my boys is my neighbor

part 7

Disclaimer: Naruto milik Masashi Kisimoto, my boys is my neighbor milik saya :D
Pair : NaruHina .
Rated : Romance/ T
Warning: geje, jauh dari kata sempurna,,, mohon kritik dan sarannya. Untuk para pembaca mohon sabar ya untuk kelanjutan cerita karena Author lagi terserang GB alias Galau Berat, belum lagi ngurusi masuk Universitas. Terimakasih juga buat para viewers yang sudah memeberi kritik dan saran untuk membuat saya jauh lebih baik lagi dalam berkarya. sedikit saja curhatnya.. heheheheh,, Author jadi malu.. #plaakkk

oke langsung saja...

1

2

3

Seorang dokter keluar dari dalam ruang perawatan Tenten yang sampai saat ini masih belum sadarkan diri sambil menggendong seorang bayi perempuan sehat di tangannya. Ya tentu saja karena hari ini anak Hyuga Nejii dan Tenten sudah bisa di bawa pulang.

"Terimakasih" Hinata tersenyum sambil menimang bayi yang di berinama Matsui tersebut.

"Apa benar kita akan merawatnya untuk sementara waktu Hinata?" Naruto memandang Hinata yang sedang asik meniman bayi perempuan itu.

"Mau bagaimana lagi Naruto? inikan hanya sementara waktu, tidak mungkin juga Niisan akan merawatnya sendiri apalagi Tousan kemarin sudah bilang agar aku menyembunyikan Matsui dulu sampai nejinii menyelesaikan masalahnya. Belum lagi media yang mungkin akan segera menyorot masalah ini" Hinata berangan angan bagaimana jika nanti media masa memberitakan hal hal tidak baik yang mungkin bisa membuat nama keluarga Hyuga tercoreng.

"Yah.. terserah kau saja. Kita akan pulang kemana Hinata?"

"Kita ke apartemen ku saja Naruto, tadi Sakura sudah aku suruh membelikan beberapa perlengkapan bayi dan menaruhnya di apartemen. Kasian Nejinii pasti sekarang sedang berurusan dengan para tetua".

"Oh , tentu aku boleh tinggal di apartemen mu kan Hinata?" Naruto memandang wajah Hinata yang sangat cantik, naruto tidak ingin meninggalkan wanitanya itu sendirian. Apalagi sejak kejadian di ryokan Naruto berjanji akan selalu menjaga Hinata.

"Ten.. tentusaja".


Apartemen Hinata.

Disepanjang koridor masuk ke dalam apartemen milik Hinata, banyak orang yang bertanya tanya siapa bayi yang di bawa Naruto dan Hinata, apalagi Hinata tidak hamil mana mungkin langsung punya anak. Langkah kaki Hinata yang berbalut sepatu hils terus mempercepat langkahnya untuk masuk kedalam apartemen, sementara Naruto berada di belakang Hinata membawa tas milik istrinya tersebut.

"Hinata, aku akan keluar sebentar apa kamu mau pesan sesuatu?"

"Emh,, apa kamu mau belanja Naruto~kun? Kalo begitu tolong belikan susu untuk Matsui dan sepertinya kulkas juga kosong Naruto kun".

"Kenapa tidak kau susui saja Hinata?" Naruto menatap dada besar Hinata yang berbalut kaus warna biru.

"Kau ini.., dasar mesum" Hinata memalingkan wajahnya sambil menidurkan Matsui di ranjang.

"Hahaha, baiklah aku pergi dulu"

Hinata memandangi wajah bayi yang sedang tertidur pulas di ranjangnya, samar samar wajahnya mirip dengan kakaknya Neji hanya saja rambutnya yang masih tipis di kepala berwarna coklat.

Hinata pov*

Andai saja kamu tau kalo Tousan mu sedang ada masalah besar Matsui. Atau mungkin bukan hanya Tousan mu tapi juga aku dan seluruh keluarga besar Hyuga.

