"…Apakah kau juga akan meninggalkanku, hyung?"

.

.

Title: Paralyze(d)

Rated: T

Character(s): Kim JongIn, Park ChanYeol, Oh SeHun, Choi Sulli & Little bit Huang Zi Tao.

Pair: Park ChanYeol & Kim JongIn.

Genre(s): Romance, Hurt/Comfort, Angst, Alternatif Universe [AU].

Special Themes: Park ChanYeol & Kim JongIn (Kai) [ChanKai] –CFL {ChanKai Forever Love}

Disclaimer: SMTown – EXO belongs to God and their family.

Warning: Out Of Character, Typo(s) maybe, Hancur, Gantung, Freak, TwoShoot.


.

.

Oh oh oh, there's a place that I know
It's not pretty there and few have ever gone
If I show it to you now
Will it make you run away?

Or will you stay
Even if it hurts
Even if I try to push you out
Will you return?
And remind me who I really am
Please remind me who I really am
Everybody's got a dark side
Do you love me?
Can you love mine?

Nobody's a picture perfect
But we're worth it

You know that we're worth it
Will you love me?
Even with my dark side?

.

.

KNOCK! KNOCK! KNOCK!

Seorang pemuda yang tengah meminum air putih di ruang makannya itu menaikkan sebelah alisnya, baru kali ini ada orang yang bertamu sepagi ini? Memangnya ada perlu apa, hingga harus bertamu sepagi ini? –disaat jam akan berangkat sekolah?

Pemuda itu melirik ke arah pemuda berkulit sexy berbalut seragam sekolahnya– kemeja putih dan jas coklat, serta dasi kotak merah bergaris coklat –di seberang meja makannya; di hadapannya. Mempertanyakan kedatangan orang tak diketahui itu. Kai hanya mengerutkan dahinya dan menaik turunkan bahunya, "Tidak tau, aku tidak mendapat pesan apapun dari orang-orang terdekat. Mungkin saja, itu temanmu?"

"Aku? Aku pun tidak merasa telah menghubungi seseorang untuk berkunjung kemari atau mendapat pesan dari seseorang jika ingin ke rumah kita –maksudku rumah ini,"ucapnya ragu. Seingatnya ia memang tidak menghubungi seseorang semalam, maupun pagi ini, kecuali –dia. Karena memang hanya dia seorang yang ia hubungi, ia kirimi pesan, atau mungkin ia ancam; walaupun tidak memintanya untuk mendatangi rumahnya sekalipun. Tapi mengingat bagaimana sifatnya, rasanya tidak mungkin jika dia tidak mendatanginya.

Kai membersihkan mulutnya dengan tissue, kemudian beranjak berdiri, "Biar kubukakan,"sahutnya, sebelum SeHun menghentikan langkahnya, "Tidak, biar aku saja yang membukanya, kau tunggu disini saja."

Sedetik, raut wajah Kai menyiratkan kebingungan, namun setelah beberapa saat, Kai kembali terduduk di kursi meja makan, dan memakan makanannya, "Well, kalau begitu, bukakan saja pintunya. Sepertinya orang di luar tidak memiliki kesabaran yang banyak."

SeHun terkekeh, ia mengusap pelan surai pirang itu, kemudian berjalan menuju pintu utama. Tangannya meraih kenop pintu, dan menghembuskan napasnya pelan lewat mulut. Bisa saja sesuatu yang tidak diinginkannya terjadi, tidak untuk sekarang, ia tidak ingin paginya hancur hanya karena dia.

CKLEK

"Oh, hai, milky."

Sebuah seringaian licik terpampang di hadapan SeHun saat ini. Pemuda berperawakan tinggi itu membawa sebuket bunga di tangannya, sedangkan tangan lainnnya melambai ke arahnya. Dan yah, sepertinya ChanYeol benar-benar akan membalasnya. SeHun menarik senyumnya, ia membuka pintunya lebar, "Rupanya kau H.V [singkatan antara Happy Virus], ada perlu apa? –ah! Tapi maaf, aku tidak menerima karangan bunga disini."

