part 2 of 2


9 tahun kemudian

Sungguh, sasuke sama sekali tak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan itachi. sebelumnya itachi tak pernah memaksa untuk melakukan suatu hal yang tidak ia sukai.

"katakan dengan jujur, kenapa kau selalu memaksa ku untuk bermain di film musikal ini?" kembali di sodorkannya lembar naskah film yang itachi berikan padanya beberapa saat yang lalu

"kembalilah belajar mencintai apa yang dulu sangat kau sukai. mainkan kembali musikmu. bukankah musik adalah mimpimu? saat pintu menuju mimpi itu terbuka lebar, kenapa kau malah berpaling. aku tidak mengerti dengan jalan pikiranmu saat ini sasuke!"

"ck, jangan bersikap seperti orang yang tidak tahu apa-apa itachi" dengus sasuke yang mulai kesal menghadapi sifat keras kepala kakak laki-lakinya itu

"kau mau kemana?" panggil itachi saat melihat sasuke tiba-tiba saja memilih untuk pergi dari ruangan kantornya. dia hanya memandangi punggung adiknya yang berjalan semakin menjauh. Tidak ada yang bisa ia perbuat, baik itu untuk sasuke maupun untuk seseorang yang sangat mencinyai adiknya itu

"maafkan aku naruto" gumamnya dengan penyesalan yang dalam

.

.

Sasuke terdiam di depan lobi rumah sakit tokyo. beberapa menit yang lalu ia baru saja memeriksakan luka kecil di pergelangan tangan kanannya. sebuah luka gores yang ia dapat saat menjalani proses syuting siang ini. Keterdiamannya bukan tanpa alasan. Suara milik perempuan bersurai merah yang menyapanya beberapa saat yang lalu membuat dunianya kembali runtuh. Sosok yang berdiri dihadapannya itu adalah bagian dari potongan masa lalu yang ingin sekali ia lupakan

"sasuke-kun, apa kabar?" kushina, perempuan bermarga namikaze itu kini menyapa sasuke. memperlihatkan senyuman hangat yang dulu sering ia dapatkan dari wanita itu.

Sasuke akan terus larut dalam ketercengangan-nya jika saja tangan kushina tak menyentuh bahunya, membuatnya kembali tersadar "bukankah bibi sekeluarga pindah ke amerika?"

kushina tersenyum tipis, perlahan kepalanya menggeleng "tidak lagi, enam bulan yang lalu kami kembali ke jepang"

Sasuke tersenyum getir saat mendengar jawaban kushina. Ternyata, naruto benar-benar membencinya. Ditariknya nafas dalam-dalam, ia merasa harus pergi secepatnya. dia tak mau lagi terlibat dengan semua keluar namikaze. Sudah cukup rasa sakit yang naruto berikan untuknya dimasa lalu. bahkan waktu sembilan tahun belum cukup baginya untuk menyembuhkan torehan luka dari cinta pertamanya itu

"maaf bibi, saya harus pergi" ucap sasuke pamit. tapi saat ia berbalik dan hendak pergi, sebuah tangan mencekalnya dari belakang

"bisa ikut bibi sebentar sasuke?" pinta kushina llirih tanpa melepas genggamannya pada lengan sasuke

"tapi saya harus..."

"hanya sebentar, bibi janji tidak akan lama" ada perhomonan dalam ucapannya. Agar anak laki-laki itu mau mengabulkan permintaannya. Dia adalah seorang ibu. Dia bisa merasakan bahwa anak bungsunya menyimpan kerinduan yang besar untuk pemuda dihadapannya saat ini. meskipun kerinduan itu hanya bisa diteriakkan dalam hati, tanpa pernah sedikitpun terlontar dari mulut naruto, kushina akan tetap mengetahuinya. Jangan lupakan bahwa dirinyalah yang telah mengandung si bungsu namikaze itu selama sembilan bulan, mempertaruhkan nyawa demi nafas kehidupan malaikat kecil yang telah dititipkan tuhan didalam keluarga kecilnya.

Jika tidak ingin terluka lebih dalam, ia harus pergi sekarang juga. sasuke tahu itu, tapi entah kenapa ia tidak tega untuk menolak permintaan ibu dari seseorang yang masih mengisi hatinya hingga saat ini. Kedua onyx miliknya terpejam sesaat, mencoba mempersiapkan hati.

"baiklah" sasuke mengangguk, lalu melangkah mengikuti kushina tanpa banyak bertanya lagi

Sasuke mengira kushina akan membawanya keluar dari rumah sakit itu. tapi wanita itu malah membawanya ke sebuah ruangan, tempat yang ia tahu adalah sebuah kamar rawat pasien di rumah sakit tersebut.

Saat pintu itu terbuka, menunjukkan keseluruhan pemandangan yang tersimpan didalamnya, ia tercengang. Apa yang ada dihadapannya saat ini seperti sebuah mimpi buruk baginya. Pemandangan itu seperti pukulan telak yang datang beruntun dan menghantam tepat di pusat penyangga kekuatannya. Tubuh sasuke menegang dan seketika langkahnya terhenti. kushina yang sudah melepaskan pegangannya pada sasuke tidak menyadari perubahan itu dan terus berjalan ke arah tempat tidur, tempat dimana naruto tengah tertidur saat ini.

"maaf ya sasuke, bibi ngak tahu kalau naruto lagi tidur. Kalau dia lihat siapa yang datang, dia pasti senang" sebelah tangannya mengelus dengan lembut surai pirang naruto, belum sadar bahwa ia telah menancapkan sebuah belati tepat di titik luka sasuke yang bernanah.

