Incarnate to a New Worlds
©Disclaimer: Masashi Kishimoto and Ichiei Ishibumi
Genre: Adventure, Fantasy Supernatural
Rate: M
Pair: Naruto x Sylvia
Warning: Au, Oc, Ooc, Typo bertebaran, beberapa kata tak sesuai dengan KBBI dan mungkin alur yang terlalu cepat.
~Happy Reading~
Berada didalam sebuah lingkup dimensi milik Naruto. Sebuah ruang dimensi khusus, dimana tempat ini hanya terdapat bangunan persegi, serta jalur sirkuit berwarna merah temaram. Seperti berada didalam dunia virtual, dimana tempat ini mirip seperti sebuah jalur sirkuit elektronik. Untuk tambahan hiasan, terlihat adanya bangun kubus, dimana bangun kubus ini melayang. Seperti halnya sebuah planet mengelilingi matahari. Begitu juga kubus ini, mereka semua mempunyai orbit pergerakan masing-masing. Jadi tidak perlu khawatir, jika kubus ini akan bergerak secara liar dan akhirnya menimbulkan kekacauan.
Tempat ini juga merupakan awal mereka bertiga bisa bertemu bersama, khususnya untuk Kobato karena dia baru pertama kali datang ketempat ini. Pertemuan dikala itu diisi mengenai penjelasan kekuatan masing-masing. Baik Naruto, Sylvia maupun Kobato. Serta mengenai sebuah proyek kecil, dimana Naruto ingin merubah artefak sihir. Dari benda berbentuk unik menjadi semacam pancaran aura atau Orb. Karena Naruto sendiri tak ingin memakai banyak sekali aksesoris seperti artefak sihir. Lebih baik jika kekuatan didalam artefak itu langsung saja masuk kedalam tubuhnya.
Itulah pertemuan sebelumnya. Namun saat ini Naruto sedang tidak membahas mengenai proyek kecil tersebut. Saat ini Naruto tengah bertanding melawan sang gadis penyihir, Sylvia. Tapi ini bukan semacam pertandingan dimana harus mengeluarkan seluruh kemampuan sampai salah satu dari mereka menyerah atau jatuh. Jikalau itu sedang berlangsung, maka tak ayal jika tempat ini akan dihiasi oleh kawah besar bekas ledakan serta kepulan asap dimana-mana.
Ini bukanlah pertarungan besar. Hanya latihan kecil, dimana tak perlu mengeluarkan kekuatan super besar. Kali ini Naruto tengah melatih Sylvia dalam pertarungan jarak dekat. Karena dia adalah seorang penyihir, maka pertarungan jarak dekat seperti ini merupakan kelemahan terbesarnya. Menyadari hal itu, Naruto memutuskan untuk melatih Sylvia sedikit agar ia setidaknya bisa menahan serangan musuh. Jika suatu saat dia berada dalam kondisi seorang diri, dimana Naruto tak bisa membantu serta kemampuan menggunakan sihir terbatas. Maka pertarugan jarak dekat pasti akan terjadi. Entah itu musuh menggunakan pedang atau tangan kosong untuk menyerang. Atas dasar tersebut berlatih seperti ini tidak akan sia-sia.
Mereka berdua tampak menyerang satu sama lain. Saling memberikan serangan berupa pukulan terarah. Naruto lebih banyak mendominasi. Serangkaian serangan dari Naruto, serta cepatnya serangan itu membuat Sylvia harus lebih waspada untuk menghindar. Terkena oleh pukulan itu berarti latihan ini telah selesai. Rasa sakit dari pukulan Naruto pastinya bukan main-main. Karena sebelum berlatih Naruto berkata ia tak akan menahan diri untuk menyerang. Bagaimanapun, Sylvia harus bisa menghindari setiap serangan dari Naruto.
Meski Naruto tak menahan diri dalam melancarkan setiap serangan serta kekuatan dari pukulan itu cukup untuk membuatnya tersungkur di tanah. Sylvia sendiri sudah melakukan langkah pencegahan. Sebelum bertarung Sylvia sudah mengeluarkan beberapa sihir penguatan serta penambahan kekuatan. Tentunya ia melakukan ini karena ia yakin akan pukulan dari Naruto, pastinya akan sangat sakit. Tentu, Naruto menyetujui penggunaan sihir seperti ini. Tapi untuk kedepannya Naruto lebih berharap pada Sylvia untuk meningkatkan sedikit stamina dan ketahan tubuhnya. Karena mengikuti segala aktifitas bersama Kurotsuki, sudah pasti banyak sekali mara bahaya menanti.
Terhitung ini sudah beberapa kali sejak Naruto dan Sylvia berlatih serangan jarak dekat. Saat itu ketika Sylvia menjadi sosok Seraphim, dimana ia menjadi pengikut dari Kurotsuki, latihan ini akhirnya dimulai. Ada penolakan dari Sylvia ketika Naruto menyarankannya untuk berlatih serangan jarak dekat. Karena ia adalah seorang penyihir, serangan dekat menggunakan tangan kosong serta senjata sangat tak berarti. Itu bukanlah gaya seorang penyihir bertarung. Penyihir bertarung menggunakan serangkaian sihir dalam melancarkan serangan, bukan beradu tinju seperti ini. Dan kemudian Sylvia mendapat sedikit ceramah dari Naruto.
Naruto mengatainya seperti ini. Bagaimana jika ia suatu saat nanti berada dalam kondisi tak bisa memakai sihir, dimana saat itu ia tengah bertarung melawan seseorang. Maka pilihan terbaik dari itu adalah melarikan diri, atau menunggu Naruto untuk menolongnya. Jika berada dalam kondisi seperti itu, tanpa mempunyai pengalaman sedikitpun dalam pertarungan jarak dekat. Sudah dipastikan jika nyawanya saat itu akan berakhir.
Menimbang kembali mengenai perkataan Naruto. Sudah pasti perkataan Naruto memang benar. Ia juga tak bisa membayangkan dirinya berada didalam kondisi seperti itu, dimana sihir miliknya sama sekali tak bekerja. Itu pasti sangat buruk.
Walau agak ogah-ogahan dalam menerima latihan ini, Sylvia akhirnya mau melakukannya. Karena ini adalah pertama kali baginya melakukan latihan seperti ini, maka jangan berharap jika ia dapat menguasai latihan ini dalam sekali coba. Beberapa kali tersungkur ketanah, menerima berbagai serangan Naruto begitu saja, serta tubuh miliknya mulai kotor oleh debu beserta keringat. Opsi terakhir ia bisa menerimanya. Sementara dua lainnya ia sangat keberatan.
Maka tak ayal jika nafasnya saat ini menderu hebat. Ini pertama kali tubuhnya merasakan lelah seperti ini, berbeda ketika ia berlatih ilmu sihir. Naruto sudah pasti menahan sebisa mungkin serangan miliknya, tapi tetap saja rasa sakit tak bisa terelakan saat semua serangan itu mengenainya. Lagipula kenapa ia harus melakukan ini. Ia seorang penyihir. Bertarung seperti ini bukanlah gayanya. Sylvia ingin berteriak mengeluarkan kekesalannya dan kemudian mengeluhkan latihan ini.