ChanYeol memukul pelan kepala SeHun dengan buket bunganya, kemudian tertawa hambar –menambahkan kesan mencekam; sekalipun mereka berdua tidak melemparkan tatapan maut, justru tersenyum. You-know-what-lah, hubungan mereka berduapun tidak memiliki kepastian, mungkin bisa dikatakan termasuk kedalam kategori sahabat dan rival; namun lebih dominan ke sisi rival. Rival mendapatkan Kai? Bisa jadi. SeHun membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan, ia mengerucutkan bibirnya, "Kenapa kau memukulku? Kau tau, aku menata rambutku menjadi seindah ini membutuhkan waktu lama."

Lagi-lagi ChanYeol hanya tertawa hambar, lalu dengan sopan menerobos masuk ke dalam rumah SeHun—yang ditempatinya bersama Kai, "Seperti kau tidak mengenalku saja, SeHun,"Ucapnya disela bersiul. Melihat gelagat ChanYeol yang mulai menunjukkan serangan-balik, dengan cekatan SeHun mencengkram tangan ChanYeol. Kali ini wajahnya tidak menyiratkan keramahan lagi, "Mau kemana kau, ChanYeol?"

Mendengar 'mainan'nya berdesis tajam, dan mencengkram tangannya –membuktikan bahwa SeHun sudah terjebak dan mengikuti arus permainannya. Permainan yang berujung pada keputusasaan, atau bisa dikatakan 'labirin'nya. ChanYeol semakin melebarkan seringaiannya, "Baby black! Apa kau di dalam? Aku akan ke–"

PRANG

Kedua pemuda jangkung itu menoleh ke ruang makan. Tak perlu menunggu lama lagi, ChanYeol dan SeHun berlari ke ruang makan. ChanYeol berjengit, ia melihat semua piring di atas meja makan hancur di lantai –Uh-oh! Dan lihat tangannya! Ia sedang menggenggam dan mengacungkan pecahan piring itu. SeHun dengan langkah hati-hati mencoba mendekati Kai yang kembali berulah. Sampai saat ini, dia belum menemukan cara tepat untuk menghentikan tingkah Kai. Memang, ada yang pernah mengatakan bahwa salah satu cara menyembuhkan Alter egonya adalah dengan menggabungkan kepribadiannya; tetapi sayangnya, ia tidak begitu mengerti… dan tidak mau mengerti.

Karena menghadapi kenyataan jauh lebih menyakitkan.

"Kai, tenanglah, h-hey!"

Kai menatap nyalang ke arah pintu ruang makan–tempat ChanYeol berdiri mematung, dan SeHun yang mencoba mendekatinya. Tangannya semakin mengangkat tinggi-tinggi pecahan piring itu ditangannya, hingga tak sengaja melukai tangannya.

"Akh!"

Melihat darah yang mengalir dari ujung jari Kai, SeHun dan ChanYeol bertambah panik. Kai melemparkan pecahan piring itu, dan meniup jarinya yang terluka. Ini adalah kedua kalinya ia melihat jarinya berdarah dengan sendirinya –dan ketika itu ia tidak bisa mengontrol tubuhnya untuk tidak menghancurkan seluruh isi ruang tamunya. Sedikit cemas, Kai mendongakkan wajahnya, menatap ruang makan itu. Pecahan piring tersebar dimana-mana, bahkan makanan yang tadi ia makan sudah tidak terbentuk. Apakah dia yang melakukannya?

SeHun segera menarik Kai; menjauhi pecahan-pecahan piring di lantainya, dan memeluk tubuh bergetar itu. Tangan putihnya mengelus pelan surai pirangnya, mencoba membuatnya setenang mungkin, "Tenanglah, aku disini. Kau aman bersamaku."

"Apakah aku yang melakukan semua ini SeHun?"

