Terimakasih banyak untuk sambutan hangatnya Readerdeul ^0^
Untuk Noonaku, Eonniku, semuanya yang udah Review dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Gomawo *bow*
Sepertinya banyak yang kesal sama Kyuhyun, hahaha XD poor Kyu.
Ini chapter 2. maaf jika tidak sesuai perkiraan Readerdeul, sekali lagi maaf. Hehe
aku sudah berusaha semampuku untuk ini hehe
jangan lupa review lagi yaa~
Well, Happy KyuMin Day 3


"Jadi setelah acara Promposal ini berakhir, festival sekolah akan dimulai satu hari penuh. Dua hari setelahnya acara seremonial dan malamnya acara yang kita tunggu-tunggu, Prom!" seru Hyukjae bersemangat. Dokumen-dokumen terlihat berserakan dihadapannya.

"Acara sekolah kita tidak pernah seheboh ini, Hyukkie-ah. Kau benar-benar keren!" kata Ryeowook berapi-api.

Hyukjae hanya tertawa menanggapinya. "Ini semakin keren karena kerja sama kita semua," katanya. Hyukjae menatap Sungmin yang sejak tadi disana bersama mereka. Namja manis itu sedikit pendiam hari ini.

"Kau sudah mempersiapkan segala hal untuk Prom? Setelan? Sepatu?" tanya Ryeowook.

Hyukjae mengangguk. "Kau sendiri? Dan kau, Min?" tanyanya.

Sungmin menghela nafas. "Sudah. Eomma sudah mempersiapkan semuanya. Setelan terbaik, sepatu terbaik," jawabnya.

"Lalu Promposal?" tanya Hyukjae hati-hati.

Sungmin tertunduk, menghela nafas sekali lagi.

"Ini hari terakhir, jika kau lupa," kata Hyukjae mengingatkan.

"Lupakan saja, aku sudah tidak berminat," kata Sungmin.

Hyukjae dan Ryeowook berpandangan satu sama lain. "Kalian bertengkar?" tanyanya.

Sungmin menghela nafas. Sudah berapa kali sejak tadi? "Tidak, kami baik-baik saja. Hanya saja, ku rasa dia tidak akan pergi denganku," jawabnya.

"Dia akan pergi bersama Vic?" tanya Ryeowook.

Sungmin menatap Ryeowook dengan wajah yang hampir menangis. Ryeowook dan Hyukjae yang melihatnya menahan tawa. "Kurasa begitu," jawab Sungmin pelan.

"Lee Sungmin, ini sebenarnya bukan tentang kau akan mengajaknya pergi ke Prom bersamamu. Ini tentang bagaimana agar si tidak peka itu tahu bahwa seumur hidup kalian kau begitu mencintainya," kata Hyukjae, disambut anggukan oleh Ryeowook. "Kau tidak lelah menahan semuanya sendiri? Kau tidak penasaran dengan perasaan Kyuhyun? Kau tidak penasaran kenapa dia tidak pernah pacaran lagi sejak putus dari Vic?"

"Karena dia masih mencintai Vic?" tebak Sungmin.

"Itu hanya tebakanmu saja. Lebih baik kau coba, tidak ada salahnya. Ingat, ini bukan hanya sekedar tentang Prom, ini tentang hatimu," kata Hyukjae.

Sungmin terdiam. "Tapi jika dia tidak bisa terima dan menjauhiku?" tanyanya.

"Kyuhyun bukan orang yang seperti itu, ku rasa," kata Ryeowook. "Kalian sudah bersama sejak masih bayi. Tidak mungkin Kyuhyun menjauhimu hanya karena ini. Bagaimana pun, seharusnya dia mengerti tentang perasaanmu."

Hyukjae mengangguk setuju. "Ayo, aku akan membantumu. Aku akan merekam kalian dimana pun," kata Hyukjae menyemangati.

Sungmin tersenyum. "Gomawo Hyukjae-ah, Wookie-ah," gumamnya.

"Lee Sungmin!" sebuah seruan dari arah pintu kelas terdengar. Sungmin yang memunggungi pintu berbalik. Cho Kyuhyun disana dengan dua buah cone es krim ditangannya.

"Mwo?" tanya Sungmin ketus. Dia masih belum lupa tentang kejadian Kyuhyun membeli setelan bersama Vic dan bukan bersamanya. Dan ya, dia masih kesal.

Kyuhyun masuk ke dalam kelas Sungmin. Seluruh mata gadis-gadis dikelas ini menatapnya kagum, beberapa menatap Sungmin iri. Siapa yang tidak tahu bertapa 'mesra'nya persahabatan mereka berdua? "Kau masih marah?" tanyanya sambil menyodorkan kedua es krim itu pada Sungmin.

Sungmin menatap es krim yang terulur padanya. "Kau menyogokku?" tanyanya.

"Ck, ambil saja sebelum meleleh," paksa Kyuhyun.

Sungmin mengambil keduanya sekaligus. Dia mendengus pura-pura kesal pada Kyuhyun. Tumben sekali Kyuhyun sudah membujuknya? Sungmin tahu benar seberapa besar gengsi Kyuhyun. Ada apa dengannya? Cepat sekali dia menyerah padaku, batin Sungmin.

"Aku akan menemanimu mencari setelan itu jika kau masih ingin kutemani," kata Kyuhyun dan mengambil duduk disamping Sungmin yang memang kosong. "Oh, hai Hyukjae, Wookie-ah," sapanya datar.

"Eomma sudah membelikannya," kata Sungmin dan mulai memakan es krimnya. "Kau mau?" tanyanya pada Kyuhyun.

Kyuhyun menggeleng. "Tidak, itu permintaan maafku karena sudah melanggar janjiku sendiri," jawabnya.

Sungmin terkekeh. Jika sudah begini, Kyuhyun akan memberikan apa saja yang Sungmin minta. "Ini Wookie, ambillah. Aku akan minta belikan yang lebih besar pada Kyuhyun nanti," katanya sambil menyodorkan satu es krimnya pada Ryeowook.

"Ah, gomawo," kata Ryeowook sambil tersenyum.

"Kyu, kau tidak akan ikut Promposal?" tanya Hyukjae sambil sesekali melirik Sungmin.

"Tidak, maksudku, awalnya tidak," jawab Kyuhyun. "Tapi aku memikirkannya tadi. Bukankah harus membawa pasangan?"