Tapi saat itu juga ia berpikir. Bagaimana jika ia bertarung tanpa bisa menggunakan sihir sedikitpun serta ia berada dalam kondisi paling krusial dimana nyawanya sangat terancam. Naruto pasti akan melindunginya. Tapi, karena terlau fokus untuk melindunginya akhirnya nyawa Narutolah menjadi taruhannya. Tidak, ia tidak ingin hal itu terjadi. Kehilangan satu-satunya cahaya harapan baginya untuk hidup. Membayangkan Naruto, sosok teramat penting dalam hidupnya meregang nyawa. Sudah cukup membuat seluruh tubuhnya menggigil ketakutan.
Atas pemikirannya barusan, hatinya mulai teguh. Tak ada gunanya mengeluh sekarang. Ini adalah pilihannya untuk ikut bersama Naruto, menjadi satu bagian bersama sosok bernama Kurotsuki. Latihan ini pastinya akan sangat berguna bilamana ia akan menghadapi situasi tersebut. Ia tak boleh menyerah, terlebih ia tak ingin menjadi seorang putri lemah dimana mengharapkan sang pangeran untuk melindunginya. Daripada terdiam melihat sang pangeran bertarung seorang diri, lebih baik bertarung bersama dan saling melindungi satu sama lain.
Ditempat ini lagi Sylvia menunjukan perkembangannya. Serangan demi serangan berupa pukulan dari Naruto dapat ia tahan. Berbeda dari sebelumnya, dimana pikirannya saat itu begitu kosong hingga tak tahu bagaimana cara untuk menghindar. Namun kali ini gerakannya bisa dibilang lincah. Sekarang ia begitu mahir dalam menangkis pukulan Naruto sembari memberikan sebuah serangan padanya. Karena ia seorang gadis, dimana ia sama sekali tak mempunyai kemampuan bertarung jarak dekat. Serangan miliknya seakan biasa saja.
Karena itu, Sylvia belajar bagaimana mengunci pergerakan musuh. Entah itu melilitkan tangan musuh agar tak bisa bergerak, atau mengunci sebagian persendian dimana tak memberikan kesempatan bagi musuh untuk bergerak. Dari latihan ini Sylvia juga mencoba agar bisa menghentikan tangan Naruto dan menguncinya agar ia bisa menang. Dan ia tahu, melakukan itu pada Naruto seperti sia-sia. Pengalamannya jauh berbeda, sudah pasti dia dapat keluar dari kuncian Sylvia.
Mereka berdua tampak asik menyerang satu sama lain. Sylvia lebih banyak menghindar, karena pada dasarnya latihan ini diperuntukan bagi Sylvia agar ia bisa menahan serangan dari tangan kosong. Tentunya dibarengi latihan agar ia bisa bertarung juga.
Kali ini Naruto mulai menggunakan kakinya dalam menyerang. Mencampurkan setiap serangan antara lengan dan kaki. Tingkatan kesulitannya mulai bertambah. Dari fokus ke tangan, Sylvia harus menambah fokusnya pada kaki Naruto. Sylvia dapat menahan serangan dari tangan Naruto tapi untuk serangan kaki Sylvia lebih memilih untuk menghindarinya. Sylvia yakin jika kekuatan tendangan itu cukup kuat untuk membuatnya tersungkur langsung ke tanah. Menahan dan menghindar kemudian mencoba untuk memberikan serangan.
Serangan dari Naruto kali ini sangat beragam. Kombinasi dari tangan dan kaki dalam menyerang, menciptakan suatu ritme gerakan indah. Pukulan dan tendangan, dua bentuk serangan dari Naruto kali ini mematikan. Semua orang tentunya bisa melakukan perpaduan serangan antara kaki dan tangan, namun hanya segelintir orang saja dimana mereka dapat menciptakan serangan tanpa henti. Dan Naruto adalah salah satunya.
Dimulai dari beberapa pukulan hingga dilanjut oleh tendangan. Untuk pukulan dari Naruto, Sylvia dapat menangkis beberapa, tapi untuk tendangan dari kaki kuat itu Sylvia berpikir dua kali untuk menahannya. Saat menghindari tendangan milik Naruto, samar namun terasa adanya hembusan angin dari tendangan miliknya. Tendangan itu pastinya kuat. Daripada mencoba untuk menahannya lebih baik dihindari saja.
Terlihat Naruto saat ini melancarkan serangan berupa tiga pukulan. Serangan itu terdiri dari pukulan lurus kearah wajah, pukulan menyamping serta pukulan dari bawah keatas. Tiga serangan itu sudah cukup untuk membuat lawan sekelas penjahat kelas teri sempoyongan jika terkena. Serangan seperti itu juga bukan apa-apa bagi Sylvia, ia dapat menghindarinya serta menangkis salah satu pukulan tadi.
Belum sampai disitu Naruto lagi-lagi menggunakan kakinya untuk menyerang. Berayun dari samping menggunakan kaki kiri. Tendangan itu melesat cepat menuju area kepala. Tubuh Sylvia untungnya cukup lentur untuk dapat menghindar serangan terakhir dari Naruto. Menahan tubuh bagian atasnya kearah belakang, tendangan dari Naruto kali ini mengenai udara kosong. Hanya berada beberapa centi antara wajah Sylvia dan kaki itu. Namun fokus Sylvia mulai buyar. Karena terlalu berfokus pada serangan tadi membuatnya melupakan serangan lanjutan dari Naruto.
Buakhhh! Akhhh!
Sebuah serangan, berupa pukulan menggunakan telapak tangan mengenai tubuhnya. Serangan itu tepat mengenai daerah perut, membuat Sylvia mengeluarkan suara seperti tersedak. Pukulan tadi bisa dibilang kuat, atau sangat kuat. Setelah menerima pukulan itu, Sylvia harus merelakan tubuh miliknya terhempas mundur beberapa meter. Terseret menuju tanah menggunakan tubuh bagian belakangnya sebagai landasan. Tubuh itu akhirnya berhenti dimana posisinya saat ini telentang melihat langit hitam dari dimensi ini. Pukulan itu telak mengenainya dan Sylvia harus menerima kekalahan dari pertarungan ini.
"~Dasar Naruto-kun. Kukira Naruto-kun hanya menggertak saja untuk tidak akan menahan diri. Setidaknya cobalah menahan diri jika kau berhasil mengenaiku. Lawanmu itu seorang gadis tahu".
"Karena ini latihan kupikir tak ada salahnya untuk sedikit serius. Lagipula kau sudah banyak berkembang dari pada sebelumnya. Kupikir memberikanmu sedikit rintangan dapat menambah kemampuan serta pengalamanmu. Lagipula pukulan tadi tidaklah terlalu menyakitkan untukmu' kan".
Dari ucapan Sylvia, Naruto berasumsi jika dia hanya mengeluh saja. Dia mungkin kesal karena lagi-lagi kalah darinya atau mungkin kesal karena serangan miliknya tadi. Meski begitu Naruto yakin jika serangan tadi tidak terlalu berefek padanya.
