SasuSaku Month 2014

08 : The Student Becomes The Teacher

Summary : Sasuke kembali belajar di akademi atas perintah Kakashi selaku hokage. Sasuke semakin terpuruk mengetahui rekan merah jambunya ternyata yang akan mengajarinya.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Don't Like Don't Read

.

Sasuke membanting pintu ruangan hokage di belakangnya. Sepasang mata yang berbeda warna itu itu menatap tajam semua orang yang melirik ke arahnya. "Apa?!" desisnya marah, kini sharingan-nya aktif membuat seorang pemuda yang sepertinya terlihat penasaran dengan mantan missing-nin itu bergidik ngeri.

"G-gomen, Uchiha-san!"
Sasuke mendengus, memijit pangkal hidungnya. Dalam satu kedipan mata, sebelah matanya kembali ke bentuk normalnya. "Cih, hokage sialan!" geramnya.

Dengan langkah besar dan aura berbahaya, pemuda sembilan belas tahun itu keluar dari komplek gedung hokage. Hangatnya matahari pagi tidak dapat membuat Sasuke meredam kemarahannya, malah ia bertambah geram, kesal dan rasanya ingin memisahkan kepala dan tubuh hokage menjengkelkan yang menyuruhnya melakukan seuatu yang membuat harga dirinya jatuh ke dasar bumi.

Kuso!

Sasuke tidak habis pikir, apa tujuan Kakashi sebenarnya memerintahkan dirinya untuk melakukan hal itu. Apa pria mesum yang sampai sekarang masih single itu berencana untuk belas dendam setelah apa yang dilakukannya dulu. Yeah, mungkin itu salah satu alasannya, Sasuke sangat yakin.

Semenjak Kakashi diangkat menjadi hokage keenam, Sasuke selalu saja menerima misi-misi bodoh yang sebenarnya untuk tingkat bocah-bocah yang baru memasuki akademi, misalnya saja; menangkap kucing yang kabur, membantu menyabuti rumput, menolong Teuchi menyuci piring dan macam-macam pekerjaan tidak berguna lainnya. Cih, dan seenaknya saja Kakashi menyebut pekerjaan (yang sangat tidak se-level dengannya itu) adalah bagian dari misi.

Misi pantatmu!

Argh!

Sasuke mengusap kasar rambut di tengkuknya, ia benar-benar tidak bisa melakukan ini. Sorot rinnengan dan sharingan itu menatap tajam pintu tertutup di hadapannya seolah ingin melenyapkannya ke dalam dimensi lain. Rahangnya mengeras ketika mendengar suara ribut dari dalam ruangan itu, kepalan di tangannya menguat hingga buku jarinya memutih.

Menghela napas berat, Sasuke mmeutuskan untuk melakukannya. Ia menjulurkan tangannya, mengetuk beberapa kali, ia harus siap menghadapi apapun di balik pintu ini. Walaupun begitu Sasuke masih tidak rela jika harus melakukan hal yang sangat memalukan ini. Kalau saja Naruto tahu akan hal ini, ia bisa memastikan maniak ramen bodoh itu tidak akan berhenti menertawainya.

Setelah menunggu beberapa saat, Sasuke mendengar derit pintu. Tanpa sadar, ia menahan napasnya seolah-olah akan menghadapi masalah yang sangat besar. Ketika pintu terbuka, ia disambut oleh tatapan bingung gadis merah jambu yang membuatnya semakin merasa terpuruk.

"Sasuke-kun?" Sakura menatap Sasuke penuh tanya.

"Hn," balas Sasuke, ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu Sakura di akademi, dan apa yang tengah di lakukannya disini, jangan bilang kalau sekarang gadis itu mengajar di tempat ini. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini?" Sasuke mendengus kesal, menyilangkan lengannya di depan dada.

Sakura hanya bisa mendesah berat melihat keangkuhan Sasuke, kalau saja ia tidak benar-benar mengenalnya. "Aku menggantikan Iruka mengajar, dia sedang sakit," jelas Sakura, "aku tidak tahu mengajar mereka sangat melelahkan," desahnya melirik sekumpulan anak-anak yang entah berkerumun mempermasalahkan apa.