"Tidak, tadi aku tidak sengaja menjatuhkan piringmu, dan membuat tanganmu terluka. Maafkan aku," –maafkan aku harus terus membohongimu. Maafkan aku karena tidak bisa melindungimu. Maafkan aku karena…–harus menunda kebahagiaanmu. Tapi bolehkah dia sedikit egois?

ChanYeol hanya mendecih pelan, menyaksikan kisah sok dramatis di hadapannya. Ia menyandarkan tubuh tingginya ke dinding di belakangnya, dan melipat kedua tangannya, "Eghm! Apakah aku menggangku kalian?"

SeHun melirik sekilas ke arah ChanYeol, dan mendengus pelan; apakah ini juga termasuk pembalasannya? Kai mengangkat kepalanya dari leher SeHun, menatap ChanYeol dalam diam. Apa yang dilakukan ChanYeol hyung disini? Setaunya tadi ChanYeol tidak ada di sini. ChanYeol mengulum senyumnya, saat mendapat perhatian dari Kai, tetapi tiba-tiba matanya menangkap tetesan darah dari jari Kai yang belum sempat terobati –bingo! Tanpa perlu menunggu waktu, ChanYeol segera menarik Kai dari pelukan SeHun. Ia mengambil tangan Kai, dan mengamati jarinya yang mengeluarkan darah.

"Apa ini sakit, sweetheart?"

Kedua pipi Kai merona samar, ia memukul pundak ChanYeol pelan, kemudian menggeleng. Sungguh! Demi apapun! SeHun ingin memuntahkan isi perutnya sekarang. Ini yang ditakutkannya dari dulu; hingga sempat berpikiran untuk menghancurkan mereka berdua, terutama ChanYeol, atau paling tidak, berharap mereka berdua tidak dipertemukan. Namun apa boleh buat? Apa haknya menghancurkan dua insan itu? Hak sebagai rival untuk merebut hati Kai? Bisa jadi, tapi jauh dari kata rival, sebenarnya SeHun sudah bisa menebak siapa yang menang dan kalah. Lalu hak untuk menjadikan Kai miliknya? Ouh, Ayolah, apa SeHun harus mengulang kata yang sama setiap saat; bahwa SeHun itu tidak sebodoh ChanYeol dan setidak peka Kai.

Mereka memang sahabat, dan kekasih disaat bersamaanhanya saja, itu terlihat secara fisik, bukan batin, dan Kai telah terperosok dalam pesonanya. Pesona busuknya, yang hanya bisa dimengerti oleh SeHun. Sahabat yang mencintainya tanpa balasan.

Cintanya bertepuk sebelah tangan. Dirinya kalah, hanya oleh pesona seorang Park ChanYeol. Pemuda licik yang selalu memainkan perasaan orang lain.

Bukankah, kenyataan memang jauh lebih menyakitkan?

"Tidak, kau pikir aku seperti seorang gadis? Yang akan menangis ketika terluka?"

Sebuah tawa nyaring, sengaja ChanYeol keluarkan. Dia menang. Selalu. Tidak ada yang bisa mengalahkannya. Bermain-main dengan perasaan seseorang memang begitu menyenangkan. Puas dengan kemenangannya, ChanYeol memasukkan jari Kai ke dalam mulutnya, sebelum menghisapnya pelan. Kai terdiam, tubuhnya menegang. Ada desiran aneh di dalam dadanya, membuat rona merah di pipinya kembali muncul. Muak dengan pandangan di depannya, SeHun memilih untuk meninggalkan mereka berdua. Kali ini, dia hanya bisa mengharapkan kebahagiaan Kai. Semoga saja, Park-bodoh-idiot-ChanYeol itu mendapatkan karma, dan jatuh cinta kepada Kai. Semoga saja.. dan semoga Kai segera normal seperti orang lainnya. Karena sejujurnya, cara mengendalikan seseorang dengan berkepribadian ganda adalah menggabungkan kedua sifat menguntungkan, lalu menghancurkan kepribadian yang bersifat negatif. Dan kedua sifat menguntungkan yang dimiliki Kai adalah; perhatian dan lebih peka. Disaat Kai dalam mode normal sifat yang menonjol adalah perhatiannya terhadap seseorang, namun ketika Kai berada di dalam mode sifat lainnya, maka yang menonjol adalah dia menjadi lebih peka.