"Naruto-kun aku memang menggunakan sihir penguatan untuk meminimalisir dampak serangan darimu. Tapi tetap saja, memukul seorang gadis sampai ia tersungkur ditanah seperti tadi sungguhlah tak bermoral. Aku menantikan permintaan maaf darimu, Naruto-kun". Ucapnya sambil memalingkan muka.
Tunggu sebentar. Saat dia berucap seperti itu entah kenapa Naruto merasa bersalah. Ini adalah latihan jadi sudah sewajarnya jika seseorang akan terkena serangan. Tak peduli jika lawan bertanding itu sesama jenis atau lawan jenis sekalipun. Tapi jika dipikir lagi rasanya memang agak canggung jika harus bertanding melawan seorang gadis. Dan Naruto memang saat itu tak menahan diri ketika berlatih melawan Sylvia. Karena pikiran itu, saat ini entah kenapa dia jadi tak bisa mengelak. Apa ia memang salah?.
"Be-begitu rupanya. Ma-maafkan aku. Aku memang berlebihan dalam menyerangmu tadi, dan lupa jika kau adalah seorang gadis. Ma-maafkan aku karena sudah berlebihan melawanmu".
Jangan heran jika Naruto sekarang menjadi sedikit gagap ketika berucap. Bahkan pandangannya tak bisa berhenti menengok kesana kemari. Sylvia tak salah dan Naruto akui itu. Bagaimanapun dia tetaplah seorang gadis meski dia adalah seorang penyihir. Naruto memang pernah bertarung melawan seorang wanita, tapi bagi Naruto itu merupakan pengecualian. Lawan saat itu berasal dari ras Iblis liar dan juga Malaikat Jatuh. Jadi tidak mungkin jika Naruto memberikan kemudahan pada lawan sementara dirinya berada dalam bahaya. Yah mungkin karena itu dia sedikit lupa mengenai lawan kali ini.
Sylvia masih saja terbaring ditanah dan belum bangkit. Seperti dia memang enggan untuk bangun. Dari inisiatif sendiri Naruto langsung berjalan menuju kearah Sylvia. Dia pasti saat ini menunggu kedatangannya untuk membantu ia bangkit. Sampai disana, Naruto langsung mengulurkan tangannya. Tanpa ragu Sylvia langsung meraih tangan Naruto.
"Sudah lama rasanya tak melihat wajah Naruto-kun seperti itu. Lucu rasanya. Fufufu".
"Mau bagaimana lagi. Aku merasa bersalah disini dan sudah sewajarnya bagiku untuk meminta maaf. Sekali lagi maafkan aku".
"Permintaan maaf diterima. Lain kali hati-hati Naruto-kun. Aku tak ingin tubuh indah milikku ini terluka, apalagi dibagian ini. Karena kelak suatu saat nanti perut ini akan mengandung anakmu, Naruto-kun".
Mendengarkan ucapan terakhirnya tadi membuat seluruh tubuhnya sedikit terperanjat. Seperti adanya sengatan listrik mengalir diseluruh tubuh Naruto sesaat. Entah kenapa rasanya agak menakutkan mendengar ucapannya tadi. Ayolah dia masih berumur 16 tahun dan masih terlalu dini bagi dirinya untuk menikah.
"Hmm Hmm sepertinya kau memang baik-baik saja sampai bisa membuat lelucon seperti itu".
Naruto tersenyum, namun agak dipaksakan. Ia berkata seperti ini untuk menimpali ucapan Sylvia sebelumnya. Meski Naruto tahu jika gadis ini sama sekali tak mengubris ucapannya. Sedikit terdiam beberapa saat sampai sebuah suara khas memanggil mereka.
"Apa kalian sudah selesai bersenang-senangnya?"
Sebuah suara khas anak kecil memanggil mereka berdua. Mendongak untuk mencari asal suara, dua pasang iris berbeda melihat seorang gadis cilik berambut merah darah berada tak jauh dari mereka. Itu adalah Victoria atau lebih akrab dipanggil Kobato. Dia saat ini tengah berada disalah satu kubus melayang dari dimensi ini. Tengkurap sambil menahan dagu menggunakan kedua tangan sementara kedua kakinya bergerak perlahan keatas kebawah. Layaknya seorang gadis tengah bersantai di ruang kamar sambil membaca sebuah buku ditemani cemilan. Mungkin Kobato menganggap kubus melayang ini sebagai wahana permainan.
"Oya. Aku lupa jika ada Kobato disini".
"Aku juga sampai lupa jika Kobato-chan ada disini".
"Kalian berdua sungguh kejam sampai melupakan keberadaanku ditempat ini".
Kobato langsung saja menunjukan wajah masam pada mereka. Sedikit menggembungkan kedua pipi, menunjukan ketidaksukaan pada mereka karena telah melupakan keberadaannya. Meski begitu, raut wajah kesal Kobato sangatlah imut untuk datang ketempat ini bersama-sama dan mereka melupakan keberadaanya begitu saja. Tak salah memang jika Kobato saat ini merasa kesal.
Kobato langsung saja menciptakan portal dan langsung tenggelam kedalam portal itu. Tak lama sebuah portal kembali tercipta diantara Sylvia dan Naruto. Dibalik Portal itu munculah sosok anak kecil Kobato. Portal itu menghilang dan Kobato saat ini berada bersama mereka. Saat ini ia terlihat memakai sebuah dress berenda. Seperti sebuah gaun ala istana abab pertengahan. Mempunyai paduan warna antara merah dan putih. Angun nan imut. Itu adalah kesan pertama saat melihatnya.
"Jadi apa latihan ini akan terus berlanjut sampai Sylvia-Neechan tak bisa bergerak?".
"Tidak. Akan kuakhiri sampai disini. Lebih dari ini hanya akan menyakiti tubuhnya saja. Lagipula perkembangannya sudah cukup bagus untuk bisa bertahan jika ada musuh kelak. Sebelum itu, Sylvia akan kukatakan beberapa hal mengenai latihanmu tadi".
Ada sedikit rasa tegang pada seluruh tubuh milik Sylvia, saat Naruto berkata seperti itu padanya. Sama halnya seperti seorang guru hendak memberi tahunya akan nilai mengenai sebuah tes. Tentunya hatinya serasa sedikit berdebar, menunggu perkataan sang guru. Dan kebetulan guru kali ini adalah Naruto.
"Gerakanmu sudah bagus. Cepat dan lincah dalam menyerang dan menghindar. Tapi, jangan hanya terfokus pada tangan saja dalam menyerang, gunakan juga kakimu. Karena dalam pertarungan jarak dekat seperti tadi, kaki dan tangan merupakan senjata terbaik. Seperti halnya tadi. Aku juga menggunakan kaki untuk menyerangmu' kan. Lain kali cobalah untuk belajar menggunakan kaki. Dan juga untuk kedepannya cobalah belajar menggunakan senjata. Sebenarnya dalam latihan tadi aku tak keberatan jika kau menggunakan senjata, hanya saja pilihlah senjata yang sekiranya cocok untukmu. Karena kau seorang gadis, aku merekomendasikan senjata tak terlalu berat dan ringan seperti pisau Dagger mungkin".
