TANGLED

...

Main Cast:

Wu YiFan, Kim Junmyeon

...

Genre:

Romance

...

Rate:

M

...

Disclaimer:

Remake dari novel dengan judul yang sama

...

...

1

Apakah kalian melihat seorang pria yang belum mandi dan bercukur di atas sofa? Pria yang memakai kaus abu-abu dekil dan celana robek?

Ya, itulah tokoh utama kita, Wu YiFan.

Penampilan pria tinggi itu bisanya tidak seperti ini. Maksudnya, penampilannya saat ini benar-benar bukanlah dirinya.

Dalam keseharian, YiFan bisa berpakaian rapih, dengan dagu yang dicukur bersih, dan rambut dirty blonde disisir ke belakang dengan cara yang menurut orang membuatnya terlihat berbahaya dan profesional. Jas yang ia kenakan adalah buatan tangan. Dan dia memakai sepatu yang harganya lebih mahal dari biaya sewa rumahmu. Fantastik, bukan?

Apartemennya? Well, tempat ia berada sekarang. Tirainya tertutup, dan seluruh perabotannya berpendar oleh pantulan warna kebiruan dari televisi. Meja serta lantainya berserakan botol bir, kotak pizza, dan wadah es krim yang kosong.

Sebenarnya apartemen YiFan tidak seperti sekarang ini. Apartemen yang biasa ia tinggali adalah bersih, ada seorang wanita yang datang bersih-bersih dua kali seminggu. Dan semua kenyamanan modern ada didalamnya, segala mainan pria dewasa yang dapat kalian pikirkan: surround sound, speaker satelit, dan plasma layar lebar yang akan membuat setiap pria berlutut dan memohon lebih banyak lagi. Dekorasinya modern —banyak nuansa warna hitam dan stainless steel— dan siapa saja yang memasukinya akan tahu bahwa seorang pria tinggal di sana.

Jadi, seperti yang sudah dijelaskan —apa yang kalian lihat sekarang bukanlah Wu YiFan yang sebenarnya. Pria tampan itu sedang flu.

Influenza. Setidaknya YiFan cukup yakin terhadap apa yang sedang ia derita. Itulah kenapa YiFan bersembunyi di apartemennya selama tujuh hari terakhir. Dia juga mematikan telepon, kenapa? Karena dia hanya meninggalkan sofa untuk memakai kamar mandi atau membawa masuk makanan yang ia pesan dari petugas pengiriman.

Menurut kalian berapa lama flu dapat bertahan? Sepuluh hari? Sebulan? Pria tampan itu sudah merasakannya sejak seminggu yang lalu. Alarm di samping tempat tidurnya berdering jam 05:00 pagi, seperti biasa. Tapi bukannya bangkit dari tempat tidur untuk pergi ke kantor yang mana YiFan adalah bintangnya, justru dengan teganya YiFan melemparkan jam itu ke seberang ruangan, hancur untuk selamanya.

YiFan berguling dan kembali tidur. Namun sedetik kemudian akhirnya ia menyeret tubuhnya keluar dari tempat tidur, baru beberapa langkah YiFan merasa tubuhnya lemah dan perutnya mual. Ia merasakan dadanya nyeri, serta kepalanya berdenyut sakit. Nah—flu, kan?

Dan itu membuat YiFan tidak dapat tidur lagi, jadi ia memutuskan untuk mendekam di sini, di sofa kesayangannya. Terasa begitu nyaman sehingga ia memutuskan untuk tinggal di sini. Sepanjang minggu. Menonton film terbaik di plasma TV.

Anchorman: The Legend of Ron Burgundy itu adalah film yang sedang ia putar sekarang. YiFan telah menontonnya tiga kali hari ini, tapi dia belum tertawa. Tidak sekalipun. Mungkin keempat kalinya akan berhasil?

Tak berapa lama pintu apartemennya mengeluarkan suara gedoran yang lumayan keras. Terkutuk petugas penjaga pintu. Untuk apa dia kemari? Dia akan menyesal ketika mendapat tip Natal tahun ini, aku jamin.

YiFan mengabaikan gedoran itu, meskipun muncul lagi. Dan lagi.

"Kris! Kris, aku tahu kau ada di dalam sana! Buka pintunya sialan!"