Hyukjae mendelik dan menatap Sungmin yang terpaku. "Kau akan membuat Promposal untuk siapa?" tanyanya.

"Tidak, aku belum tahu. Aku rasa itu merepotkan. Bisakah aku hanya mengajaknya saja?" tanya Kyuhyun.

Sungmin terbatuk. Es krim yang tadi hampir masuk ketenggorokkannya kini berceceran dimulutnya.

"Aish, kau jorok sekali," kata Hyukjae.

Kyuhyun menatap Sungmin, tangannya terulur dan menempel tepat dibibir Sungmin yang kini berlumuran es krim. Mengusapnya pelaaaan, pelaaaan sekali. "Kau ini," gumamnya.

Seketika Sungmin merasa dunia berhenti berputar. Yang ada dimatanya hanya Kyuhyun. Hyukjae, Ryewook dan teman-teman dikelasnya yang sedang ber Uuu~ ria menjadi blur. Sungmin menikmati jemari Kyuhyun yang membersihkan lelehan es krim di bibirnya, pipinya, dagunya.

"Yang lebih penting, apa kau akan pergi bersama Vic, Kyu?" tany Ryeowook yang seketika membuat dunia Sungmin kembali berputar. Pemuda mungil ini dan pertanyaan polosnya hampir saja membuat Sungmin menumpahkan semua es krim ke wajah tampan Kyuhyun.

Kyuhyun mengalihkan pandangannya pada Ryeowook. "Itu ide bagus," katanya dan… "AW! YAK LEE SUNGMIN KAU JADI KANIBAL SEKARANG?! LEPASKAN JARIKU!"

Sungmin mengigit geram jari telunjuk Kyuhyun yang entah sejak kapan sudah berada didalam mulutnya. "IYA! Wae?! Wae?!" seru Sungmin setelah melepas gigitannya.

"Sakit!" kata Kyuhyun sambil menatap jarinya yang kini memerah. "Kenapa kau selalu terlihat marah-marah jika kita membicarakan Vic?" tanyanya.

Sungmin terdiam. Hyukjae dan Ryeowook menahan tawa mereka sambil melengah. Oh, Sungmin, kau ketahuan.

"Vic juga mengatakan tentang sesuatu tentang sikapmu ini kemarin. Ck, aku sungguh tidak mengerti. Sudahlah, lebih baik aku menyusul Donghae," kata Kyuhyun dan berdiri sari duduknya.

"Kalian kemana?" tanya Hyukjae.

"Membuat papan selamat datang untuk gerbang sekolah. Ah, kita sepertinya kekurangan papan," jawab Kyuhyun.

"Aku akan mengurusnya nanti. Aku akan sampaikan pada ketua OSIS," kata Hyukjae. "Aku akan menyusul kesana."

Kyuhyun mengangguk dan menatap Sungmin. "Aish, kau benar-benar," gerutunya.

"Kyu, kau akan pergi nanti malam?" tanya Sungmin.

"Ya, aku ada acara. Wae?" jawab Kyuhyun.

"Kemana?" tanya Sungmin lagi.

"Wae? Kau mau ikut? Susul aku saja ke kedai kopi yang kemarin kita datangi. Aku disana nanti," jawabnya sambil melangkah pergi.

"Yak, CHO! Kenapa kau kesana?" tanya Sungmin.

"Susul aku saja, kau ini cerewet sekali. Aku pergi," jawab Kyuhyun dan menghilang dipintu kelas.

Sungmin menghela nafas. "Apa kau mau merekamku disana, Hyukkie?" tanyanya.

Hyukjae tersenyum lebar hingga menampakkan gusi-gusinya. "Tentu, tentu saja. Apa pun untukmu, Lee Sungmin."


Sungjin menatap heran hyungnya yang terlihat sangat manis malam ini. Celana chino berwarna mocca dengan kemeja putih yang lengannya dilipat hingga siku membalut tubuhnya. Setelan itu memang terdengar manly, tapi jika Sungmin yang mengenakan, justru terlihat manis.

"Hyung mau kemana?" tanya Sungjin.

"Kau ini ingin tahu saja," jawab Sungmin. Dia merapikan rambutnya sudah wangi. Disemprotkannya parfum vanilla kesayangannya kebeberapa titik tertentu ditubuhnya.

"Donghae hyung, Hyukjae hyung dan Ryeowook hyung sudah menunggumu didepan," kata Sungjin. Dia menatap Sungmin sekali lagi. Manis sekali, batinnya. Jika saja Sungjin tidak bisa mengendalikan dirinya, dia pasti sudah menjadi seorang brother complex sekarang. Dia tidak akan mengizinkan siapa pun untuk memacari hyungnya.

"Ah, kalau begitu tolong kau bawakan itu," kata Sungmin sambil menunjuk sebuah papan triplek cukup besar yang terletak disudut kamarnya.

Sungjin diam. Dia mengambil papan itu dan betapa sangat terkejutnya pemuda tampan itu. "Hyung ini…" gumamnya.

Sungmin tersenyum. "Ya?"

Sungjin menatap papan triplek yang berisi banyak foto Kyuhyun dan Sungmin itu. Semua foto itu disusun sedemikian rupa hingga berbentuk alphabet yang tersusun membentuk tulisan PROM? Semua foto mereka mulai dari bayi hingga yang terbaru ada disini.

"Kau akan mengajak Kyuhyun hyung ke Prom dengan cara ini?" tanya Sungjin.

"Sebenarnya, ini bukan untuk mengajaknya ke Prom," jawab Sungmin.

Sungjin menatap Sungmin bingung, sedetik kemudian matanya membulat. "Hyung, kau… jangan bilang kau…"

Sungmin tertawa. "Menurutmu apa yang harus aku bawa? Bunga atau coklat? Dia tidak begitu suka keduanya," tanyanya bingung.

"Wine, wine saja. Kita tahu Kyuhyun hyung sangat menyukai wine," usul Sungjin.

"Oh, kau benar! Kau sungguh pintar, Jinnie-ah!" seru Sungmin. "Aku akan memberikannya wine yang sangat dia inginkan itu."

"Wine yang ada digudang wine kita?" tanya Sungjin.

Sungmin mengangguk. "Kau turunlah dulu, bilang pada mereka untuk menungguku sebentar lagi. Aku hanya akan mengambil wine," suruhnya.