Sasuke mengikuti arah pandang Sakura, ia semakin merinding jika harus bergabung bersama mereka, belum lagi kenyataannya Sasuke harus belajar dan melakukan kegiatan yang akan dilakukan bocah-bocah menjengkelkan itu. Runtuh sudah image Uchiha karena dirinya, semoga saja Madara tidak akan memburunya dari alam baka.

"Sasuke-kun!"

Sasuke tidak menyadari panggilan Sakura, ia masih meratapi dan memikirkan cara untuk membalas Kakashi nanti. Gara-gara pria itu, ia harus rela kehilangan harga dirinya seperti ini. Tidak pernah dalam sembilas belas tahun hidupnya, Sasuke akan mengalami nasib sial seperti ini dan ia sama sekali tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

"Sasuke…" Tidak mendapatkan respon dari Sasuke, Sakura menggoyangkan lengan Sasuke karena melihat pemuda itu tengah tenggelam dalam pikirannya. Apa kiranya yang membuat Sasuke terlihat sangat frustasi seperti ini, pikirnya. "Ada masalah, Sasuke-kun?" Sakura menatap tepat di bola mata berbeda itu.

Sasuke tersentak dari pikirannya, tatapannya jatuh pada sepasang emerald yang menatapnya khawatir. Ada rasa senang dalam dirinya melihat gadis merah jambu itu selalu saja khawatir tentang dirinya. Kendati tidak akan mengakuinya dengan keras, keberadaan Haruno Sakura dalam hidupnya benar berarti banyak untuknya. Namun, apa yang akan dipikirkan gadis itu jika tahu apa sesungguhnya tujuannya ke akademi. Sasuke tidak ingin memikirkannya, benar-benar sangat memalukan.

"Kakashi, dia yang menyuruhku kesini!" Sasuke bergumam rendah tapu cukup di dengar oleh Sakura, kemudian mengambil secarik kertas dari sakunya dan menyerahkannya kepada Sakura.

Sakura mengambil kertas tersebut dan membukanya dengan wajah penasaran. Setelah membacanya beberapa saat, wajah gadis itu mengernyit kemudian menatap Sasuke penuh prihatin.

"Mungkin ini misi tersulit yang pernah kau terima, Sasuke-kun," ujar Sakura menepuk bahu tegap pemuda itu. Namun, sedetik kemudian tawa Sakura pecah tanpa bisa dicegahnya.

Sasuke mendelik kesal, menatap Sakura dengan aura berbahaya di sekelilingnya. Tapi sayang, gadis itu tidak terpengaruh sedikitpun. Bahkan, tawanya semakin kencang hingga sudut-sudut mata gadis yang itu basah.

"Diam, Sakura!" desis Sasuke. Ia sudah bisa menebak gadis itu akan bereaksi seperti ini. Argh! Rasanya Sasuke ingin membunuh Kakashi, tidak peduli jika ia harus melakukan tindakan kriminal lagi.

"M-maaf…" ujar Sakura, ia masih tidak menyangka Sasuke harus melalui semua ini. Gadis itu mengambil napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba untuk tidak menertawakan kesialan Sasuke. Kaka-sensei benar-benar hebat bisa memaksa Sasuke melakukan hal ini, pikir Sakura.

"Cih, menjengkelkan!"

Sakura mengabaikan ucapan Sasuke, ia tahu Sasuke tengah kesal dilihat dari wajahnya agak memerah, dan jangan lupakan sorot mata membunuh yang kini tengah terpancar dari matanya.

"Matikan Sharingan-mu Sasuke-kun. Aku tidak ingin murid-muridku takut denganmu," kata Sakura mengingatkan.

Sasuke hanya berdecih sebagai jawaban, bahkan sekarang Sakura sudah berani memerintahnya.

Pride Sasuke benar-benar hancur lebur sepertinya.

"Baiklah adik-adik, kita memiliki teman baru!" Sakura menepuk tanganya beberapa kali, meminta perhatian dari bocah-bocah yang rata-rata usianya baru menginjak sebelas tahun itu.

Sasuke sendiri berdiri di samping Sakura, dengan kedua tangan tersembunyi dalam saku celananya. Ia memandang bosan anak-anak perempuan yang menatapnya kagum, dan tatapan para bocah laki-laki yang sepertinya tidak suka akan kehadirannya.

"Perkenalkan dirimu, Sasuke-kun!" titah Sakura dalam mode sensei-nya.

