Happy KyuMin Day! Happy JOY day! Ini fic untuk merayakan kebersamaan OTP kita yang kesekian kalinya. Ini 2Shot dan chapter duanya akan dipost hari ini juga, secepatnya. Chapter 2 sedang diutak-atik dulu. Dan, maafkan untuk fic yang mungkin tidak ada feel ini. Tapi percayalah, aku berharap hati kalian menghangat membaca ini. Teruslah cintai KyuMin!

Kazuma Arakida
KyuMin
Kyuhyun x Sungmin

Rated : T
Romance, AU, School Life
Yaoi, boyxboy, gaje^^V

Typo!
no bashing, no copying.

REVIEW~

They belongs to each other.
This fic is MINE!

"Prom?" tanya Cho Kyuhyun dengan kerut dikeningnya. Pemuda kelewat tampan itu membenarkan kacamata yang bertengger dihidung mancungnya yang selalu dia pakai saat sedang kencan dengan laptopnya.

Pemuda lain yang duduk dihadapannya dengan wajah yang kelewat manis untuk ukuran laki-laki itu mengangguk penuh semangat. Membuat ayunan bangku kayu yang mereka duduki ikut sedikit bergoyang. "Seperti sekolah-sekolah barat, Kyu!" serunya.

"Dan sekolah kita mengadakan itu untuk acara perpisahan angkatan kita?" tanya Kyuhyun sekali lagi.

Lee Sungmin, namja manis tadi, mengangguk sekali lagi. Pipinya yang gembul itu bersemu merah. "Dan kau tahu, Promposal? Panita Prom mewajibkan setiap angkatan kita untuk membuat Promposal untuk mengajak pasangan masing-masing, yang akan direkam dan ditayangkan saat malam Prom serta dibagikan satu-satu kepada kita."

Kyuhyun kembali menatap layar laptop dipangkuannya. Dia hampir saja kalah tadi jika dia tidak cepat-cepat kembali fokus pada gamenya. "Siapa panitianya?"

"Lee Hyukjae, dan beberapa gadis yang selalu kau anggap berisik itu," jawab Sungmin.

"Cih," Kyuhyun berdecih. Pantas saja. Lee Hyukjae dan gadis-gadis berisik itu jika digabungkan memang selalu akan menghasilkan sesuatu yang aneh, setidaknya itu menurut Kyuhyun. "Kenapa mereka bisa akrab? Bukankah Hyukjae membeci gadis-gadis itu karena selalu saja menggoda Donghae?"

"Hyukjae itu sangat professional, kau tahu. Dia dan gadis-gadis berkaki panjang itu menyiapkan semuanya dengan sangat sempurna."

"Fokus saja pada ujianmu. Lupakan masalah Prom bodoh itu," kata Kyuhyun.

Sungmin merengut. "Itu malam perpisahan, Kyu. Sekali seumur hidupmu. Masa-masa sekolah saat berumur 18 tahun tidak akan bisa kau rasakan lagi."

"Jangan drama. Kau terdengar seperti anak gadis lagi sekarang," gumam Kyuhyun sambil memutar bola matanya.

Sungmin memukul kepala Kyuhyun cukup keras.

"YAK!" seru Kyuhyun kesal.

"MWO?!" Sungmin balas berseru dengan mata melotot dan malah membuatnya terlihat lebih imut dari sebelumnya.

"BERHENTI MEMUKUL KEPALAKU, LEE SUNGMIN!"

"SESUKAKU! AKU TIDAK AKAN BERHENTI JIKA KAU TIDAK BERHENTI MENGATAIKU SEPERTI SEORANG GADIS LAGI!"

"AISSSH!" kali ini bersamaan.

"Ya~ Aku tahu, lima menit setelah kalian bertengkar kalian akan kembali berbaikan, tapi bisakan kalian tidak berteriak? Kupingku sa~kit sekali mendengarnya. Aigoo~" Nyonya Lee menggelengkan kepalanya melihat kedua pemuda kesayangannya itu. "Kalian sudah bersama sejak kecil kenapa masih saja selalu seperti ini," gumamnya lagi dan berlalu.

"Eommonim," panggil Kyuhyun. Nyonya Lee berhenti dan menaikkan alisnya tanda bertanya. "Apa, Eomma dan Appa masih lama berada di Shanghai?" tanyanya.

"Wae? Kau sudah merindukan mereka?" Nyonya Lee balik bertanya sambil menggoda Kyuhyun.

"Aniya, aku hanya bertanya. Jadi aku bisa tahu apa aku harus terus menginap disini atau pulang," jawab Kyuhyun dengan wajah sedikit cemberut. Dia tidak semanja itu. Dia bisa saja menelfon mereka, tapi Kyuhyun terlalu gengsi untuk bertanya hal seperti itu bahkan kepada kedua orang tuanya.

Nyonya Lee tertawa. "Rumahmu tepat didepan rumahku, kenapa kau terlalu berfikir keras untuk itu. Kau persis seperti Appamu, Kyu. Kau masih harus menginap disini. Appa dan Eommamu akan pulang lusa," katanya.

"Ah, jika begitu, bisakah Eommonim membuatkan lebih banyak makanan enak? Aku akan belajar untuk persiapan ujian besok," tanya Kyuhyun dengan wajah datarnya. Sungmin disampingnya sudah mendelik, itu adalah cara Kyuhyun untuk meminta sesuatu. Selalu seperti itu dengan wajah datarnya.

