Bad Girl or Bad Boy

Cast: Kim Jongin, Kim Kibum, Cho Kyuhyun, Park Chanyeol and other

Summary: "Suiiitt suiitt… Cewe tomboy, cantik dan sexy. Miliki aku sayang!", inilah yang mendiskripsikan pemikiran gila Park Chanyeol, Wu Yifan, Huang Zi Tao, Oh Sehun dan Suho ketika menemukan sosok seorang Kai. Tapi apa yang harus mereka lakukan jika ternyata Kai adalah Jongin, lelaki keturunan ketua mafia.

Rated: T

Genre: Drama, Romance

Disclaimer: Kibum masih di usahakan menjadi milik ika zordick

Warning: Typos, BL, ciri khas ika zordick, Don't like Don't read

.

.

%ika. Zordick%

Siiiingg—

Keheningan melingkupi ruangan bernuansa modern di salah satu gedung pencakar langit di kota Seoul. Seorang pria dengan setelan jas mahalnya duduk di belakang meja dengan tulisan "Komisaris". Ia menatap datar pria lain dengan pakaian casual yang kini berdiri di hadapannya. "Mana Jongin?" pertanyaan itulah yang terlontar di bibirnya.

Luhan—lelaki dengan pakaian casual tersebut menutup bibirnya rapat. Sebenarnya nafasnya sesak ketika di hadapkan dengan aura mengintimidasi yang begitu dingin oleh pamannya. Ya—adik beda ibu dari ayahnya, Kim Hangeng. Dirinyalah yang bertugas menjemput adik sepupunya itu dari Jepang. Dan sekarang, ia kehilangan sosok Jongin. Maknae mereka itu memang merepotkan, dan ia bersumpah jika ia akan mati perlahan karena tingkah keterlaluan cucu kesayangan kakek mereka tersebut.

"Dia—" Luhan dilatih untuk selalu tenang. Tapi jika seperti ini ia gugup juga. Kim Kibum, sang paman memang terlalu mengerikan. Ia masih ingat pesan ibunya, Song Qian—jangan mencari masalah dengan pamannya yang memiliki wajah tanpa ekspresi ini. Ia anak yang berbakti dan tak suka mengingkari ibunya, tapi jika kasusnya seperti ini. Meskipun ibunya tak berpesan apapun ia tak akan pernah berani dengan sang paman.

Kibum masih setia menunggu, ia tahu sopan santun. Meski yang di hadapannya itu adalah keponakannya, ia tak mau memotong pembicaraan. "Paman, ia kabur ketika kami tiba di Incheon" Luhan memilih jujur, ia tak ingin mendapat masalah lebih dalam jika berbohong.

"Oh ya?" Kibum bertanya. Tapi auranya seolah berkata, "Idiot"

"Kau tahu kan, apa konsekuensi yang terjadi jika bibimu mendengar ini?"

Luhan diam.

Ia mengingat wajah bibinya yang seorang pria itu. Dengan aura setan yang kuat, mata tajam yang mengintimidasi dan Luhan harus mengakui, bibinya itu sangat manly. Hanya saja, ia melirik pamannya yang masih menatapnya, pamannya dan bibinya itu, mereka cocok. Kedua pria tampan itu kelewat mesra jika bersama. Ia tak yakin ia akan di bunuh oleh bibinya, ia malah lebih yakin di bunuh oleh pamannya karena membuat bibinya meracau tak jelas karena kehilangan anak tunggal yang harus dikatakan dibuat dengan susah payah.

"Aku akan mati, paman"

"Kemudian?"

"Mayatku akan di bakar di depan seluruh keluarga"

"Pintar" sahut Kibum enteng. Ia kembali berkutat dengan berkas berkas di atas mejanya. "Kalau kau mengerti kau boleh pergi"

Luhan membungkuk dalam dan ia berjalan mundur—menunjukkan betapa kentalnya adat kesopanan di keluarga besar mereka. "Aku permisi, paman"

BLAAM—

Dan suara pintu tertutup terdengar.

