The Forgotten Angel.

Disclaimer : Naruto - Masashi Kishimoto. And High School DxD - Ichie Ishibumi.

Genre : Adventure, Friendship, Supranatural, Hurt/Comfort, Etc.

Rate : M (No Lemon!)

Warning : Strong!Naru BUT NOT Godlike, Little bit Dark, Semi-Cannon, Typo(s), mist-Typo(s), Oc, OOC. Little Crossever With Date A Live, Seriouse!Issei, Smart!Naru, Etc.

Arc - Devil Is Me.

Chapter 6 - Rahasiaku.

"Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu."

Hari ini masih tetap sama seperti hari-hari biasanya di Kuoh Akademi. Dari sudut koridor panjang di sana nampak seorang pemuda berkepala kuning, melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang memiliki papan nama kecil di atas pintu bertuliskan Ruang UKS. Mengetuk daun pintu beberapa kali, pemuda bernama lengkap Naruto Uzumaki itu membukanya perlahan dan masuk sembari menutupnya kembali.

"Halo~ Naruto-kun."

Di sudut ruangan sana Naruto dapat melihat jelas seorang gadis cantik yang memiliki porsi tubuh proposional menyapanya dengan nada halus nan elegan. Tanpa basa-basi ataupun sangsi, Naruto segera berjalan mendekati dan duduk di bangku yang bersebrangan dengan tempat duduk sang gadis impian.

"Jadi ada apa orang sesibuk dirimu jauh-jauh turun ke bumi, dan seenaknya menyamar menjadi pegawai UKS? Gabriel?"

"Ufufufu~." Hanya tawa nakal itu yang menjadi jawaban bagi pertanyaan Naruto. Sang gadis cantik penjelmaan dari Archangel itu menyangga pipinya dengan telapak tangan kanan yang berada di meja, sorot mata lembutnya menatap lurus permata beku yang ada di hadapannya. "Aku hanya ingin berbincang-bincang saja denganmu, Naruto-kun. Apa kau keberatan?"

"Sejujurnya aku senang kau datang kesini jauh-jauh dari surga, tapi kau tahu sendiri bukan? Ini hampir masuk jam pelajaran." Seperti biasa, tak ada nada dalam setiap alunan kata yang Naruto ucapkan, semua datar bak dinding pembatas jalan. "Lagipula, apa kata para pemimpin Tiga Fraksi jika mereka tau salah satu Archangel yang agung turun ke Bumi hanya untuk menemui manusia sepertiku? Dan... Ahh jangan lupakan penyamaran payahmu itu. Kau bisa membuat para siswa disini kehabisan darah tau."

Gabriel hanya melongo bak patung pancoran(?) tatkala mendengar ocehan panjang lebar dari pria blonde di depannya. Namun yang membuatnya tak kalah heran adalah beberapa kalimat lawakan yang Naruto ucapkan masih setia dengan nada datar. Hah~ kadang Gabriel merasa lelah dengan tingkah pria ini. "Ok ok hentikan lawakan tak bermutumu itu, Naruto."

Naruto mengangguk tanda paham, padahal dirinya sendiri tidak tahu maksud dari perkataan Gabriel. 'Lawakan apa sih?' Batinnya. Menopangkan kedua tangannya di meja, dan menyanggah dagunya, pria blonde itu balik menatap manik biru indah nan menggemaskan di hadapannya. "Langsung saja pada intinya Gabriel aku tidak ingin mebuang-buang waktuku di sini. Lagi pula, cepat atau lambat mereka juga akan mengetahui kedatanganmu ini." Tegasnya.

Twich

Perempatan muncul di dahi sang Saraph, berkat ucapan Naruto yang menohok hatinya. Tampaknya ia harus lebih bersabar untuk berbincang dengan pemuda blonde di hadapannya ini. 'Mou~ dasar nggak peka...' Menghela nafas, sang gadis cantik yang memiliki keindahan dari dunia lain itu memberanikan diri untuk merebut tangan pria di hadapannya. Mendapatkan perlakuan seperti itu, tentu saja membuat Naruto agak melebarkan matanya. Namun, ia membiarkan gadis masa lalunya ini melakukan hal sesukanya. Merasa tak ada penolakan dari sang pemilik tangan, Gabriel segera menggenggamnya erat.