Sungjin menatap Sungmin. "Hyung, kau sadar dengan apa yang akan kau lakukan, 'kan?"

Sungmin mengangguk. "Wae?"

"Aku tidak sedikit pun mengkhawatirkan tentang Appa, Eomma, Cho Aboji bahkan Eommonim, aku justru khawatir dengan Kyuhyun hyung sendiri."

Sungmin membelai kepala Sungjin. "Aku tahu, kau tenang saja. Kau tahu bagaimana perasaanku selama ini, 'kan? Rasanya sudah tidak bisa ditahan lagi," katanya.

Sungjin menghela nafas. "Aku akan turun," katanya. "Good luck, hyung," gumamnya lagi dan beranjak pergi.

Sungmin mengangguk. Menatap sekali lagi pantulan dirinya dicermin dan tersenyum. "Good luck, Lee Sungmin," gumamnya.

..

.

"Ya Cho Kyuhyun! Sebenarnya apa yang kau lakukan disana?!" seru Sungmin pada ponsel ditelinganya. Donghae, Hyukjae dan Ryeowook hanya menggelengkan kepalanya.

Sejak mobil mereka mulai berjalan menuju kedai kopi yang Kyuhyun katakan, Sungmin sudah menelfon Kyuhyun dengan penuh emosi. Niatnya hanya untuk memastikan apa Kyuhyun benar disana, tapi namja tampan diseberang telfon sana hanya menjawab untuk segera menyusulnya.

"MWO?! Kau menyuruhku segera kesana tapi tidak mengatakan untuk apa, kau ini bagaimana?!" seru Sungmin sekali lagi.

"Datang saja. Atau kau sudah punya janji untuk Promposal itu?" suara Kyuhyun terdengar.

"O-oh, t-tidak, tentu saja. Aku tidak jadi dengan Promposal itu," jawab Sungmin gugup.

"Oh, itu bagus. Segera kesini, kau harus lihat apa yang aku lakukan. Sudah ya," kata Kyuhyun lagi dan sambungan telfon itu mati.

Sungmin mendengus kesal. "Oh, bagaimana ini?" gumamnya gugup.

"Sebenarnya apa yang dilakukan bocah itu disana? Beberapa seksi perekam untuk Promposal bahkan ada disana. Dia memintanya tadi siang," kata Donghae.

"MWO?!" seru Sungmin, Hyukjae, dan Ryeowook bersamaan. Donghae bahkan sampai menutup telinganya dengan sebelah tangannya.

"Bagaimana ini bagaimana ini…" gumam Sungmin. "Bagaimana jika—bagaimana jika dia bersama—"

"Tidak, Min. Tidak. Jangan mengatakan apa pun," kata Hyukjae menenangkan Sungmin yang mulai terlihat panik dengan pikiran-pikiran buruknya.

"Apa kedai kopi yang itu?" tanya Donghae menunjuk sebuah toko disudut jalanan kota.

"Benar," jawab Sungmin. "Aku serius, Hyukjae-ah, bagaimana jika dia bersama Vic? Dia menyuruhku datang untuk menyaksikannya menyatakan Promposal untuk Vic?"

"Tenanglah," gumam Ryeowook sambil mengelus lengan Sungmin. "Nikmati saja. Ingat ini bukan tentang Prom. Jika kau tahu apa yang Kyuhyun rasakan terhadapmu, setidaknya kau tahu harus melakukan apa selanjutnya pada hatimu," sambungnya.

Mobil mereka berhenti tepat didepan kedai kopi yang terlihat cukup ramai itu. Mereka tidak langsung turun. Donghae sendiri menyiapkan kameranya untuk merekam, Hyukjae dan Ryeowook membantu menenangkan Sungmin. Selang beberapa menit, mereka baru turun. Sungmin berkali-kali menghela nafas. Sebuah botol wine koleksi keluarganya yang sangat Kyuhyun inginkan berada dalam genggamannya.

"Kyu, kau dimana? Aku sudah didepan. Terlihat ramai didalam," Sungmin menelfon Kyuhyun sekali lagi. "Oh, baiklah," katanya dan memutuskan sambungan telfon.

Sungmin tersenyum dan mulai melangkah masuk. Semua pasang mata yang ada disana menatapnya heran. Beberapa tersenyum dengan penuh arti, seakan tahu apa yang akan terjadi. Sungmin terus berjalan menuju tempat yang Kyuhyun katakan. Meja yang malam itu dia dan Kyuhyun duduki.

Langkah Sungmin sangat pelan, dadanya berdebar tidak menentu. Ini bukan sekedar euporia untuk malam perpisahannya. Ini tentang perasaannya. Tentang persahabatannya dan Kyuhyun. Tentang apa yang harus dia lakukan dengan hatinya jika malam ini berakhir.

Sungmin sudah bisa melihat punggung Kyuhyun beberapa meter didepannya. Benar, beberapa teman sekolahnya ada disana dengan kamera mereka merekam semuanya. Langkah Sungmin berhenti tiba-tiba saat—

"Aku mencintaimu, sejak dulu. Aku sudah berfikir keras sekian lama tapi kurasa kali ini aku tidak bisa lagi. Ini bukan tentang Prom, bukan tentang malam perpisahan. Ini tentang kita, maukah kau…"

Sungmin terdiam. Tubuhnya melemas seketika. Itu adalah Kyuhyun yang sedang duduk dimeja yang malam itu dia duduki bersama Sungmin. Menggenggam tangan seorang gadis yang sangat mereka kenal. Wajah gadis itu terlihat bersemu dengan senyuman yang merekah. Keduanya saling bertatapan hingga tidak menyadari Sungmin yang kini sudah berdiri disana.

"Maukah kau menjadi kekasihku? Menjadi pasanganku bukan hanya di malam Prom?" sambung Kyuhyun yang masih belum menyadari kedatangan Sungmin.

Victoria, ya, gadis itu adalah Victoria, tertawa riang masih dengan menatap Kyuhyun. Sedetik kemudian dia mengangkat kepalanya dan ternganga. "Oh, astaga!" serunya.

Kyuhyun yang heran melihat ekspresi Vic berbalik. Mendapati Sungmin dibelakangnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Dia lebih terkejut lagi saat mendapati Donghae yang sedang merekam bersama Hyukjae dan Ryeowook yang memegang sebuah papan yang dipenuhi dengan fotonya dan Sungmin.