%ika. Zordick%

"HOI PARA PEMALAS SIALAN! BANGUN KALIAN!" seorang lelaki dengan wajah tampan mengetuk ngetuk kaleng susu ukuran besar. Dia menjerit dengan sekuat tenaganya, membiarkan suara berat dan besarnya masuk ke telinga para teman temannya yang masih terlelap di alam mimpi mereka. Satu per satu mahluk hidup di apartemen berukuran besar itu terbangun dari tidur mereka, keluar dari kamar mereka masing masing.

Dimulai dari Kim Suho, lelaki berparas bagaikan malaikat ini keluar dengan santai dari ruangannya. Ia adalah seorang CEO muda dari perusahaan yang diwariskan oleh keluarganya. Mengingat adat keluarga mereka yang tak membiarkan pemuda labil dan masih belum memiliki pendamping hidup untuk mengelola perusahaan secara utuh, menjadikan Suho harus rela repot berada dalam satu atap bersama dengan empat pemuda gila yang jelas tak lebih kaya darinya.

Ini kebiasaan pagi mereka, Sehun—lelaki yang masih betah memukul kaleng itu memang memiliki tugas membangunkan satu rumah dan memastikan semuanya tepat waktu. Mengingat dia yang paling tak berguna diantara semuanya.

Tandai ini, Sehun itu tak bisa memasak.

Sehun juga tak memiliki gaji yang lebih besar dari yang lain.

Sehun masih mahasiswa yang artinya ia setingkat anak kost'an yang harus membayar kost dengan keempat pemuda yang membeli tempat ini. Belum lagi biaya lain lain yang harus di kirim rutin oleh kedua orang tuanya di Busan, yang pasti selalu terlambat dari tanggalnya.

"Pagi Hun!" ini ucapan selamat pagi rutin juga yang hanya terucap dari bibir seorang Huang Zi Tao. Lelaki ini yang kini melangkah gontai dengan tubuh toplessnya menghempaskan dirinya di depan TV. Zitao terkenal sebagai pribadi yang tak mau ketinggalan kartun kesukaannya. Ia harus segera menonton film Spongebob atau jangan harapkan ia akan mampu menyelesaikan pekerjaannya sebagai actor, maksudnya peran pengganti actor dalam adegan action.

Krieett—

Suara decit pintu terdengar, seorang lelaki tampan lain keluar dari sana. Dengan tubuh tinggi dan rambut pirangnya. Wajahnya terlihat berantakan, dengan pipi yang sedikit membiru. "Biar kutebak, kau ketahuan berselingkuh hyung?" Sehun tak terlalu terkejut dengan kebiasaan Yifan. Ia hanya tak habis pikir, kapan lelaki yang paling tua diantara mereka itu akan tobat dan mulai mencari pendamping. Lagipula tidak jarang juga, Nyonya Wu datang mengunjungi mereka dan berceloteh tak habisnya tentang betapa buruknya tabiat anak semata wayangnya tersebut.

"Begitulah, mereka yang bodoh kenapa selalu menyalahkan aku. Haish.. Stupid girl is not my style" ucap Yifan dengan nada songongnya. Ia menendang pintu kamar mandi yang jelas berisi Suho di dalamnya. "Hei pendek! Cepatlah sedikit, kau mandi seperti wanita!"

"Aku bahkan baru masuk Tiang!" balas Suho dari dalam.

Sungguh kekanakan—

Sehun mengalihkan pandangan pada pintu kayu bercat coklat yang masih belum kunjung terbuka. Sepertinya ada satu orang lagi yang belum bangun dan perannya itu sangat penting di dalam kelangsungan hidup semuanya. Koki tercinta mereka, Park Chanyeol.

"Hyung! Bangunlah!" pekik Sehun mengetuk pintu itu—nyaris menggedor.

Tak lama kemdian, sosok tiang yang tak kalah tinggi dari Yifan terlihat. Dengan rambut merahnya dan tampang kusam berantakan khas orang bangun tidurnya. "Jam berapa ini?" tanyanya dengan setengah sadar.