Sasuke mendelik kesal melihat senyum lebar gadis itu, lalu memalingkan muka sembari mendengus rendah. "Tidak!" Mana mungkin ia harus melakukan hal bodoh seperti itu.

"Kau muridku sekarang, Sasuke-kun!" Meskipun menggunakan nada halus dan lembut, namun iris emerald itu menatap tajam pemuda di sampingnya.

Tsk!

Sasuke balik memelototi Sakura, benar-benar tidak sudi melakukan apa yang dikatakan gadis itu.

"Sasuke!" Sakura kini sudah berkacak pinggang, mengirim tatapan belati pada rekan satu timnya itu.

Tahu Sakura tidak akan berhenti sampai dirinya menuruti keinginan gadis itu, akhirnya Sasuke mengalah dan menuruti ucapannya. Kalau saja yang tengah berdebat dengannya bukanlah Sakura, mungkin Sasuke tidak akan pernah melakukan hal konyol seperti ini.

"Hn, Uchiha Sasuke!" Sasuke mengenalkan diri disambut bisik-bisik para siswa, tapi pemuda itu tidak memedulikannya. Ia malah mendelik ke arah Sakura yang tengah menampilkan senyum puasnya. "Puas?!" dengusnya.

Sakura mengangguk, lalu menyuruh Sasuke duduk bersama murid-murid lainnya.

Sasuke melangkah ragu, apa ia harus melakukan ini?

"Nah, mari kita mulai mengerjakan soal, adik-adik!" Sakura berseru riang, menyuruh semua muridnya memperhatikan bukunya.

Sasuke yang mengambil posisi di pojok belakang, mengalihkan pandangannya ke luar jendela dengan kedua lengan disilangkan di depan dada. Ia mengabaikan suara Sakura yang tengah menjelaskan pelajaran di depan kelas, bisikan-biskan gadis-gadis muda yang terkagum-kagum, juga gerutuan bocah-bocah ingusan yang tidak menyukai kedatangannya.

Sasuke termenung, memikirkan kembali saat-saat ia kembali ke Konoha setelah melakukan pertarungan hidup matinya dengan Naruto.

Yeah, waktu itu Sasuke memang kalah, namun kondisi Naruto lebih mengenaskan darinya dan ia cukup puas akan hal itu. Walaupun Sasuke enggan mengakuinya, semua ucapan bodoh Naruto tentang ikatan diantara mereka serta cinta yang tulus dari kakaknya memiliki andil yang sangat besar atas keputusannya, apalagi mengingat kata-kata Kakashi tentang Sakura sebelum ia menjebak gadis itu dalam genjutsu-nya.

Tanpa sadar, pandangannya beralih pada Sakura yang tengah menghampiri salah satu meja muridnya. Setiap gerakan serta ekspresi yang ditampilkan oleh gadis itu tidak luput dari perhatiannya. Bagaimana kening agak lebar itu mengerut, bibir pink alami yang terlihat kenyal dan lezat, dan jangan lupakan bentuk tubuhnya yang proposional dan bagian tubuhnya tumbuh sempurna di tempat-tempat yang tepat.

Ah, sial!

Pikiran tidak senonohpun berputar dengan liarnya di kepala Uchiha bungsu itu.

.

.

.

.

"Tidak makan?" Sakura melirik Sasuke yang masih saja menampilkan wajah kesalnya. Waktu istarahat sudah dimulai sekitar sepuluh menit yang lalu dan ia menyeret Sasuke untuk makan siang di belakang akademi tempatnya biasa menyendiri ketika masih kecil dulu.

Sakura mengangkat bahu ketika Sasuke hanya diam saja, sama sekali tidak menaggapinya. Gadis itu menerawang, mengingat-ingat bagaimana penakut dan lemahnya ia dulu. Ia hanya bisa bersembunyi di belakang punggung Ino.

"Tidak berguna," desahnya tanpa sadar.

"Apanya yang tidak berguna?"

Suara berat Sasuke mengagetkan Sakura, ia langsung menggeleng pelan dan tersenyum kecil. "Bukan apa-apa, Sasuke-kun," tukasnya.

Sasuke memilih untuk tidak melanjutkan, ia hanya memandang kosong semak-semak liar yang tumbuh di antara bunga-bunga.

"Sakura-neechan!"

Sakura memindahkan kotak bento yang yang dipangkunya, lalu tersenyum ke arah salah satu murid favoritnya itu. "Ada apa, Yuka-chan?"