Sasuke tidak mendengar ucapan kushina. Nanar kedua matanya menatap pada sosok pirang itu. seketika wajahnya pucat. Dia sangat membenci sosok yang sedang terlelap dalam dunia mimpi itu. tapi di satu sisi, dia juga merasakan sakit saat melihat naruto terbaring tak berdaya dengan selang infus terpasang di tangannya. Dan jika diperhatikan sekali lagi, naruto yang sekarang terlihat jauh lebih kurus dari pada sembilan tahun yang lalu.

Baru saja akan dibukanya mulut untuk bertanya tentang apa yang terjadi pada naruto, tiba-tiba saja ponsel milik kushina berbunyi. Ditahannya pertanyaan itu untuk sesaat. Kedua onyx-nya kembali terpaku pada naruto saat wanita itu pergi keluar untuk mengangkat panggilan dari ponselnya

Tak lama, kushina kembali ke ruangan...

"sasuke, bibi ada sedikit urusan. Bisa titip naruto sebentar ya" tanpa menunggu persetujuan yang bersangkutan, kushina segera pergi dari ruangan itu dengan harapan sasuke akan menjaga putranya

Hening

5 menit...

Hening

10 menit...

Hening

15 menit...

Hanya lima belas menit, itulah batas waktu untuk sasuke sanggup bertahan. Namun lima belas menit kebersamaan itu nyaris menghancurkan pertahanan dirinya yang susah payah dibangunnya selama bertahun-tahun. Cepat-cepat diambilnya langkah untuk keluar. saat ia melihat sosok kyuubi yang berjalan mendekati kamar rawat naruto, kembali ditutupnya pintu itu dan segera bersembunyi dalam toilet yang terdapat didalam ruangan tersebut.

"sial! Apa yang kulakukan" umpatnya kesal.

Sayup-sayup sasuke mendengar sedikit keributan di luar. ia mengenali salah satu suara yang sedang terlibat pertengkaran itu. didorong oleh rasa penasarannya, dia membuka pintu, sedikit memberi celah agar bisa melihat situasi di luar sana

.

.

Kyuubi terus memacu langkahnya di sepanjang koridor rumah sakit. habis sudah kesabarannya kali ini. menunggu selama tiga bulan bukanlah hal yang mudah untuknya. apalagi mengingat kalau dia adalah tipe orang yang disiplin akan waktu. Semua ini karna kesalahan si keriput uchiha itu. meyakinkan sasuke untuk bermain dalam projek film musikal-nya saja tidak bisa, padahal uchiha bungsu itu adalah adik kandungnya bukan?

Sudah tiga bulan lebih ia menunggu jawaban dari sasuke melalui itachi, tapi sampai detik ini juga belum ada kesepakatan dari sasuke untuk mengikat kontrak dengan perusahaannya. Sebenarnya bagaimana sih cara kekasihnya itu membujuk sasuke. apa uchiha itu tidak tahu kalau perusahaan produksi film yang ia pimpin mengalami kerugian karna projek film itu yang tertunda cukup lama. Kalau bukan karna keinginan naruto untuk kembali melihat sasuke bernyanyi, ia pasti sudah memakai aktor lain untuk memainkan peran tokoh utama dalam film tersebut. Bahkan mengikat kontrak dengan artis luar negri bukan masalah besar baginya.

Setelah ia memasuki kamar rawat adiknya, kekesalan itu menguap seketika. Perlahan bibirnya membentuk sebuah senyuman saat ia melihat wajah damai naruto yang sedang tidur

"kyuubi" panggil cowok bersurai panjang yang tak lain adalah itachi, kekasihnya sejak dua tahun yang lalu.

"pergilah keriput, aku sedang tidak ingin melihat wajahmu saat ini" ucap kyuubi dingin

"apa kau masih marah karna aku masih belum bisa membujuk adikku untuk bermain di film itu?" tanya itachi sambil terus berjalan mendekati kyuubi "ayolah kyuu, jangan menghukumku seperti ini. tidak mudah untuk membujuk adikku bermain di film itu. kau tahukan sejak naruto meninggalkannya, sasuke jadi sangat membenci musik"

"harusnya kau juga tahu seberapa besar arti film itu untuk naruto. kau pikir hanya anak pantat ayam itu saja yang terluka hah!?" desis kyuubi dengan suara tertahan. Ia tidak ingin naruto terbangun karna mendengar pertengkarannya dengan itachi.

Tapi terlambat...

"kyuu-nii" panggil naruto tiba-tiba

melihat naruto yang telah membuka matanya, kyuubi langsung menghampiri adikknya itu "apa aku membangunkan mu?" tanyanya lembut. Diusapnya puncak kepala naruto

"tidak apa-apa" naruto menggeleng lemah "Lagi pula aku sudah tertidur cukup lama. Badanku jadi terasa pegal karna terus terbaring di tempat tidur"

"hallo naruto" sapa itachi kemudian

"itachi-nii, kenapa wajahmu cemberut begitu"

"biasa, aniki mu kembali marah padaku" itachi memasang muka sedihnya dengan sempurna, berharap cara itu cukup efektif untuk membuat naruto merasa kasihan lalu berpihak padanya. kemudian membujuk kyuubi agar mau memaafkannya. Sudah jadi rahasia umum kalau kyuubi sangat menyayangi adiknya dan si sulung namikaze tersebut akan selalu mengabulkan semua permintaan naruto

"aniki, kenapa kau selalu bertengkar dengan itachi-nii? Apa ini karna film itu lagi? sudahlah aniki, aku tidak terlalu berharap sasuke mau bermain di film itu. jadi berhentilah meminta itachi-nii untuk..." ucapannya terputus saat mendengar suara tepuk tangan yang sangat keras

Atmosfer ruangan seketika menjadi suram.

ketiganya membeku.

