A/N: Yo, saya kembali dengan fic gaje ini yang pastinya alurnya yang super cepat. Seperti Google Fiber yang mempunyai kecepatan koneksi 1gbps, ada yang mau coba? Lumayan loh, hanya 70 US$ perbulan. Haha lupakan semua itu. Oh ya ada yang bilang fic ini singkat? Itu memang batasannya saya. Saya baru bisa menulis rata – rata 2k, untuk yang 4k keatas mungkin akan saya coba beberapa chapter kedepan. Terimakasih atas Reviewnya dan selamat Hari Raya Idul Fitri.

Disclaimer – I own nothing, mores the pity.

Chapter Three: Solusi, OSIS, Kutukan.

Yondai – maou hanya menatap tidak percaya kepada pemuda kuning di depannya, apakah benar semua ini di sebabkan olehnya? Padahal baru beberapa jam yang lalu ia mendaftar, sudah membuat masalah sebesar ini?!

"Hahh... Ini akan menjadi hal yang sangat merepotkan." Ujar Sirzechs sambil memijit keningnya.

"Ya, ini benar membuatku repot. Tapi ini memang salahmu Sir – tan~! Mendaftarkan orang asing yang tidak dikenal seenakmu saja~!" Serafall menyalahkan si Lucifer karena seenaknya saja mendaftarkan orang asing tanpa melihat seluk beluk orang itu terlebih dahulu.

"Begini saja, Ajuka, Falbium, tolong kalian sadarkan mereka semua dan hilangkan ingatan mereka tentang kejadian ini, benarkan juga bangunan yang hancur." Ajuka dan Falbium yang mendengar permintaan Sirzechs yang lebih menjurus ke arah perintah, menatap bosan dirinya. Kenapa selalu mereka yang mengurus semua ini?!

"Kau memang merepotkan Sirzechs, Ayo Falbium!" Dua Maou itu beranjak pergi untuk segera melakukan tugas yang merepotkan dan menghabiskan tenaga ini.

Naruto yang merasa semua kerusakan yang terjadi adalah kesalahaannya, yang merepotkan para Yondai – Maou. Ia hanya bisa menyesali perbuatannya. Padahal kan dia hanya ingin menjahili pemuda fantat ayam itu, kenapa jadi begini? Semua itu di luar kendalinya sekarang.

"Huuh... kejadian ini bisa memicu perang antar kubu dan memancing para teroris itu untuk masuk ke sekolah ini!" Tsunade mengalisis kejadian yang baru saja terjadi, kemungkinan paling kecil yang bisa di lakukan adalah mengadakan perundingan antar kubu, namun tidak semudah itu. Bisa saja mereka menolak, dan memutus tali kepercayaan yang selama ini mereka bangun. Hal yang paling di khawatirkan olehnya adalah para teroris itu, jika merasakan energi yang baru saja terjadi, mereka pasti akan datang dan akan merekrut seorang tersebut bagaimana pun caranya.

"A-pa perang?" Naruto terkaget atas ucapan sang kepala sekolah, ia tidak menyangka perbuatannya bisa menimbulkan peperangan.

"Ya, jika semua kubu merasakan intensitas energi hitam yang tadi kau keluarkan, maka mereka mengira kita menyimpan sesuatu yang berbahaya dan hal ini bisa memutuskan kepercayaan antar kubu yang saat ini kita bangun." Serafall menatap pemuda itu dengan pandangan serius dan menjelaskan perihal hubungan antara kubu – kubu yang sedang mengadakan kerjasama untuk perdamaian dan melawan para teroris yang entah apa tujuan mereka.

"Se-separah itukah?" Mereka semua yang ada di situ mengangguk atas pertanyaan kaget Naruto. 'Sial kenapa semua ini menjadi seperti ini?' Naruto hanya bisa merutuki nasib yang menimpa dirinya saat ini, ini bukanlah perkara kecil yang bisa di selesaikan dengan cepat. Apakah ia akan di kutuk lagi? Haha itu lebih baik dari pada situasi saat ini terjadi lagi.

"Kau tenang saja Naruto, kau adalah murid rekomendasi langsung dariku. Secara tidak langsung aku lah sebab dari semua ini. Aku yang akan bertanggung jawab dan mencoba perundingan dengan beberapa dewan tinggi dari masing – masing kubu." Sirzechs merasa semua ini adalah kesalahannya, jadi ia harus bertanggung jawab atas apa yang di lakukan oleh Naruto. Namun ia sendiri tidak yakin apa mereka mau berunding dan membicarakan masalah iini dengan baik – baik.