"Aku mengerti Naruto-kun. Tapi, meski begitu menyerang menggunakan kaki rasanya sulit untukku. Pakaian yang kugunakan saat ini membuatku tak bisa leluasa menggunakan kakiku. Karena sekarang ini aku berada dalam wujud penyihir bernama Seraphim. Karena itu aku sedikit kesulitan. Kira-kira apa apa yang harus kulakukan pada pakaian ini agar aku bisa lebih leluasa dalam bergerak".
Memang benar. Saat ini Sylvia sendiri berada dalam sosok penyihir misterius bernama Seraphim. Seorang penyihir dimana penampilannya cukup tertutup, sama seperti beberapa penyihir di dunia ini. Pakaian Sylvia sendiri terdiri dari seuah dress Cheongsam berwarna biru gelap. Kemudian ditutupi oleh sebuah mantel berwarna ungu tua, dimana mantel ini juga membungkus sedikit wajahnya.
Naruto kemudian melirik pakaian Sylvia dari atas kebawah, agar ia bisa memberikan jawaban itu. Memang benar, masalahnya terletak pada bagian bawah dari pakaian Sylvia saat ini. Pakaian ini seperti Drees, dimana bagian terbukanya hanya sampai daerah lutut. Maka dari itu cara satu-satunya adalah sedikit menambahkan bagian tersebut agar lebih terbuka.
"Seperti katamu barusan. Pakaian mu saat ini memang akan mengurangi sedikit kelincahanmu dalam bergerak. Bagaimana jika kau membiarkan bagian kakimu sedikit terbuka, mungkin sampai pinggul atau paha cukup bagimu untuk bergerak leluasa. Bagaimana?".
"Tapi itu akan membuat bagian bawahku terexpos. Aku tak ingin memamerkan kulit indahku pada siapapun".
Sylvia melihat kembali pada bagian bawah pakaian miliknya. Memang benar bagian terbuka dari pakaian ini hanya sampai lutut. Seperti kata Naruto saat latihan tadi memang kakinya agak sedikit kesulitan dalam bergerak. Bahkan jika ia mencoba untuk menyerang menggunakan kaki, Sylvia tak tahu apa pakaian ini akan robek atau dirinya jatuh terpeleset. Namun sesaat kemudian wajah miliknya berubah menjadi terkejut secara tiba-tiba. Irisnya miliknya melebar menatap Naruto, setelah memikirkan kembali akan perkataannya barusan. Melihat ekspresi Sylvia tiba-tiba berubah sekejap, Naruto balas menatap bingung.
"Mungkinkah Naruto-kun sengaja memberi saran seperti itu untuk melihat bagian paha putihku ini. Hahhh Naruto-kun, jika kau memang mau melihatnya katakana saja langsung. Aku tak akan sungkan kok".
"Hentikan! Kenapa kau bisa berpikir seperti itu. Berhenti membuatku terlihat seperti orang mesum".
"~Mou. Kupikir Naruto-kun memang mau melihatnya. Karena Naruto-kun ini orangnya pemaku kupikir perkataanmu tadi mempunyai maksud tersirat".
Naruto hanya Sweetdrop mendengar ucapannya itu. Tak bisa mengerti kenapa Sylvia terus-terusan membuat dirinya seperti orang mesum. Jika Naruto sama seperti salah satu teman kelasnya yang terkenal akan kemesumannya. Maka tak aneh jika ia akan sangat tak sabar melihat tubuh mulus milik Sylvia. Tidak tunggu dulu Naruto tak mempunyai sebuah fetish aneh seperti itu.
"Baiklah sudah waktunya aku pergi. Pertemuanku dengan salah satu bangsawan Iblis akan segera dimulai".
"Tapi Naruto-kun apa kau yakin ingin pergi sendiri tanpa ditemani olehku. Bisa saja dia merencanakan sesuatu dalam pertemuan ini".
"Sudah sifat seorang Iblis mempunyai makna tersembunyi lho An-chan. Apalagi jika Iblis ini merupakan salah satu Iblis elit dari Keluarga Gremory. Apa An-chan yakin untuk memenuhi permintaan gadis tersebut?".
Tentunya dua orang ini sama-sama mengkhawatirkan Naruto. Menghadiri pertemuan ini, secara tak langsung Naruto masuk kedalam sarang mereka. Sudah pasti didalam sarang itu terdapat banyak hal yang tak bisa diduga. Bisa saja, saat Naruto datang menuju tempat pertemuan ini ia akan langsung disergap oleh para pelayan Milik salah satu dari keluarga Gremory, Rias.
Tentunya bukan Naruto namanya jika dia datang ketempat berbaya. Pastinya dia sudah menyiapkan segala pencegahan bila hal itu terjadi.
"Tak perlu khawatir. Jika itu akan terjadi aku sudah menyiapkan beberapa rencana untuk mengantisipasi hal tersebut. Tapi dari sudut pandangku, aku rasa Rias sama sekali tak akan melakukan hal itu. Harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan hal itu".
Jika Naruto berkata seperti itu maka memang tak perlu dirisaukan. Naruto bukanlah orang bodoh yang akan langsung saja masuk kedalam kandang naga tanpa persiapan. Tapi tetap saja, sebagai seseorang yang telah diselamatkan oleh Naruto, Sylvia sedikit tak nyaman meninggalkan Naruto sendiri. Terlebih Sylvia takut jika Naruto jatuh kedalam pelukan gadis itu. Sebagai seorang gadis itu merupakan hal yang tak bisa diterima olehnya. Sylvia tak ingin Naruto jatuh kedalam pelukan gadis siapapun selain dirinya.
"Baiklah. Aku pergi dulu".
Naruto kemudian memasangkan tudung dari mantel miliknya. Tak lupa ia pasangkan sebuah topeng khas miliknya. Topeng dengan ekspresi senyum serta corak pada bagian mata berwarna merah serta adanya jilatan api berwarna hitam dibagian pipi. Topeng ini merupakan identitasnya mengarungi semua hal didunia ini, sebagai Kurotsuki.
Pusaran angin kemudian tercipta di salah satu matanya dan langsung menghisap seluruh tubuhnya tanpa sisa. Meninggalkan dua orang ini, yang mana sempat khawatir melihat kepergiannya.
[0-0-0-0-0-0-0]
… ─Incarnate to a New worlds─ …
[0-0-0-0-0-0-0]
Malam hari. Disebuah tempat cukup jauh dari perkotaan. Berada pada dataran cukup tinggi. Tempat ini lebih banyak ditempati oleh pepohonan maupun rumput. Masih bersih dan belum tersentuh oleh bangunan dan polusi dari Kota. Sinar bulan bersinar terang, namun tak seterang matahari. Tapi sinar ini cukup memberikan bantuan untuk bisa berjalan leluasa di gelapnya malam.