"Kau tahu, sekarang semua sudah tak lagi sama. Selepas kepergian Ayah sistem yang ditinggalkan-Nya mengalami sebuah perubahan. . ." Ada jeda sepersekian detik di sana, Gabriel menunggu sebuah respon yang mungkin akan ditunjukan Naruto. Namun, Nihil. Gabriel sudah menduga hal ini akan terjadi. "Michael menggantikan posisi Ayah, tapi dia hanya mampu untuk menjalankan sebagian kecilnya saja. Banyak data yang terhapus dalam Mega Server. Bahkan sekarang sistem Sacred Gear tidak lagi berkerja sebagaimana mestinya."

Naruto menyimak dengan seksama penuturan Gabriel, ia juga sudah menduga semua keganjilan yang terjadi di dunia ini disebabkan banyaknya Data yang hilang dari Mega Server di Surga. Namun ia tidak menyangka kerusakan pada sistem yang ditinggalkan oleh God of Bible bisa separah ini. Bahkan berimbas pada sistem Sacred Gear. Bisa dikatakan, akibat dari kerusakan ini banyak pengguna Sacred Gear yang mampu mencapai tahapan Balance Breaker. Padahal sejatinya pada zaman dahulu sangat jarang ada manusia yang mampu mencapai tahapan tersebut. Dan juga dalam kasus pedang Holy-Demonic milik Kiba Yuuto dan Issei yang mencuri Berlian Hakuryuuko sekaligus berhasil menggabungkannya dengan kekuatan Sekiryuutei, adalah akibat dari kerusakan Sistem.

"Lalu untuk apa kau menceritakan rahasia sebesar ini kepadaku, Gabriel?"

"Aku..." Mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kekar Naruto, Gabriel berucap penuh harap. "Aku hanya ingin memintamu untuk pulang Naruto." Ada secerca nada kesedihan dalam kalimat tersebut. "Karena aku tahu, hanya kaulah yang mampu memperbaiki sistem dan mengembalikannya seperti semula."

"Maafkan aku..." Gabriel merasakan telapak tangan Naruto balik menggenggamnya lebih erat, tapi alih-alih menghangat mendapatkan perlakuan tersebut, hatinya malah terasa perih. "Aku tidak bisa kembali kesana." Ingin rasanya Gabriel untuk kembali membujuk pemuda di hadapnnya, namun ia tahu semua pasti akan sia-sia. Bukan pesimis atau apa, tapi Gabriel memang sudah mengenal Naruto sejak lama bahkan pernah hidup bersama pemuda blonde itu beberapa tahun, ia sangat hafal betul bagaimana watak pemuda tersebut.

Tersenyum manis, sembari menatap lekat-lekat manik beku di depanya gabriel kembali bersuara. Kini dengan nada yang teramat lembut dan bersahaja. "Aku tidak akan memaksamu Naruto..." Hati bersih sang Malaikat terluka meski ekspresinya lega. " Jadi kau tidak perlu meminta maaf seperti itu. Lagipula..." Gabriel sedikit melirik tangan kiri Naruto yang selalu tertutup sarung tangan. Menyembunyikan sebuah tragedi dibalik pekatnya warna yang membungkus luka. "Aku tahu alasanmu tidak bisa lagi kembali ke Surga."

"Kau memang tidak pernah berubah sajak dulu Gabriel."

"Ufufufu, bukankah kau juga begitu? Dan ahh... Satu lagi yang harus aku sampaikan kepadamu." Senyum gadis itu kembali merekah dengan sempurnanya. "Beberapa minggu yang lalu, aku mendapatkan informasi tentang tanda-tanda keberadaan Dia."

Deg!

Tiba-tiba atmosfir dalam ruangan tersebut berubah derastis. Gabriel dapat merasakan getaran hebat dari tangan kekar yang digenggamnya. Luapan emosional dari getaran itu, semacam sebuah kerinduan yang terpendam sejak beribu-ribu tahun lamanya. Dalam hati, Gabriel ikut merasa senang dengan getaran emosional tersebut karena dengan itu ia tahu bahwa Naruto masih memiliki hati. Namun, hati kecil sang Archangel tidaklah bisa berbohong, ada sebesit rasa kecewa dan sedih yang menggumpal di dalam sana, tidak banyak. Namun cukup untuk membuatnya merasakan perih.