"S-sungmin, ini bukan seperti yang kau pikirkan," kata Vic panik. Dia segera beranjak dari duduknya dan berdiri disamping Kyuhyun.

Sungmin tersenyum perih. Dia menyodorkan botol wine dalam genggamannya pada Kyuhyun. "Kau bilang kau sangat ingin minum wine ini untuk merayakan kelulusan kita. Tapi saat itu aku tidak mengijinkannya karena kita tahu wine ini sangat langka," katanya pelan. "Sekarang aku berikan ini padamu. Kau bisa meminumnya bersama Vic setelah acara Prom selesai. Menikmati waktu kalian bersama lagi."

Kyuhyun terdiam. Lidahnya kelu. Wajah Sungmin yang seperti ini, belum pernah dilihatnya seumur hidup. "Ming, kau—"

"Promposalku—benar, Promposal itu sebenarnya untukmu. Kau tahu aku akan menyatakan sesuatu, 'kan? Itu untukmu. Tapi kurasa—" kalimat Sungmin terputus. Sebuah isakan kecil keluar dari mulutnya. "Aku mau pulang," gumamnya.

Sungmin menyerahkan dengan paksa wine yang belum diterima Kyuhyun. Tertunduk dalam dan berbalik. Hyukjae dan Ryeowook hanya bisa menatapnya iba. Donghae bahkan tidak mampu berkata-kata. Dia hanya berdiri diam dibalik kameranya yang terus merekam.

"Kau jahat sekali, Kyu. Sungguh," kata Sungmin sebelum dia berlari meninggalkan mereka yang masih termenung disana.

"Lee Sungmin!" seru Hyukjae. "Sialan kau, Cho Kyuhyun," gerutunya dan ikut berlari menyusul Sungmin.

Ryeowook dan Donghae berdiri diam disana. Donghae mengarahkan kameranya pada sudut-sudut tempat tragedy cinta dua sahabat itu. Merekam meja yang sudah didekorasi sedemikian rupa, makanan yang sudah tersedia, bunga-bunga kecil disekitarnya dan cincin yang terletak di atas meja. Seketika matanya membulat, kaget. Dia menatap Kyuhyun yang sejak tadi hanya diam.

"Kau benar-benar, Kyu," gerutu Donghae.

..

.

Sungmin menangis dalam diamnya. Kejadian tadi berputar terus menerus diingatannya. Kyuhyun, Vic, meja yang didekorasi sedemikian rupa, genggaman tangan mereka. Apa? Kyuhyun bilang dia tidak akan membuat Promposal? Lalu yang tadi itu apa?

"Min, sudahlah," kata Hyukjae menenangkan.

"Aku tidak apa-apa, sungguh," gumam Sungmin.

Taksi yang membawa mereka pulang terus melaju. Hyukjae terus menerus menerima telfon dari Donghae tapi tidak dihiraukannya. Baginya, Sungmin yang terpenting saat ini. Sungmin tidak menangis. Pemuda manis itu hanya terus saja diam tanpa sepatah kata pun dan itu lebih membuat Hyukjae khawatir.

"Apa cinta pertama sebegini sakitnya?" tanya Sungmin pelan.

Hyukjae menghela nafas. "Kau ini seperti seorang gadis saja, sudahlah, setidaknya kau tahu harus melakukan apa. Dia masih mencintai Vic, lupakan saja dia. Kau harus mulai benar-benar bersahabat dengannya."

Sungmin hanya diam. Apa dia bisa? Dia pernah mencobanya sekali dan dia gagal. Apa dia harus mencobanya lagi? Seumur hidup bersama Kyuhyun, apa dia bisa menepis rasa cintanya pada pemuda dingin itu? Apa dia bisa melihat Kyuhyun bersama Vic atau dengan orang lain lagi?

"Jika kau begitu menyayanginya, kau harus bisa melihatnya bahagia meski bukan denganmu," gumam Hyukjae. "terdengar mustahil memang, tapi kau harus."

Sungmin terus saja diam sampai taksi yang membawa mereka berhenti didepan rumah Sungmin. "Terimakasih, Hyuk. Sampai bertemu di Prom," katanya sebelum turun.

"Kau tidak akan datang festival sekolah? Teman-teman sekelas pasti menunggumu. Kita sudah mempersiapkan semuanya," kata Hyukjae.

Sungmin menghela nafas. "Lihat nanti saja," gumamnya dan turun. "Susul Donghae, sampaikan terimakasihku padanya dan Wookie."

Hyukjae mengangguk. "Telfon aku jika kau kenapa-kenapa," pesannya.

Sungmin mengangguk dan melangkah masuk kerumahnya. Hyukjae menghela nafas. Masih jelas diingatannya betapa Sungmin sangat bersemangat saat dia menyampaikan idenya tentang Promposal dan Prom. Dia sangat bersemangat untuk menyampaikan semua pada Kyuhyun. Dia juga masih ingat betapa Sungmin susah payah mengumpulkan foto mereka tanpa harus membuat Nyonya Cho dan Nyonya Lee curiga. Untuk apa Sungmin meminta foto masa kecil mereka?

"Kembali ke kedai kopi tadi, ahjusshi," katanya dan disambut anggukan oleh supir taksi.

Ponsel Hyukjae berdering sekali lagi, masih dari Donghae.

"Yeobosseo, chagi," sapanya. "Ne, aku sudah mengantarnya. Tidak, aku yakin dia akan baik-baik saja. Hn— maksudmu? Oh, MWO?! Aish, Cho Kyuhyun sialan!"


Pagi yang lain. Sungmin masih senantiasa mengurung dirinya dirumah. Tidak pergi ke sekolah, tidak keluar sama sekali. Dia melewatkan festival sekolah yang sudah dia rencanakan matang-matang dengan teman sekelasnya. Menyuruh Sungjin mengawasi jikalau Kyuhyun tiba-tiba datang dan menyuruh adiknya untuk mengusir namja itu. Kemarin pagi, Kyuhyun bahkan sampai berteriak-teriak didepan rumah Sungmin meminta Sungmin keluar. Nyonya Lee sampai memarahi Sungmin karena membuat Kyuhyun sampai seperti itu.