"Jam delapan lewat lima belas menit!"

"Siapa di dalam kamar mandi?"

"Suho hyung"

"SHIT! YAK KIM SUHO! BUKA PINTU, AKU HARUS MENEMUI EDITOR JAM SEMBILAN, BRENGSEK!" dan aksi tiga orang tertua dalam apartement itu persis seperti tiga bocah lima tahun yang berebutan ingin mandi bola.

%ika. Zordick%

Disinilah mereka sekarang, dengan aura hitam mengelilingi mereka. Kelima pria dengan paras menawan itu tidak melangkahkan kaki mereka beriringan. Tampang mereka tak begitu cerah, melihat pagi mereka yang kacau seperti biasa. Tidak ada sesuatu yang special yang membuat mereka semangat.

Sesekali ketika kenaikan gaji ataupun pangkat, Yifan bisa saja tersenyum. Ketika buku bukunya menjadi best seller, Chanyeol merasa dialah pria yang paling beruntung. Ketika Kartu Hasil Studynya berisi nilai A dan B maka Sehun akan begitu bahagia. Begitu pula Suho ketika tidak bertemu dengan ibunya untuk dipaksa menikah ataupun Zitao yang mendapatkan uang lebih banyak dari biasanya.

Mereka senasib sepenanggungan. Merasa diri mereka para bujangan yang nyaris malas mencari komitmen dalam berpasangan. Dan sekarang mereka dengan tujuan yang sama kini melangkahkan kaki mereka menuju café langganan yang hanya beberapa blok dari apartement mereka.

Chanyeol terlambat dan editornya memutuskan mengundur pertemuan mereka satu minggu kedepan. Itu artinya Chanyeol sedang merajuk. Jika Chanyeol merajuk maka jangan harapkan ada makanan yang akan ia hidangkan untuk mereka semua.

Kondisi hati mereka buruk.

Chanyeol dengan pekerjaannya.

Yifan dengan lebam di pipinya yang membuat kadar ketampanannya berkurang.

Suho dengan mandi bebeknya.

Sehun dan Tao yang tentu karena perut keroncongan mereka.

Cling ciiing –

Suara lonceng berbunyi ketika mereka memasuki café, mereka memilih duduk di tepi. Membuat ketiga orang tertua bisa duduk di sofa sementera Tao dan Sehun memilih duduk berhadapan dengan mereka. Tao cepat melambaikan tangannya ke atas, memanggil pelayan.

Tok

Tok

Suara lantai bergesekan dengan heels, ini café langganan mereka dan baru kali ini mereka dilayani oleh wanita. Bukankah biasanya sang manajer langsung yang akan mengambil pesanan mereka? Ini aneh.

Karena rasa penasaran mereka, seluruhnya mendongak. Mencoba melihat siapa gerangan wanita berheels yang kini tengah membungkuk sopan di hadapan mereka.

Kulitnya tidak putih, namun berwarna Tan yang mulus. Rambutnya pendek berponi, berwarna coklat yang di hiasi bando maid yang entah kenapa membuatnya terlihat imut. Bibirnya tebal dan merah merekah. Pakaian maid bagian atas sementara roknya ketat sepuluh centi diatas lutut menunjukkan paha mulusnya dan bentuk bokong yang sintal. Heels lima centi yang membuat wanita tinggi ini bertambah tinggi.

Ia tersenyum, menambah kesan imut dan sexy dalam dirinya sekaligus. Kelima pria itu terkesima. Baru kali ini mereka melihat wanita yang mampu menghipnotis mata mereka.

Enak di lihat. Tidak berlebihan dan segala kadarnya pas.

"Selamat datang, mau pesan apa tuan tuan?"