"Maaf Gabriel." Naruto menarik paksa tangannya yang sedari tadi berada dalam genggaman sang Saraph. "Aku mohon padamu, untuk tidak membahas masalah ini lagi selamanya. Kau bisa sesukamu mengunjungiku atau menyeretku untuk pulang ke Surga tapi... Jangan pernah kau ungkit kembali masalah ini." Meletakan kedua telapak tangannya di meja, Naruto bangkit dari tempat duduknya. "Biarkan semua berjalan semestinya, aku sudah lelah untuk merubah takdirku." Dan dengan ucapan itu, Naruto menghilang dalam kedipan mata, pergi meninggalkan Gabriel yang terdiam tanpa dapat melakukan apa-apa.

"Aku hanya ingin kau bahagia Naruto-kun... Bukankah hanya karena Dia? Kau rela menukarkan segalnya dan kembali turun dari Tahta Suci Pelebur Dosa? ...Hikz." Setetes air mata murni dari sang Malaikat Agung jatuh membasahi bumi dengan sejuta kesedihan yang terkandung di dalamnya.

.

.

.

The Forgotten Angel

.

.

.

Naruto menutup rapat-rapat pintu kamarnya, berjalan perlahan menjauhi pintu tersebut dan duduk di atas kasur kecilnya. Mood-nya sedang jatuh sekarang, saking parahnya Naruto memutuskan untuk membolos sekolah. Sebuah rasa sesak tiba-tiba menohok hatinya saat ucapan terakhir dari sang Archangel kembali mengiang-ngiang di dalam kepala. Perih, kesal, dan... Senang bercampur di sana, kerinduan yang telah lama tak ia rasakan kembali menghantuinya, kadang Naruto ingin mengakui segalanya, mencurahkan isi hatinya, dan membebaskan bebannya. Namun ia tahu, hal itu hanya akan membuatnya terluka. Lagi pula, semua beban yang ia tanggung ini juga demi kebaikan semuanya; baik itu Gabriel, dan Dunia.

'Maafkan aku... Gabriel.'

Drrrrtttt

Naruto mengambil Smart Phone dari kantong Blazer, satu pesan baru di terima.

From : Azazel

To : Naruto

Bisakah kau datang ke Grigori siang ini? Ada sesuatu yang ingin aku tunjukan padamu... Huehuehue~*tertawa mesum* kau pasti suka dengan hal ini.

"Err. . ." Kepala kuning itu berkeringat jatuh membaca pesan singkat di Smart Phone-nya apa lagi dengan teks tidak-jelas-sama-sekali yang sering digunakan oleh para netizen dalam sesi RP (RolePlay) BH (Battle Hentai) dan semacamya. Ia tahu apa yang akan Azazel tunjukan padanya. Semacam buku-buku 18+ atau paling tidak, mesin baru dari eksperimen abal-abal hasil otak mesumnya. Menaruh kembali Gadget miliknya ke dalam saku Blazer, Naruto melirik jam tangan yang ada pada tangan kirinya. Pukul 8 pagi... Ok, sekarang Naruto bingung mau mengerjakan apa. Bolos dari sekolah bukanlah hal yang menguntungkan ternyata.

"Baiklah sebaiknya aku berkeliling kota." Turun dari ranjang mini miliknya Naruto segera mengganti pakaian sekolah yang masih ia kenakan dengan kaus polos berwana hitam, dan celana yang senada dengan atasannya, tidak lupa pula ia menggunakan sebuah topi Base Ball yang dikenakan terbalik untuk menutupi rambutnya. Segera keluar dari apartermen kecil kebanggaannya dan menggunakan sepatu kats berwarna merah marun, sang Uzumaki melangkahkan kaki menuju dunia luar~ sedangkan setatusnya membolos dari sekolah. Naruto hanya berdo'a semoga ia tidak bertemu dengan salah satu staff Kuoh Akademi, apa lagi ketua OSIS. 'Ah~ aku lupa jika Tuhan sudah tiada.'

Taman Kota - Pukul 9 Pagi.