Di depan mereka, dalam jarak yang tak terlalu jauh, berdiri seseorang yang sangat tidak diharapkan kehadirannya dalam ruangan itu. seseorang yang sebenarnya tidak tahu menahu dengan permasalahan yang sebenarnya. Seseorang yang telah dilukai hanya untuk menyembunyikan sebuah kebenaraan.

"bagus, ini sangat luar biasa!" sasuke yang telah keluar dari tempat persembunyiannya kini menatap tajam pada tiga orang yang ada di depannya

"sebenarnya sandiwara apa yang sedang kalian mainkan hah!" ada penekanan dalam setiap kata yang ia ucapkan.

"sasuke, semua ini bisa aniki jela..."

"TUTUP MULUTMU!" bentak sasuke seketika pada itachi "KAU PIKIR SETELAH MENGHIANATIKU SEPERTI INI, KAU BERHAK BICARA PADAKU!" makian itu tak terelakkan lagi. dia marah. Dia kecewa. Satu-satunya saudara kandung yang ia percaya selama ini ternyata bersekongkol untuk mempermainkan dirinya bersama-sama dengan orang yang paling ia kutuk keberadaannya di dunia ini.

"apakah mempermainkan perasaanku begitu menyenangkan bagimu namikaze-san?! Belum puaskah kau menghancurkan hidupku sembilan tahun yang lalu?! Kenapa kau harus kembali?! KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA NARUTO!" kilatan bara kebencian itu secara gamblang sasuke arahkan pada sosok pirang yang masih terbaring di atas tempat tidur. kemarahan dan kebencian, hanya dua perasaan itu yang mendominasi dirinya saat ini. bahkan ia ingin sekali membunuh naruto detik ini juga

"brengsek! jaga bicaramu..."

"jangan aniki" kedua tangan naruto menggenggam erat baju kaos yang dipakai kyuubi. nyaris saja kakaknya itu memukul sasuke

"ini urusanku dengan sasuke. aku bisa mengatasinya sendiri, kau jangan ikut campur" kedua matanya tertutup dengan kepala tertunduk. Ditelannya ludah susah payah. Dibasahinya tenggorakannya yang terasa sakit. dia tidak punya banyak waktu untuk terus menunduk dan menyembunyikan wajahnya. Karna hal itu akan membuat sasuke curiga. Meski sulit, ia kembali menegakkan kepalanya, menatap sasuke dengan ekspresi yang dibuat sewajar mungkin

"maaf sasuke, aku tidak bermaksud untuk mempermainkan hidupmu. Aku hanya ingin kau mau kembali bernyanyi. Aku merasa bersalah padamu karna telah membuatmu membenci apa yang sebenarnya sangat kau sukai. Perasaan itu membuatku seperti memiliki hutang padamu" Kedua mata kyuubi terbelalak saat mendengar kebohongan baru yang diciptakan naruto. ditatapnya tajam sosok adiknya itu, tapi naruto malah memalingkan wajahnya

Satu-satunya alasan saat ini naruto memalingkan wajahnya adalah karna ia tidak ingin menatap sasuke lebih lama lagi. ia tak ingin kehancurannya dilihat. Jadi sebisa mungkin, sebelum semuanya terlambat, ia akan menyembunyikan kabut bening yang muncul perlahan dan mulai menghilangkan fokus kedua matanya.

"hutang!? Perasaan bersalah!? Apakah sebegitu menyedihkannya diriku dimatamu, sehingga kau perlu mengasihani ku sampai seperti ini?" pertanyaan yang sarat akan luka dalam setiap katanya itu terdengar begitu menyakitkan. Sasuke sudah lelah untuk terus menyembunyikan semua rasa sakitnya dan bersikap seolah-olah dirinya baik-baik saja. karna pada kenyatannya dirinya tak pernah dalam keadaan baik. ia telah lama hancur sejak naruto meninggalkannya dulu

"selamat naruto. kau kembali berhasil menghancurkan perasaanku" merasa tak ingin mengatakan hal apapun lagi, dia memutuskan untuk pergi. ia harus pergi secepatnya, karena tidak yakin akan mampu menangani dirinya setelah setengah jiwanya yang selama ini ia paksa untuk tidur, kini berontak hebat. Bangkit dari mati surinya yang panjang dan memaksa keluar. dia tidak tahu apa yang akan dilakukannya pada naruto kalau ia sampai lepas kendali

Saat naruto mendengar langkah kaki sasuke yang perlahan mulai menjauh, ia ingin berbalik. menatap cowok yang telah ia lukai tanpa ampun itu, tapi saat ia kembali teringat tentang kenyataan hidupnya -penyakit yang dideritanya-ia kubur keinginan itu dalam-dalam. Akhirnya air mata itu jatuh, setelah bertahun-tahun selalu berhasil menekan kehadiran butiran bening itu sampai kesudut yang paling tergelap. ini adalah luapan emosi pertama yang tidak sanggup ia redam sejak sembilan tahun yang lalu.

Terus diam dan bertahan untuk melihat kesakitan sang adik? Tidak akan, kyuubi tidak akan mau melakukan itu lagi. sudah cukup semua kesedihan yang ditanggung naruto seorang diri selama sembilan tahun ini. ia tidak ingin lagi pengorbanan naruto di pandang sebagai sebuah kesalahan dimata orang lain. Kali ini ia akan membela adiknya. Meski pembelaan itu nantinya berakhir dengan kemarahan sang adik. Ia tidak peduli.