Tidak ada satupun yang menjawab, mulut mereka menyamai ikan koi. Waktu terasa berhenti ketika mendengar suara sang dewi yang berhasil membuat jantung mereka berdetak tak karuan. Dia menunjukkan wajah terkejut, dia menepuk dahinya sendiri. "Ahh, bisa bisanya aku lupa daftar menunya" sosok itu melangkahkan kakinya membelakangi meja kelima pria bujangan yang sudah lama tak mendapat belaian wanita yang membuat mereka terpikat.

Kelima pria itu bersiul. Bahkan gerakan pinggul, punggung dan bokongnya ketika melangkah begitu membuat darah mereka mendidih. Betisnya yang jenjang dan mulus yang begitu aduhai. Sosok itu berbalik, dengan langkah terburu buru.

Bruukkk—

Dan terjatuh. Anggap ini hari keberuntungan Chanyeol di balik kesialan yang terus menderanya sejak pagi. Wanita ini jatuh ke dalam dekapannya. Chanyeol bisa merasakan jantungnya yang hendak melompat keluar. Sementara teman temannya yang lain mendesah kecewa, mengapa mereka tak mengambil tempat di tempat Chanyeol tadi.

"Ya ampun, Kai. Kau baik baik saja?" ini sang manajer yang berbicara. Lelaki berwajah bakpao itu tampak tergesa gesa memastikan keadaan pelayan barunya. "Maafkan kami, Kai itu pegawai baru" jelasnya yang membuat Chanyeol salah tingkah.

"Tentu saja tidak apa" ucap Chanyeol dengan senyum lebarnya. "Lain kali kau harus berhati hati, Kai—ya" sambungnya yang mendapat bungkukan formal sekali lagi dari Kai.

"Ahh, iya. Silahkan pesanannya" Kai memberikan daftar menu pada mereka. Ia berdiri tegap dengan sebuah smartphone di tangannya. Sang manajer—Minseok tampak tersenyum maklum dengan tingkah pegawai barunya tersebut. Ia membungkuk pada tamunya dan segera kembali ke kasir.

Kai mengalihkan perhatiannya dari notenya, ketika tak mendengar satu nama makanan pun yang terucap dari mulut kelimanya. Ia menyeringai ketika memperhatikan kelima tamunya itu tampak tanpa berkedip memperhatikannya. Sepertinya hidupnya akan lebih baik. Ya… setidaknya ia sungguh tak akan ketahuan oleh ayah ibunya. Ia tak ingin terkurung di dalam sangkar emas buatan kakeknya dan menikmati hari dengan makan, minum dan tidur.

Ia berdehem, membuat kelimanya tersadar dari lamunan kotor mereka untuk meniduri Kai. "Aku akan sangat senang jika kalian memesan sekarang" Kai harus akui kelima orang di hadapannya ini tampan. Dan ia sangat tahu jika beberapa dari mereka berdompet tebal.

"Kai, kau suka makan apa?" Tao bertanya.

"Apple pie di sini sangat enak dan akan sempurna jika memesan Americano"

"Aku pesan itu" kelima pria itu langsung mengangkat tangan mereka.

"Baiklah pesanan akan segera datang" ucap Kai sambil mengedipkan matanya.

%ika. Zordick%

Ingatkan kepada Yifan bahwa ia harus segera menghadiri rapat siang ini. Ingatkan Chanyeol, dia harus menyelesaikan skrip naskah novelnya. Ingatkan Suho untuk segera memeriksa laporan keuangan di kantornya. Ingatkan Sehun bahwa ia ada kuliah dengan dosen yang tak segan memberikan 'E' jika tidak hadir sekali saja. Dan ingatkan si panda bahwa—ah ya, jadwal Tao kosong siang ini. Seharusnya ia membersihkan seluruh apartement siang itu.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" ini pertanyaan sinis yang terlontar dari mulut Tao. Ia tak habis pikir para hyung dan juga Sehun akan mengganggu acaranya.

Acara menguntit Kai.

"Persis seperti yang kau lakukan" jawab Yifan acuh setelah mendeplak kepala Tao karena kurang ajar padanya dan kakak yang lain.