"Omo~ Tentu saja, apapun untuk uri Kyuhyunnie~" jawab Nyonya Lee dengan wajah sumringah. "Lee Sungmin, belajarlah dengan giat seperti Kyuhyunnie. Kerjamu hanya menghayal saja. Tidak akan ada pangeran yang akan datang padamu jika kau malas belajar. Kyuhyun yang umurnya dua tahun dibawahmu saja bisa menyusulmu. Ck, aish," omel Nyonya Lee dan beranjak menuju dapur.

Sungmin melotot, wajahnya bersemu merah. "Pangeran katanya?" gumam Sungmin.

"Bahkan Eommonim tahu bahwa yang kau hayalkan adalah seorang pangeran. Cih, dasar gadis," ejek Kyuhyun.

"AISH!" seru Sungmin.

Dan teriakan-teriakan disiang hari itu kembali terdengar.


Cho Kyuhyun dan Lee Sungmin sudah saling mengenal sejak mereka masih direncanakan untuk lahir. Terlalu cepat? Ya seperti itulah kira-kira. Orang tua mereka yang bersahabat dekat menjadi faktor utama. Faktor kedua adalah rumah mereka yang saling berhadapan, hanya beberapa langkah untuk bisa mencapai rumah masing-masing. Faktor ketiga adalah mereka yang selalu satu sekolah sejak di sekolah dasar hingga sekarang. Dan masih banyak faktor-faktor lainnya yang membuat mereka menjadi sedekat ini.

Orang tua Kyuhyun adalah orang tua Sungmin, begitu pula sebaliknya. Kedua orang tua itu bahkan sempat berniat menjodohkan Sungmin dengan Ahra, anak sulung keluarga Cho yang sedang meneruskan sekolahnya di luar negri hanya agar persahabatan mereka bisa lebih erat lagi. Namun tidak berhasil. Kyuhyun tidak ingin Ahra noonanya memiliki kekasih yang terlihat seperti seorang gadis. Ahra tidak bisa menerimanya karena Sungmin lebih muda dan dia tidak tertarik dengan anak-anak dikeluarga Lee— termasuk si bungsu Sungjin yang juga sangat tampan— karena sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Sedangkan Sungmin, dia tidak tahu sejak kapan dia hanya tertarik pada Kyuhyun.

Mungkin, sejak mereka mulai mengalami pubertas. Entah bagaimana Kyuhyun yang dua tahun lebih muda dari Sungmin mengalami masa pubertas yang sama. Meski Sungmin tidak tahu apa yang berubah dari perasaan Kyuhyun padanya, yang jelas Sungmin berubah. Melihat fisik Kyuhyun yang menjadi lebih tinggi— padahal sejak mereka kecil Sungmin selalu jauh lebih tinggi, pubertas yang dialamai Kyuhyun cukup membuat Sungmin kesal sebenarnya—, lebih tegap, dengan wajahnya yang tampan, dengan suara bass yang menawan, membuat Sungmin tidak lagi bisa mengontrol detak jantungnya.

Bahkan saat Kyuhyun berhasil mengambil akselarasi dan membuat mereka menjadi satu kelas saat di junior high school, Sungmin tidak mau memisahkan dirinya dari Kyuhyun. Dia selalu mengomel saat gadis-gadis mulai mengerubungi Kyuhyun dan berteriak histeris pada pemuda itu. Dia selalu tidak suka saat gadis-gadis memberikan coklat saat valentine padahal akhirnya coklat-coklat itu berakhir diperutnya.

Sungmin bahkan menangis seorang diri saat akhirnya Kyuhyun memperkenalkan seorang gadis sebagai pacarnya saat mereka baru saja masuk di Sapphire, senior high school mereka.

Kyuhyun yang memang tidak peka, tidak pernah menyadari perasaan Sungmin. Baginya segala sikap Sungmin hanya bentuk rasa takut berlebihan kehilangan sahabatnya karena mereka sudah terlalu dekat sejak kecil. Hanya itu, dia tidak pernah berfikir lebih.

Termasuk saat Sungmin berhenti menegurnya, berhenti berbicara padanya, berhenti datang kerumahnya, berhenti pergi bersama dengannya kesekolah, berhenti merengek padanya, berhenti menampakkan wajah lucunya, saat dia mengenalkan Victoria Song, teman mereka disekolah sebagai kekasihnya. Gadis China itu satu-satunya gadis yang berhasil menarik hati Kyuhyun. Dan karena gadis itu Sungmin berusaha berhenti mencintai Kyuhyun.

Enam bulan Kyuhyun berpacaran dengan Vic, enam bulan pula mereka berjauhan. Sungmin setengah mati menahan diri untuk tidak berteriak pada Kyuhyun bahwa aksi diamnya karena dia amat sangat mencintai pemuda berkulit pucat itu. Bahkan dia mengutuk Kyuhyun karena dengan santainya datang ke kamarnya dengan wajah sendu. Mengatakan bahwa dia dan Vic putus, karena Vic harus melanjutkan sekolahnya keluar negri.

Kyuhyun menganggap aksi diam Sungmin karena Sungmin juga mulai menyukai orang lain, seperti dirinya. Dan Kyuhyun menganggap itu hal wajar, sementara waktu memberi ruang untuk kehidupan pribadi masing-masing. Bukankah mereka terlalu menempel satu sama lain? Dan Sungmin memukul kepalanya berkali-kali malam itu. Mereka berakhir dengan Kyuhyun menginap disana sambil terus menceritakan segala perasaannya tentang Vic.