Ditempat ini juga terdapat satu bangunan besar nan mewah. Itu adalah sebuah Villa berukuran besar, dimana tampak seperti hotel berbintang. Villa besar ini sengaja dibangun ditempat ini agar saat berkunjung atau berlibur ketempat ini tak sulit untuk mendapatkan tempat bernaung. Villa ini juga merupakan milik seseorang dari keluarga besar dimana kekayaannya tak perlu dipertanyakan.
Kebetulan sang pewaris dari Villa ini sedang berada disebuah ruangan. Saat ini dia sedang berdiri, melihat melalui jendela dari dalam ruangan. Sebuah pemandangan indah dimana sekarang ini sinar bulan tampak terang menyinari seluruh Villa. Tapi keberadaanya ditempat ini bukan ditujukan untuk melihat pemandangan indah. Melainkan dia sedang menunggu seseorang yang sangat ingin ia ajak bicara. Karena itu setiap detiknya terasa lama ketika menunggu kehadiran orang itu.
Zuzuzuzuzu!
Kembali, sebuah pusaran angin tiba-tiba tercipta dari ketiadaan. Muncul disamping Rias dimana ia sedang berdiri. Disana jelas sekali sosok yang saat ini ia tunggu telah tiba. Terbalut oleh mantel panjang berwarna biru gelap. Topeng itu menutup seluruh wajah miliknya tanpa celah. Serta dibalik topeng itu, tampak sepasang mata berwarna merah darah itu bersinar didalam kegelapan. Sangat cocok sekali menyebut penampilannya sebagai seorang Iblis kelas atas. Tapi sayang dia seorang manusia, meskipun Rias tak percaya pada pengakuannya itu.
"Terima kasih sudah mau menunggu".
"Tak apa. Kau datang tepat pada waktunya. Aku sempat takut jika kau tak akan datang. Aku berterima kasih padamu. Ayo kita duduk dulu. Tidak sopan rasanya membuat seorang tamu terus berdiri".
Diruangan ini juga sudah disediakan sebuah meja berukuran cukup besar. Besarnya mungkin sekita meter, cocok untuk digunakan sebagai media untuk berbicara secara empat mata. Kursi yang akan digunakan juga tampak mewah. Mempunyai ukiran khusus serta dipoles menggunakan cat berkualitas tinggi, seolah kursi ini seperti bersinar redup ketika terkena cahaya dari bulan. Demi menciptakan kenyaman duduk, kursi ini juga dilengkapi oleh dudukan yang terbuat dari busa lembut. Persiapan ini sangat berlebihan bagi seseorang seperti Kurotsuki.
Mereka berdua duduk saling berhadapan, dimana wajah mereka saling memandang satu sama lain. Tapi itu tidak berguna karena Kurotsuki sepenuhnya tertutupi oleh topeng. Sementara Rias, terlihat wajah itu tampak anggun. Sangat percaya diri seakan apa yang diinginkannya akan terkabulkan.
Yah lupakan wajah cantik nan anggun itu sekarang. Ini bukanlah saatnya mengagumi kecantikan seseorang. Jikalau mau Kurotsuki sudah puas melihat kecantikan seseorang yang selalu bersama dengannya. Masalahnya sekarang adalah, apa yang ingin dibicarakan oleh Rias saat ini. Apa ini ada hubungannya dengan kedatangan anggota Phoenix beberapa hari lalu.
Sebelum memulai pertemuan hari ini. Dari pintu itu masuk seseorang berperawakan cantik seperti Rias. Mempunyai rambut panjang berwarna hitam diikat ekor kuda. Gadis ini datang membawa roda kecil yang mengangkut porselin untuk menyajikan teh. Gadis itu langsung membuat teh dan menghidangkannya pada Rias. Sebelum gadis itu akan membuat satu gelas lagi untuknya, Kurotsuki langsung menolak secara langsung untuk tidak menghidangkan teh padanya.
"Ara agak disayangkan jika kau tak mau meminum teh buatan dari Akeno. Rasanya sangatlah enak sampai aku tak akan bosan untuk terus meminumnya. Yakin kau tak mau mencicipi teh dari budak Iblisku ini, Kurotsuki?".
"Aku sangatlah yakin pada ucapanku. Lagipula topeng ini tak akan terbuka sedikitpun, bahkan jika itu harus mencicipi teh enak buatan budak Iblismu".
Maksud dari Rias adalah, dengan teh ini setidaknya ia bisa melihat sedikit akan wajah yang tertutup rapat oleh topeng berskpresi senyum ini. Memang terdengar seperti sebuah candaan, namun itu akan merubah menjadi tindakan bodoh jika Kurotsuki melakukan keinginan Rias tadi.
"Gadis penyihir bernama Seraphim itu, apa kau sengaja untuk tidak membawanya ketempat pertemuan ini?".
"Karena ini adalah pertemuan secara empat mata sesuai keinginanmu. Rasanya seperti melanggar janji jika aku mengajak Seraphim untuk ikut hadir".
"Begitu ya. Akeno, tolong tinggalkan kami berdua sebentar saja. Seperti janjiku. Ini pertemuan secara empat mata, maka tak boleh ada kehadiran orang lain selain kita".
"Ha'i. Buchou".
Mendengar perintah langsung dari majikan. Akeno mau tak mau harus menuruti perintah tersebut. Sejujurnya ia ingin berada disisi Rias untuk mengetahui apa keinginan Rias sampai harus mengundang orang ini. Sebagai bidak iblis berpangkat ratu, rasanya tak enak meninggalkan sang raja seorang diri bersama seseorang yang tak tahu apa dia teman atau musuh. Tapi perintah dari tuannya adalah mutlak. Mau tak mau Akeno harus menuruti keinginan tuannya ini.
Akeno langsung saja pergi sambil membawa kembali satu set perlengkapan teh. Menutup pintu secara perlahan dan membiarkan dua orang ini untuk berbicara tanpa ada pasang mata lain. Sekarang ini baru menjadi pertemuan empat mata. Hanya ada Rias dan Kurotsuki, tak ada kehadiran lain. Maka dari itu lebih baik segera memulai acara hari ini.
"Jadi Rias Gremory. Bisakah kau beritahu alasan dan tujuanmu sampai mengundangku ke tempat ini?".
"Iya tentu. Tapi sebelum itu, apa kita tak bisa berbicara untuk waktu yang sedikit lama. Banyak hal yang selalu ingin kutanyakan padamu. Karena itu kita bisa sedikit basa-basi sejenak sebelum menuju ke pokok permasalan?".
"Sayangnya aku tak mempunyai banyak waktu untuk bicara banyak hal bersamamu. Setelah ini masih ada hal yang harus kukerjakan. Daripada membahas hal tak penting, kenapa tak langsung saja ke pokok permasalahan. Lagipula kita sebelumnya pernah bertemu dan saling bicara satu sama lain'kan?. Bahkan jika kau ingin bertanya banyak hal belum tentu aku mau menjawab pertanyaanmu itu".
"Ah begitu, sungguh orang yang sibuk. Membuatku penasaran apa yang kau kerjakan sampai kau ingin buru-buru pergi dari sini. Apa kau bisa memberitahuku apa yang kau kerjakan saat ini?".