Oh tidak.

Ini 'Si Menyebalkan'. Atau dikenal sebagai kakak YiFan, Luhan.

Ketika YiFan mengatakan kata 'menyebalkan' maksudnya dengan cara sesayang mungkin, ia bersumpah. Tapi begitulah Luhan. Menuntut, berpendirian keras, tak kenal lelah. YiFan merasa ingin membunuh si penjaga pintunya.

"Jika kau tidak membuka pintu ini, Kris, aku akan menelepon polisi untuk mendobraknya, Aku bersumpah demi Tuhan!"

Paham kan apa maksudku?

YiFan menggenggam bantal yang telah berada di atas pangkuannya sejak flu terjadi. Pria itu menekan wajahnya ke dalam bantal dan menarik napas dalam-dalam. Baunya seperti vanili dan lavender. Segar, bersih dan membuat ketagihan.

"Kris! Kau dengar aku?"

YiFan menarik bantal ke atas kepalanya. Bukan karena baunya seperti... dia... tapi untuk menghalangi suara gedoran yang terus berlangsung di pintu apartemennya.

"Aku mengambil ponselku! Aku sedang menghubungi!" Suara Luhan merengek berisi peringatan, dan YiFan tahu yeoja itu tidak main- main.

YiFan menghela napas dalam-dalam dan memaksa diri untuk bangkit dari sofa. Saat ini YiFan merasa jika berjalan ke pintu membutuhkan waktu, setiap langkah dari kakinya yang berat dan sakit merupakan upaya keras.

Flu terkutuk.

Akhirnya setelah perjuangan yang melelahkan –menurutnya- YiFan membuka pintu dan menguatkan diri menghadapi murka Si Menyebalkan. YiFan menatapnya dengan pandangan sayu, wanita itu tengah menggenggam iPhone terbaru ditelinganya dengan satu tangannya yang terawat sempurna. Rambut cokelat keemasannya ditarik kebelakang menjadi simpul sederhana namun elegan, dan tas hijau tua tergantung di bahunya, warna yang senada dengan roknya —segalanya tentang Luhan adalah kesepadanan.

Di belakangnya, tampak pria berwajah menyesal dalam setelan jas biru yang kusut, dia adalah sahabat serta rekan kerja YiFan, Park Chanyeol. Aku memaafkanmu, Penjaga pintu. Pria Park inilah yang harus mati.

"Ya Tuhan!" Luhan berteriak ngeri. "Apa yang terjadi padamu?"

YiFan tidak menjawabnya. Dia tidak punya energi. Dia hanya meninggalkan pintu terbuka dan jatuh dengan wajah terlebih dulu di atas sofanya. Ini lembut dan hangat, tapi kukuh.

Aku mencintaimu, sofa— pernahkah YiFan bilang begitu? Yah, dia memberitahumu sekarang.

Meskipun matanya terbenam dalam bantal, YiFan merasakan Luhan dan Chanyeol berjalan perlahan ke dalam apartemen. YiFan membayangkan betapa terkejutnya wajah mereka melihat kondisi ini. Ia mengintip dari balik bantalnya dan melihat bahwa mata batinnya sangatlah tepat.

"Kris?" Luhan bertanya, tapi kali ini ada nada kekhawatiran yang menyelimuti satu suku kata pendeknya.

Lalu dia marah lagi. "Demi Tuhan, Chanyeol, kenapa kau tidak segera meneleponku? Bagaimana kau bisa membiarkan ini terjadi?"

"Aku belum melihatnya, Lu!" Kata Chanyeol cepat. Lihat —dia juga takut pada Si Menyebalkan. "Aku datang setiap hari. Dia tidak mau membukakan pintu."

YiFan merasakan sofanya turun saat Luhan duduk di sampingnya. "Kris?" Katanya pelan. YiFan merasakan sebuah tangan bergerak lembut sepanjang belakang rambutnya. "Sayang?"

Suaranya begitu khawatir, Luhan mengingatkannya pada ibu mereka. Ketika YiFan masih anak-anak dan sakit di rumah, Ibunya akan datang ke kamarnya dengan membawa cokelat panas dan sup di atas nampan. Dia akan mencium keningnya untuk memeriksa apakah masih panas karena demam. Ibunya selalu membuatnya merasa lebih baik. Memori dan tindakan serupa yang dilakukan Luhan menyebabkan mata YiFan yang terpejam menjadi basah.