Tidak peka sedikit pun dengan hati Sungmin yang kembali patah malam itu. Tidak peka dengan wajah Sungmin yang terluka malam itu. Bahkan kecupan yang Sungmin berikan dibibirnya malam itu, Kyuhyun anggap sebagai rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. Sekali lagi, hati pemuda berwajah manis itu patah.

Bertahun-tahun sejak malam itu, Sungmin sadar dia gagal dalam usahanya untuk berhenti mencintai Kyuhyun. Dia bertekad hanya akan mengurangi kadar rasa cintanya. Mustahil. Tidak mencintai Kyuhyun adalah mustahil. Berharap Kyuhyun mencintainya pun begitu. Kyuhyun menyukai gadis, tidak seperti dirinya yang sepertinya sejak lahir sudah ditakdirkan hanya akan mencintai Kyuhyun, tidak orang lain.

Yang jelas hubungan mereka kembali seperti semula. Sungmin akan selalu bersama Kyuhyun, begitu pun sebaliknya.


"Kyu, tentang Prom—" Sungmin menggantung kata-katanya. Melirik Kyuhyun yang sedang sibuk dengan buku catatan didepannya. Mereka sedang belajar mengingat besok adalah ujian akhir mereka. "Kau akan mengadakan Promposal untuk seseorang?" tanya Sungmin.

Kyuhyun diam. Tangannya menulis beberapa angka dan berhasil menyelesaikan satu soal lagi. Cho bungsu ini jenius, untuk apa dia belajar keras setengah mati begini?

"Aku akan membuat Promposal sekaligus menyatakan perasaanku," gumam Sungmin.

Tangan Kyuhyun tiba-tiba berhenti menulis, tapi dia tidak mengalihkan sedikit pun pandangannya dari buku.

"Aku rasa sudah saatnya," kata Sungmin sambil tersenyum lembut.

Kyuhyun menyerah. Dia melirik jam tangannya dan meletakkan pensilnya. Dia memberi Sungmin waktu sepuluh menit untuk perbincangan ini. "Baik, jika pikiranmu masih saja pada Prom sialan itu, mari bicarakan. Setelah itu aku mau kau fokus pada buku-bukumu, Lee Sungmin. Kita siswa tahun akhir saat ini, jika kau lupa."

Sungmin tersenyum. "Nah, begitu dong," katanya sumringah. "Aku akan membuat Promposal untuk orang itu. Kau tahu 'kan? Aku rasa aku harus menyatakannya sekarang sebelum ada yang pergi. Setidaknya aku harus membuat kenangan yang jauh lebih bagus disaat terakhir. Mengajaknya ke Prom bersamaku, menikmati malam terakhir itu dengan tawa dan bergelas-gelas soda—atau wine," Sungmin tertawa. "Setelahnya, jika dia ingin pergi, aku akan melepasnya. Jika dia memang tidak bisa menerimaku, aku tidak apa-apa. setidaknya aku sudah melakukan semua yang aku inginkan," katanya. Matanya menatap Kyuhyun dalam dengan senyuman yang jauh lebih lembut.

"Siapa?" tanya Kyuhyun.

Sungmin hanya tersenyum. Memeluk boneka yang sejak tadi mengganjal perutnya agar tidak menggencet ujung meja. "Nanti kau juga akan tahu. Begitu ujian selesai, kemeriahan Prom akan menjawab semuanya," jawab Sungmin.

Kyuhyun diam. Sungmin selalu berbinar saat menceritakan orang ini. Kyuhyun bahkan kagum karena Sungmin berhasil menyembunyikan satu rahasia ini padahal Sungmin tidak pernah bisa bermain rahasia dengannya. Kyuhyun amat sangat penasaran. Sungguh. Wajah sumringah Sungmin, matanya yang berbinar, senyuman lembutnya, siapa yang berhasil mengambil alih itu semua?

"Kau akan mengadakan Promposal juga?" tanya Sungmin.

"Tidak," jawab Kyuhyun cepat. "Membuang-buang waktuku," sambungnya.

Sungmin tersenyum, sangat tipis, tapi dengan semburat merah dipipinya. "Ah, baiklah, ayo kita belajar hingga tengah malam, Kyuhyun-sshi~~" serunya bersemangat.

Kyuhyun menggelengkan kepalanya lalu kembali sibuk pada catatan-catatan mereka. Siapa? Siapa si sialan itu? batinnya.


Hari ujian dimulai. Ini adalah hari-hari paling melelahkan nomor satu bagi Kyuhyun dan Sungmin. Hari-hari melelahkan nomor dua adalah saat ujian masuk universitas. Mereka benar-benar tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain selain ujian dan belajar. Bahkan Kyuhyun memutuskan untuk terus menginap dirumah Sungmin meski orang tuanya sudah pulang dari Shanghai. Nyonya Cho dan Nyonya Lee sibuk menyiapkan makanan untuk kedua anak mereka. Sungmin tidak bisa belajar jika tidak dengan makanan, dia yakin beratnya bertambah lagi sekarang.

Pagi, siang, malam, yang mereka kerjakan hanya belajar. Kyuhyun bahkan berhasil meninggalkan kencannya dengan laptop beberapa hari ini. Sebuah hal yang mengagumkan mengingat namja itu tidak bisa sehari saja tidak bermain game.

Sedang Sungmin, dia masih sangat sempat memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk Promposal yang dimulai besok.

"Hyukjae-ah, apa kau sudah memikirkan untuk Promposal?" tanya Sungmin saat mereka sedang berada dikantin. Siang ini, dihari terakhir ujian, kantin sungguh sangat ramai. Wajah-wajah tanpa beban terlihat disana-sini.