"Kau tidak akan ikut Prom?" tanya Nyonya Lee pada Sungmin yang sedang duduk didepan televisi dengan es krim jumbo dipangkuannya.

"Tidak," jawab Sungmin acuh.

"Eomma sudah membelikan setelan paling bagus untukmu lalu kau tidak akan datang? Kau tega sekali," kata Nyonya Lee mendramatisir.

"Aku bisa memakainya lain kali," kata Sungmin.

"Terserah sajalah. Kau sudah seperti suami istri yang sedang bertengkar saja dengan Kyuhyun. Jika nanti kalian menikah, jangan seperti ini. Eomma tidak akan mau membukakan pintu karena kau bertengkar dengan Kyuhyun," kata Nyonya Lee lagi.

"Eomma! Aku tidak akan menikah dengan Kyuhyun!" gerutu Sungmin.

"Kenapa tidak? Jika kalian menikah itu akan lebih baik. Eomma dan Eomma Kyuhyun tidak akan minta keturunan pada kalian. Masih ada Ahra dan Sungjin. Mereka bisa memberi kami cucu yang banyak. Kami sudah cukup bahagia jika kalian bisa bersama," ujar Nyonya Lee keras kepala.

"Eomma!" gerutu Sungmin dengan wajah yang sangat cemberut.

"Aish, arrasseo. Sudahlah, sebaiknya kau pergi. Ini acara perpisahan dengan teman-teman sekolahmu, kau tidak akan merasakannya lagi. Jauhkan egomu itu. Kau bahkan melewati seremonial perpisahan," kata Nyonya Lee dan beranjak meninggalkan Sungmin sendirian.

Sungmin terdiam. Benar. Ini acara perpisahannya dengan semua teman-teman sekolahnya. Masa sekolahnya berakhir malam ini. Dia benar-benar tidak datang pada acara seremonial tadi pagi. Dia tidak mungkin melewati Prom.

"Aku harus pergi, dan menghindarinya sebisaku," gumam Sungmin.

..

Sungmin melirik jam dinding dikamarnya. Sudah pukul 7 malam. Dia sudah siap dengan setelan yang dibelikan Eommanya. Sudah dengan tubuh yang wangi dan rambut yang rapi. Hanya saja, hatinya masih ragu. Haruskah dia pergi? Hyukjae memang sudah berkali-kali menelfonnya mengatakan sebentar lagi dia dan Donghae akan datang menjemput. Mereka akan membawa Sungmin ke Prom apa pun yang terjadi.

Sungmin menghela nafas. Dia sudah berhasil menghindari Kyuhyun sejak malam itu. Tidak mau sedikit pun mendengarkan apa yang namja itu ingin sampaikan. Sungmin sendiri heran, kekanakan sekali sih dirinya. Apa kejadian beberapa tahun lalu akan terjadi lagi? Jujur saja dia tidak ingin.

"Jika dia memang bahagia bersama Vic, aku bisa apa," gumamnya pelan pada pantulan dirinya sendiri dikaca. "Mungkin, aku hanya terlampau kesal karena dia sudah berbohong. Aku tidak suka saat Kyuhyun berbohong. Dia bilang Promposal itu merepotkan, tetapi dia membuat Promposal untuk Vic. Oh, astaga, sudahlah. Lupakan!" gerutu Sungmin.

"Hyung, mereka sudah tiba," terdengar panggilan dari Sungjin.

Sungmin menghela nafas. Astaga, kenapa dia sering sekali melakukan itu sekarang? "Aku turun," sahutnya.

Sungmin merapikan sedikit lagi penampilannya dan melangkah turun. Donghae dan Hyukjae disana menunggunya.

"Aigoo, kalian akan menikah atau bagaimana? Serasi sekali," ejek Sungmin melihat mereka berdua.

"Aish, aku pikir kau tidak akan bersiap-siap," kata Hyukjae.

"Kau manis sekali," puji Donghae menatap Sungmin kagum. "Kau tetap lebih manis, Hyukkie-ah," sambungnya cepat. Hyukjae memukul lengannya malu.

Sungmin tertawa. "Sudahlah, ayo pergi. Ketua panitia tidak boleh terlambat," ajaknya.

"Ah, kajja kajja! Ahjumma, kami berangkat dulu," pamit Hyukjae.

"Aigoo, akhirnya kalian berhasil membawanya keluar. Pergilah, bersenang-senanglah," kata Nyonya Lee.

"Tenang saja, kami akan pulang dengan kabar gembira, ahjumma," kata Hyukjae lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.

Nyonya Lee tertawa dan mengantar mereka keluar.

"Kabar gembira apa?" tanya Sungmin.

"Sudah-sudah, ayo lekas pergi," potong Donghae.

..

.

Sungmin baru tahu bahwa Prom seberisik ini. Musik menghentak menyambutnya begitu dia tiba di aula indoor sekolah. Teman-temannya sudah asik berdansa menggerakkan tubuh mereka ditengah aula. Sungmin tersenyum menyapa beberapa teman yang menyapanya. Mengobrol sebentar saat ada yang bertanya kenapa dia tidak datang saat acara seremonial, dan kemudian mulai mendatangi stand-stand makanan. Makanan ini lebih menarik dibandingkan musik yang berisik itu.

"Sungmin-ah!" suara melengking khas Ryeowook menyapa telinga Sungmin.

"Oh, Wookie-ah! Kau bersama siapa?" tanya Sungmin saat melihat Ryeowook berjalan kearahnya sendirian. "Bukankah harus bersama pasangan?"

"Aish, bukankah kau sendiri sendirian?" ujar Ryeowook dan mereka berdua tertawa. "Aku bersama Yesung hyung. Dia sedang ke toilet, nanti akan kukenalkan dengannya."

"Oh, kekasihmu yang seorang mahasiswa itu?" tebak Sungmin.

Ryeowook mengangguk malu. "Berdansa denganku?" ajaknya.

"Tidak, aku disini saja. Makanannya enak sekali," tolak Sungmin.

Ryeowook tertawa. "Baiklah, aku kesana dulu. Ah, Hyukjae menyuruhmu untuk menemuinya di pintu keluar aula."

"Pintu keluar?" tanya Sungmin.

"Iya, yang menuju taman sekolah. Dia butuh bantuanmu disana," jawab Ryeowook.