"kalau aku bilang...adikku menyesal setelah apa yang terjadi di apartemen mu malam itu, juga menyesal karna meninggalkanmu dan pergi ke amerika...kau percaya?"

sasuke menghentikan langkahnya. Tapi ia tidak berbalik sedikitpun. Diam adalah jawabannya atas pertanyaan kyuubi barusan

"kau tidak akan percaya" kyuubi menjawab pertanyaan itu sendiri "lebih dari nyesal...dia hancur" kyuubi tidak berbohong. Dia jujur. Adiknya itu menyesal berkali-kali. Hancur berkali-kali. Sayangnya naruto menyimpan semua itu sendiri.

"kau mencintai naruto, tapi setelah dia menolak cintamu, kau berbalik membencinya. Apa kau tahu kalau..."

"hentikan semua omong kosong yang kau ucapkan aniki" potong naruto tiba-tiba sambil berusaha bangkit dari tempat tidurnya

Kyuubi hanya menatap naruto sekilas, untuk kali ini dia tidak akan mau mendengar perkataan adiknya "naruto juga mencintaimu sasuke. asal kau tahu, dia rela membunuh perasaannya hanya untuk melindungi kebahagiaanmu"

"KYUU-NII!" bentak naruto yang marah dengan ucapan kyuubi barusan

"KENAPA KAU BERTERIAK PADAKU!" kyuubi balas membentak "Apa yang kukatakan adalah kenyataan yang sebenarnya. aku sudah muak dengan semua kebohongan ini naruto" ucap kyuubi lirih

"aku lelah. Aku juga hancur setiap kali harus mematikan perasaan saat melihatmu kembali melukai diri sendiri hanya karna sasuke. tidak ada gunanya kau berkorban sampai sejauh ini hanya demi seseorang yang bahkan menginginkan kematianmu"

Naruto hanya bisa terpakur menundukkan kepalanya. terdiam, karna memang tidak ada lagi yang bisa dia katakan. Semuanya sudah selesai. Rahasia itu akhirnya terurai. Menghancurkan benteng pertahanan yang susah payah telah ia bangun

Sering kali hening memang lebih mampu mengungkapkan banyak hal dari pada ribuan kata. Dan sering kali mata mampu menyampaikan apa yang hati ingin bicara, lebih dari pada bibir sanggup mengungkapkannya.

keterdiaman semua orang, bahkan saat sasuke berbalik dan menatap itachi, meminta penjelasan atas apa yang diucapkan kyuubi, kakaknya itu hanya balas menatap dengan sorotan mata meminta maaf dalam redup penyesalan. Seakan membenarkan semua apa yang telah kyuubi katakan.

"kenapa kau melakukan hal ini?! " sasuke bertanya dengan suara selirih embusan angin, tapi cukup jelas didengar "jangan terus menunduk, tatap aku! Katakanlah sesuatu. beri aku penjelasan jika semua ini memanglah sebuah kebohongan besar yang kau ciptakan? JAWAB AKU NARUTO!"

naruto menegakkan kepalanya, menatap sasuke tepat pada onyx milik cowok raven itu "kau akan menderita bila bersama ku sasuke. perasaan kita ini bukanlah sesuatu yang wajar"

"itu bukan alasan! Katakan hal yang sebenarnya. Jangan membohongiku lagi!"

"kau bukan tuhan yang tahu kapan seseorang berkata jujur atau tidak. Aku mengatakan hal yang sebenarnya. terimalah kenyataan ini seperti aku menerima kenyataan ini sembilan tahun yang lalu"

"aku tahu kau berbohong dobe, aku bisa lihat..."

"kau tidak tahu apa-apa tentangku, sasuke. kau tidak tahu apa-apa"

"kalau kau memang tidak mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, biar aku saja yang mencari tahu kebenarannya"

"aku mengidap HIV, itu alasan yang sebenarnya. Kau puas!" naruto menggigit bibirnya sekuat mungkin. Mati-matian ditekannya tangis yang siap meledak kapan saja. tapi tetap saja gagal. Air mata itu tetap jatuh, mengalir meski ia sudah berulang kali menghapusnya

Sasuke terguncang. Benar-benar tidak menyangka, itulah pemicu yang sebenarnya naruto melakukan semua kebohongan ini. Naruto mencintainya, tapi karna penyakit itu dia rela membunuh perasaannya. naruto begitu melindunginya, tapi apa balasan yang telah ia berikan? kebenciannya? ya...hanya itu yang sasuke berikan untuknya

"tolong, kalian keluar. biarkan aku sendiri" naruto meminta dalam tangis yang tertahan.

Seketika itu juga, nyaris diluar kesadarannya, sasuke berlari memeluk naruto, mendekap cowok pirang itu dengan keseluruhan fisik dan jiwanya. Sasuke hanya tak ingin naruto lepas dari dekapannya, karna seterusnya si pirang itu mungkin tak akan pernah bisa diraihnya lagi. dengan menekan sakit di dadanya, sasuke terpaksa mengabaikan jerit tangis naruto. tangis yang juga menghancurkannya

Sementara itu itachi dan kyuubi memilih keluar, memberikan waktu untuk keduanya agar bisa saling mengerti kesakitan hati masing-masing.

Naruto tercekat saat mendapati sasuke telah memeluknya begitu saja. pelukan itu kemudian memecahkan tangis, mengalirkan lebih banyak lagi air mata. Memberi perih yang baru untuk luka-lukanya.

Dengan mengerahkan seluruh tenaga, naruto berusaha keras mengenyahkan lengan sasuke. tapi kedua lengan itu membatu. Tidak bisa disingkirkan. Mengurungnya tanpa jalan keluar.