Hyukjae menggeleng. "Aku hanya memikirkan agar itu semua berjalan sukses. Aku ketua panitia, Minnie," jawabnya. "Lagi pula, Donghae yang harusnya memikirkan Promposal. Dia yang akan mengajakku," sambungnya dengan wajah bersemu.

"Ah, benar. Kau bukan hanya akan mengurus Promposal. Berapa lama waktu yang diberikan untuk Promposal?"

"Tiga hari, hanya tiga hari. Sisanya kami akan menyiapkan untuk Prom dan segala keperluannya."

Sungmin mengangguk dan diam.

"Kau akan melakukannya?" tanya Hyukjae sambil menatap Sungmin.

"Tentu saja," jawab Sungmin bersemangat. "Aku sudah membuat semua persiapannya."

Hyukjae tersenyum. "Aku dan Donghae yang akan langsung merekam Promposalmu. Tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik untukmu."

"Aigoo~ Hyukkie-ah, kau baik sekali~" kata Sungmin dan memukul bahu sahabatnya itu. dan mereka tertawa.

"Dimana Kyuhyun?" tanya Hyukjae.

Sungmin menggedikkan bahunya. "Sebentar lagi dia akan kemari," jawab Sungmin.

Mereka kembali diam. Menikmati makan siang masing-masing sambil bersenda gurau dan sesekali curhatan Hyukjae tentang seme tersayangnya, Donghae.

"Sungminnie," sapa satu suara yang tiba-tiba menginterupsi kegiatan makan mereka.

Sungmin terdiam. Matanya membulat sempurna. Dia tidak akan pernah lupa dengan suara ini.

"Hai, Sungminnie. Kyuhyun sering bercerita tentangmu. Perkenalkan aku…" suara dari masa lalu itu terngiang dipikirannya.

"Victoria-sshi—" gumam Hyukjae. Dia saja terlihat cukup kaget melihat gadis yang berdiri dihadapannya itu.

Sungmin berbalik cepat untuk melihat siapa yang menyapanya dengan sangat ramah dari belakang. "Vic…" gumamnya.

"Astaga, lama tidak bertemu kalian. Apa kabar?" sapanya sangat ramah sambil memeluk Hyukjae dan Sungmin bergantian.

Sungmin hanya diam. Nyeri dihatinya berdenyut sekali lagi. Sangat jelas dimatanya bahwa dibelakang gadis yang kini semakin cantik itu Kyuhyun berdiri. Menatap Sungmin dengan senyuman yang sangat cerah.

"Kapan kau tiba?" tanya Hyukjae, melirik Sungmin sedikit.

"Kemarin, sekolahku sudah selesai dan aku pulang. Aku akan melanjutkan sekolahku disini. Hyukkie-ah, kudengar kau mengadakan Prom disekolah kita?" tanya bersemangat. Gadis ini, bahkan dia tidak canggung sedikit pun meski sudah lama tidak bertemu.

Hyukjae tertawa. "Benar, aku keren 'kan?" tanyanya.

"Kau selalu keren, Hyukkie. Sepertinya aku akan mengalami dua kali Prom disenior high schoolku," jawabnya sambil melirik Kyuhyun dan mereka saling tersenyum. "Kau akan mengundangku kan?" tanyanya pada Hyukjae.

"O-oh, tentu. Satu undangan khusus untukmu," jawab Hyukjae bingung. Jika dia menolak, teman-teman Vic yang lain pasti akan memohon juga padanya. Meski gadis ini sudah tidak lagi bersekolah disini, Hyukjae yakin sahabat-sahabat lamanya masih ingin Vic ada diacara Prom itu. Gadis baik hati ini, benar-benar bisa menjaga eksistensinya.

Sungmin terdiam. Saat Victoria berbicara padanya, dia berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja meskipun dia tidak. Senyuman manis tidak pernah lepas dari wajahnya.

"Dia kembali, Min," gumam Kyuhyun dengan senyuman cerah diwajahnya.

Sungmin terdiam. Ketakutan besar apa ini yang tiba-tiba datang kehatinya?

..

"Kau menjemputnya?" tanya Sungmin saat mereka pulang bersama.

"Tidak, dia menelfonku dan mengatakan akan datang kesekolah menyapa teman-temannya. Dan dia datang," jawab Kyuhyun.

Sungmin kembali diam. Dia tertunduk. Sejak tadi, wajah Kyuhyun selalu terlihat sumringah. "Kau senang sekali dia datang," katanya.

Kyuhyun tertawa. "Entahlah, aku hanya… rasanya sudah lama sekali."

Sungmin tersenyum. "Jika aku yang pergi selama itu, apa kau akan seperti ini juga?" gumamnya.

Kyuhyun diam. "Kau akan pergi?" tanyanya.

Sungmin diam. "Aku hanya berfikir, apa sebaiknya aku menerima tawaran Appa untuk berkuliah di Jepang?"

"Jepang?" tanya Kyuhyun. "Kenapa tiba-tiba?"

"Appa baru menawarkanku tadi malam."

"Kau akan ke Jepang?"

"Akan aku pertimbangkan."

"Kenapa? Bukankah kau tidak pernah ingin pergi dari Seoul?"

"Aku hanya akan mempertimbangkannya, Kyu."

"Wae? Kau tidak akan pernah mau pergi dari sini, aku tahu itu."

"Aku bosan. Aku ingin suasana baru."

"Saat Vic memutuskan untuk berada disini kenapa malah kau memutuskan untuk pergi?"