"Diamlah kalau tidak mau ketahuan!" Suho berujar. Ia bisa melihat sang pegawai café langganan mereka itu tengah membuang sampah lewat pintu belakang café. "Luar biasa!" ucap kelimanya sambil bersiul melihat mulusnya paha Kai ketika ia sedikit membungkuk demi mengangkat kresek kresek berisi sampah tersebut. "Apa kita harus membantunya? Sepertinya itu sangat berat" Sehun memberi ide.

Tapi—

Wanita itu persis seperti wanita perkasa. Ia mengangkat dengan santai bungkusan bungkusan sampah berat itu dengan santai.

PLAANGG—

Dan membuangnya dengan sukses, dengan cara melemparkannya. Kai menepuk nepuk tangannya dan tersenyum puas melihat hasil kerjanya. Mata kelima pria itu membulat kaget. Yang benar saja, seperti wanita yang mereka dekati itu sungguh bukan wanita biasa.

%ika. Zordick%

Kai mengganti pakaiannya, dengan kaos sesiku dan celana pendek yang sekali lagi menampakkan paha mulusnya. Melangkah dengan penuh keyakinan, sambil menenteng ransel di bahu kirinya. Sebenarnya, ia cukup risih dengan orang orang yang terus mengikutinya. Tapi kali ini ia sedikit merasa tenang, karena bukan orang orang suruhan ayahnya.

Hanya lima bujangan bodoh yang mengiranya seorang wanita. Kai tersenyum penuh arti dan ia harap mereka tak sampai bunuh diri ketika tahu kenyataan sebenarnya. Ia masih santai, berpura pura tak mengetahui para penguntit yang persis seperti maniak. Ia melangkahkan kakinya memasuki mall terdekat, ia harus membeli kebutuhan café seperti yang di pesankan Minseok—pria yang ditipunya dengan mengatakan bahwa ia merantau dari Jeju dan orang tuanya di kampung sakit sakitan.

Pria itu memiliki hati selembut wanita, dan Kai sepertinya memanfaatkan dengan baik. Lelaki itu bahkan sering menambahkan uang saku untuknya. Tapi sepertinya ia sial karena kali ini ia harus pergi sendiri. Mengingat Minseok memiliki beberapa keperluan, menemui kekasihnya yang cukup membuat Kai terkejut ternyata seorang pria.

Baiklah, tinggalkan pria kesepian yang ternyata seorang gay itu. Kai lebih suka mengambil kereta belanjaan, melihat apa yang harus ia beli dan mulai mendorong kereta itu. Hebat juga, ternyata pria pria itu masih mengikutinya. Mendorong trolly dengan pelan, mengikutinya dalam hening.

Kai terlalu acuh, ia lagipula tak begitu tertarik dengan salah satu diantara mereka. Ia hanya ingin hidup sendiri tanpa pesuruh keluarganya. Ia hanya ingin merasakan kebebasan sebentar saja.

"Jongin?" sebuah suara persis membuat Kai membatu di tempatnya. Ia dikenali? Ia melotot melihat seorang pria dengan senyuman polosnya kini berdiri di depannya. Pria yang menggunakan hoodie putih dan celana jeans. Tak ketinggalan dimple di pipinya yang membuatnya semakin terlihat tampan. "Kau Jongin kan? Ya Tuhan, kenapa kau—"

Kai memberikan isyarat agar pria itu diam. Cepat ia menutup mulutnya dan menoleh ke segala arah. "Kau sungguh berhutang penjelasan padaku. Apa apaan penampilanmu ini?" Tanya pria itu, menatap horror penampilan Kai yang persis seperti wanita tomboy.

Kai nyengir. "Yixing ge, jangan laporkan ini pada orang tuaku. Kumohon,aku hanya ingin bebas dari mata ayahku dan inilah satu satunya cara"

Yixing menghela nafasnya. Sepupunya ini memang sedikit gila—persis seperti paman dan bibinya. Yixing mengambil alih kereta belanjaan Kai, "Tidak baik wanita mendorong ini kan?". Kai tersenyum senang, Yixing memang sepupunya yang paling mengerti dia. Berbeda dengan kakak Yixing sendiri, Luhan cenderung merepotkan dan terlalu memikirkan aturan.