"Tapi Sir – tan ap-." Perkataan Serafall di potong oleh Naruto, memang tidak sopan tapi inilah yang harus Naruto lakukan.

"Maaf aku memotong perkataan Anda Sera – sama, biarku perjelas mengenai kekuatan kegelapan yang aku keluarkan barusan. Seperti yang Anda rasakan, mengenai kekuatanku hanya bisa di rasakan di dunia bawah saja, itu menurutku. Karena kekuatanku tidak cukup kuat untuk menembus perbatasan dua dunia. Paling tidak hanya di dunia bawah saja kekuatanku dapat di rasakan." Mereka yang mendengar penjelasan Naruto menggaguk mengerti, berarti masalah ini tidak serepot yang mereka bayangkan. Jikalau para Dewan Grigori itu merasakan kekuatan barusan, mereka akan lebih mudah untuk merundingkan hal ini denga pemimpinnya Azazel.

"Oh ya, aku hampir lupa! Kekuatan dari Yami Yami miliku masih ada kaitannya dengan gaya gravitasi, semakin jauh jaraknya maka semakin tenggelam dalam gravitasi. Bisa di bilang kekuatan kegelapanku akan tersamarkan oleh gravitasi, ya seperti itulah." Naruto memperjelas kembali mengenai salah satu kekuatan yang di miliki olehnya.

Sirzechs tersenyum mendengar penjelasan dari Naruto, menurut penjelasan dari Naruto dapat di tarik sebuah kesimpulan yaitu, jika aura kegelapan tadi tidak bisa menembus batas dunia, dan cenderung tenggelam oleh gravitasi maka hanya beberapa Dewan tinggi Grigori yang dapat merasakannya. Ini akan jauh lebih mudah dari pada yang ia perkirakan.

"Baiklah semua ini biar aku yang urus, dan kau Naruto lebih baik kau tidak menggunakan kekuatanmu untuk menimbulkan masalah." Sirzechs menegur Naruto dengan tatapan tajam, yang tentu saja membuat si empu bergidik ngeri melihatnya.

"Huuh, untung tidak seperti yang aku bayangkan." Ujar Serafall dengan nada childishnya yang sudah mulai muncul kembali.

Tsunade yang melihat masalah ini sudah menemukan titik temu, bersyukur karena tidak seperti analisisnya yang barusan ia uatarakan. "Akhirnya masalah ini terselesaikan. Untukmu Naruto kau mendapatkan Poin 70, karena merusak fasilitas sekolah dan membuat kegaduhan selama waktu belajar – mengajar berlangsung."

"Ano, lalu apa gunanya poin itu? Apa bisa ditukarkan dengan makanan?" Tanya Naruto tidak mengerti poin yang barusan kepala sekolah berikan padanya.

Dua Maou yang ada disitu hanya bisa sweatdrop mendengar perkataan Naruto. "Poin itu berfungsi sebagai alat ukur kau masih layak bersekolah disini atau tidak. Batas Poin disini hanya mencapai angka 100, jika kau melebihi batas Poin itu, kau akan di keluarkan dari sekolah ini." Naruto yang mendengarkan penjelasan dari Maou – Sera hanya menatap horror. Keluar sekolah sama dengan tidak makan, itulah benak Naruto sekarang.

"Jadi kau sudah mengerti Gaki?" Tanya Tsunade dengan wajah sangar yang membuat Naruto manggut – manggut disko.

"Baiklah sepertinya Ajuka dan Falbium sudah menyelesaikan pekerjaannya, ayo Sera kita kembali." Sirzechs dan Serafall pun menyiapkan sihir teleportasi masing – masing.

"Dan aku berpesan padamu Naruto, jangan buat masalah lagi! Patuhi peraturan yang ada di sekolah ini." Tambah Sera sebelum dirinya benar – benar berpindah. Naruto yang menerima pesan dari salah satu Maou itu memberi hormat layaknya seorang tentara kepada atasannya. "Yes, Sir.". Serafall hanya bisa tersenyum di buatnya.

Para Maou itu pun kembali ke kediamannya masing – masing untuk kembali menyelesaikan pekerjaan mereka yang menumpuk.

"Oh ya Naruto, kali ini kau ku ampuni, poinmu ku kurangi 20. Berhubung kau belum memulai pelajaran." Naruto yang mendapat belas kasih dari kepala sekolah hanya bisa terharu dan menangis tersedu – sedu. "Terimakasih Tsunade – sama."

"Cih hentikan tangisan bodohmu Gaki, dan cepat keluar dari tempatku SEKARANG!" Naruto langsung lari terbirit – birit mendengar instruksi dari kepala sekolah, ia trauma dengan bogeman si Tsuna – kepala, satu kali saja itu sudah cukup baginya.