Gadis yang memiliki rambut coklat itu menggaruk kepalanya gugup. "Apa aku mengganggu?" tanyanya melirik Sasuke yang duduk tepat di sebelah kiri Sakura.

Sakura terkikik, menyenggol pinggang Sasuke dengan sikunya. "Wajahmu yang seperti itu menakutinya, Sasuke-kun," bisiknya, "apa kau tidak bisa tersenyum riang seperti Naruto," keluh Sakura membandingkan dua rekannya yang sangat bertolak belakang itu.

Sasuke bergidik ngeri membayangkan dirinya tersenyum bodoh seperti yang dilakukan Naruto. Bisa-bisa, Madara benar-benar memburunya.

"Kemarilah, Yuka-chan!" seru Sakura.

Gadis yang bernama Yuka itu duduk di samping kanan Sakura, menunjukkan sebuah buku yang dibawanya. "Iruka-sensei memberikan kami tugas ini tiga hari yang lalu, tapi aku sama sekali tidak bisa mengerjakannya," lirih Yuka dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca. "Aku sudah mencobanya, tetapi tidak bisa mengerjakannya, aku bingung," tambahnya menahan air mata yang siap tumpah.

"Hei, jangan sedih begitu, dong. Ayo, kita kerjakan bersama." Sakura mencoba untuk membuat Yuka kembali ceria lagi, gadis itu agak mengingatkan dirinya dulu yang sedikit cengeng.

"Terimakasih, Sakura-nee…"

Sakura tersenyum, menepuk pucuk kepala Yuka lembut.

.

.

.

"Bagaimana, Sakura-sensei?" Kali ini gadis bercepol itu memanggil Sakura dengan sebutan sensei. Ia terlihat khawatir karena sedari tadi gadis merah jambu itu hanya diam memelototi bukunya.

"Ugh, ini…" Sakura mendesah berat, sama sekali tidak mengerti dan pertanyaan yang diberikan sangat rumit melebihi soal ujian chuunin. Apa Iruka memberikan soal-soal yang salah pada mereka, pikirnya. Pasalnya, dia yang beberapa bulan ini akan mendaftar untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat saja tidak mengerti, apalagi gadis yang masih berstatus genin ini.

"Tidak ada yang bisa mengerjakannya di kelas, bahkan ayah dan ibuku tidak tahu," tutur Yuka menatap sendu buku yang dipegang Sakura.

Sakura terlihat kelabakan, dahinya mengerut bingung. Apa yang harus dilakukannya sekarang, ia juga tidak ingin dicap sebagai guru yang bodoh hanya karena tidak dapat menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan itu.

"Sensei yang tidak bisa diandalkan!"

Sakura tersentak mendengar ucapan Sasuke. ia langsung menghadiahi pemuda itu tatapan mematikan karena berani sekali mengejeknya. Memangnya dia bisa apa, masih genin saja belagu seperti itu.

"Diam, Sasuke! Kau sendiri masih genin," balas Sakura kesal.

Sasuke mendengus, lalu merapatkan tubuhnya hingga tidak ada jarak dengan Sakura. "Aku genius bodoh!"

Dengan santai, Sasuke melingkarkan lengannya di pinggang ramping Sakura dan mengambil pensil yang ada di tangan gadis itu.

"A-apa yang kau lakukan!" desis Sakura. Gadis itu sudah tidak bisa mengatur detak jantungnya dengan posisi mereka. Sakura bahkan dapat merasakan dada kencang dan otot-otot yang terbentuk sempurna di punggungnya.

Yup, posisi mereka terlihat romantis,bukan. Sasuke yang duduk di belakang Sakura terlihat tengah merengkuh gadis yang kini tengah sibuk dengan pikirannya. "Soal yang seperti ini saja kau tidak bisa, Sakura -sensei?" Sasuke berkata merendahkan. Pemuda itu mengambil pensil yang ada di tangan kanan Sakura dan mulai menuliskan rumus-rumus yang tepat untuk soal-soal tersebut.

"Sasuke-nii memang genius," koemnat Yuka yang fokus dengan apa yang ditulis Sasuke. Gadis itu sama sekali tidak memedulikan posisi sensei-nya dengan bungsu Uchiha itu.

"Hn, memang." Sasuke mneyeringai angkuh.