"Baiklah, setelah kue-kue ini selesai kucicipi," kata Sungmin.

Ryeowook tertawa lagi dan meninggalkan Sungmin. Sungmin menatap kue-kue dipiringnya. Sesekali pandangannya beralih kekeramaian didepannya. Jujur saja, dia tidak melihat Kyuhyun sejak tadi dan dia mencari-carinya sekarang.

"Mungkin dia tidak datang," gumammnya berusaha acuh dan kembali sibuk pada kue-kuenya.

Sungmin meninggalkan piring kosongnya dan berjalan menuju tempat Hyukjae. Setelah membantu Hyukjae, mungkin dia bisa berdiam disana sebentar. Dia sungguh tidak suka tempat ramai.

"Ah, Sungmin, tolong kesini sebentar," panggil Hyukjae.

"Ada apa? Kau perlu bantuan apa?" tanya Sungmin menghampiri Hyukjae.

Kening indah Sungmin berkerut. Ada sebuah bangku panjang berwarna putih disana, didepannya sebuah layar besar terbentang dan sebuah proyektor.

"Apa ini?" tanya Sungmin.

"Duduklah disini, aku ingin memutarkan sesuatu untukmu," jawab Hyukjae.

Sungmin duduk dibangku itu. Dia menatap bingung Hyukjae yang tersenyum.

"Lee Sungmin," Sungmin tersentak. Itu suara Kyuhyun. Dia mencari-cari sebelum pandangannya terpaku pada layar didepannya. "Lee Sungmin, kau sungguh keterlaluan. Bahkan tidak mendengarkan penjelasanku sedikit pun," kata Kyuhyun dari layar didepan Sungmin.

"Romantislah sedikit, bocah!" itu suara Donghae. Sepertinya dia yang merekam.

"Tidak perlu, dia bukan seorang gadis yang perlu diromantisi," kata Kyuhyun dilayar sekali lagi.

"Bukankah ini malam itu?" tanya Sungmin pada Hyukjae dan disambut anggukan oleh Hyukjae.

"Aku tidak ada apa-apa dengan Vic. Sungguh. Kau membuatnya ketakutan setengah mati, kau tahu," dan kamera menyorot Vic yang tersenyum kaku sambil melambaikan tangan. "Dia disini membantuku mempersiapkan semuanya. Kau salah paham. Ini semua aku persiapkan bukan untuknya."

"Cih," decih Sungmin. "Lalu untuk siapa?" tanyanya entah pada siapa. Hyukjae tertawa dibelakangnya.

"Menurutmu, kenapa aku menyuruhmu untuk datang kemari? Memaksamu untuk menyusulku? Aku menyuruhmu datang kemari bukan untuk memperlihatkan apa yang tadi kau lihat," Kyuhyun terlihat menggerutu. "Ini untukmu," gumam Kyuhyun dengan mata yang tepat melihat ke kamera.

Sungmin tersentak. Tatapan mata Kyuhyun seperti tepat menatap kematanya. Dan lagi, untuk Sungmin?

"Dia gila, ya?" gumam Sungmin meminta pendapat Hyukjae. Hyukjae hanya tersenyum sambil menggedikkan bahu.

"Aku yakin setelah ini kau tidak akan mau menemuiku dan aku akan dimarahi Eomma karena membuatmu marah. Tapi sungguh, ini semua untukmu. Vic memaksaku untuk membuat Promposal untukmu. Dia bilang, kau mencintaiku," Kyuhyun menjeda kalimatnya. Dia tertunduk sambil menggaruk tengkuknya.

Sungmin mengumpat. Wajahnya menjadi semerah tomat. Bagaimana Vic bisa tahu?

"Seperti aku," sambung Kyuhyun dan kembali menatap kamera. Kamera bahkan menangkap semburat merah dipipi pucat Kyuhyun

"MWO?" seru Sungmin. Kali ini wajahnya menjadi jauh lebih merah. "Dia sudah gila?!" umpatnya entah kepada siapa.

"Nanti aku akan jelaskan langsung padamu tentang itu. Yang jelas, kau salah paham tentang malam ini. Aku dan Vic sudah selesai sejak dulu. Aku sudah tidak bisa lagi bersamanya. Dia sudah punya orang lain," kamera menyorot Vic yang memamerkan sebuah cincin dijari manisnya. "Aku tidak akan mengganggu tunangan orang," sambungnya.

Sungmin tercengang lagi. Dia hanya berdehem malu. Dia salah paham?

"Lee Sungmin, kau harus datang ke Prom denganku. Atau mereka akan menyeretmu apa pun caranya."

PIP! Layar mati. Sungmin bergerak gelisah. Dia jadi merasa bersalah karena sudah memperlakukan Kyuhyun seperti ini dan berfikir yang buruk tentang Vic.

"Hyu-Hyukjae-ah, bagaimana ini? Aku-aku salah paham?" gumam Sungmin panik.

Hyukjae tertawa geli. "Jelaskan saja padanya, tugasku hanya sampai disini," katanya sambil menunjuk seseorang yang datang menghampiri mereka.

Sungmin mencari arah yang ditunjuk Hyukjae. Sungmin terdiam. Kyuhyun berjalan kearahnya dengan senyuman mautnya. Dia terlihat tampan dengan setelan yang membalut tubuhnya.

"Kalian bersekongkol ya?!" tuding Sungmin, wajahnya cemberut. Hyukjae hanya tertawa dan menggedikan bahunya.

"Akhirnya aku bisa bertemu denganmu. Susah sekali menemui beberapa hari ini," kata Kyuhyun. Dia menyodorkan botol wine yang digenggamnya pada Sungmin.

Sungmin meraihnya dan menatap Kyuhyun bingung. "Kau mengembalikan ini padaku?" tanyanya. Ini adalah wine yang Sungmin berikan.

"Tentu saja tidak. Aku menginginkan wine itu sejak lama. Kita akan meminumnya bersama nanti," jawab Kyuhyun. "Hyukjae hyung, tugasmu sudah selesai, gomawo," katanya.

Sungmin mencibir. "Sejak kapan kau memanggilnya hyung?"

"Dia berjanji akan memanggilku terus seperti itu jika aku bisa membuatmu berdiri dihadapannya," jawab Hyukjae. "Sudahlah, aku masuk dulu. Kalian harus segera menyusul."