Apakah aku sedang kacau atau apa?

"Aku baik-baik saja, Luhan." Jawab YiFan, meskipun ia tidak yakin apakah Luhan mendengar suaranya atau tidak. Karena suara YiFan hilang terhalang oleh bantal beraroma manis. "Aku sedang flu." Lanjutnya.

Luhan memperhatikan keadaan sekelilingnya. Mengenaskan. Tangannya terayun mendekati sebuah kotak pizza yang tergeletak di meja di depannya. Luhan membukanya dan ia mengerang saat bau keju dan sosis busuk menguar dari dalam wadahnya. "Bukan diet yang tepat bagi seseorang yang terkena flu, adikku."

YiFan merasakan sofanya kembali terangkat. Kemudian ia mendengar suara riuh dari botol bir dan sampah, dan YiFan tahu Luhan mulai membereskan kekacauan. YiFan bukanlah satu-satunya anggota keluarga yang terobsesi dengan kerapian.

"Oh, itu jelas salah!" Luhan menarik napas dengan tajam, dan, menilai dari bau yang bergabung dengan aroma pizza busuk, dia baru saja membuka kontainer es krim berumur tiga hari yang tidak sekosong seperti yang YiFan kira.

"Kris." Luhan menggoyang bahu YiFan dengan lembut. Pria tampan itu menyerah dan duduk, lalu menggosok matanya yang kelelahan.

"Bicaralah padaku," Luhan memohon. "Ada apa? Apa yang terjadi?"

Saat YiFan melihat ekspresi galau dari kakak perempuannya yang menyebalkan, ia seakan terlempar ke masa dua puluh dua tahun yang lalu. Saat dia berusia enam tahun dan hamster-nya, Mr. Wuzzles, baru saja mati. Dan seperti hari itu, kebenaran yang menyakitkan mengoyak dari paru-parunya.

"Ini akhirnya terjadi."

"Apa yang terjadi?" tanya Luhan penasaran.

"Apa yang telah kau harapkan padaku selama bertahun-tahun..." bisik YiFan sedangkan Luhan hanya diam menunggu YiFan menyelesaikan ucapannya. "... Aku jatuh cinta." Lanjutnya.

Perlahan YiFan mendongak menatap saudarinya, dan ia bisa melihat dengan jelas jika Luhan sedang tersenyum. Apa yang selama ini Luhan inginkan, akhirnya terjadi padanya. Luhan sudah lama sekali menikah dengan Xiumin, telah jatuh cinta dengan Xiumin jauh lebih lama lagi. Jadi Luhan tidak pernah setuju dengan cara hidup YiFan dan tidak sabar melihatnya memiliki hubungan tetap. Untuk menemukan seseorang yang akan merawatnya, seperti cara dia mengurus Xiumin dan bagaimana ibunya masih mengurus ayah mereka.

Tapi saat itu YiFan berkata padanya itu takkan pernah terjadi —itu bukan apa yang dia inginkan. Lagipula untuk apa kita membawa buku ke perpustakaan? Kenapa kita membawa pasir ke pantai? Dan kenapa membeli sapi ketika kalian memperoleh susu secara gratis?

Apa kalian mulai melihat gambarannya di sini?

YiFan masih melihat Luhan tersenyum. Namun entah sadar atau tidak dengan suara kecil yang bahkan tidak ia kenali, YiFan mengatakan, "Dia akan menikah dengan orang lain. Dia tidak... dia tidak menginginkanku, Lu."

Seketika simpati menyebar di wajah Luhan, seperti selai di atas roti. Dan kemudian tekad. Karena Luhan adalah tukang beres-beres. Dia bisa membuka saluran air yang tersumbat, menambal dinding yang berlubang, dan menghilangkan noda dari karpet manapun. YiFan sudah tahu apa yang sedang berputar di kepala saudara perempuannya saat ini: jika adiknya sedang kacau, dia akan segera meluruskan keadaannya lagi.

YiFan berharap dapat semudah itu. Tapi kemudian ia berpikir jika semua Crazy Glue di dunia ini tidak akan mampu menyambungkan kepingan hatinya menjadi utuh lagi. Karena hatinya telah pecah menjadi keping-kepingan dengan ukuran mikro.

