Disclaimer : Naruto bukan punya saya

Rate :T (untuk saat ini)

Pairing : SASUHINA

Warning : Author masih newbie. Fic ini terinspirasi dari sebuah buku, dengan character, dan plot yang sedikit di ubah. .MISTYPO. Dan kesalahan lain yang bisa ditemukan dalam fic ini.

Don't like, don't read.

Enjoy…^.^

Chapter three


Hinata memandang keluar jendela dengan perasaan campur aduk saat mereka dalam perjalanan kembali ke Tokyo. Perjalanan selama 2 jam itu memang melelahkan, tapi ia tak peduli. Saat ini terlalu banyak hal yang sedang memenuhi pikirannya. Dimulai dari pria-pria yang berusaha mendekatinya, hanya karena kecantikannya ataupun karena statusnya sebagai pewaris kekayaan keluarga Hyuuga. Ia mendengus. Ia sama sekali tak berniat menjadi penerus. Sepupu kesayangannya boleh mengambil alih statusnya.

Orang-orang yang mengaku teman-temannya pun sama saja. Mereka tidak jauh berbeda. Sebagian dari mereka adalah pembohong besar. Menempel padanya hanya karena ingin ikut merasakan ketenarannya. Ia muak dengan semua itu. ia yakin, jika wajahnya jelek, ataupun keluarganya bukanlah keluarga kaya, mereka pasti tidak akan mau berteman dengannya. Ia menghela nafas lagi, hal yang sering dilakukannya akhir-akhir ini. Seandainya saja Neji-nii cepat kembali ke Jepang. Tapi, kakak sepupunya yang rupawan itu mendengus dan menolak sewaktu ia memohon di telepon. Ia masih merasa malas untuk kembali ke negara asalnya itu dan menjadi incaran wanita-wanita mengerikan yang seakan siap untuk menerkamnya setiap waktu.

Tapi setidaknya Neji selalu bersikap jujur padanya. Dan Hanabi. Dan Shizune. Ia dapat menghitung dengan jari orang-orang yang memang tulus menyayanginya, bukan sekedar karena mereka menginginkan sesuatu darinya. Para pelayan di rumahnya terlalu takut padanya. Demi Tuhan,ia sama sekali tidak menginginkan menjadi orang yang ditakuti. Ia hanya ingin orang-orang berhenti menjilat dan mulai bersikap wajar padanya. Ia bukanlah boneka rapuh, yang berada dalam gelas kaca, menjadi barang tontonan, dan bisa dipamerkan pada setiap orang, seperti yang ayahnya selama ini lakukan padanya.

Bukankah itu tujuannya selama ini, mengadakan pesta dan jamuan makan malam terus menerus. Selain untuk urusan bisnis, dan memamerkan boneka kesayangannya. Tapi setidaknya kini ada seorang lagi yang tak bersikap pura-pura di hadapannya, walaupun untuk saat ini, ia tidak ingin mengingat orang itu.

Hinata menoleh ke arah Shizune yang sejak tadi hanya diam, mengamati dirinya. Ia tahu, wanita di sampingnya ini menantikan penjelasannya. Karena itu ia tak terlalu kaget lagi mendengar Shizune berkata dengan nada pelan, namun tegas yang memaksanya untuk menceritakan segalanya tanpa ada yang harus di tutup-tutupi. "Apa kau akan menceritakan padaku sekarang?"

Ia memasang tampang kaget, yang membuat Shizune mendengus mencemooh."Tak usah terlihat kaget seperti itu. Aku sudah cukup bersabar." Katanya.

Takami Shizune memang seperti itu padanya. Berbicara apa adanya tanpa ada rasa takut, yang membuatnya selalu merasa nyaman. Ia hanya beberapa tahun lebih tua dari Hinata, namun selalu bijaksana dan memperhatikannya selayaknya adik perempuannya. Dia selalu mengejek Hinata jika ia mulai bertingkah seperti anak kecil, ketika keinginan sepelenya tak terpenuhi. Namun ia juga selalu siap memberikan pelukan hangat untuknya ketika ia merasa tak mampu menahan semua emosinya. Shizune membuatnya tenang. Dan Hanabi kecil juga menyayanginya.