Kyuhyun mengangguk dan mengibaskan tangannya, mengusir Hyukjae.

"Aish! Kau ini!" gerutu Hyukjae dan beranjak pergi. Meninggalkan Kyuhyun dan Sungmin berdua saja dalam keheningan.

"Hn…" mereka berdua berdengung.

"Kau salah paham," kata Kyuhyun pelan. Dia menatap Sungmin yang tertunduk didepannya.

"A-aku tahu. Mian," gumamnya.

"Seharusnya kau mendengarkanku dulu. Saat itu aku hanya mencoba— maksudku meminta bantuan Vic untuk melihat apakah aku masih terlihat sangat gugup saat akan menyatakan perasaanku padamu. Aku hanya mencobanya," kata Kyuhyun.

Sungmin menatap Kyuhyun. "Tidak, yang lebih penting adalah, apa kau bercanda tentang ini semua?" tanya Sungmin. Matanya mengerjap polos pada Kyuhyun.

"Yang benar saja. Aku serius, Min," jawab Kyuhyun.

Wajah Sungmin bersemu merah. "Kau tahu, aku sudah mencintaimu sejak kita sama-sama baru mendapatkan mimpi basah."

Kyuhyun tercengang. "Selama itu? Dan kau menahannya? Merahasiakannya dariku?"

Sungmin mengangguk.

"Maaf, aku tidak peka. Aku memang tidak tahu sejak kapan perasaanku padamu berubah. Entah sejak aku pertama kali melihatmu saat aku bayi atau saat kau selalu ada dihari-hariku saat aku patah hati karena hubunganku dengan Vic. Aku kesal saat kau bercerita bahwa kau mencintai seseorang dulu sekali. Aku kesal saat matamu berbinar menceritakan tentang perasaanmu. Dengan bodohnya, aku kesal tanpa sadar bahwa ternyata binar mata itu untukku. Lee Sungmin, maaf," kata Kyuhyun. Dia tersenyum tulus.

Sungmin mengerjap. Ini pertama kali seumur hidupnya mendengar Kyuhyun berbicara seperti ini. "Lalu?" tanyanya pelan.

"Lalu Vic mengatakan sesuatu yang membuatku meyakini semuanya. Dia bilang kau selama ini mencintaiku. Dia bisa melihat dari matamu. Dia bahkan sudah sadar sejak kau menjauhi karena aku berpacaran dengan Vic—"

"Aku tidak menjauhimu karena itu!" potong Sungmin.

"Ck, semakin kau menyangkal aku semakin yakin kau menjauhiku karena itu."

"Aku tidak!" bantah Sungmin keras kepala.

"Terserah padamu! Yang jelas saat ini aku tidak lagi bisa menjauh darimu! Jika dulu aku tahan kau diamkan selama enam bulan, sekarang kau diamkan aku satu jam saja aku sudah panik setengah mati. Aku tidak tahu kenapa dan Vic bilang itu bukti bahwa perasaanku padamu sudah berubah. Ini bukan sekedar perasaan kepada seorang sahabat atau teman masa kecil lagi."

Sungmin terdiam. Dia menunduk lagi, menyembunyikan wajahnya yang bersemu.

"Aku melihatmu sebagai seorang pria sekarang," kata Kyuhyun. "Aku—mencintaimu, Lee Sungmin. Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa. Kau tahu, aku bukan Donghae yang romantis."

Sungmin tertawa kecil. "Maaf sudah menghindarimu," katanya tulus.

"Tentang aku yang senang Vic kembali ke Seoul, itu karena aku butuh dia sebagai sahabat. Bersahabat dengan seorang gadis aku rasa ada baiknya. Setidaknya dia bisa mengajarkanku untuk sedikit saja peka terhadapmu," jelas Kyuhyun.

Sungmin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Rasanya aku jahat sekali sudah befikir yang tidak-tidak tentang Vic."

"Bicarakan itu nanti. Yang terpenting, kau benar akan pergi ke Jepang? Apa kau menerima tawaran Lee Aboji? Eomma bilang bahkan Eommonim sudah membicarakannya pada Eomma," tanya Kyuhyun. Kepanikan terdengar dari nada bicaranya.

Sungmin tersenyum. "Apa sebaiknya aku pergi?" tanyanya.

"Oh, yang benar saja!" gerutu Kyuhyun. Sungguh, dia kesal dengan pertanyaan Sungmin.

"Tidak, aku tidak bisa pergi. Bukankah kita akan ke universitas bersama?" kata Sungmin. Dia tersenyum lebut sekali pada Kyuhyun.

"Oh, jinjjayo?" Kyuhyun tertawa lepas. "Oh, aku lega sekali," gumamnya.

Sungmin tersenyum menatap Kyuhyun. "L-lalu, lalu kita…"

Kyuhyun berhenti tertawa. Dia menatap Sungmin tepat dimatanya. Diraihnya tangan sebelah tangan Sungmin dan meletakkan didadanya. "Aku tidak tahu sejak kapan jantungku selalu berdebar seperti ini setiap kali bersamamu. Maaf ya, aku tidak peka," gumamnya.

Sungmin hanya mampu mengangguk dengan wajahnya yang tersipu.

Kemudian, Kyuhyun merogoh saku celananya mencari-cari sesuatu. "Ini—ini memang bukan yang mahal. Jika nanti aku sudah berkerja dan punya uang cukup, aku akan membelikan yang lebih bagus. Setidaknya ini sebagai tanda bahwa kau sudah ada yang punya," katanya.

Sungmin mengernyitkan dahinya. "Apa?" tanyanya.

Kyuhyun mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya. "Ini, sebenarnya akan aku berikan malam itu. Donghae memarahiku habis-habisan karena hanya bisa diam dan membiarkanmu pergi. Aku hanya bingung harus bagaimana. Aku tidak pernah melihat wajahmu seperti malam itu," jawab Kyuhyun.

Kyuhyun memasangkan cincin itu dijari tengah Sungmin.

"Ah, syukurlah ukurannya pas. Untuk sekarang biar cincin ini disini dulu. Nanti aku akan membuatnya terpasang dijari manismu. Bersabar saja," kata Kyuhyun bersungguh-sungguh.