Ini tak akan berakhir cepat. Sejak awal Kurotsuki bisa menebak jika akan ada banyak rentetan pertanyaan yang akan dilayangkan Rias padanya. Pertanyaan itu pastinya tidak ada hubungan mengenai alasan mengundang dirinya ke salah satu tempat kediamannya. Lagipula pertemuan sebelumnya juga sudah menjawab sebagian besar mengenai dirinya'kan. Maka dari itu Kurotsuki tak ingin berlama-lama dalam menanggapi pertanyaan dari Rias.
"Aku menolak".
"Sayang sekali. Kupikir kita bisa saling mengakrabkan diri. Aku sangat ingin mengajakmu bergabung menjadi bagian dari keluarga Iblisku, tapi aku yakin jawabanmu akan tetap sama".
Rias kali mulai mencicipi teh buatan Akeno. Berbicara seperti tadi cukup membuat tenggorokannya sedikit kering. Kebetulan teh dari Akeno dapat membantu untuk membasahi tenggorokannya. Aroma serta rasa dari teh ini memang tidak ada duanya. Selesai mencicipi sedikit teh buatan Akeno, Rias langsung meletakan cangkir indah itu kembali pada tempatnya. Dan kemudian tatapannya yang semula santai dan anggun langsung berubah menjadi serius.
"Baiklah. Cukup basa-basinya. Akan kukatakan langsung padamu kenapa aku ingin bertemu denganmu. Kurotsuki, aku ingin kau membantuku".
"Membantumu? Dalam hal apa?. Kupikir seorang iblis kelas atas sepertimu pastinya dapat menyelesaikan suatu masalah apapun tanpa repot".
Perkataan Kurotsuki benar. Rias adalah seorang Iblis kelas atas dari keluarga Gremory. Masalah apapun itu akan ia selesaikan menggunakan kedua tangannya. Tapi sekarang ini kondisinya sedikit berbeda. Ini adalah suatu masalah dimana Rias tak bisa menemukan jalan keluar untuk menyelesaikannya. Apapun akan ia lakukan asal itu tak mencoreng nama baik dari Clan Gremory. Jika menyangkut harga dirinya, akan ia kesampingkan sejenak jika itu dapat membantunya sekarang.
"Kau pasti ingat'kan saat kau datang tiba-tiba ke ruanganku. Kau pasti tak mungkin lupa akan adanya anggota Iblis kelas atas lainnya saat itu".
"Maksudmu Raiser dari Clan Phoenix. Memang ada apa dengannya? Melihatmu sampai seperti ini, apa ada sesuatu diantara kalian berdua".
Wajah Rias bisa dikatakan berubah walau tak banyak. Wajahnya seperti biasa menggoda. Tapi sorot matanya sekarang terlihat menunjukan ketidaksukaan. Apa dia sangat membenci Raiser, tapi kenapa?.
"Sebenarnya, keluarga Gremory dan Phoenix sangat setuju untuk menjodohkanku bersama Raiser. Tentunya aku sangat keberatan akan keputusan dari Ayahandaku yang terlalu terburu-buru. Aku memang tak ingin mencoreng nama baik Gremory namun aku juga tak ingin jika hidupku harus ditentukan oleh keluargaku".
"Aku mulai mengerti sekarang. Sebagai seorang anak tentunya kau masih bisa menolak keputusan dari Ayahmu itu. Lalu kenapa, semua ini masih belum menjelaskan mengenai tujuanmu mengundangku kemari".
"Perjodohan itu bisa dibatalkan jika aku berhasil mengalahkan Raiser dalam pertandingan Rating Game"
"Bisa kau sedikit menjelaskan padaku mengenai Rating Game ini".
Tentunya Rias sedikit menjelaskan mengenai Rating Game yang sering diadakan dikalangan antar Iblis kelas atas. Rating Game adalah suatu pertarungan resmi antar dua Iblis beserta budak Iblis mereka. Pertarungan ini sama seperti papan catur dan para budak sendiri mempunyai kemampuan dari bidak catur ini. Mengenai tempat pertarungan dari Rating Game ini bervariasi sesuai keputusan juri. Secara simpelnya seperti bermain catur, siapapun yang berhasil mengalahkan raja dialah yang menang.
Tapi melihat kembali bidak Iblis milik Rias dan Raiser, maka akan terlihat jelas perbedaannya. Entah itu dari jumlah dan kekuatan sudah berbeda. Rias hanya mempunyai beberapa bidak Iblis. Tidak seperti Raiser dimana dia mempunyai satu set komplit bidak Iblis. Dan ini merupakan kelemahan terbesar bagi Rias.
"Begitu rupanya. Bisa kubilang pertarungan ini akan menjadi sangat berat sebelah. Mengingat jumlah Iblismu terbatas dalam jumlah dan kekuatan. Kemungkinan besar kau menang dalam pertandingan ini sangat kecil".
"Aku tahu itu. Kurotsuki, menurutmu berapa kemungkinan aku bisa menang melawan Raiser dalam Rating Game ini?"
"Kita lihat. Dari segi jumlah kau kalah telak. Tapi dari segi kekuatan kau mungkin masih bisa unggul. Mengingat si bocah Sekiryuutei itu sudah menjadi budak Iblismu. Kemungkinan besar, 7-3 tidak atau mungkin saja 8-2. Memang kemungkinan untuk menang sangat kecil tapi itu bukan berarti kemenangan untukmu sangat mustahil".
"Jadi begitu. Ini memang sulit".
Rias tak bisa menolak akan kemungkian berdasar dari Kurotsuki. Kemenangan untuknya dalam Rating Game ini terbilang kecil, tapi ia masih mempunyai kesempatan untuk menang walau kecil. Mendengar ini beban dipundaknya serasa bertambah. Mencoba untuk meregangkan sedikit tubuhnya untuk mengusir sedikit ketegangan. Sedikit memijat bahu baginya cukup ampuh untuk mengusir sedikit rasa tegang. Rias mengambil nafas dalam-dalam. Sama seperti tubuhnya yang tegang. Pikirannya pun saat ini sedikit terganggu akibat masalah hari ini. Nafas yang ia hirup kemudian ia keluarkan kembali secara cepat. Hembusan nafas miliknya membuat dua buah asetnya sedikit bergoyang ketika adanya sedikit getaran dari Rias. Meskipun Kurotsuki, atau Naruto yang saat ini tengah berada didepan Rias sedikit melihat pemandangan menggoda itu, ia masih bisa menahannya.
"Kurotsuki. Mengenai permintaan yang ingin kuajukan padamu. Aku ingin kau melatih semua budak Iblisku untuk menghadapi Rating Game ini".
"Melatih para budak Iblismu'kah. Tapi kupikir kemampuan mereka sudah lebih dari cukup untuk menghadapi budak Iblis dari Raiser. Bahkan tanpa campur tangan dariku, aku yakin mereka dapat mengasah kemampuan mereka kembali. Terkecuali untuk bocah Sekiryuutei dan gadis penyembuh itu, mereka tampaknya perlu diasah kembali olehmu' kan".