Kehabisan tenaga, naruto berhenti meronta. Kini dia meringkuk dalam diam. Dalam pelukan seseorang yang selama ini menjadi sumber kebahagian sekaligus kesedihannya. Ditutupnya mata. Dikatupkannya kedua rahangnya saat merasakan jantung sasuke berdetak ditelinganya. begitu kuat. terasa sangat cepat.

"tolong lepas. Aku sudah lelah dengan semua ini sasuke. aku capek"pinta naruto lirih. Tetapi itu justrul membuat pelukan sasuke semakin kuat "bukankah kau sudah mengetahui alasan yang sebenarnya kenapa aku tidak bisa menerima perasaanmu. sekarang pergilah, lepaskan aku. Tidak tahukah kau kalau aku tidak menginginkan keberadaanmu saat ini" ucap naruto dengan suara lirih dan serak

Sasuke mengurai pelukannya.

Keduanya saling menatap. Untuk pertama kalinya naruto melepas topengnya di hadapan sasuke. dibiarkannya cowok itu melihat seluruh luka dan kesakitannya, seluruh kerapuhan, juga setiap usahanya yang kerap tertatih untuk bertahan

"bilang, aku harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan agar kau mau memaafkanku" sasuke memohon

"pergi. aku mau kau pergi sasuke"

"itu tidak akan pernah terjadi. Aku tidak akan pernah melepasmu lagi, meskipun menyakitimu adalah satu-satunya cara agar membuatmu tetap berada di sisiku. Jadi tolong berhenti mengatakan hal itu naruto. Hati ku benar-benar sakit mendengarnya "

"jangan keras kepala sasuke. penyakitku bisa..."

"aku tidak peduli dengan penyakit mu" sasuke kembali memotong perkataan naruto "aku mencintaimu bukan karna sebuah alasan. sekarang, aku juga tidak mempunyai alasan untuk meninggalkanmu" kembali dipeluknya tubuh ringkih dihadapannya itu. hatinya menjerit saat ia menyadari seberapa besar penyakit itu telah merusak tubuh orang yang sangat dicintainya

"Baka. Kau benar benar idiot, teme" naruto kembali terisak dalam pelukan sasuke. dia menyerah. Kali ini dia tidak akan mencoba lari lagi dari sasuke. dibukanya hati lebar-lebar untuk menerima perasaan cowok raven itu

"aku mencintaimu teme"

sasuke tersenyum saat mendengar kalimat terakhir itu dari mulut naruto. bahkan hanya untuk mendengar ungkapan perasaan sederhana itu ia harus menunggu begitu lama

"aku tahu. Bahkan perasaanku melebihi perasaanmu"

hari menjelang gelap. Sasuke beranjak dari tempat duduknya untuk menghidupkan lampu ruangan dan menutup dua pintu kaca transparan yang menghubungkan balkon dengan kamar rawat tersebut. setelah itu ia kembali duduk tepat disamping tempat tidur naruto. senyuman itu kembali hadir saat mendapati naruto-nya sudah jatuh tertidur. kemudian diciumnya kening naruto dengan penuh kasih sayang.

"oyasumi, dobe" setelah merapikan selimut naruto, sasuke menyamankan kepalanya di pinggir tempat tidur. Semua emosinya benar-benar terkuras hari ini, dan itu membuatnya lelah. Tapi dibalik semua itu, beban yang ia rasakan selama ini terasa lenyap. ada kelegaan dalam hatinya. Tangan miliknya dan naruto yang saat ini saling menggenggam erat satu sama lain, menjadi obat penenang tersendiri baginya. akhirnya semua kebagian itu membuat sasuke tertidur tepat di samping naruto

Tak lama itachi dan kyuubi datang, mereka langsung menghampiri dua orang yang sedang tertidur di dalam ruangan itu

"mereka tidur?" tanya kyuubi pada itachi yang berdiri disampingnya.

"he-eh" itachi mengangguk "sepertinya mereka telah menyesaikan masalahnya dengan baik"

"aku harap mereka benar-benar bahagia kali ini"ucap kyuubi sungguh-sungguh.

Itachi mengangguk. Ditariknya nafas panjang-panjang "terimakasih kyuu, kau sudah mau memberikan kesempatan bagi sasuke untuk berada di sisi adikmu"

kyuubi tersenyum tipis, lalu ditatapnya wajah itachi "kau terlalu banyak bicara. aku bosan mendengarnya"

CUP

sebuah kecupan di pipi kyuubi berikan untuk kekasihnya itu, lalu pergi meninggalkan itachi begitu saja

"Dasar rubah licik..."itachi menyentuh tempat bekas ciuman kyuubi tadi, lalu tertawa tanpa suara

.

.

Sosok laki-laki berambut pirang itu tengah berdiri di balkon kamar rumah sakit tempatnya dirawat. Wajah manis itu terlihat gusar. Hatinya masih belum yakin atas keputusan yang telah disepakati antara pihak dari keluarganya dan keluarga sasuke yang mereka bicarakan seminggu yang lalu. Disatu sisi ia senang karna pernikahan antara dirinya dan sasuke disetujui oleh masing-masing orang tua mereka. Namun disisi lain, dirinya bukanlah orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidup bagi uchiha bungsu itu. Dia sudah sekarat. Hidupnya tak akan lama lagi. Tapi sasuke terlalu keras kepala untuk mau membatalkan pernikahan mereka.

"hari sudah sore, kenapa masih diluar? Ayo kita masuk, anginnya terlalu kencang disini. Nanti kau sakit naruto" sasuke ikut berdiri disamping naruto, memperhatikan wajah kekasihnya yang tak kunjung menoleh kearahnya.