"Aku tak ingin membicarakannya." Kata Hinata pelan.

Seharusnya Hinata sadar, dengan berkata seperti itu justru membuat Shizune semakin penasaran. Seharusnya hari ini adalah hari pernikahan antara Naruto dengan Hinata. Namun nyatanya, Hinata malah menyuruh Shizune untuk membereskan seluruh pakaian mereka dan bergegas pergi karena mereka harus pulang ke Tokyo sesegera mungkin.

"Kau membenturkan kepalamu di tembok, Hime?" Tanya Shizune dengan nada mencemooh. Di lain waktu,sindiran Shizune terasa menyenangkan. Tapi, sekarang itu malah membuatnya jengkel.

"Tidak."jawabnya tegas."Dan aku benar-benar tidak ingin membicarakannya!"

"Aku hanya heran, katamu kau mau menikah dengan Naruto. Kau sendiri yang bilang kau yakin bisa hidup bersamanya."

Sebelah alis Hinata terangkat dengan sempurna."Tidak." katanya datar."Aku hanya bilang dia sepertinya menyenangkan."

"Jangan berbohong padaku, Nona. Aku tahu kau menginginkan pernikahan itu walaupun cuma unutk menghapus gosip yang muncul setelah dia memutuskan pertunangan kalian untuk yang pertama kalinya. Lalu, sekarang-,"

"Karena Naruto dan keluarganya menginginkan aku untuk berdiam diri di rumah dan mengurus rumah tangga!" sela Hinata jengkel "Lalu apa artinya semua usahaku selama ini. Kau tahu sendiri aku selalu berupaya sekuat tenaga agar mendapatkan nilai memuaskan di kampus. Dan itu bukan hal mudah. "

Shizune mendesah."Lalu, karena itu kau memutuskan untuk membatalkan semuanya? Hinata, pernikahan itu sesuatu yang serius. Kau tidak bisa mempermainkannya sesuka hati."

Merasa terpojok,Hinata bersedekap."Aku tahu itu,Missy. Aku memang tidak pernah berpikir panjang dalam masalah ini. Aku pikir aku dapat menikah dengannya, dan terbebas dari Otou-san."

"Kau beruntung gadis itu menyelamatkanmu." Kata Shizune lagi, merujuk pada tindakan Ino di Summer Haze. Kali ini Hinata tak dapat menahan dirinya dan mengerang tak percaya akan ucapan Shizune. Tampang gadis bermarga Hyuuga itu terlihat putus asa. "Aku baru tahu bahwa memaki, mencaci dan mempermalukanku di depan umum termasuk tindakan penyelamatan terhadap salah satu kebodohanku." Ia menggeleng dengan sedih."Apa yang dilakukan Ino tadi tak ada hubungannya dengan persahabatan kami Shizune. Ia menginginkan aku menderita. Dan ia berpikir seandainya pernikahan antara aku dan Naruto batal, ia bisa menyamakan skor denganku."

Raut wajah Shizune mengkerut tak suka."Wanita bodoh itu." Katanya tak percaya."Menyamakan skor? Dia masih berada dalam ilusi bahwa kau sengaja merebut Deidara dari tangannya?!". Melihat wajah Hinata yang tampak lesu, membuat Shizune yakin ucapannya tepat sasaran dan ia hanya menggertakkan gigi dengan jengkel. Seharusnya Yamanaka sadar,nonanya ini justru sudah menyelamatkan dirinya dari ancaman kehidupan menyedihkan yang akan dijalaninya seandainya ia tetap memutuskan untuk terus mengejar pria hidung belang itu. Kelihatannya ia sudah dibutakan oleh api kecemburuan sehingga tak dapat menyadari lagi apa yang baik dan buruk.