.

.

"Siapa lelaki China itu, TAO?" seluruh mata kini tertuju pada Tao.

"Kenapa kalian bertanya padaku? Memang aku tahu?" Tao memajukan mulutnya sebal. Walaupun ia orang China belum tentu kan ia kenal dengan semua orang China. Ia mendorong trollynya kesal, memasukkan beberapa ramen ke dalamnya sebagai bentuk unjuk rasanya.

"Apakah itu kekasihnya?"—Yifan melirik Chanyeol, Chanyeol menaikkan bahunya tanda ia juga tak tahu. Mereka masih betah mengikuti Kai dan juga seseorang yang tak mereka kenal tersebut.

Terkadang hati mereka panas, mengapa Kai tampaknya begitu bahagia bersanding dengan lelaki China yang tampak tak punya apa apa itu. Bahkan Tao merasa lelaki itu sangat lemah jika bertanding wushu dengannya. Tapi melihatnya mengacak rambut pendek Kai mereka, melihat tangan pemuda itu yang seenak jidatnya mencubit pipi tembem Kai membuat mereka merasa kalau merekalah pihak yang tak berdaya.

%ika. Zordick%

Yixing menyuapkan sesendok es krim ke mulut Kai. Sepupunya itu memang terbiasa bermanjaan dengannya sejak kecil. "Siapa mereka? Apakah suruhan ayahmu?" Tanya Yixing memperhatikan pria pria yang terus mengikuti Kai sejak tadi.

"Tidak"

"Apakah musuh ayahmu atau musuh kakek?" Yixing siap menghajar kelima orang itu. Kai buru buru memegang tangan Yixing. "Tidak gege, mereka hanya err—"

"Siapa?"

"Mengira aku wanita sungguhan" ujar Kai memutar bola matanya.

Yixing cengo beberapa detik, namun ia tertawa setelahnya. "Pilihlah yang menurutmu bisa membuat ibumu senang dari mereka, ku kira kau akan terhindar dari hukuman ayahmu!" usul Yixing.

"Kau bercanda? Aku normal gege. Meskipun aku terlahir dari perut ibuku tapi aku tetap saja merasa dia bukanlah mahluk yang cantik dan berdada" Kai mulai risih. Kembali Yixing tertawa, "Jika aku yang menjadi priamu bagaimana?"

"Berhentilah bercanda!" pekik Kai yang membuat kelima orang itu memasang wajah waspada.

"Lihatlah mereka begitu peduli!"

"Lalu?"

Cuuup—

Yixing memang lelaki tenang tapi tak bisa dibohongi jika ia juga merupakan sosok yang usil. Ia mengecup pipi Kai membuat kelima pria yang terus memantau keadaan itu menjadi gondok sendiri. "Seminggu lagi aku akan menyuruh Luhan menjemputmu"

"Kau tega sekali denganku, Yixing ge" Kai memajukan mulutnya sambil menghapus bekas bibir Yixing di pipinya. Ia memasang pose merajuknya yang sayangnya tak akan pernah berfungsi dengan baik jika menghadapi Yixing. "Aku tak tega melihat kakakku di bakar hidup hidup oleh ayahmu. Mengertilah!" Yixing mengacak rambut Kai.

Kai menatap sendu es krim di hadapannya. Benar juga, ia hampir saja membuat Luhan kesusahan. "Kau sendiri sedang apa disini Yixing ge?"

"Kelompok H sedang membuat keonaran dan ingin merebut wilayah ini. Sebaiknya kau perhatikan sekelilingmu. Jika kau melihat mereka, laporkan padaku!"

"Baiklah" Kai mengangguk.