Apakah dia sudah mengatakan jika dia juga seorang yang puitis?

"Oke. Kita bisa memperbaiki ini, Kris. Pergilah mandi air panas yang lama. Aku akan membersihkan kekacauan ini. Kemudian, kita akan keluar. Kita bertiga." Luhan menatapnya serius.

"Aku tidak bisa keluar." Apa dia tidak dengar tadi? "Aku sedang flu." Ucap YiFan jengkel.

Luhan tersenyum penuh kasih. "Kau perlu makanan panas yang enak. Kau membutuhkan mandi. Setelah itu kau akan merasa lebih baik."

Pertahanan YiFan memudar. Mungkin Luhan benar. Tuhan tahu apa yang telah ia lakukan selama tujuh hari terakhir ini tidak membuatnya merasa lebih baik. Ia mengangkat bahu dan bangun untuk melakukan apa yang Luhan katakan. Seperti bocah empat tahun dengan wooby-nya, YiFan juga membawa bantal kesayangannya.

Dalam perjalanan ke kamar mandi, YiFan tidak bisa mencegah untuk berpikir bagaimana semua ini terjadi. Ia punya kehidupan yang baik sekali. Sebuah kehidupan yang sempurna. Dan kemudian semuanya berantakan.

Oh—kalian ingin tahu bagaimana? Kalian ingin mendengar kisah menyedihkan seorang Wu YiFan? Baiklah. Semuanya dimulai beberapa bulan yang lalu, pada malam Minggu yang normal.

Well, normal menurut YiFan.


. . .


Empat bulan sebelumnya

"Persetan, ya. Bagus. Ya, seperti itu."

Lihat pria itu —Yang memakai jas hitam dan sangat tampan? Ya, pria yang sedang mendapatkan blowjob dari si seksi berambut merah di kamar mandi? Itulah dia. Wu YiFan yang sesungguhnya. MBF: Me Before Flu.

"Ya Tuhan, baby, aku akan keluar." YiFan mengerang dengan suara tertahan dan mata terpejam.

Mari kita hentikan adegan ini sejenak.

Bagi wanita di luar sana yang sedang membaca ini, izinkan aku memberi kalian suatu saran gratis: Pernahkah ada seorang pria yang baru saja kalian temui di sebuah klub memanggilmu baby, sweetheart, angel, atau panggilan sayang sejenisnya? Jangan salah mengartikan dengan berpikir bahwa dia begitu tertarik padamu, dia sudah memikirkan nama panggilan.

Itu karena dia tidak bisa atau tidak peduli untuk mengingat nama kalian yang sebenarnya.

Dan tidak ada wanita yang mau dipanggil dengan nama yang salah ketika dia berlutut memberiku blowjob di toilet pria. Jadi, untuk amannya, YiFan memanggilnya baby. Nama aslinya? Apakah itu penting?

"Sial, baby, aku keluar."

Wanita itu melepaskan mulutnya dengan suara pop dan menangkap sperma dengan tangannya seperti pemain football liga utama. Setelah itu, YiFan pergi ke wastafel untuk bersih-bersih dan menarik retsleting ke atas. Sedangkan si rambut merah menatapnya sambil tersenyum saat ia berkumur dengan sebotol mouthwash untuk bepergian dari tasnya.

Menawan.

"Bagaimana kalau kita minum?" Wanita itu bertanya, YiFan yakin jika wanita itu merasa suaranya terdengar seksi saat ini.

Tapi inilah fakta untuk kalian —sekali YiFan sudah selesai, maka selesai. YiFan bukan tipe orang yang naik roller coaster yang sama dua kali. Setelah dirasa cukup, dan kemudian sensasi itu hilang, begitu pula ketertarikannya.

Tapi, ibunya membesarkannya menjadi seorang gentleman. "Tentu, sayang. Kau pergi mencari meja, aku akan membawakan kita sesuatu dari bar." Ucap YiFan. Bagaimanapun, si rambut merah telah berusaha dengan baik untuk mengisapnya sampai klimaks. Dia pantas mendapatkan minuman.