~•~•~•~

Menghela nafas lelah, sambil merenungi kesalahan yang baru saja ia perbuat. Sekarang ia berada di belakang sekolah, ia tidak menyangka ada taman dan danau yang indah di sekolah ini. Memandang danau berwarna kuning ke emasan yang terkena efek sinar matahari terbenam, sambil melemparkan batuan – batuan kecil yang menimbulkan suara 'pluk' beberapa kali karena memantul, seperti batu yang tidak tenggelam di dalam air.

Ia tidak mempedulikan penampilannya yang acak – acakan, rambut pirang panjang yang berkibar, jaz hitam yang di sampirkan di bahunya, dan kemeja putihnya yang beberapa kancing bajunya terbuka. Ia tidak peduli dengan semua itu, yang ingin ia lakukan sekarang adalah sebuah perubahan, ya perubahan atas sikapnya.

Memang sekarang sekolah kembali seperti semula dan para siswa tidak ingat lagi dengan kejadian siang tadi. Namun tetap saja perasaan bersalah masih hinggap di hatinya. Bagaimana cara ia membalas kebaikan dari kepala sekolah dan para Maou yang membantunya? Muncul juga pertanyaan itu dalam hatinya. Ia seorang Dewa, ya Dewa yang tidak berguna. Bahkan Tuhan juga menghapus memori tentang dirinya kepada semua umatnya. Apakah ini sebuah cobaan yang engkau berikan Tuhan? Ia tak tau pasti mengenai hal itu.

"Ehem."

Sebuah deheman feminim membuat dirinya tersadar akan dunianya sendiri. Ia melihat sosok perempuan memakai seragam berblazer hitam. Dari segi fisik ciri – cirinya adalah berambut hitam sebahu, bermata ungu memakai kacamata, wajah cantik dan bibir kecil soft pink yang menggoda, dan juga mempunyai tinggi tubuh rata – rata wanita di sekolah ini. Terlihat anggun dan kesan tegas di saat bersamaan.

"Tidak seharusnya murid berkeliaran jam segini, bukankah begitu Uzumaki – san." Ya dia adalah ketua OSIS, Sona Sitri. Dia selalu menindak tegas siswa yang melanggar aturan.

Naruto menatap datar sosok ketua OSIS di depannya. "Memang tidak boleh ya? Padahal baru jam 4 lebih 45 sore."

Sona menatap tajam sosok pelanggar kuning di depannya, baginya tidak ada grasi ataupun keringanan. Pelanggar tetap pelanggar, dan pelanggar harus mendapatkan Hukuman. Itulah ideologi yang saat ini dia anut. "Apa kau belum baca mengenai aturan jam yang ada, Uzumaki – san?" Sona masih bersabar menangani pemuda kuning di depannya.

"Belum, apa itu sebuah masalah untukmu, Sona – Kaichou?"

Sona yang sudah geram melihat tingkah pemuda kuning di depannya, memberi sanksi tegas kepada pemuda kuning di depannya. "Uzumaki – san kau di hukum untuk membersihkan halaman sekolah hari besok setelah waktu belajar – mengajar usai."

Sona yang sedang menulis hukuman pada secarik kertas untuk para pelanggar tidak menyadari bahwa pemuda kuning ada di depannya. "Uzuma –."

"Hai Sona – senpai, kau tampak cantik, apalagi dengan sinar matahari terbenam yang menyinari wajahmu cantikmu." Naruto mengucapkan kata – kata gombal itu tepat di depan Sona. Alhasil Sona kehillangan konsentrasinya untuk menulis surat bukti hukuman dan kesalahan untuk di berikan kepada guru sebagai tanda bukti.

Naruto yang melihat kesempatan itu, tidak menyia – nyiakan. Ia secara perlahan menarik kertas itu, masih dalam mode pandang – memandang antara dirinya dan Sona – Kaichou.

Sona secara tidak sadar melepaskan genggaman kertas itu, dirinya masih menatap pemuda blue saphire menawan dengan kulit tan eksotis, tiga garis tipis di kedua pipinya yang memberi kesan imut, dan senyum menyejukan yang terpasang di wajah pemuda itu.

BLUSH!

Sona merasakan kedua pipinya terbakar, terasa panas, entah apa penyebabnya ia tidak tahu. "Terimakasih Hime." Naruto mengucapkan kalimat tersebut tepat di sebelah telinga kanan Sona, sehingga ia dapat merasakan sensasi geli dari hembusan hangat yang menjalar ke seluruh tubuhnya yang belum pernah ia rasa.