"aku ingin disini sebentar lagi"

Sasuke menghela nafas. Kalau sudah begini, lebih baik dirinyalah yang mengalah. Karna belakang ini kekasihnya itu terlalu mudah terpancing emosinya "baiklah, tapi hanya sebentar" sasuke melepaskan jas yang ia pakai, lalu menyampirkannya di belakang tubuh naruto kemudian ia peluk sosok pirang itu dari belakang.

"sasuke?" panggil naruto

"hn" jawab sasuke seadanya dengan menyandarkan kepalanya di bahu naruto

"apa kau benar-benar yakin ingin kita menikah?" ada jeda sejenak dalam kalimat itu sebelum naruto kembali berbicara "kau sudah mendengar sendirikan seberapa parah penyakit ini telah merusak tubuhku. Bahkan dokter saja tidak bisa memastikan seberapa lama lagi aku mampu bertahan untuk hidup"

"apa yang kau takutkan? Kematian? Dengar naruto!" sasuke membalik badan naruto menghapnya "kau, aku dan semua manusia di bumi ini pasti akan mati. Hanya caranya saja yang berbeda. Kenapa kau selalu memperdebatkan masalah ini hah! Aku capek selalu bertengkar denganmu hanya karna masalah ini terus"

"kau pikir hanya kau saja hah! Aku juga sudah lelah dengan semua pemikiran tentangmu. Aku tidak ingin kau menyesal nantinya hanya karna alasan kau mencintai ku. Cinta saja tidak cukup untuk mendapatkan kebahagiaan, sasuke" naruto menangis. Sekali lagi ia kembali menunjukkan kerapuhannya di depan uchiha sasuke

"hidupku tak akan lama lagi dan kau akan menihi orang sepertiku, hmm? Bahkan jika nantinya kita telah menikah, kau tidak akan mendapatkan kepuasan apapun dariku. bahkan kita tidak akan bisa melakukan hubungan intim layaknya pasangan yang sudah menikah lainnya. Apakah kau akan bahagia dengan pernikahan seperti itu? Aku hanya tidak ingin membuat hidupmu tersiksa sasuke. Apa aku salah jika memikirkan kebagiaanmu?" tubuh itu bergetar hebat. Bahkan kedua tangannya tak mampu menutupi isakan tangis yang lolos dari mulutnya

Sasuke tercengang mendengar semua penuturan naruto barusan, tapi tidak lama. karna ia segera menarik tubuh yang bergetar hebat itu ke dalam pelukannya "maaf….aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf naruto. Aku tidak tahu kalau kau akan memikirkan sejauh itu tentang kebahagiaanku…..maaf….." ucapan maaf itu terulang dan kembali terulang. dia benar-benar merutuki dirinya sendiri atas ketidak pekaan perasaan naruto dan kembali menyakiti hati orang yang ia cintai.

.

.

Hari bahagia itupun akhirnya tiba…

Dentingan lonceng menggema di setiap sudut gereja yang menjadi tempat saksi bisu penyatuan dua insan itu.

Janji suci dalam ikrar pernikahanpun telah terucap diantara keduanya. cincin telah terpasang di masing-masing jari manis kedua mempelai. kemudian diakhiri dengan satu kecupan lembut di kening laki-laki manis berambut pirang yang diberikan oleh pasangan hidupnya, uchiha sasuke

Pernikahan sejenis yang dilalukan oleh artis papan atas negri sakura itu cukup menuai kontrafersi. tapi tak sedikit juga yang turut bahagia atas pernikahan yang bisa dikatakan tidak normal itu. Hingga mereka semua, yang mengaku sebagai fans uchiha sasuke hanya bisa berdoa yang terbaik untuk idola mereka di hati masing-masing

*Kediaman uchiha*

Setelah pengikraran di geraja selesai, seluruh keluarga besar uchiha dan namikaze, beserta beberapa undangan langsung menuju kediaman utama mansion uchiha untuk merakayan pesta pernnikahan anak bungsu uchiha dan namikaze tersebut. Perayaan itu dilakukan secara tertutup. Hanya keluarga serta teman-teman terdekat kedua mempelai saja yang diundang.

Naruto telah berdiri di podium, membuat semua mata orang-orang tertuju padanya. Bahkan sasuke yang tadinya sedang mengobrol dengan teman-teman sma-nya ikut menatap naruto dengan pandangan bertanya.

"ma..maaf telah menyita perhatian kalian. Tapi hari ini aku ingin memberikan sesuatu untuk orang yang ku cintai" ucap naruto sedikit gugup

"sasuke, anggap ini adalah hadiah dariku untuk kado pernikahan kita" naruto tersenyum lembut kearah sasuke, lalu ia berjalan menghampiri piano yang terletak disudut ruangan

Dentingan melodi mulai mengalun dengan lembut. Jemari-jemari lentiknya menari dengan indah di atas tuts-tuts piano.

Menatap indahnya senyuman diwajahmu

Membuat ku terdiam dan terpaku

Mengerti akan hadirnya cinta terindah

Saat kau peluk mesra tubuhku

Banyak kata

Yang tak mampu kuungkapkan

Kepada dirimu

Aku ingin engkau slalu

Hadir dan temani aku

Disetiap langkah

Yang meyakiniku

Kau tercipta untukku

Meski waktu akan mampu

Memanggil seluruh ragaku

Ku ingin kau tau

Kuslalu milikmu

Yang mencintaimu

Sepanjang hidupku

Riuh tepuk tangan mengakhiri lagu tersebut. Naruto segera berdiri dari tempat duduknya, sedikit membungkuk sebagai rasa terima kasih atas setiap tepukan tangan yang diberikan untuknya

"sasuke" ucap naruto kaget saat mendapati sasuke tiba-tiba saja telah berdiri dihadapannya

sasuke langsung membawa naruto kedalam pelukannya "Terimakasih untuk lagunya" naruto hanya tersenyum dalam pelukan sasuke saat mendengar ucapan terima kasih dari laki-laaki yang dicintainya itu

"bisakah kalian berhenti berpelukan sekarang juga. semua orang sedang memperhatikan kalian tahu" bisik kyuubi pada keduanya

Naruto langsung mendorong tubuh sasuke. wajahnya seketika memerah saat menyadari orang-orang tengah tersenyum penuh arti menatap kearahnya dan sasuke. bahkan shikamaru, kiba dan chouji tengah tersenyum jahil kearahnya.