Langkah kaki dan rotasi kursi roda itu bersahaja menyusuri jalanan taman yang cukup sepi karena hari ini bukanlah Week End ataupun hari libur. Angin pagi berhembus mesra membelai kedua orang yang menikmatinya, Naruto Uzumaki dengan khikmatnya mendorong sebuah kursi roda yang di duduki oleh seorang gadis muda. Dapat terdengar dengan jelas suara kikikan tawa bahagia di sana, datang dari Gadis yang setia duduk di kursi roda, sembari bercanda dengan sang pemuda yang lebih muda beberapa tahun dengannya. Meski ditanggapi hanya dengan suara datar, seperti biasa.

"Hm... Bagaimana kondisimu Hinata?"

Namanya Hyuuga Hinata, seorang gadis cantik berumur dua puluh tiga, yang harus rela duduk di kursi roda untuk selamanya, dikarenakan kedua kakinya mau-tidak-mau harus diamputasi akibat kecelakaan yang menimpanya. Namun, gadis yang memiliki mata Lavender itu selalu tabah menjalani semua takdirnya. Ia sama sekali tidak pernah mengeluh, apa lagi kecewa dengan Takdir pahit yang diberikan oleh Tuhan kepadanya karena ia percaya bahwa;

Selalu Ada Hikmah Dibalik Setiap Musibah.

"Umm... Kondisiku sudah mulai membaik kok Naruto-kun." Senyum manis menghiasi bibir mungilnya, dan rasa nyaman memenuhi hatinya. Hinata senang... benar-benar amat senang karena Naruto selalu ada untuknya. Pria itu bagaikan sosok Malaikat bagi Hinata, Malaikat dingin yang diutus oleh Tuhan untuk menemaninya dalam suka maupun duka.

"Syukurlah kalau begitu, aku lega mendengarnya. Cepat sembuh ya Hinata."

"Arigatou Naruto-kun~." Senyum manis itu merekah dengan sempurnanya.

Taman kota Kuoh adalah tempat yang menjadi saksi bisu pertemuan pertama mereka berdua. Kala itu, Hinata sedang menyendiri di tempat ini sembari meratapi Takdir pahit yang telah menimpanya; sebelum kecelakaan Mobil di jalan bebas hambatan lingkar luar kota Tokyo. Dulu. . . Gadis yang berada dalam umur dua puluh tiga itu adalah seorang Super Model yang sedang naik daun, karirnya melambung tinggi beberapa tahun ini dan beberapa minggu lagi, ia juga akan mengikuti sebuah Event Internasional di London, Inggris. Tapi mau dikata apa lagi? Akibat kecelakaan yang dialaminya, Hinata harus merelakan karir dan impiannya yang sudah dibangunnya sedikit demi-sedikit sejak ia beranjak dewasa.

Namun... Semua itu berubah ketika sosok Naruto tiba-tiba datang, dan menghiburnya. Pria itu bahkan berjanji akan selalu menemani Hinata dalam suka maupun duka. Aneh memang, karena Hinata langsung mempercayai Naruto yang notabenenya adalah orang asing dalam kehidupannya, tapi entah mengapa Hinata dapat merasakan sesuatu yang berbeda dari Naruto meski pemuda blonde itu selalu berwajah datar.

Ini bukanlah cinta! Apa lagi cinta pada pandangan pertama yang sering terjadi dalam fiksi-fiksi kesukaannya. Bagi Hinata, sosok Naruto adalah Malaikat penyelamat yang diutus oleh Tuhan untuk menghibur hari-harinya yang sudah tak lagi sama.

"Jangan sesali semua yang telah terjadi, ini adalah jalanmu yang harus kau tapaki. Semua sudah diatur oleh-Nya... Baik, dan buruk adalah Takdir yang ditentukan dan ditulis dengan pena perak bertinta emas, dalam kanvas hitam tabir kehidupan. Jadi, ayo melangkah bersama, genggam tanganku dan percayalah padaku niscaya semua akan baik-baik saja."

Meski terdengar simpel dan biasa-biasa saja, bagi Hinata itu adalah ucapan terindah yang pernah ia dengarkan dari seorang Manusia, ditambah dengan kehangatan dan aura lembut yang selalu terpancar dari Naruto, membuat Hinata bertambah yakin bahwa pria tersebut bukanlah Manusia biasa melainkan Malaikat yang sebenarnya. Setidaknya itulah yang gadis Indigo ini percayai.