"Apa hubungan ini semua dengan Vic?"

"Aku hanya ingin kalian berdua berada disini bersamaku. Aku tidak ingin kau pergi ke Jepang atau kemana pun."

"Kyu—"

"Kau hanya akan masuk ke Universitas S atau apa pun itu disini. Tidak ke luar negri mana pun."

"Kau ini kenapa?"

"Aku hanya ingin kau dan Vic berada disekitarku. Tidak seperti beberapa tahun lalu saat kau pergi menjauhiku karena aku bersama Vic."

"Aku tidak menjauhimu karena Vic."

"Ya, kau iya, Lee Sungmin!" suara Kyuhyun meninggi.

Sungmin terkejut. "Kyuhyun, kau ini kenapa?" tanyanya pelan.

Mereka terdiam. Kyuhyun bahkan tidak sadar mereka sekarang sudah berada didepan rumah mereka. Perdebatan ini…

"Maaf, aku lelah. Promposal akan mulai besok, persiapkanlah semuanya. Bukankah kau ingin menyatakan pada orang itu," kata Kyuhyun pelan.

Sungmin mengerutkan keningnya. "Kau mengingatnya?"

"T-tentu, kau mengatakannya setiap saat," jawab Kyuhyun.

Sungmin bingung. "Sudahlah sana masuk. Aku akan kerumahmu nanti."

Kyuhyun mengangguk dan masuk kerumahnya, begitu pun Sungmin.

..

.

Kyuhyun menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sebelah tangannya menutupi matanya.

"Astaga apa yang aku pikirkan?" gumamnya pada diri sendiri. "Dia akan ke Jepang? Cih, yang benar saja!" gerutu Kyuhyun.

Kyuhyun ingat benar, dia tidak sepanik ini saat dulu Vic bilang dia akan pergi ke luar negri. Tapi, ada apa ini? Kenapa dengan hatinya yang tiba-tiba kesal? Kenapa dia membentak Sungmin? Kenapa dengan perdebatan mereka tadi?

"Apa Lee Aboji benar-benar akan mengirim Sungmin ke Jepang?" gumamnya lagi.

Kyuhyun berbalik, berbaring kesebelah kanan.

"Lalu aku akan sendirian ke Universitas?" gumamnya.

Kyuhyun berbalik, berbaring telentang.

"Ah, Promposal, apa aku juga harus mempersiapkannya? Membawa Vic?" tanyanya. Tiba-tiba Kyuhyun tersenyum sangat manis. Mengingat Vic sudah kembali lagi ke Seoul, membuat hatinya sedikit senang. Dia tidak punya sahabat wanita selain Vic. Dan dia cukup punya Sungmin untuk orang yang paling dekat dengannya dengan gender yang sama.

Kyuhyun berbalik, berbaring kesebelah kiri.

"Promposal Sungmin, untuk siapa?" gumamnya.

Kyuhyun terdiam lama. Sejak kapan Sungmin sangat menyita pikirannya seperti ini.

Tunggu. Saat mereka di sekolah dasar, saat Sungmin jatuh sakit, dia memang sangat panik. Berlari dengan pipi penuh air mata mendatangi Sungmin ke rumah sakit. Saat Sungmin pingsan waktu upacara Nasional disekolah, mereka sama-sama di junior high school saat itu, dia yang berlari kesetanan menggendong Sungmin ke UKS dengan wajah sangat panik. Saat Sungmin menjauhinya…

"Ya, aku pernah jauh lebih panik dari saat ini," gumamnya dan menghela nafas panjang.

Deru mobil yang memasuki halaman rumah cukup membuyarkan lamunan Kyuhyun. Kyuhyun bangun dari tidurnya. Itu mobil Appanya. Mungkin Appa tahu sesuatu, pikirnya. Dengan segera Kyuhyun turun menuju ruang tamu. Menunggu Appanya disana dengan tidak sabar.

"Appa, apa Appa tahu tentang rencana Aboji yang akan menyekolahkan Sungmin ke Jepang?" tanya Kyuhyun saat sang Appa baru saja masuk ke dalam rumah.

"Astaga kau ini, Appa bahkan belum mengucapkan salam," gerutu Tuan Cho pada anak bungsunya ini. "Sungmin? Tidak. Appa tidak dengar apa-apa tentang Sungmin yang akan pergi ke Jepang," jawab Cho Appa. Kepala keluarga Cho itu mengambil duduk disofa dekat Kyuhyun. Menyandarkan tubuh letignya sejenak disana.

"Itu berarti dia tidak akan pergi 'kan?" tanya Kyuhyun.

Tuan Cho tersenyum menatap Kyuhyun. "Appa tidak tahu, Kyu. Mungkin saja itu benar. Wae?"

Kyuhyun diam, lalu menggeleng pelan.

"Kenapa jika Sungmin pergi ke Jepang? Eommanya sudah membicarakan itu pada Eomma," kata Nyonya Cho sambil membawa secangkir teh untuk suami tercintanya.

"Jadi itu benar?!" tanya Kyuhyun. Nada suaranya kentara sekali, dia sangat kaget.

Nyonya Cho mengangguk. "Tapi Eomma rasa Sungmin tidak akan pergi. Dia mana bisa jauh-jauh darimu," jawab Nyonya Cho dengan senyum terlembut diwajahnya.

"Eommonim, kenapa aku harus tidak bisa jauh-jauh dari Kyuhyun?" interupsi satu suara yang sangat mereka kenal. Lee Sungmin sudah berdiri disana dengan hoodie pink kebesarannya dan celana pendek berwarna khaki.