"dasar pengantin baru" dengus kyubi jengkel. Sebenarnya ia belum sepenuhnya rela melihat adik tercintanya menjadi milik sasuke. tapi mau bagaimana lagi. Semua ini demi kebahagiaan naruto

"itachi, sebaiknya kau ajarkan pada rubah sialan mu ini untuk tidak mengganggu kesenangan orang lain" ucap sasuke tajam

"apa kau bilang! Dasar bocah tidak tahu sopan santun!" jika saja itachi tidak tiba-tiba saja muncul dan menarik tangannya, mungkin ia sudah menghajar adik iparnya itu

"jangan membuat kekacauan kyuu-chan. Aku janji nanti di pesta pernikahan kita aku juga akan memberikanmu sebuah lagu ciptaanku sendiri"

"siapa yang bilang aku mau menikah denganmu brengsek!" tanpa ampun, kyuubi langsung menjitak kepala itachi sampai ia merasa puas. tak peduli jika itachi terus memohon agar kyuubi berhenti menjitaknya seperti anak kecil di hadapan para tamu. percecokan kecil diantara keduanya kontan mengundang gelak tawa semua tamu yang hadir sana

"Ck…lihat siapa yang dia bilang bocah sekarang" decak sasuke kesal

"sudahlah sasuke, tidak baik mengumpat pada orang yang lebih tua darimu tahu"

"lagi-lagi kau lebih membela pasangan bodoh itu ketimbang suami sendiri" naruto hanya terkikik geli mendengar jawaban sasuke yang terdengar kekanak-kanakan ditelinganya

"apa yang kau tertawakan naru..." ucapan sasuke terhenti saat menatap naruto yang berdiri di belakangnya "hidungmu berdarah naruto"

Naruto menyentuh hidungnya. Benar saja, darah segar terus mengalir disana

"naruto, apa kau baik-baik saja?" sasuke langsung mengambil sapu tangan yang terselip di saku jas hitam miliknya "kita kerumah sakit sekarang" ucap sasuke mulai panik

"tidak usah, aku baik-baik saja"

"apanya yang baik-baik saja! darahmu banyak sekali naruto"

"aku tidak mau sasuke. kita tidak boleh meninggalkan tamu-tamu ini begitu sa—" tenggorokan naruto tercekat, tak mampu lagi berbicara. Kepalanya benar-benar terasa sakit sekarang. Tubuhnya terjatuh. tak mampu lagi menopang berat tubuhnya. terakhir, hanya suara teriakan sasuke yang bisa ia dengar sebelum dunianya berubah menjadi gelap seutuhnya.

.

.

Sasuke tak pernah beraanjak dari tempat duduknya sedikitpun. Kedua tangannya terus menggenggam tangan tak berdaya naruto yang masih belum sadarkan diri. Semua alat-alat penunjang kehidupan terpasang pada tubuh yang terbaring di atas tempat tidur itu. Didalam ruangan rawat itu, semua keluarga namikaze maupun uchiha telah berkumpul. Kali ini dokter benar-benar telah menyerah dengan penyakit yang diderita oleh sibungsu namikaze tersebut.

Perlahan, kedua iris biru itu terbuka "sa—sasuke…"panggilnya lemah

"naruto" seru sasuke yang kontan mengalihkan perhatian semua orang ke arahnya dan naruto

Jemari naruto bergerak gelisah dalam genggaman sasuke, memberi tanda untuk mendekat kearahnya. Sasuke yang mengerti langsung mendekatkan wajahnya kearah naruto

"biarkan aku pergi, sasuke. Kumohon, cabut semua alat-alat yang terpasang ditubuhku" bisik naruto tepat di samping telinga sasuke. memohon agar suaminya itu mau melepas semua alat-alat penunjang kehidupannya

DEG!

Hati sasuke mencelos mendengar permintaan naruto barusan. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa naruto meminta hal sekejam itu pada dirinya. Mereka baru saja menikah. Harusnya kebahagiaanlah yang mereka berdua rasakan saat ini. Bukan kata-kata perpisahan menyakitkan seperti ini.

"bantu aku agar terlepas dari penderitaan ini" pintanya sekali lagi, saat melihat tak ada pergerakan sedikitpun dari sasuke

Butiran bening itu akhirnya tumpah. Cukup sudah semua ketegarannya selama ini. Beban yang diterimanya kali ini terasa terlalu berat dan ia benar-benar tak sanggup untuk menjalaninya "bertahanlah naru, kau orang yang kuat. Kau tidak boleh menyerah semudah ini. Apa kau lupa dengan rencana bulan madu ki–"

"sakit sasuke. aku benar-benar sudah tidak kuat lagi menanggung rasa sakit ini lebih lama" potong naruto sambil terisak menahan sakit yang mendera sekujur tubuhnya

"bertahanlah naruto, aku mohon. aku tidak sanggup harus kehilanganmu secepat ini. kita baru saja menikah. bahkan kau belum melihat rumah yang telah aku persiapkan untuk kita berdua" mohonnya dengan sepenuh hati. Tapi naruto menggeleng lemah. Menolak permohonannya dengan air mata yang terus mengalir

"Biarkan aku mati. aku capek terus-terusan merasakan sakit seperti ini sasuke. aku ingin mati. aku ingin mati. lepaskaan semua alat-alat ini dari tubuhku" naruto terus manatap kedua onyx milik suaminya yang terus mengeluarkan air mata. Ia tahu permintaaannya itu pasti telah melukai hati sasuke. tapi sungguh, hanya kematianlah yang ia inginkan saat ini.