"Aku tidak menginginkan wajah seperti ini,tapi apa yang harus kukatakan, aku memang terlahir seperti ini. Bagiku ini seperti kutukan."Hinata berkata dengan muram."Aku memang tidak mencintai Naruto. Tapi dia pemuda yang baik. Hanya saja, dia ingin merubahku menjadi boneka. Dan itu menunjukkan bahwa ia sama sekali tidak mengenalku. Bagaimana kau bisa hidup dengan orang yang hanya mengenalmu di permukaan?"

"Bagaimana dengan pria Uchiha itu?"

Pertanyaan yang ditanyakan Shizune itu membuat dahi Hinata mengkerut. Bibir merahnya membentuk satu garis lurus. Seringaian penuh ejekan dari pria itu muncul kembali di ingatannya. Pria itu muncul di saat ia sedang mengalami pergolakan emosi seperti tadi. Berawal dari tabrakan yang tak sengaja di tangga. Pertanyaan yang dilontarkannya dengan raut wajah kebingungan saat melihat air matanya, hingga sikap canggungnya sewaktu menariknya ke dalam pelukannya ketika ia menyadari air mata itu asli. Ia mendengus. Tentu saja air mata itu asli. Ia bukannya kurang kerjaan untuk menangis di tempat orang. Shizune berdehem, sekedar mengingatkan bahwa ia masih menantikan Jawaban darinya. "Dia terlalu angkuh."

Kali ini sebelah alis Shizune terangkat naik."Cuma itu?"katanya kecewa.

"Apa maksudmu,Shizune?" mendadak ia punya firasat bahwa ia tidak akan menyukai apapun yang akan disampaikan oleh pelayan kilatan aneh yang terpancar di matanya sewaktu membicarakan bujangan Uchiha itu.

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Dia tangkapan yang latar belakangnya memuaskan. Dan aku yakin ayahmu akan sangat setuju jika kau menikah dengannya."

Tuh kan. Resmi sudah. Pelayan kesayangannya telah menyebrang ke sisi gelap dan berpihak kepada pria arogan itu.

"Aku ingin menikah dengan pria yang aku cintai ,Shizune. Bukan dengan orang yang tak kukenal sama sekali."

"Aneh sekali ucapanmu itu,Missy. Karena setahuku, hari ini kau hampir saja menikah tanpa cinta. Dan dengan orang yang hanya mengenalimu dari permukaan saja."

OH MY GOD!

Bolehkah ia memecat Shizune sekarang, karena sejak kapan ia memiliki pelayan yang cerewet seperti ini."Aku tidak bisa menikah dengan orang yang membenciku,Shizune. Percayalah, dia memang memiliki perasaan terhadapku. Tapi aku bisa meyakinkanmu,apapun perasaan yang dia punya,aku berani menjamin jauh dari yang namanya cinta."

"Maksudmu?"

"Uchiha Sasuke itu membenciku. Dia sama sekali tak terpesona dengan wajah ini. Baginya wajah ini terlihat memuakkan." Hinata kembali melemparkan pandangannya ke luar. "Terutama setelah aku menyakiti sahabatnya."

Pandangan Shizune melembut."Kenapa kau tidak bilang bahwa kau sebenarnya melakukan hal ini demi Naruto juga. Kau sadar Naruto hanya menyukai ide memiliki pendamping cantik dan sebenarnya jatuh cinta pada Haruno Sakura? Jika kau tidak membatalkan pernikahan ini,Naruto mumgkin tidak akan pernah miliki keberanian untuk menyatakan isi hatinya."

Hinata tersipu."Apa sebegitu mudahnya untuk ditebak?"