Sungmin menatap jarinya yang sudah dipasangi cincin itu. Dicincin itu terukir jelas nama Kyuhyun, Cho Kyuhyun's, begitu tulisannya. Sungmin menatap Kyuhyun, "Kau sungguh tidak romantis. Dan, apa-apaan ini? Cho Kyuhyun's? Apa aku milikmu? HUH?!" seru Sungmin.

"Aku tidak biasa dengan hal-hal romantis yang ada dipikiranmu itu. Terima sajalah! Dan, iya! Kau adalah milikku! Milik Cho Kyuhyun! Mulai sekarang jangan berusaha untuk melupakan cintamu padaku! Biarkan dia tumbuh hingga kau tidak bisa lagi menampungnya! ARASSEO?!" Kyuhyun balik berseru. Kesal sekali dia mendengar Sungmin bertanya apakah namja manis itu miliknya. Apa ini semua belum membuat Sungmin mengerti?

Sungmin cemberut. "Pemaksaan sekali," gerutunya. "Kau sungguh tidak romantis! Apa kau tidak bisa berlutut dihadapanku sambil memberikan cincin ini?! Memasangkannya dengan romantis bukan malah sambil berbicara padaku seperti itu?! HUH?! Dan-dan—"

"Jangan seperti ini lagi. Kau seperti gadis saja," keluh Kyuhyun.

"YA! Berhenti mengataiku seorang gadis! Kau, apa kau benar-benar mencintaiku?! Aish! Cho Kyuhyun kau benar-ben—hmmpft…"

Sungmin terdiam. Matanya membulat sempurna. Tangannya yang masih berada didada Kyuhyun, yang digenggam oleh tangan besar dan hangat itu, bergetar. Bibirnya bungkam. Sedetik kemudian, saat dia sudah menyadari bahwa ternyata bibir Kyuhyunlah yang membungkam bibirnya, dia memejamkan matanya.

Kyuhyun tidak pernah tahu ternyata bibir Sungmin terasa amat manis dibibirnya. Sungmin juga baru tahu ternyata bibir yang selama ini selalu mengejeknya terasa sangat pas dibibir mungilnya. Lumatan-lumatan kecil Kyuhyun, membuat debar-debar dijantungnya semakin menggila.

"O-oh," gumam Kyuhyun setelah dia melepas tautan bibir mereka. Dia menyentuh-nyentuh bibirnya. "Aku akan sering-sering melakukannya," gumamnya sambil berkedip pada Sungmin.

Sungmin melengos malas, menyembunyikan rona merah dipipinya.

"Kemari," ujar Kyuhyun dan menarik Sungmin dalam dekapannya. Memeluk namja yang lebih pendek darinya itu erat tapi hangat. "Aku akan membayar waktu yang kau gunakan untuk diam-diam mencintaiku. Aku akan membayarnya dengan cinta yang lebih besar. Jadi, teruslah disisiku, Lee Sungmin," bisiknya.

Sungmin tersenyum. "Ne, aku akan terus disisimu selamanya. Bahkan tanpa kau suruh."

"Aku mencintaimu," bisik Kyuhyun dan mengecup puncak kepala Sungmin.

"Aku juga—aku juga mencintaimu, Kyuhyun," balas Sungmin dan menenggelamkan wajahnya didada Kyuhyun.

"Aku mencintaimu, sahabat masa kecilku. Will you be my Prom?" tanya Kyuhyun sambil tertawa pelan.

Sungmin ikut tertawa. "Tentu," jawabnya.

"Bisakah kita berdansa disini saja? Didalam berisik sekali," kata Kyuhyun.

Sungmin menengadah dan mengangguk. "Aku tidak suka tempat berisik," sahutnya.

Kyuyun mengecup bibir Sungmin sekali lagi dan mulai menggerakkan kakinya pelan. Langkah yang sangat pelan dengan Sungmin yang masih dalam dekapannya. Temaram lampu taman dan bintang-bintang diatas sana menerangi mereka.

"Bagaimana kalau setelah ini kita pulang saja dan minum wine?" usul Kyuhyun.

"Lalu Promnya?" tanya Sungmin.

"Biarkan saja," jawab Kyuhyun.

"Hyukjae pasti akan marah. Kita disini saja sampai selesai. Lalu pulang dan minum wine," kata Sungmin.

Kyuhyun berfikir. "Baiklah, terserah kau saja."

Sungmin tersenyum dan mendekap Kyuhyun erat. Mungkin Promposalnya memang gagal. Tapi setidaknya Kyuhyun ada disini bersamanya sekarang. Menyambut cintanya penuh suka cita.

"Bagaimana Vic bisa tahu bahwa aku mencintaimu?" tanya Sungmin.

"Terpancar dari matamu, katanya," jawab Kyuhyun. "Dia berhasil meyakinkanku bahwa apa yang kurasakan selama ini tidak salah dan kau memiliki perasaan yang sama. Dia bersikeras bahwa apa yang aku rasakan padamu adalah cinta. Aku heran kenapa dia bisa yakin sekali."

Sungmin mengangguk lagi. Ternyata, dia gagal. Mungkin dia berhasil menyembunyikannya pada Kyuhyun. Tapi dia gagal menyembunyikan rasa cintanya dari orang lain.

"Kau tahu, aku bahkan sampai tidak bisa tidur ketika menyadari bahwa aku benar mencintaimu. Apa yang harus aku katakan pada Appa dan Eomma, ya meskipun aku tahu mereka pasti sangat mendukung," kata Kyuhyun. Dan dia terus saja mengocehkan hal-hal tentang mereka.

Sungmin hanya tersenyum. Menikmati wangi tubuh Kyuhyun yang memenuhi rongga paru-parunya. Mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut pemuda yang sangat dia cintai itu. Membiarkan dirinya terlarut lebih dalam pada semua hal memabukkan ini. Membiarkan Kyuhyun membimbing tubuhnya berdansa dibwah langit malam itu.

"Video Promposal itu, lebih baik kita menontonnya nanti saja. Hyukjae bilang dia punya satu salinan khusus untuk kita. Hadiah perpisahan katanya," kata Kyuhyun.

"Oh, itu bagus," sahut Sungmin.

"Menontonnya dikamarku, malam ini?" tanya Kyuhyun sekali lagi, die mengedipkan sebelah matanya pada Sungmin yang menatapnya.

"Aish, kau ini!" gerutu Sungmin dan mereka tertawa.

-END-