"Omo, kau mengagetkanku, Minnie-ah," kata Nyonya Cho sambil tertawa. "Duduklah dulu. Abojimu akan istirahat," sambungnya sambil menggendeng kepala keluarga Cho yang sangat berwibawa itu.

"Aigoo~ Uri Sungminnie semakin terlihat manis. Apa kau tumbuh dengan baik? Wajahmu tidak berubah sejak umurmu sepuluh tahun," kata Tuan Cho sambil menepuk-nepuk pipi Sungmin lembut.

"Eiy, Aboji juga selalu terlihat semakin muda," sahut Sungmin sambil tersenyum lebar. Dan mereka semua tertawa.

"Duduklah, Min, kami ke kamar dulu," kata orang tua Kyuhyun dan berlalu.

Sungmin mengangguk dan mengambil duduk disamping Kyuhyun.

"Kyu, Sungjin memintaku untuk membelikannya kaset game," ada Sungmin.

"Lalu, kenapa kau kesini? Ini bukan toko game. Atau kau tidak punya uang dan berniat memintanya dariku?" sela Kyuhyun.

"Aish, kau sedang datang bulan? Moodmu buruk sekali sejak tadi siang," ejek Sungmin. "Temani aku. Hari sebentar lagi malam. Aku malas berjalan sendiri. Kau kan punya mobil," sambungnya dengan senyuman membujuk yang cukup mematikan seme manapun.

Kyuhyun menatap Sungmin. "Kau 'kan juga punya mobil."

"Aku malas menyetir."

"Suruh saja Sungjin."

"Dia belum punya SIM."

Kyuhyun terdiam. Menatap tepat dimata Sungmin yang juga menatapnya. Sejak kapan mata Sungmin terlihat sangat bening seperti ini? Dan, pipi yang bersemu itu, sejak kapan cukup menarik perhatiannya? Apa segini hebatnya efeknya Sungmin yang akan berangkat ke Jepang?

"Aish! Jangan menatapku dengan tatapan bodohmu itu. Kajja, temani aku. Sungjin bilang kau tahu yang mana gamenya. Ini game yang kalian bicarakan dua hari yang lalu," kata Sungmin tidak sabaran.

"Ck, kau merepotkanku saja," gerutu Kyuhyun.

"Itulah kenapa aku dilahirkan," kata Sungmin dan tertawa sebesar-besarnya.

..

Disini mereka sekarang. Terdampar disebuah kedai kopi kecil disudut jalan kota. Sungmin merengek untuk masuk kesini saat tadi mereka melewatinya selesai membeli semua pesanan Sungjin. Dia tertarik dengan dekorasi kedai kopi yang sangat klasik dan rumahan ini. Kyuhyun sendiri, tidak pernah bisa mendengar rengekan Sungmin yang menurutnya sangat berisik itu.

"Hyukjae bilang Promposal sudah dimulai," kata Sungmin sambil menyendok cheesecake dihadapannya.

"Hn, benarkah? Bukankah seharusnya besok?" tanya Kyuhyun.

"Mereka bergerak dengan cepat," jawab Sungmin. "Ah, selain Promposal, ada hal yang lebih penting."

"Apa yang lebih merepotkan dari pada Promposal?" tanya Kyuhyun.

Sungmin mempoutkan bibirnya. "Setelannya, jas, kemeja, pentofel, hal-hal semacam itu."

Kyuhyun mengerutkan keningnya. "Apa itu juga penting?"

"Tentu saja. Aku yakin gadis-gadis disekolah kita sudah mulai sibuk dengan gaun, tatanan rambut, dan apalah itu lainnya," jawab Sungmin.

"Kenapa acara perpisahan kita sangat merepotkan? Sekolah lain hanya mengadakan pesta setelah acara seremonial. Tanpa harus memikirkan setelan, gaun, Promposal, atau hal lainnya," gerutu Kyuhyun.

"Nikmati sajalah, Kyu. Kau ini seperti ahjusshi tua yang tidak bisa menikmati hidup saja," kata Sungmin.

Kyuhyun kembali diam. Memandang keluar etalase kaca besar dihadapannya. Suasana Seoul saat malam cukup menghiburnya.

"Lalu kau?" tanya Kyuhyun tanpa memandang Sungmin.

"Aku apa?" Sungmin balik bertanya.

"Sudah menyiapkan semuanya?"

"Oh, belum. Aku terlalu fokus pada Promposal," jawab Sungmin sambil tertawa.

"Ayo kita cari setelan bersama-sama," ajak Kyuhyun. Tangannya meraih cangkir kopi diatas meja, menyesapnya sedikit.

"Ah, kau akan ikut?" tanya Sungmin.

"Kapan aku bilang aku tidak ikut?" Kyuhyun balik bertanya.

"Aish, aku salut pada diriku sendiri, kau tahu. Aku rasa hanya aku yang tahan berbicara denganmu dengan sikap dingin dan menyebalkanmu itu. Aku bahkan bertahan sepanjang umurku hingga saat ini," kata Sungmin sambil menatap Kyuhyun kesal.

Kyuhyun tertsenyum tipis. "Selamat kalau begitu. Kau beruntung bisa bertahan selama itu disampingku," katanya.

"Terimakasih, aku tidak akan pernah menyerahkan posisi ini pada siapa pun," kata Sungmin diselingi tawanya. Kyuhyun bahkan ikut tertawa.

"Bagus, itu lebih bagus. Teruslah disampingku sampai kapan pun," katanya.