Artinya, Kai akan lebih menaruh perhatian dan kepekaannya kepada seseorang yang disukainya. Dicintainya.

"S-stop! Hentikan bodoh! I-itu terasa aneh."

Seringaian evil muncul di paras penuh pesona ChanYeol, ia mengeluarkan jari Kai dari mulutnya, dan mengecupnya pelan, membuat Kai semakin menundukkan kepalanya. Malu. Sial! Rasanya ia tidak dapat berbuat apapun, selain merona seperti gadis. ChanYeol menangkup kedua pipi Kai, "Kau memang indah, baby black. You're mine."

Merasa tergoda, Kai memejamkan matanya, menunggu hal yang beberapa akhir ini tidak dirinya rasakan, semenjak kedatangan Sulli. Ah! Gadis malang. Maafkan mereka berdua, yang terlalu bodoh untuk mengerti arti cinta sebenarnya. ChanYeol mendekatkan wajahnya, tepat di depan bibir penuh itu, kemudian berucap, "Belum saatnya, sweety. Kau ingin terlambat hari ini. Heum?"

"Sialan kau Park ChanYeol! Aku akan benar-benar membunuhmu!"

.

.

Like a diamond
From black dust
It's hard to know
What can become
If you give up
So don't give up on me
Please remind me who I really am

.

.

Semenjak hari itu, tidak ada lagi SeHun yang membuntuti Kai atau SeHun yang mengekori Kai dan ChanYeol; bahkan sempat terdengar jika SeHun sudah tidak tinggal serumah dengan Kai –yeah, seluruh warga sekolah sudah mengetahui kalau Kai tinggal bersama SeHun. Terakhir berita yang terdengar adalah SeHun dengan terang-terangan sedang mendekati LuHan. Sunbae mereka yang bertubuh mungil dan berparas–Eghm–manis. Sulli juga terlihat mulai menjauhi ChanYeol –tak jarang, ketika Sulli dan ChanYeol sedang bertemu di jalan, gadis manis itu lebih memilih untuk menundukkan kepalanya daripada memandang wajah-pesona-mematikan-ChanYeol. Tidak ada yang mengetahui penyebab Sulli menjauhi ChanYeol; kecuali mereka berdua sendiri dan Kai. Hingga menyebabkan banyaknya isu-isu negatif yang tersebar, namun tak banyak juga yang menyambutnya dengan bahagia, karena sekarang fans-fans mereka, bisa dengan bebas mendekati idola mereka. Sedikit gila, memang. Sedangkan ChanYeol dan Kai sendiri, justru menampakkan urat-urat kebahagiaan. Mereka lebih sering terlihat bersama, walau terkadang mereka akan menjadi diri mereka masing-masing –monster yang saling mencekam. Tapi sepertinya tidak semengerikan dulu. Entah mengapa.. kali ini mereka terlihat lebih –harmonis? Bahagia?

ChanYeol mengusap-usap surai pirang di pangkuannya itu. Saat ini mereka berada di atap sekolah. Sekali-sekali membolos tidak ada salahnya kan? Lagipula selama ini mereka terlalu rajin mengikuti pelajaran yang entah masuk atau tidak. Ia tersenyum melihat wajah polos yang Kai perlihatkan. Masih teringat olehnya, kejadian beberapa minggu yang lalu, ketika ia membalaskan penyerangan baliknya ke SeHun, dan merebut Kai darinya; membuahkan hasil yang menyenangkan. ChanYeol akui, ia memang munafik, terkadang bahkan ia meninju dinding di sampingnya jika melihat Kai dekat dengan SeHun atau melampiaskannya bersama temannya; Huang Zi Tao. Mirisnya, ia merasakan perasaan aneh tersebut sebagai perasaan benci, tidak suka, dan justru memainkan perasaan orang lain; untuk meluapkan perasaan yang menggebu-gebu itu –hingga berujung menjebak dirinya sendiri. Menyadarkan perasaannya selama ini, bahwa sesungguhnya dirinya terlalu bodoh mengenai apa-itu-cinta.