Shizune menggeleng."Kau memainkan peranmu dengan briliant Missy. Mereka tak akan menyadarinya. Tapi kau lupa satu hal,aku sudah lama mengenalmu. Aku bisa mengetahui maksudmu...,"katanya menjelaskan."Walaupun kau melemparkan kebohongan bahwa Uchiha itu tidur dengan Haruno, dan mempercayai hal itu mungkin saja terjadi. Tapi kau juga sadar kan reaksI berlebihan Naruto saat gosip itu beredar. Terutama waktu mereka sadar kaulah sumber utamanya."

Hinata tak menjawab."Aku lelah,"katanya kemudian."Aku hanya ingin mencari kebahagiaanku sendiri..,"

Shizune menggenggam tangannya. "Mungkin kebahagiaan itu sudah berada di dekatmu, tapi kau saja yang terlalu berusaha dan tidak menyadarinya sama sekali."

Hinata tertawa getir. "Bagaimana aku bisa sadar, jika di sekelilingku hanyalah kepalsuan?"

"Kau terlalu keras pada dirimu sendiri,Missy." Kata Shizune pelan.

"Aku tidak seperti, Shi. Aku hanya tidak ingin merasakan sakit hati seperti dulu." bisik Hinata lemah. "Karena jika aku bertemu dengan kebohongan seperti itu lagi, aku mungkin akan kehilangan kemampuan untuk mempercayai orang lain selamanya..."

Shizune menatap Hinata dengan pandangan tak terdefinisikan dan menggenggam tangannya dengan erat.


Uchiha Sasuke membutuhkan rencana. Dan harusnya untuk ukuran seorang jenius sepertinya, hal itu harusnya mudah. Namun kenapa pria yang terkenal kalem dan tidak banyak bicara itu,kini malah sibuk mondar-mandir di kamar pribadinya, di mansion Uchiha. Rambut ravennya terlihat acak-acakan. Kemeja yang dipakainya terlihat kusut. Ia menghela nafas kembali,menyadari bahwa dirinya belum menemukan ide untuk mengubah seorang Hyuuga Hinata. Sebenarnya ia memiliki satu ide. Tapi, ia tak yakin untuk melaksanakan ide itu. Rencana itu terdengar gila. Tapi, ia tidak menemukan cara lain selain itu.

Mengubah sifat Hyuuga Hinata bukan hal yang mudah. Ratu es itu keras kepala. Pertemuan sering pun tak akan cukup. Hyuuga Hinata harus tinggal bersamanya. Itu jalan satu-satunya. Tapi bagaimana caranya?

Hyuuga Hiashi tak akan membiarkan putri kesayangan tinggal bersama laki-laki lain begitu saja. Hinata terlalu berharga baginya. Kecuali..

Ia menggeleng. Ia tak akan mengorbankan kebebasannya dan terikat dengan wanita culas seperti akan. Sekalipun wanita itu demikian cantik.

Ia mengernyit kembali. Mungkin berkorban sedikit memangmerupakan keharusan. Pertunangan sementara. Hal itu kedengarannya bagus. Ia bisa memanipulasi semuanya, membuat ibu dan ayahnya percaya bahwa ia tertarik dengan Hyuuga Hinata. Membuat mereka mengajukan permohonan pertunangan dengan alasan untuk mpersatukan kerajaan bisnis mereka. Jika mereka bertunangan ia memiliki alasan mengapa ia dan Hyuuga tinggal bersama tanpa memimbulkan gosip. Begitu Hinata berubah, dan ia memenangkan taruhan itu. Ia akan membatalkan pertunangan mereka. Ia yakin Hinata pasti akan menyetujuinya.

Yah,rencana itu terdengar lebih tenang,Sasuke mengambil handuknya dan berjalan menuju kamar mandi sambil tersenyum puas.


Oh my gosh!

Ai merasa terharuuuu bgt..bner2 haru. Gak nyagka bakal bamyak yang review sama pm..sekali lagi makasih buat reader - san yang udah bersedia membaca Fic Ai yang abal alay ini. Terima kasih juga buat saran dan kritiknya.

Ai masih newbie di sini jadi masih butuh bimbingan dari reader - san semua... sekali lagi makasih yaaa..3