Setelah meninggalkan kamar mandi, wanita itu pergi mencari meja, sedangkan YiFan pergi menuju bar yang oh -begitu- ramai. Bukankah YiFan sudah memberitahu jika sekarang malam Minggu, kan? Dan tempat ini bernama REM.

Ini adalah klub terpopuler di Seoul. Well, setidaknya malam itu. Minggu depan akan menjadi klub yang biasa. Tapi lokasi bukan masalah. Polanya selalu sama. Setiap akhir pekan YiFan dan teman-temannya datang ke sini bersama-sama namun pergi secara terpisah —dan tidak pernah sendirian.

Jangan menatapnya seperti itu. Ia bukan orang jahat. Dia tidak berdusta, YiFan tidak memaksa wanita dengan kata berbunga-bunga tentang masa depan bersama dan cinta pada pandangan pertama. YiFan orang yang jujur dan terus terang. Dia mencari kesenangan —untuk satu malam— dan dia memberitahu mereka begitu. Itu lebih baik dibanding sembilan puluh persen pria lain di sini, percayalah. Dan sebagian besar wanita-wanita di sini mencari hal yang sama dengannya.

Oke, mungkin itu tidak sepenuhnya benar. Tapi dia tidak bisa mencegah jika para wanita itu melihatnya, bercinta dengannya, dan tiba-tiba ingin memiliki anak darinya. Itu bukan masalahnya. Seperti yang ia katakan, YiFan memberitahu mereka apa adanya, memberi mereka kesenangan dan kemudian membayari mereka ongkos taksi.

Terima kasih, selamat malam. Jangan telpon aku, karena aku sangat yakin tidak akan meneleponmu.

Setelah sedikit menunggu, akhirnya YiFan dapat menerobos kerumunan menuju bar, pria tampan itu memesan dua minuman pada si bartender. Sambil menunggu minumannya, YiFan meluangkan waktu sejenak untuk menonton tubuh menggeliat dan meliuk yang melebur satu sama lain di lantai dansa saat musik bergetar.

Dan kemudian YiFan melihat dia, lima meter dari tempatnya berdiri, menunggu dengan sabar tapi terlihat agak gelisah di antara lengan yang terangkat, uang melambai, dan sekawanan orang yang haus alkohol berusaha untuk mendapatkan perhatian dari si bartender.

Apa YiFan sudah mengatakan bahwa dia orang yang puitis? Yang benar adalah, dia tidak selalu seperti itu. Tidak sampai saat ini. Sosok yang tengah ia lihat itu luar biasa —seperti malaikat— jelita. Pilih satu kata, kata apapun. Intinya adalah, untuk sesaat, YiFan lupa bagaimana caranya bernapas.

Rambutnya panjang, gelap dan berkilau bahkan dalam cahaya redup dari klub. Dia mengenakan gaun backless warna merah —seksi tapi berkelas— yang menonjolkan setiap lekuk sempurna dari tubuhnya yang kencang. Mulutnya penuh dan menggairahkan, dengan bibir memohon untuk dilumat.

Dan matanya. Demi Tuhan! Matanya besar dan sangat gelap. YiFan membayangkan mata itu menatapnya saat ia memasukkan kejantanannya ke mulut kecilnya yang seksi. Organ yang sedang ia bicarakan segera menggeliat karena pikiran itu. Aku harus mendapatkannya.

YiFan bergegas menuju kearahnya, memutuskan saat itu juga bahwa dia adalah wanita beruntung yang akan mendapat kesenangan menemaninya untuk sisa malam ini. Dan kesenangan apa yang ingin ia raih.

Tiba sesaat sebelum dia membuka mulut untuk memesan minuman, YiFan mendahuluinya, "Wanita ini akan memesan..."

YiFan menatap kearahnya untuk menduga apa yang akan dia minum. Ini adalah bakatnya. Beberapa orang adalah peminum bir, beberapa orang peminum scotch dan soda, beberapa orang penggemar anggur yang tua, yang lain brandy atau champagne yang manis. Dan YiFan selalu bisa tahu siapa meminum apa —selalu. "... Veramonte Merlot, 2003."

Wanita itu menoleh kearah YiFan dengan alis terangkat, dan matanya menilai pria di sampingnya dari ujung kepala sampai kaki. Kemudian raut wajahnya berubah mungkin ia memutuskan bahwa YiFan bukanlah pecundang. "Kau hebat."