Benar-benar karma, eoh?

Bahkan ketika Sulli sedang menguji seberapa besar cintanya, ia tidak rela untuk menyebut Kai dengan Kai-mu –walaupun ChanYeol mencoba terus menepisnya. Bukankah dirinya terlalu bodoh?

"K—kau! Oh, baiklah, jadi sekarang kau memihak pemuda Afrika ini? Oke, kalau begitu nikmati harimu dengan.." ChanYeol menggeram kesal, sedikit tidak rela, "Kai-mu. Aku akan meninggalkan kalian berdua. Selamat bersenang-senang!" [chap. 1]

–Atau ketika Kai mengatakan bahwa dia memiliki banyak penggemar yang mengantre untuk bersamanya. Dan lagi-lagi, ChanYeol menepis perasaan itu.

"Mianhae, my baby. Aku berjanji akan membelikanmu seporsi ayam goreng, kalau perlu pelayannya akan kubawa juga. Sekali-kali kau juga membutuhkan kekasih, bukan?"

"Tidak perlu, banyak yang sudah mengantre giliran untuk bersamaku,"Sahut Kai santai, dan tanpa diketahuinya, ChanYeol memalingkan wajahnya dan menggeram. Terlihat sedikit, err.. tidak suka, mungkin? Tapi untuk apa? Ha—ha. [chap. 1]

Tapi kali ini, ChanYeol benar-benar bersyukur dengan apa yang dilakukannya dulu –okay, kecuali ketika merebut Kai dari SeHun; hey! Kai itu miliknya. Karena dengan begitu, mungkin dia tidak akan mengenal siapa itu Kai, SeHun, dan –ugh! Sulli. Ada perasaan sedih, setiap ChanYeol menyebutkan namanya. Bagaimana 'pun juga, Sulli mantan kekasihnya; orang yang disayanginya, sebagai ikatan sahabat dekat. Persahabatan dalam arti sesungguhnya. Ia adalah gadis manis yang selalu menghiasi hari-harinya beberapa bulan silam, pemilik senyuman yang hangat –namun senyuman Kai, jauh lebih hangat, dan seseorang yang ceria. Tak jarang, ChanYeol akan tertawa ketika mengingat masa-masa bahagia mereka, namun perlahan akan terhenti, mengingat Sulli yang sekarang berubah. Salahkan dirinya yang keterlaluan!

"ChanYeollie-idiot-hyung!" ChanYeol sedikit tersentak, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian menyunggingkan senyum lebarnya, "Kau sudah bangun rupanya, Kai-ya! Apa kau memimpikanku?"

Kai bangkit dari tidurnya, ia mengusap-usap matanya sejenak, lalu menyipitkan matanya ke arah ChanYeol –yang entah kenapa, justru dibalas dengan kecupan pelan di pipinya. Kai menghapus kasar bekas kecupan bibir ChanYeol dari pipinya, "Berhenti melakukan hal yang mengerikan, jerapah!"