Seringai Sasuke bertambah luas ketika merasakan tubuh Sakura tegang dalam pelukan tidak langsungnya. Tangannya memang sibuk mengerjakan soal-soal yang tidka bisa dikerjakan oleh Sakura, namun perhatian sesungguhnya tertuju pada wajah memerah gadis menjengkelkan ini.

Sasuke benar-benar puas, setelah dua tahun kembali ke Konoha, ia sangat jarang melihat wajah menggemaskan Sakura yang seperti ini lagi, gadis itu sudah mulai pintar menyembunyikan emosinya. Namun Sasuke yang sangat mengenal karakter Sakura bisa melihat dengan jelas melalui matanya. Yeah, Sakura tidak akan pernah bisa membohonginya dan masih terlihat jelas kalau gadis Haruno itu masih memendam rasa padanya.

"B-bisa menjauh sedikit, S-Sasuke-kun," cicit Sakura. Napasnya sudah tidak beraturan, terlalu gugup dengan posisi mereka. Sakura menutup matanya, mencoba memikirkan hal lain yang sekiranya dapat membuat jantungnya kembali berdetak normal.

Namun sayang, Sasuke mengabaikannya.

Napas Sakura tercekat saat merasakan napas hangat Sasuke tepat di telinganya. Ia bisa mencium aroma mint samar dan musky dari Sasuke. Jika hal ini berlanjut, tentunya tidak baik untuk jantungnya.

"S-Sasuke-kun…"

"Sebentar lagi, Sakura…" desah Sasuke sengaja.

Rasanya Sakura ingin pingsan saja ketika merasakan sisi wajah Sasuke menempel di pipi kirinya. Suara maskulin Sasuke yang tengah menjelaskan cara penyeselaian seoal-soal tersebut sama sekali tidak bisa masuk ke kepalanya. Apalagi saat bibir tipis Sasuke menyusuri rahangnya, seandainya Sakura itu robot, mungkin asap akan keluar dari telinganya karena sudah tidak mampu menerima semua perlakukan Sasuke sekarang.

"Selesai."

Yuka tersenyum senang, langsung mendekap buku tulis di dadanya. "Terima kasih, Sasuke-nii¸Sakura-sensei!" Saking senangnya, bocah itu langsung berlari ke arah teman-temannya meninggalkan Sasuke dan Sakura.

"Sakura…"

Sasuke masih belum berniat untuk menarik diri, ia terlihat betah dengan posisi seperti itu. Lagipula, dengan begini ia bisa mengambil sedikit keuntungan dari gadis itu.

"Jam delapan, kita makan di luar!"

"Eh?"

"Hn, akan kujemput."

Sakura yang masih belum pulih hanya bisa diam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Apakah ini ajakan kencan?

Melihat Sakura yang hanya diam saja dengan wajah memerahnya, Sasuke terkekeh pelan lalu mencuri kesempatan untuk mengecup pelipis kiri gadis itu. "Jam delapan, kau harus sudah siap!" Dengan begitu, Sasuke langsung menggunakan jutsu teleport untuk pergi lakukan sesuatu yang penting sebelum jam pelajaran terakhir dimulai, meninggalkan Sakura yang masih mencerna apa yang baru saja dialaminya.

Sial! Efek Sasuke padanya lebih kuat dari sebelumnya.

.

.

.

.

.

"UCHIHA SASUKEEEE! "

Teriakan keras Kakashi terdengar pilu karena sangat terpukul melihat seluruh koleksi buku yang telah dikumpulkannya bertahun-tahun terbakar dengan api hitam. Ia hanya bisa duduk lemas menatap lembaran terakhir dari bukunya dilalap api milik bungsu Uchiha itu.

"Tidak akan kuizinkan kau menikahi Sakura, Sasuke!" Kakashi bersumpah pada dirinya sendiri.

Semangat hidup pria itu down seketika setelah ditimpa musibah yang baginya sangat-sangat memilukan dan tragis.

Semoga Kakashi diberikan ketabahan dan kesabaran.

.

.

FIN

.

.

Ahahaha…kayaknya chap kali ini agak kurang sesuai sama promptnya..tapi yasudahlah, gak ada ide TT

Dan saya minta maaf gak bisa menuhin request buat bikin chap selanjutnya itu berdasarkan manga naruto #693 kemarin, udah ada prompt di setiap chap soalnya XD

Gomen untuk typo(s)

Riview, Concrite?