"Memang benar. Issei dan Asia memang belum berpengalaman menjadi Iblis, baik dari bertarung atau menggunakan kekuatan Iblis mereka. Tiga lainnya juga sangat baik dalam menggunakan kemampuan mereka. Tetap saja. Bahkan jika aku melatih mereka semua di bawah kendaliku, hasil yang akan diberikan pastinya akan berbeda jika kau ikut membantu mereka berlatih. Aku tahu jika ini tidaklah gratis. Tapi sebagai Iblis dari Keluarga Gremory aku yakin bisa mengabulkan salah satu keinginanmu. Bagaimana?".
"Biar kupikirkan sejenak".
Kurotsuki tampak berpikir. Menyatukan kedua tangan terbalut sarung tangan itu dan menempelkannya kearah mulut dibalik topengnya. Suasana tempat ini menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Ditempat duduknya, melihat Kurotsuki tengah terdiam seperti itu membuat dada milik Rias sedikit tak tenang. Tempat ini sebelumnya hening dan sekarang menjadi lebih hening dan mencekam. Rias tak sabar menunggu jawaban macam apa yang akan dikeluarkan oleh Kurotsuki.
Ini adalah pertaruhan. Jika Kurotsuki menolak permintaanya, maka mau tak mau Rias harus menyusun rencana pelatihan bagi budak Iblis miliknya untuk melawan Raiser nanti di Rating Game. Namun, jika Kurotsuki menyetujui keinginannya ini maka ia bisa bernafas lega. Untuk seseorang seperti Kurotsuki, Rias akui pengalamannya dalam bertarung melebihi dirinya. Fakta yang ingin Rias ketahui dari orang ini adalah, seberapa kuat dia. Apa mungkin jika kekuatannya setara dengan 4 raja Iblis aau bahkan melebihinya.
Tidak, itu tidak mungkin. Rias sendiri percaya pada kakaknya yang saat ini menjabat sebagai raja Iblis. Kekuatan milik sang kakak tak perlu dipertanyakan lagi. Mungkin dirinya saat ini sudah tak sopan karena berani membandingkan sang kakak dengan orang ini. Meski begitu Rias ingin tahu sejauh mana kekuatan orang ini.
Satu hal lagi. Meskipun Kurotsuki mau menerima keinginannya, tapi apa yang akan ia minta sebagai imbalannya. Rias sendiri adalah Iblis kelas atas, dimana ia sering membuat kontrak permintaan bersama manusia untuk mengabulkan keinginan mereka. Tapi sekarang ia hanya bisa menebak-nebak walau tak yakin apa yang dia inginkan. Jika keinginan dari Kurotsuki dapat mencemarkan nama baik dari Keluarga Gremory, maka keputusan terbaik adalah menolak permintaannya. Dengan kata lain pertemuan ini akan berakhir sia-sia.
"Baiklah, kuterima tawaranmu itu. Tapi bagiku melatih mereka semua sepertinya kurang efisien. Mereka pada dasarnya sudah sangat terampil, entah itu dalam pertarungan maupun penggunaan kekuatan mereka, kecuali untuk dua orang budak iblismu. Karena itu aku bisa memberikan mereka situasi pertarungan hidup dan mati sebelum melawan Raiser. Kuyakin dengan memberikan mereka pengalaman lebih dalam pertarungan, bisa meningkatkan kemenanganmu. Apa ini tak apa?".
"Aku tak keberatan. Malahan itulah yang sempat kupikirkan mengenai melatih budak Iblisku. Keputusan itu memang tepat. Apa kau mempunyai suatu kemampuan untuk memprediksi apa yang kuinginkan, Kurotsuki".
"Entahlah. Bagiku semua hal ini berasal dari pemikiran yang sangat dalam. Aku sendiri tak bisa menjawab pernyataanmu tadi".
Keputusan sudah dibuat. Tapi Rias sekarang masih belum bisa bernafas lega. Karena ini tidaklah gratis, maka akan ada suatu imbalan yang harus ia berikan pada Kurotsuki. Dan apa yang harus Rias berikan pada orang ini, tidak permintaan macam apa yang diinginkan olehnya.
"Seperti kataku sebelumnya, ini pastilah tidak gratis. Maka dari itu, apa yang kau inginkan dariku untuk membayar semua ini?".
"Entahlah. Saat ini aku tak mempunyai suatu hal khusus yang ingin kuminta darimu. Tapi, apa bisa kau memberikanku sebuah informasi?"
"Dan informasi macam apa yang kau inginkan dariku?".
"Ada dua. Pertama aku ingin sebuah informasi mengenai keberadaan Vampire didunia ini, baik dari nama, asal dan juga keluarga mereka. Jikalau bisa sertakan sedikit mengenai mereka. Untuk yang kedua, aku ingin sebuah informasi mengenai sepasang senjata kembar yang terkubur jauh didalam dasar Neraka, tempat tinggalmu. Apa kau bisa mengabulkan keinginanku ini atau mungkin permintaanku ini terlalu banyak?".
Rias sejenak berpikir mengenai permintaan dari Kurotsuki. Permintaan itu sebenarnya tak akan mencoreng nama baik dari keluarga Gremory atau pun dirinya. Kurotsuki menginginkan informasi, dan informasi ini mengenai ras Vampire didunia ini serta sebuah senjata yang terkubur jauh didalam dasar Neraka. Rias tak tahu kenapa Kurotsuki menginginkan informasi ini. Apa dia berencana merekrut para Vampire ini menjadi bawahannya. Rias rasa itu tidak mungkin.
Rias sendiri tentu tahu beberapa Vampire didunia ini, salah satunya menjadi budak Iblisnya. Maka dari itu Rias tak bisa memberikan informasi mengenai Vampire yang menjadi budak iblisnya, tapi untuk Vampire lain, ia tak keberatan. Sejenak Rias mencoba melihat kearah belakang Kurotsuki. Punggung miliknya membawa sepasang pedang kembar, dimana mempunyai warna berbeda. Hitam dan putih. Apa mungkin informasi mengenai sepasang senjata kembar yang berada didasar Neraka adalah pedang itu. Lagipula apa memang benar jika didasar Neraka terdapat sebuah senjata seperti itu.
"Tidak. Akan kupenuhi permintaanmu itu. Akan kulakukan sebisaku untuk mendapatkan informasi yang kau inginkan".
Pertemuan ini akhirnya berakhir juga. Setelah mendapat persetujuan dari kedua belah pihak maka sudah saat untuk membuarkan pertemuan. Menyebut ini pertemuan padahal hanya dihadiri oleh dua orang saja. Sama seperti dua orang bos besar sedang berbisnis. Dengan itu Kurotsuki langsung berdiri dari kursi mewah yang sebelumnya menjadi pijakan empuk untuk dia duduk. Karena sudah tak ada lagi yang perlu dipertanyakan dan masalah sudah mencapai keputusan dari kedua pihak, maka ia akan langsung pamit dari sini.
"Baiklah. Aku rasa pertemuan ini telah usai. Maka dari itu aku mohon undur diri dari sini".