"Tck! Kau ini, bukannya berubah menjadi lebih manis, justru lebih menakutkan. Bukankah sekarang, seharusnya kau bahagia bisa memiliku tanpa pengganggu lagi? Heum?" Kai menghembuskan napasnya kasar. Dirinya tidak habis pikir dengan perubahan sifat ChanYeol yang terjadi beberapa akhir ini, terlihat lebih –err.. menggoda, mungkin? Tapi bagimana 'pun juga, Kai tidak akan mengakuinya. Sekali 'pun SeHun kembali menjadi sahabatnya. Yeah, entah mengapa setelah kejadian rebut-rampas-targetmu waktu itu, semua orang di dekatnya berubah. Mulai dari ChanYeol, SeHun, bahkan Sulli; yang terkenal ramah terhadap semua orang. Sebenarnya Kai tidak sepenuhnya mengerti, apa penyebab perubahan sifat-sifat mereka, hanya saja, yang Kai ketahui dengan pasti adalah..–ini menyangkut dirinya.

Saat ini Kai telah resmi menyewa sebuah apartemen yang kecil, namun nyaman. Tentu saja dengan persetujuan orang tuanya –mengingat Kai belum benar-benar pulih. Tapi lagi-lagi, kini ia tidak tinggal sendirian. Terkadang ChanYeol akan menginap disana untuk beberapa hari; katanya sekedar menemani, untuk menghilangkan kebosanan, dan menghidupkan kebahagiaan Kai kembali –setelah badmood sepeninggal SeHun.

"Hyung." ChanYeol mengernyit, baru kali ini Kai menyebut dirinya dengan nama hyung, tanpa nama atau tanpa ejekan. Kai memandang langit di atas. Langit biru cerah, yang dihiasi oleh beberapa gumpalan awan berbagai bentuk. "Apakah kau juga akan meninggalkanku, hyung?"

Sebuah senyuman paling tulus milik ChanYeol, terlukis sempurna di wajah tampannya. Tangan besarnya mengelus surai Kai, mengalihkan pandangan Kai seketika kepadanya, "Tidak, dan tidak akan pernah." Tuhan, bolehkan Kai benar-benar egois sekarang, dengan tidak membiarkan ChanYeol pergi dari kehidupannya sedikit 'pun? –ia tidak ingin orang yang paling berharga dan disayanginya pergi dari sisinya, setelah kedua sahabat tersayangnya. Setelah kepergian senyum dan penjaganya. Kai meraih lengan ChanYeol, kemudian memeluknya dari arah samping, "Izinkan aku untuk membuatmu bahagia hyung."

"Tidak Kai."

"Tap–"

Sebuah jari telunjuk menghentikan ucapan Kai seketika. ChanYeol mengusap pelan pipi Kai, sebelum merengkuhnya ke dalam ciuman hangat. Menyalurkan perasaan mereka selama ini.

"Tidak Kai, aku yang akan membahagiakanmu. Membuatmu bahagia hingga akhir hidupku."

.

.

Cinta itu dapat melumpuhkan seseorang dengan sekali pikat. Membuat seseorang itu menjadi orang yang paling bodoh diantara yang lainnya, hingga berujung pada permainannya yang rumit.

Cinta itu dapat melumpuhkan pandangan. Tidak memperdulikan fisik, batin, dan otaknya sekali 'pun.

Cinta itu dapat melumpuhkan kebahagiaan. Karena tidak selamanya cinta itu dapat dipahami.

Tapi Kai dan ChanYeol percaya, walaupun cinta dapat melumpuhkan; mereka akan tetap bersama –hingga akhir hidup.

.

.

Don't run away
Don't run away
Just tell me that you will stay
Promise me you will stay
Don't run away
Don't run away
Just promise me you will stay
Promise me you will stay

Will you love me? Ohh

Don't run away
Promise me you will stay

.

.

.The End.


Tamat! tamat dengan akhir GaJe pake banget.

Tolong jangan bunuh saya, tapi gak tau kenapa, saya jadi bingung sendiri mau nulis apa, jadi inilah hasilnya.

Lagu diatas: Kelly Clarkson - Dark Side.

BIG THANKS FOR REVIEWers, FOLLOWers, FAVers, SILENT-READers, READers.

Maaf kalau tidak memuaskan.

Mind to Review?

Regards,

-Arcoffire-Redhair-