Mereka tertawa malam itu. Lupa dengan segala hal yang sempat menyita banyak pikiran mereka masing-masing. Benar yang Nyonya Lee katakan, mereka hanya butuh lima menit untuk kembali berbaikan.

Tentu, aku akan terus berada disampingmu…


"Sungmin! Sungmin-ah! Kau harus lihat ini sekarang!" Ryeowook, namja manis teman sekelasnya berteriak sambil melompat-lompat riang. Untung saja tubuhnya kecil.

"Kenapa? Ada apa?" tanya Sungmin sedikit berlari menghampiri Ryeowook.

"Donghae, sedang memberikan Promposalnya pada Hyukjae. Astaga aku tidak tahu bahwa dia sangat romantis!" jawab Ryeowook dengan mata berbinar-binar.

"Oh kau serius? Disekolah?" tanya Sungmin tidak yakin sambil tertawa.

"Mereka sedang di aula indoor sekolah," jawab si mungil ini sambil menarik Sungmin dan berlari.

Sungmin mengangguk dan ikut berlari. "Ah, Cho Kyuhyun!" serunya saat melihat Kyuhyun berada beberapa meter didepannya.

"Jangan berlari dikoridor!" seru Kyuhyun.

"Ikut denganku, ppalli!" seru Sungmin.

Ryeowook yang melihat keduanya tersenyum. "Bawa saja dia. Aku akan duluan, aku tunggu di aula," katanya dan meninggalkan Sungmin.

Sungmin mengangguk dan melambaikan tangannya.

"Ada apa di aula? Semua siswa berada disana. Bukankah seharusnya mereka mempersiapkan acara festival sekolah untuk kelas masing-masing?" tanya Kyuhyun.

"Donghae memberikan Promposalnya pada Hyukjae hari ini. Kajja, kita harus lihat. Ini menghebohkan satu sekolah," jawab Sungmin.

Kyuhyun menghela nafas. Matanya menatap wajah Sungmin yang berpeluh. "Kau kira tubuhmu kuat berlari seperti itu," gumamnya. Tangannya terulur dan mengusap keringat dipelipis Sungmin.

Sungmin terdiam. Oh, sial, dia masih sama mempesonanya, batinnya sambil mengatur detak jantungnya semakin berdebar. "Aish, kajja kajja!" serunya dan menarik Kyuhyun.

Sebenarnya, aula tidak seramai itu. Hanya beberapa orang teman mereka. Maskot tim basket sekolah berdiri disana sambil menari-nari tidak jelas dengan sebuket bunga ditangannya. Anggota dance sekolah yang memang diketuai Donghae terlihat sedang bersiap-siap. Di atap aula yang cukup tinggi itu, terlihat balon-nalon berwarna pink dan putih yang berterbangan dengan pita-pita yang terikat dibawahnya.

"Apa-apaan ini?" tanya Kyuhyun heran.

"Promposal itu seperti ini, Kyu," jawab Sungmin.

"Selalu berlebihan seperti ini?"

Sungmin mendecih. "Percuma menjelaskan pada orang sepertimu."

Kyuhyun hanya melengos dan melambaikan tangan pada Donghae yang tertawa malu melihat kedatangan mereka. "Si Ikan Mokpo ini," gumamnya.

"Omong-omong, dimana Hyukjae?" tanya Sungmin. Dia berjinjit untuk mencari dimana sahabatnya itu kini berada.

Kyuhyun menggedikkan bahunya.

"Ah, itu Hyukjae!" Sungmin melompat-lompat kegirangan. "YA! Hyukjae-ah, yuhuuu~~ Astaga kau beruntung sekaliii~!" teriak Sungmin saat Hyukjae datang dengan wajah bingung dengan mata tertutup kain hitam sambil ditarik oleh beberapa teman mereka.

"Aku tidak tahu apa-apa sungguh," katanya panik.

Kyuhyun dan Sungmin tertawa. Suara alunan musik mulai terdengar seiring dengan penutup mata Hyukjae yang dibuka.

"Kau kenapa tidak ikut membantu? Hyukjae 'kan sahabatmu," tanya Kyuhyun.

"Donghae sempat meminta bantuanku, tetapi teman-teman dikelas lebih membutuhkanku," jawab Sungmin.

Donghae mulai menari dengan gerakan yang menakjubkan. Tidak salah jika dia selalu memenangkan bettle dance dimana pun. Hyukjae terlihat terkejut setengah mati. Matanya melihat keatas, takjub dengan balon-balon di atas sana. Senyuman bahagia terlihat jelas dimatanya.

"Jika aku punya seme seperti Donghae, aku pasti sudah senang setengah mati. Sudah tampan, romantis pula," gumam Sungmin.

"Cih, ikan itu kau bilang tampan? Lebih tampan aku," gerutu Kyuhyun.

"Aku sudah bosan melihat tampangmu sejak kau lahir. Wajah Donghae 'kan tidak membosankan," kata Sungmin sambil tertawa.

Kyuhyun mendecih dan mengapit leher Sungmin dengan lengannya. "Dasar kau, Lee Sungmin," katanya sambil tertawa.

"Aw, aw! Kau ini! Aissh!" gerutu Sungmin.

Alunan musik berhenti. Beberapa anggota tim dance tersebut berlari kebelakang dan mengambil papan berukuran cukup besar. Memasang formasi berlutut di depan Hyukjae, dan membuka papan tersebut tinggi-tinggi diatas kepala mereka. P.R.O.M.? begitu tulisan yang ada dimasing-masing papan.