"kenapa kau melakukan hal sekejam ini padaku. Kenapa kau selalu sesuka hati melakukan sesuatu tanpa memikirkan perasaanku. Apa kau tahu seberapa hancurnya hatiku saat mendengarmu memintaku untuk mengakhiri hidupmu. Kenapa kau begitu egois padaku?! Kenapa harus menyiksaku dengan cara seperti ini naruto!" teriak sasuke frustasi. Kemudian ia lepaskan semua rasa sesak didadanya dengan menangis sejadi-jadi di pundak naruto

Semua yang ada diruangan itu tak mampu lagi menyembunyikan tangis mereka. bahkan beberapa isak tangis yang mati-matian ditahan akhirnya terdengar juga

naruto hanya diam. membiarkan sasuke menangis dipundaknya sampai laki-laki itu puas. sampai rasa sesak itu terasa sedikit lebih lega. walau tangisan itu tetap tak mampu menjadi obat untuk semua luka di hati suaminya. karna hanya pengertian dalam diamlah yang bisa ia berikan saat ini. membiarkan pundaknya menjadi sandaran pegangan bagi sasuke, meski hanya sebentar.

Beberaapa menit terlewati sampai sasuke kembali bisa menguasai dirinya. setelah ia benar-benar merasa siap untuk menerima kenyataan, ia tegakkan kepalanya. Dikumpulkannya segenap keberanian untuk mulai memenuhi keinginan naruto.

Satu alat penunjang kehidupan di tubuh naruto telah terlepas...

"sasuke, apa yang kau—"

"diam ditempatmu minato. Biarkan sasuke menyelesaikan pekerjaannya" perintah tsunade yangmembuat langkah anak laki-lakinya terhenti

"tapi bu—"

"apa kau tidak dengar permintaan cucuku tadi minato? harusnya aku yang melakukan hal itu dari dulu. Saat pertama kali aku melihatnya menangis, memohon agar aku menghentikan semua pengobatan yang membuat hidupnya tersiksa. Tapi saat itu aku malah membutakan mataku. menulikan telingaku hanya karna tak ingin hatiku dan hati kalian terluka"

Dengan tangan yang bergetar hebat, sasuke mematikan jalan cairan infus yang memasuki tubuh naruto...

"ibu, aku benar-benar belum siap kehilangan naruto" kushina menatap tsunade, memohon agar mertuanya itu mau merubah pikirannya

"minato lakukan sesuatu, jangan diam saja" tak ada jawaban. Minato lebih memilih memalingkan wajahnya dari sang istri. Saat kushin akan melangkah mendekati naruto dan sasuke, minato telah terlebih dahulu memegang tangannya kuat-kuat

"KYUUBI!" bentak tsunade. Ia langsung memelintir kedua tangan cucu sulungnya itu ke belakang. Membuat kyuubi meringis kesakitan

"apakah sakit? apa kau tahu rasa sakit yang dialami adikmu berkali-kali lipat lebih sakit dari pada ini. Bertahun-tahun ia telah menahan rasa sakit itu. Harus berapa lama lagi kau menyiksa adikmu hanya karna keegoisanmu kyuu" seketika kyuubi terdiam, tak mampu membalas kata-kata neneknya itu

Selang oksigen telah dilepas. kini semua alat-alat medis itu telah menghentikan tugasnya...

sekarang tidak ada lagi alat-alat yang menghambat kepergian dirinya. Naruto tersenyum, kedua tangannya bergerak menghapus air mata di wajah tampan suaminya "terima kasih. aku mencintaimu. sangat mencintaimu"

Sasuke mendekatkan wajahnya, mengeliminasi jarak diantara mereka. kedua bibir itu bertemu. Tidak ada nafsu, ciuman itu murni sebagai bentuk kesungguhan cinta yang mereka miliki untuk satu sama lain. perlahan, onyx dan sapphire itu terpejam.

pertengkaran, tawa, air mata, kesakitan serta kebahagiaan...semuanya telah mereka lalui. meskipun sekali lagi cinta mereka telah diuji

air mata milik sasuke jatuh di pipi chubby kekasihnya. mengalir dan bersatu dengan air mata milik naruto. meskipun naruto-nya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya. sasuke belum berniat untuk mengakhiri ciuman mereka.

"di kehidupan berikutnya, ayo kita bertemu lagi. ketika kita bertemu lagi, kita pasti akan benar-benar bahagia naruto'

END


*HIV adalah virus yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan dalam melawan infeksi virus, bakteri, jamur, parasit yang masuk ke dalam tubuh. Virus HIV bekerja dengan cara menyerang sistem kekebalan tubuh manusia sehingga menyebabkan penderitanya rentan terhadap serangan berbagai penyakit*


ending seperti apaa ini? hahaha...tapi yasudahlah...ternyata otak saya buntu di akhir yang seperti ini.

thx buat kalian semua yang udah sabar nunggu bagian kedua dari ff gaje saya ini. love u all :*

jangan lupa Review-nya minna :)