"Sayang rasanya. Bagaimanapun juga aku ingin tahu lebih banyak lagi tentang dirimu. Entah itu kegiatanmu, tujuanmu, dan dari mana kau berasal. Aku harap kita masih bisa berhubungan baik dari sekarang".
"Lebih baik kau tak mengharapkan hal itu. Bisa saja dikemudian hari aku akan menjadi musuhmu. Daripada mencoba untuk menjadi dekat denganku lebih baik kau mewaspadai aku saja".
"Akan kuingat itu. Satu hal lagi, pertarunganku dengan Raiser masih tersisa sekitar 10 hari lagi. 7 hari dari sekarang datanglah lagi ketempat ini saat tengah hari. Itu adalah waktu kita untuk berlatih bersama. Aku harap kau tak mengecewakanku".
"Kita lihat saja. Jaa"
Zuzuzuzuzu!
Lagi pusaran angin itu memakan kembali seluruh tubuhnya tanpa sisa. Meninggalkan Rias seorang diri dalam ruangan seluas ini. Sama sebelum Kurotsuki datang, ruangan ini kembali hening. Entah kenapa hari ini tak ada suara seperti serangga malam yang terkadang bernyanyi untuk mengisi senyapnya malam. Meski begitu Rias tak masalah akan keheningan dari tempat ini. Malahan suasana seperti sangat cocok bagi dirinya untuk menenangkan diri.
Sekarang ia bisa bernfas lega karena Kurotsuki sudah mau menerima keinginannya. Hanya tinggal menunggu waktu kapan dimulainya latihan tanding melawannya. Setelahnya, maka persiapan harus lebih matang lagi ketika saatnya melawan Raiser telah tiba. Apapun yang terjadi ia tak boleh kalah dari pria itu.
….
…
..
.
TBC
Saya sengaja potong dulu disini karena pastinya akan panjang banget word dari yang saya perkirakan. Sebelumnya maaf jika author kali ini updatenya agak lama dari waktu biasanya. Author paling tidak update sekarang ini sekitar seminggu atau paling lama sekitar dua minggu. Jika sedang banyak inspirasi mungkin 3 atau 4 hari bisa update.
Jika ada yang kurang jelas mengenai dimensi ruang waktu Naruto ini, saya ambil lokasi tempatnya sama seperti salah satu tempat di game DMC 3. Kalau tak salah di misi 15 atau 16 ada satu tempat dimana hampir persis seperti penjelasan diatas.
Untuk soal update kali ini, ada beberapa alasan kenapa author update lama kali ini. Pertama kompi ane mendadak error dipenuhi oleh bug dan kadang suka nge freeze tiba-tiba. Suka muncul pop up browser secara tiba-tiba. Bukan satu atau dua tapi bisa nyampe puluhan jika didiemin. Karena mengganggu author coba untuk mereset kompi ini dengan taruhannya hampir semua aplikasi hilang.
Perlu waktu sekitaran satu minggu untuk nih kompi bisa jalan lagi sempurna dan harus download ulang aplikasi macam ms office dan sebangsanya. Karena author sendiri gak punya koneksi internet sendiri maka perlu download di warnet langganan ane.
Sebenarnya sih kompi ane udah benar seminggu dari sekarang. Tapi ada satu alasan lagi kenapa ane ga bisa update. Dan kala itu untuk pertama kalinya saya gak bisa nulis.
Saya Galau.
Sumpah beneran Galau.
Ane galau bukan karena diputusin cewek atau ditinggal nikah sama mantan (Itupun kalau punya). Ane sendiri galau oleh sebuah manga yang ane baca ketika mengisi waktu senggang menunggu kompi ane jalan.
Pertama saya mulai membaca sebuah manga jadul berjudul Neon Genesis Evangelion untuk mengetahui perbedaan antara seri anime dan manganya. Perbedaanya sih jelas ada dan banyak. Saya sendiri menamatkan versi manganya sendir sekitar 2 hari. Karena seru akhirnya ane membaca manga ini secara marathon.
Untuk seri animenya jika para pembaca sudah menonton, tentunya banyak sekali gejolak emosi dari setiap karakternya. Paling menonjol pastinya Shinji. Shinji di animenya sendiri diceritakan sebagai seorang pelajar yang sangat pesimis dan cendertung tertutup, bahkan tak punya keinginan untuk hidup. Tapi kalu versi manganya sih, Shinji digambarkan lebih ceria dan bisa bergaul dengan lingkungan sekitar. Bahkan dimanganya sendiri pun banyak diceritakan mengenai masa lalu tokoh lain. Jika kalian sudah baca versi anime dan manganya pasti bisa tahu sendiri perbedaannya.
Tapi bukan karena manga ini author menjadi galau. Selesai membaca dan kompi masih belum pulih saya mencari beberapa manga yang bisa dibaca. Kebetulan ane terpincut pada salah satu manga berjudul "Aku no Hana". Dari rekomen dan review yang ane baca, manga ini bisa dibilang seru dan menarik. Dan kebetulan saya menyukai manga bergenre horror dan anime ini sendiri ini katanya mempunyai horror. Karena itu saya putuskan saja untuk membaca manga ini.
Mulai membaca dari awal sampe lanjut ke beberapa chapter. Saya mulai menemukan keanehan dimana unsur horror di manga ini tidak ada. Malahan lebih ke bagian psychologinya saja. Tapi dari segi cerita dan perkembangan alurnya tetap menarik tanpa membuat athor bosan untuk tidak melanjutkan manga ini. Makin kesini ke sini kok ceritanya tidak sesuai apa yang author ekspektasikan. Ini katanya manga horror tapi sekian membaca saya tidak menemukan adegan horror, entah itu ada hantu atau bagian pembunuhan lah.
Sampai ke pertengahan chapter author langsung down seketika. Sempat terhenti di chapter 45 dan gak mau lagi baca. Feelnya kerasa banget ke hati saat mencapai klimak dari manga ini, walau itu masih berada dipertengahan chapter. Author bacanya juga sambil dengerin lagu kayak, Love of My life, Yesterday dan lagu dari Movie The end of Evangelion berjudul Komm Susser Tod (Come Sweet Death). Baca sambil dengerin tiga lagu ini tak kuat rasanya untuk hati author yang lemah.
Takutnya spoiler kalau dijabarin panjang mengenai manga yang sudah saya baca ini. Pertama kali dalam hidup saya merasa down banget setelah membaca manga. Efeknya bahkan sampe ngebuat saya kurang nafsu makan. Bawaannya kepikiran mulu ama manga ini, khususnya pada satu karakter wanita berambut panjang di manga ini.
Jika kalian sudah membaca manga ini bisa sharing sedikit dengan saya di kolom review atau mengirim PM ke saya. Maaf jika author sampai curhat sepanjang ini. Tapi mau bagaimana lagi, tak kuat hati ini menahan sakit membaca manga ini. bahkan author sempet nulis fic mengenai manga ini untuk mengusir sedikit rasa galau.
Sekali lagi saya ucapkan terima kasih mau menunggu dan membaca fic dari saya.
Terima kasih.