"Umm... Ngomong-ngomong, kenapa Naruto-kun membolos? Ukhh... A-apa karena merindukanku?" Pipi tembem Hinata memerah sempurna menahan malu akibat perkataannya sendiri. Hinata bodoh! Ukhh apa-apaan pertanyaan geer itu? Batinnya.

"Mm... Bisa dibilang begitu."

Blush~

Hinata kelimpungan dan termangap-mangap bagaikan ikan yang berada di darat, rona merah itu semakin pekat layaknya tomat. Deru nafas yang memburu, detak jantung yang berpacu, bersatu padu dalam simpony yang menggebu-gebu. Ahh~ sensai ini membuat Hinata kadang lupa diri dan mabuk dibuatnya.

Deg!

Tiba-tiba saja Hinata merasakan suasana yang mencekam di sekitarnya, ia juga dapat melihat suatu keaneh terjadi pada taman kota. Pandanganya segera ia arahkan ke belakang, di sana ia dapat melihat dengan jalas Naruto memasang wajah waspada. "A-apa yang mphhh~!"

"Psstt... Akan aku jelankan nanti, Hinata." Naruto membungkam mulut Hinata dan segera berjalan ke depan. "Terithory."

Hinata mengerjapakan matanya beberapa kali ketika di sekelilingnya tercipta kubah energi berwarna hijau tranparan yang memancarkan aura lembut. Ia masih belum mempercayai fenomena yang disaksikan oleh mata kepalanya sendiri karena ini hanya ada dalam cerita-cerita fiksi. Ingin rasanya berteriak dan menembaki Naruto dengan ribuan pertanyaan, akan tetapi pemuda itu sudah terlebih dahulu berjanji akan menjelaskannya nanti. Hinata terdiam, tatapannya lurus ke depan, memandang punggung lebar pria yang berada di depannya dengan mata melebar.

"Na-naruto..."

Setetes liquid jatuh dari kelopak lavender sang Indigo, air mata itu bukti dari hatinya yang terharu biru tatkala melihat dua belas sayap emas yang tumbuh dari punggung Naruto. Batinya merasa lega sekaligus terharu karena apa yang selama ini ia yakini adalah sebuah kebenaran. Selain itu Hinata adalah orang yang rajin membaca buku sejarah dan Alkitab, jadi dia tahu bahwa Naruto bukanlah sembarang Malaikat karena jumlah sayap itu adalah ciri betapa agungnya seorang Malaikat. 'Terima kasih Tuhan, engkau telah mengirim makhluk terindah ciptaanmu untuk menemani hariku.'

Tapi, Hinata segera menyimpan rapat-rapat kebahagiaan di dalam hati karena fenomena ini bukanlah pertanda baik untuknya. Hinata tahu, Naruto yang notabenenya adalah seorang Malaikat tidak mungkin membocorkan identitasnya di depan manusia biasa sepertinya, apa lagi di tempat umum. Pasti ada sesuatu yang sangat mendesak sampai-sampai Naruto melanggar kode etika tersebut.

"Untuk apa kau berada di sini?"

Gadis indigo itu tersadar dari spekulasi-spekulasi yang memenuhi isi kepalanya ketika suara datar Naruto terdengar amat sangat dingin tidak seperti biasa. Di sana ia dapat melihat sesosok makhluk yang seluruh tubuhnya tertutupi oleh jubah merah menyala yang terbakar oleh jilatan api. sosok itu memiliki tubuh tinggi sekitar tiga sampai empat meter, sabit hitam raksasa bersanding manis di balik punggungnya, dan aura mengerikan terpancar sangat nyata bahkan bisa dirasakan oleh Hinata yang notabenenya adalah seorang manusia biasa.

"Ufufufufu~ menikmati hari bersama manusia biasa huh? Hobimu jadi sedikit aneh sekarang Naruto... Bukan, tapi Hellel!"

Naruto tetap diam tak menanggapi ucapan tersebut. Kedua belas sayap sucinya telah ia keluarkan agar tak merpotkannya untuk bertransformasi lagi. Tatapnya tajam, mengawasi gerak-gerik makhluk Superior di depannya, takut-takut jika makhluk itu akan memulai pertempuran.

"Lalu apa perdulimu? Hades."