"Hyukjae-ah, will you be my Prom?" tanya Donghae sambil ikut berlutut. Si maskot tadi berdiri disamping Donghae sambil mengulurkan buket bunga.

"Aish, kau kira aku seorang gadis sampai harus seperti ini. Kau ini!" gerutu Hyukjae sambil memukul kepala Donghae.

Kyuhyun, Sungmin dan yang lainnya tertawa. "Dia bahkan memakai bahasa Inggris, keras sekali usahanya," cibir Kyuhyun.

"Ppalli, aku sudah mempersiapkan semuanya. Jawab saja," kata Donghae tidak sbaran. Wajah merengeknya sungguh lucu.

Hyukjae tertawa dan mengangguk. "Jika nanti kau melamarku apa akan seheboh ini?" tanyanya.

"Tentu saja! Lebih dari ini! Gomawo, Hyukkie-ah," jawab Donghae dan memeluk kekasihnya itu erat-erat. Semua yang ada disana bertepuk tangan riuh.

"Kalian yang disana, aku tunggu Promposal kalian secepatnya," kata Hyukjae sambil menunjuk Kyuhyun dan Sungmin.

"MWO? KAMI?!"

..

.

Sungmin menutup pintu pagar rumahnya. Dia baru saja melangkah keluar dari rumah ketika melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah Kyuhyun. Kebetulan dia memang mau kesana.

"Mobil siapa?" gumamnya.

Dengan langkah kecil Sungmin menuju ke rumah yang sejak kecil sudah sering dia datangi itu. Selain rumahnya, rumah keluarga Cho adalah tempat ternyaman yang dia punya. Apa lagi jika Ahra sedang dirumah, dia akan sangat dimanja. Ahra bilang, bisakah dia menukar Kyuhyun dengan Sungmin untuk menjadi adiknya? Sungmin begitu manis sedangkan Kyuhyun sangat dingin. Selain itu, ini adalah tempat jika dia ingin kabur saat bertengkar dengan kedua orang tuanya.

"Wah, sepatu perempuan," gumam Sungmin saat masuk ke dalam rumah. "Apa Ahra noona sudah pulang?" tanyanya.

Dengan cepat Sungmin membuka sepatunya dan masuk menuju dapur yang terdengar ramai.

"Kyu, siapa yang pu—" Sungmin terdiam.

"Hai, kau datang," sapa Kyuhyun yang sedang menyantap makanannya dimeja makan.

"Lang…" sambung Sungmin sangat-sangat pelan. "Kau disini, Vic?" tanyanya dengan senyuman terbaik yang bisa dia lakukan.

Victoria Song, gadis itu tersenyum sumringah saat mendapati Sungmin disana. "Iya, aku dan Kyuhyun baru saja mencari setelan untuk Prom. Aku baru akan mengajak Kyuhyun kerumahmu, Min," jawabnya dengan nada riangnya.

Sungmin menatap Kyuhyun berang. "Ku pikir ada yang sudah berjanji untuk pergi bersama," katanya.

Kyuhyun menatap Sungmin. "Maaf, aku pikir karena Vic minta ditemani mencari gaun untuk Prom, jadi sekalian saja," sahutnya.

Sungmin terdiam. Dia menghela nafasnya berkali-kali. Salah satu hal yang dia benci adalah saat Kyuhyun melupakan janji mereka. "Cih, terserah padamu, aku tidak perduli," ketusnya dan berbalik menuju pintu.

Victoria memandang Kyuhyun cemas. "Kau tidak bilang jika sudah berjanji padanya untuk pergi bersama, Kyuhyun," katanya.

Kyuhyun hanya diam. Emosinya sedikit tersulut melihat tingkah Sungmin yang satu ini. "Kenapa dia masih saja seperti ini," gumamnya.

"Pergi susul dia. Kau mau ini seperti beberapa tahun yang lalu?" desak Victoria.

"Biarkan saja. Kekanakan sekali. Meski aku sudah mendapatkan setelanku, dia masih tetap bisa pergi denganku, 'kan," gerutu Kyuhyun.

Victoria menghela nafas. "Kyuhyun-ah, Sungmin bisa salah paham terus jika begini," katanya lembut.

Kyuhyun menatap Victoria. Dia hanya menggeleng dan menghela nafas. "Biarkan saja," gumamnya.

Sungmin menghentak-hentakkan kakinya pelan kembali ke rumah. Hilang sudah niatnya meminta foto-foto lamanya dan Kyuhyun pada Nyonya Cho. Dia selalu dan akan selalu kesal setiap kali Kyuhyun lupa akan janji mereka.

"Dia yang mengajakku, dia yang mengingkari. Cho Kyuhyun sialan!" gerutunya masih dengan menghentak-hentakkan kaki.

"Ya, hyung, berhenti terlihat seperti seorang bocah berumur lima tahun!" seru Sungjin saat mendapati hyung tersayangnya memasuki ruang keluarga.

"Terserah! Aku tidak peduli!" serunya dan berlalu menuju kamarnya.

Sungjin mengerutkan keningnya heran. "Dia itu kenapa?" gumamnya dan kembali fokus pada acara televisi yang ditontonnya.

Sungmin menghela nafas menatap berlembar-lembar foto yang berserakan dilantai kamarnya. Sebagian besar foto itu adalah foto masa kecilnya dan Kyuhyun, sebagian kecil lainnya foto-foto mereka sejak junior high school hingga sekarang.

"Kyuhyun, apa kau masih mencintainya?" bisik Sungmin.


T.B.C