YiFan tersenyum. "Aku lihat reputasiku mendahuluiku. Ya, memang. Dan kau cantik."

Wanita itu tersipu. Sebenarnya pipinya berubah jadi merah muda dan dia membuang muka. Masih adakah orang yang tersipu hari ini? Ini sangat menggemaskan.

"Jadi, bagaimana jika kita mencari tempat yang lebih nyaman...dan private? Jadi kita bisa mengenal lebih baik satu sama lain?"

Tanpa ragu, wanita itu berkata, "Aku di sini dengan teman-temanku. Kami sedang merayakan sesuatu. Aku biasanya tidak datang ke tempat seperti ini."

"Apa yang kalian rayakan?" tanya YiFan.

"Aku baru saja mendapatkan gelar MBA-ku dan memulai pekerjaan baru pada hari Senin."

"Benarkah? Sangat kebetulan. Aku sendiri bekerja di bidang keuangan. Mungkin kau pernah mendengar tentang perusahaanku? Wu, Kim & Park?". Oke, Itu adalah bank investasi paling terkenal di kota ini, jadi YiFan yakin wanita itu sepatutnya terkesan.

Mari kita berhenti di sini lagi, boleh kan?

Apakah kalian melihat mulut wanita cantik ini terbuka ketika YiFan mengatakan padanya di mana ia bekerja? Apakah kalian melihat matanya yang terbelalak? Seharusnya itu memberi pria Wu itu suatu petunjuk.

Tapi pada saat itu YiFan tidak memperhatikannya —ia terlalu sibuk memeriksa payudara wanita itu. Mereka sempurna, sebetulnya. Lebih kecil dari ukuran yang biasanya YiFan suka, tidak lebih dari setangkup. Tapi sejauh yang YiFan tahu, setangkup adalah yang kalian butuhkan.

Apakah kalian ingat bagaimana ekspresi terkejut wanita tadi? —itu akan masuk akal nantinya. Sekarang, kembali ke pembicaraan.

"Kita memiliki begitu banyak kesamaan," kata YiFan. "Kita berdua dalam bisnis yang sama, kita berdua suka anggur merah yang bagus...Kupikir kita berhutang pada diri kita sendiri untuk melihat kemana pembicaraan ini menuju malam ini."

Dia tertawa. Itu adalah suara ajaib.

Sekarang YiFan harus menjelaskan satu hal di sini. Dengan wanita lain, pada malam yang lain, YiFan pasti sudah berada di taksi sekarang, dengan tangan yang masuk ke gaun si wanita dan mulutnya yang membuat si wanita mengerang. Tidak diragukan lagi. Bagi YiFan, ini adalah usaha menuju kesana. Dan anehnya, ini cukup merangsang.

"By the way, aku Kris." YiFan mengulurkan tangannya. "Dan kau?"

Wanita itu mengangkat tangannya. "Bertunangan."

Tidak terpengaruh, YiFan memegang tangannya dan mencium buku jarinya, sedikit menyentuh dengan lidahnya. YiFan melihat jika wanita cantik yang enggan ini mencoba untuk menahan tubuhnya agar tidak gemetar, dan YiFan sangat tahu, meski kata-katanya bertentangan, YiFan sudah sukses memberikan pengaruh padanya.

Yah, YiFan bukan tipe orang yang benar-benar mendengarkan apa yang orang katakan. Yifan melihat cara mereka mengatakannya. Kalian dapat belajar banyak tentang seseorang jika kalian mau meluangkan waktu untuk memperhatikan cara mereka bergerak, bagaimana mata mereka beralih, tinggi rendahnya suara mereka.

Mata polosnya mungkin mengatakan tidak pada YiFan... tapi tubuhnya? Tubuhnya berteriak, 'Ya, ya, setubuhi aku di atas meja bar'. Dalam rentang waktu tiga menit, wanita itu mengatakan padanya alasan dia ada di sini, apa pekerjaannya, dan yang terpenting wanita itu mengijinkannya untuk membelai tangannya. Itu bukanlah sikap seorang wanita yang tidak tertarik —itu adalah sikap seorang wanita yang 'tidak ingin tertarik'.

Dan aku pasti bisa mengatasinya.