"Hm... Apa ya perduliku? Ah~ aku juga tidak tahu apa peduliku. Fafafafa~." Tawa menyebalkan itu datang dari sang Dewa Alam Kematian. Hades sang Dewa superior, salah satu dari tiga dewa terkuat yang berada dalam mitologi Olympus. Dewa tengkorak yang menguasai Neraka atau lebih tepatnya alam kematian. Hades mencabut Sabit kebanggaannya dan memutar-mutar senjata sakti itu di tangannya. "Aku hanya ingin menyapa musuh besarku yang sudah melenyapkan jendral kepercayaanku."

Menciptakan sebuah Katana dalam genggamannya, Naruto memasang kuda-kuda bertarung dan bersiap menerjang kapan saja jika Hades berani menantangnya. Sekarang posisi Naruto jauh dari kata menguntungkan karena selain bertarung dengan sosok Superior di depan sana, ia juga harus melindungi Hinata yang ada di belakangnya. "Jadi kedatanganmu ini hanya untuk balas dendam atas kematian anak buahmu itu? Dewa bodoh."

"Ah~ tajam seperti biasa eh? Aku kira dalam kurun waktu seribu tahun ini sudah membuat mulut pedasmu itu hambar. Tapi tak apalah~ fafafafa"

Flash!

Trank!

Kraaak!

Katana dalam genggaman Naruto hancur berkeping-keping menerima hantaman kuat Sabit raksasa yang dilancarkan secara tiba-tiba oleh Hades. Melompat mundur sembari menembakan bulu-bulu baja dari kedua belas sayapnya, Naruto menciptakan kembali dua Katana dalam genggamannya dan balik menyerang sang Dewa dalam kecepatan cahaya.

Dentingan logam memekik telinga menyebar di seluruh area taman kota. Keduanya saling menyerang dan bertahan dalam tarian pedang yang diiring oleh irama kematian.

Traaank!

Braaakh!

Hades dipaksa mundur beberapa langkah menerima tendangan kuat yang berhasil di daratkan oleh Naruto di dagunya, ia menyeringai dengan wajah tengkoraknya dan kembali maju menyerang secara frontal. "Fafafafa~ tampaknya seribu tahun membuat kekuatan tempurmu menurun Hellel?"

Traank!

Untuk kesekian kalinya Naruto harus kehilangan senjatanya, pedang kesepuluh yang ia ciptakan lagi-lagi hancur karena tak kuat menerima serangan dari sabit Hades yang bertenaga. Untungnya Naruto sudah menggiring Hades menjauhi tempat semula dan melindungi Hinata dengan Terithory jadi ia agak lega untuk bertarung sekuatnya walaupun Naruto tak membiarkan kewapadaannya menurun untuk tetap melindungi Hinata. Rasa sesal meliputi hati Naruto karena telah membuat Hinata terseret dalam masalah peribadinya yang membahayakan nyawa.

Menjejak tanah sampai hancur berkeping-keping, Naruto terbang ke udara sembari menembakan bulu-bulu cahaya dari enam pasang sayapnya. Tapi Hades berhasil menghindari serangan intens tersebut bahkan balik menyerang dengan gelombang lautan api yang tercipta dari ayunan sabitnya. Menyadari hal tersebut, Naruto segera menciptakan lingkaran sihir besar di depan tubuhnya. "Vainel Ganezza."

Byuuuurhhh

Tsunami tercipta dari ketiadaan dan menelan mentah-mentah lautan api milik Hades. Keduanya berbenturan dan menguap, menciptakan kabut tebal yang menghalang pengelihatan. Hades segera menggunakan kekuatannya untuk meniadakan kabut tersebut, tapi ia harus terkejut ketika Naruto sudah berdiri beberapa meter di depannya. "Cukup Hades, semua berakhir di sini."

Unlimeted Blade Works!

To Be Continue. . .

AN; Halo~ berjumpa lagi dengan saya! Kali ini, saya persembahkan Fic lama yang saya yakini tak ada yang menunggunya. Ahahah maaf lhoo ya~ kalau chapter kali ini pendek, soalnya selain update pembuka, ini adalah Chapter penting yang akan menentukan kelanjutan dari Fic ini.

Ahh~ mungkin hanya itu saja yang mau saya sampaikan. XD

Issue for Next Chapter : Chapter VI - Kontradiksi.

Salam Anti-Mainstream!