"Jaa..." Naruto pergi dengan mengubah dirinya menjadi angin, ya ia menggunakan kekuatan Logianya yang bertipe angin.

Setelah sadar dari pesona Naruto...

"Awas kau, Uzumaki – bakaaaaaa!"

~•~•~•~

"He he ternyata seperti yang kepala sekolah beri tahu kepadaku, untung dia memberi tahuku." Naruto terkekeh melihat reaksi Sona barusan, untung kepala sekolah membari tahunya seluruh kegiatan di luar waktu belajar – mengajar. Termasuk Ketua OSIS dan seluruh staffnya.

Naruto mengucapkan sandi untuk masuk ke dalam asrama hantu di depannya, ya itu adalah julukan yang diberikan oleh Naruto untuk asrama yang Naruto tempati.

"Mystery flowing in our blood, We live in the shadow and death in the black fog. Because we are Anonymous."

Pintu asrama itu pun terbuka, Naruto berjalan menuju kamarnya yang paling pojok, melewati kamar – kamar yang pintunya terbuka dan juga tak berpenghuni itu. Berjalan, jalan, telapak kaki yang menggema di lorong yang memantul dari dinding yang menimbulkan sebuah gema, langkahnya terhenti ketika ia melihat sebuah topeng yang tergantung di salah satu kamar kosong itu.

Melangkahkan kakinya ke dalam kamar yang tak berpenghuni itu, mengedarkan seluruh pandangannya, mencoba mengobservasi seluruh kamar yang masih tertata rapi. Otaknya memerintahkan seluruh bagian tubuhnya, terutama kaki dan tangannya. Ia mendekati topeng putih mulus itu, mengambil dan memakai topeng itu.

DEG

"Bunuh semua orang."

"A-apa i-ini..?!"

"Bunuh semua yang menghalangimu."

"I-ini ku-tukan...si-sial a-ku...!"

"Bunuh semua yang tidak mempercayaimu."

"A-ku ha-rus me-lepas-kan to-peng i-ini."

"Kau adalah Dewa, Dewa tidak di perintah oleh makhluk yang lemah."

"Si-sial."

Naruto mencoba melepas topeng yang mempengaruhi jiwanya ini. Ia tahu bahwa topeng ini membawa kutukan yang akan mempengaruhi jiwanya dan mengendalikan semua yang ada di dirinya.

Meronta dan terus meronta, mencoba untuk melepaskan topeng yang membelenggunya. Namun apa daya, topeng itu sudah mengkorek seluruh ingatannya dan menambahkan ingatan kebencian dari topeng itu.

"ARHHHHHH...!"

Sebuah teriakan menggema di kamar itu. Teriakan itu terhenti di gantikan oleh suasana hening dan di lanjutkan oleh tawa berat yang terdengar di kamar kosong ini. "Khukhukhukhu..."

~•~•~•~

"Iruka kau ke asrama bocah itu dan kau Sona, kau tahu tugas harianmu ini kan?" Mereka berdua semua mengangguk sebagai tanda mengerti tugas yang diberikan oleh kepala sekolah.

"Ha'i." Mereka berdua segera keluar.

'Perasaanku tidak enak mengenai bocah kuning itu, semoga tidak menjadi hal hal yang merepotkan.'

~•~•~•~

TOK TOK TOK

"Naruto – san, makan malam akan segera di mulai. Harap segera menuju ke Aula barat sekolah."

Setelah beberapa saat berlalu, pintu itu terbuka dan menampilkan sosok yang ada di dalamnya.

'To-topeng i-tu ba-gai-mana a-da di-sini...!'

Iruka kaget melihat Naruto saat ini, memang seragamnya sudah sesuai aturan dan memakai rombel asramanya di lengan kirinya, akan tetapi yang membuatnya kaget adalah topeng yang saat ini ia pakai, topeng putih polos yang menggambarkan kengerian, topeng yang dulu sudah di hancurkan.

"Na-naruto – san, se-sebaiknya kau le-paskan to-topeng i-tu." Ucap Iruka dengan nada grogi di setiap pengucapannya.

Naruto melepaskan topeng yang menutupi wajahnya, menampilkan kedua bola matanya yang berwarna biru safir, namun dalam keadaan kusam. Iruka merasa aura di sekelilinginya berubah menjadi tidak enak, tidak ingin lebih lama, ia mencoba merubah suasana yang tidak mengenakan itu.

"Naruto – san, baik kita cepat, sebelum kita telat." Ujar Iruka merubah suasana.

"Baiklah Ayo Iruka – sensei." Sahut Naruto dengan suara serak yang tidak pernah Iruka dengar selama ini.