YiFan hampir saja mengomentari tentang cincin pertunangannya, berliannya sangat kecil, bahkan saat diamati dari dekat berliannya tidak dapat ditemukan. Tapi YiFan tak ingin menyinggung perasaannya. Wanita itu mengatakan dia baru saja lulus. YiFan punya teman yang harus menjalani sekolah bisnis, dan hutang untuk biaya kuliahnya dapat mencekik leher.

Satu cara telah gagal untuk mengajak wanita tersebut, namun bukan Wu YiFan jika ia harus menyerah begitu saja. Alhasil, YiFan berganti dengan taktik yang berbeda —kejujuran.

"Lebih baik lagi. Kau tidak biasa pergi ke tempat seperti ini? Aku tidak berkomitmen. Kita sangat cocok. Kita harus mengeksplorasi hubungan ini lebih jauh lagi, kan?" kata YiFan.

Wanita itu tertawa lagi, ia sedikit mengecilkan suara tawanya ketika minuman mereka tiba. Dan mengambil miliknya.

"Terima kasih untuk minumannya. Aku harus kembali ke teman-temanku sekarang. Senang bicara denganmu."

YiFan memberinya senyum nakal, tak bisa menahan diri. "Baby, jika kau membiarkanku membawamu pergi dari sini, aku akan memberikan arti baru pada kata kesenangan."

Wanita itu menggeleng sambil tersenyum, seolah-olah dia menghadapi seorang anak yang merajuk. Kemudian dia berkata dari balik bahunya saat ia berjalan pergi, "Selamat malam, Mr. Wu."

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, biasanya YiFan adalah seorang pria yang jeli. Sherlock Holmes dan dia, mereka biasa berkumpul bersama. Tapi YiFan begitu terpesona oleh pantat indah wanita tersebut, hingga ia melewatkan petunjuk itu pada awalnya.

Apakah kalian memperhatikan? Apakah kalian menangkap detail kecil yang ia lewatkan?

Benar. Wanita itu memanggilnya "Mr. Wu " —dan YiFan belum pernah mengatakan pada wanita itu nama keluarganya! Ingat itu juga.

Untuk saat ini, YiFan membiarkan wanita misterius berambut hitam itu pergi. YiFan berniat untuk memberinya sedikit kelonggaran, kemudian memancingnya mendekat, dan menjerat dia sepenuhnya. YiFan berencana untuk mengejar dia sepanjang malam ini, kalau perlu.

Brengsek! Dia sangat seksi.

Tapi kemudian si rambut merah —ya wanita yang di toilet pria— menemukannya. "Di sini kau rupanya! Kupikir aku kehilanganmu."

Si rambut merah menempelkan tubuhnya kesisi tubuh YiFan dan mengelus lengannya dengan cara intim. "Bagaimana kalau kita pergi ke tempatku? Hanya di sudut jalan."

Ah, terima kasih —tapi tidak. Si rambut merah cepat menjadi memori yang memudar. Pandangan pria Wu itu tertuju pada prospek yang lebih baik dan menarik. YiFan baru akan mengatakan itu padanya ketika si rambut merah yang lain muncul di sampingnya.

"Ini adalah adikku, Krystal. Aku menceritakan padanya tentangmu. Dia pikir kita bertiga bisa... kau tahu... bersenang-senang."

YiFan mengalihkan tatapannya pada adik si rambut merah. Dan seketika itu juga, rencananya berubah. Iya, dia tahu... dia bilang dia tidak naik roller coaster yang sama dua kali. Tapi jika roller coaster kembar?

Aku beritahu kalian, tak ada seorang pria pun yang akan melewatkan kesempatan itu.

.

TBC

.


Hai~

Saya kembali lagi dengan ff Krisho, namun kali ini saya membawa ff remake, bukan ff karya pribadi. :'(

Tidak, bukan apa-apa. Saya hanya merasa mungkin akan lebih menarik jika tokohnya saya ganti jadi Krisho. Maklum mereka otp saya, :D

Adakah yang sudah pernah baca novelnya atau me-remake novel ini dengan otp lain? Jika ya, saya akan segera menghapusnya.

Tebar cinta bareng Krisho... \^o^/

Mohon review-nya.. :D

Kamshahamnida.