"Cepat habiskan es krim mu, aku akan mengatarmu ke café tempatmu bekerja itu"

%ika. Zordick%

Suho menatap kepergian mobil sport yang jelas mahal berwarna putih itu pergi meninggalkan lapangan parkir mall tempat mereka menguntit Kai sedari tadi. Sehun menghela nafasnya, kenapa saingannya harus sesulit itu. "Sepertinya pria itu sungguh sungguh kaya" Tao berbicara, membuat Sehun—satu satunya mahluk yang tak punya penghasilan diantara mereka semakin terpuruk.

"Aku harus segera pulang!" Chanyeol cepat berlari keluar. Mencari taxi yang bisa ia naiki. "Aku harus segera menyelesaikan novelku, membeli mobil baru dan kemudian mengajaknya berkencan"

Yifan cengo, sepertinya ia harus menguras tabungannya kali ini untuk mengganti mobilnya dengann keluaran terbaru agar bisa menyaingi pacar—menurut mereka—Kai. Suho tertawa kemenangan, "Aku bisa membeli tiga sampai lima mobil seperti itu jika aku mau" ingat! Dialah yang paling kaya.

Sehun menepuk bahu Suho. "Maaf hyung, tapi sepertinya kau harus ikut pengobatan alternative"

"Maksudmu Hun?"

"Kau bahkan tak lebih tinggi dari Kai"

PRAAANGGGG

Hati Suho hancur berkeping keping.

Dunia ini berat anak muda.

%ika. Zordick%

"Hai Lu ge" Luhan menghentikan aksinya memberi komando menghajar beberapa orang di gudang pinggiran kota Seoul. Dia menerima sekaleng soda yang di sodorkan oleh adik kandungnya—Yixing. Pria yang nyaris memiliki paras selembut malaikat itu mendudukkan dirinya di salah satu meja kayu yang berada di gudang tersebut. "Lanjutkan saja acara kalian, aku hanya ingin bicara dengan kakakku" ucap Yixing santai yang membuat anak buah Luhan menunduk padanya sekilas kemudian melanjutkan acara pembantaian mereka tersebut.

"Bagaimana?"

"Tidak ada masalah, aku hanya memperingati mereka. Paman Kibum akan datang mengunjungi bar daerah itu sekitar dua minggu lagi"

"Tumben sekali paman ingin turun tangan" Yixing tertawa melihat Luhan yang berdecak tak percaya. "Daerah itu tempat ia dan bibi Kyuhyun bertemu, oleh karenanya ia tak suka rusak sedikitpun"

"Ahh~ begitu rupanya"

"Ge—" Luhan mendongak mendengar panggilan Yixing padanya. Ia tersenyum melihat adiknya itu. "Aku bertemu dengan Jongin"

"APA? KENAPA KAU BARU BILANG SEKARANG?"

Beginilah Luhan, orangnya sedikit temperamental—persis ibu mereka. Yixing terkekeh, "Berikanlah ia waktu seminggu lagi menikmati kebebasannya ge. Ia berkata bosan karena Paman dan kakek terus menyuruh bawahan mereka mengawasinya"

Luhan menunjukkan wajah sendunya. Mereka sema sekali tidak cemburu atas perhatian yang cenderung berat pada Kai, tapi mereka sedikit simpati pada maknae keluarga mereka itu. Selalu harus berpenampilan sempurna dan harus lebih hebat dari ayahnya. Itu yang membuat mereka merasa harus melindungi Kai.

"Dia ada di café di daerah yang sedang ku awasi."

"Orang orangmu ada di sana, kenapa tidak ada satupun laporan padaku?" Tanya Luhan heran.

Yixing tertawa, "Karena ia berubah sangat cantik".

"Eh?"

"Dia menjadi sosok wanita"

"APA?"

TBC

Baiklah ini FF untuk Event for Chankai. Hahahahah xD ceritanya aneh ya? Tentu saja, karena ka suka dengan cerita aneh *lho. Baiklah baiklah, ini special for Homin'El dan beberapa yang meminta Uke!Kai. kalau begitu sampai jumpa di FF yang lain.