu, "Tiket VIP?"

"Ya, dengan tiket itu kita bisa mendapat video dengan kualitas yang lebih bagus dan menjualnya lebih mahal di sini."

"Memang itu ide yang bagus, tapi aku tidak setuju." Kata Bos setelah berpikir sejenak.

Eru terkejut mendengar respo Bos, "Kenapa?"

"Coba kau pikir, kita menjual video yang kita rekam sendiri saja sudah memiliki resiko yang besar jika ketahuan oleh pihak arena. Aku tidak mau mengambil resiko yang lebih yang lebih besar dari ini. Untuk sementara kita teruskan saja seperti ini dulu dan bermain dengan aman."

"Kurasa kau ada benarnya. Aku tidak mau membayangkan apa yang akan mereka lakukan pada kita jika kita ketahuan menjual video ilegal ini."

Bos merangkul pundak Eru, "Ayo, sekarang kita coba pelacur-pelacur kelas atas di kota ini. Kita nikmati hidup yang enak ini."