Mereka berdua berjalan, suasana hening menambah aura di sekeliling menjadi lebih mencekam dari sebelumnya, apalagi dengan kamar – kamar yang tanpa penghuni di setiap sisinya. Tanpa di sadari oleh Iruka, Naruto mengubah jari telunjuknya menjadi sebuah pisau tajam dan secara perlambat mengarahkan ke leher Iruka, ya semenjak tadi Naruto memang di belakang Iruka.

5 cm.

...

4 cm.

...

3 cm.

...

2 cm.

...

"Ehem, kalian lama sekali. Acara segera di mulai." Naruto yang mendengar sebuah suara di belakangnya dengan cepat menurunkan tangannya dengan sepersekian mili detik, jari telunjuknya menjadi seperti semula.

Mereka berdua berbalik. "Maafkan aku sensei." Naruto mengucapkan kalimat itu dengan senyum yang terkesan aneh itu.

"Baiklah Naruto – san, sepertinya kau bisa melanjutkan perjalananmu sendiri." Naruto membungkuk memberi salam dan kembali berjalan menuju ke aula.

"Terimakasih, kau datang di waktu yang tepat." Iruka bersyukur dengan kedatangan sosok Kakashi yang menolongnya dari hal yang bisa merenggut nyawanya tadi.

"Kutukan itu, muncul kembali." Ujar Kakashi dengan nada serius, Iruka menatap khawatir pada sosok pemuda kuning yang sudah berbelok di ujung lorong itu.

"Kita harus memberi tahu ini kepada kepala sekolah dan terus awasi pemuda itu." Iruka mengangguk dan segera teleportasi ke kepala sekolah saat ini berada.

"Aku harus mengawasi pemuda itu atau kejadian itu kembali terjadi ..."

~•~•~•~

Semua siswa maupun siswi berbisik – bisik melihat pemuda kuning yang juga sedang berjalan menuju aula, mereka semua tahu tentang rumor yang mengatakan bahwa orang yang bertempat di asrama 'Anonybloods' akan mendapatkan sebuah kutukan. Namun sepertinya hal itu di abaikan oleh Naruto. Ia berjalan dengan tatapan dingin juga seringai tipis yang terpasang di wajah tampannya.

Ia sampai di depan aula dimana semua murid berkumpul menunggu pintu besar aula terbuka. Semua yang ada disana menatap dirinya dengan tatapan yang menunjukan sebuah ketakutan, semua menjauh dari sosok pemuda kuning bernama Naruto itu, ya mereka takut dengan rumor dari asrama 'Anonybloods'.

Setelah beberapa saat pintu aula itu terbuka, dengan segera mereka berhamburan ke aula tersebut untuk mencari tempat duduk yang mereka rasa nyaman. Berbeda dengan Naruto, yang duduk sendiri di tempat makan untuk anggota asrama 'Anonybloods', haha ya anggotanya memang hanya Naruto untuk tahun ini, bahkan tahun sebelumnya.

Semuanya memandang ke arah Naruto duduk, tidak biasanya ada anggota dari asrama 'Anonybloods'. Yang mereka tahu, asrama itu tidak berpenghuni.

"Ehem."

Suara deheman kepala sekolah membuyarkan fokus mereka ke Naruto, berganti dengan sosok kepala sekolah yang berada di podium.

'Cih, apakah kutukan itu kembali...?!'

.

.

.

To Be Continued ...

A/N: hai semua, maaf telat updatenya hehe, oh ya apa ini alurnya masih kecepatan? Hahaha maaf,,, maaf,,, semua itu sudah ku lakukan dengan sebisa ku.

Announcement...!

Untuk semua Readers, saya akan mempublish sebuah cerita baru hahaha #padahal ini masih Ch. 3, beraninya publish cerita baru.# Cerita kedua ini akan ber Rate M – MA #mungkin, saya rasa sih tidak sampai MA.# Bukan Crossover, hanya sebuah fandom Naruto biasa yang bertemakan modern #Biasa AU.# Saya mungkin banyak menambahkan chara cewek dari anime lain, readers bisa menyarankan lewat Review ataupun PM. Tetapi yang pasti tidak mengurangi unsur Ninja, bisa di bilang Ninja di dunia modern. Baca dan review ya... ^_^

Untuk yang sudah Review dan Sarannya, saya mengucapkan terimakasih. Maaf yang belum saya balas lewat PM, akan ku usahakan untuk membalas semua pertanyaan Readers.

Ok, mohon Reviewnya... semakin banyak semakin cepat saya update!

SEE YA