End pov*


Keringat dingin mengucur di kening laki laki keturunan Hyuga . Mata lavendernya memandang lantai tempatnya berdiri sekarang di depan beberapa sesepuh keluarga Hyuga. Aura menakutkan memenuhi ruangan yang saat ini di gunakan untuk mengeksekusi penjelasan Nejii.

"Apa yang sebenarnya terjadi Nejii? Bisa kau jelaskan?" salah seorang tetua klan Hyuga membuka suara.

"Aku sebenarnya sudah menikah diam diam, aku tidak memberitaukannya karena..."

"Karena apa coba jelaskan? Semua media tau kalo kau dan karin akan bertunangan"

"Aku.. aku tidak mencintai Karin. Dan bayi itu adalah putri ku, semua ini..." Neji yang biasanya terlihat tegas kini menitikan beberapa tetes air mata.

"Tolong jangan pisahkan aku dengan Tenten" Suara Neji terdengar parau dan Hiashi yang juga ada di situ ikut iba melihat keponakan yang sudah seperti anaknya sendiri menangis di depan matanya. Para tetua pun berunding sebentar dan akhirnya menentukan titik temu untuk menyelesaikan masalah Neji.

"Baiklah sebaiknya kita batalkan saja pertunangan mu dengan karin, untuk sementara waktu bayi mu di bawa oleh Hinata dan Naruto untuk menghindari media yang mungkin nanti akan membuat berita yang macam macam tentang keluarga kita. Jika nanti tenten keadannya sudah membaik kita adakan jumpa pers di depan media masa untuk meluruskan masalah ini dan kau harus bertanggung jawab atas segala yang kamu lakukan. Apa kamu mengerti?"

"Terimakasih paman". Kaki Neji yang sedari tadi berdiri kini mulai merendah dan bersujud di hadapan seluruh tetua Klan. Tangan putihnya kini menghapus sebaian air mata yang menetes di wajahnya.


Laki laki berambut blonde jabrik sibuk membeli beberapa bahan makanan, sampai susu formula. Disampingnya ada seorang pria berambut raven yang lebih memilih memandangi sahabatnya tersebut dengan pandangan aneh.

"Untuk apa membeli ini semua?"

"Ini untuk Matsui, kalo bukan Hinata yang menyuruhku membeli ini tidak mungkin aku mau membelinya?"

"Wah wah, apa kamu mulai menyukai Hinata?"

Naruto menarik nafasnya dalam dalam...

"Sepertinya begitu Sasuke, entah kenapa aku jadi memperdulikannya"

"Itulah yang namanya cinta dobe, apa lagi kalian sudah menikah. Yah semoga saja status pernikahan pura pura kalian bisa menjadi pernikahan sesungguhnya".

"Hei lihatlah diri mu sendiri teme. Kapan kamu akan menikah dengan Sakura?"

"Ciihh,, aku belum memikirkan itu dobe. Matsui itu siapa?" Sasuke segera mengalihkan pertanyaan Naruto.

"Kau ini ketinggalan berita, dia itu anak Nejii kakak kelas kita waktu berada di konoha high school"

"Jadi bayi yang di rawat Hinata itu namanya Matsui, tadi sakura memang sempat bercerita kepadaku. Bagaimana bisa kakak Hinata yang dingin itu bisa menghamili anak orang?"

" Yang namanya laki laki pasti melakukannya bukan tanpa alasan. Aku saja tidak yakin kau dan sakura belum melakukannya"

"Harusnya yang bertanya seperti itu aku dobe bukan kamu."

"Hahaha kalo aku sudah pasti akan menjawab... SUDAH"

"Benarkah,,? Hei ceritakan kepadaku bagaimana kau melakukannya dobe?"

"Hahaha, nanti aku ceritakan teme, dan kau harus mencobanya dengan Sakura" Naruto nyengir mesum ke arah Sasuke yang mulai penasaran dan tidak sabar mendengar cerita temannya itu.


Malam itu, bulan purnama bersinar dengan terang. Gadis berambut indigo itu sibuk berkutat di dapur sambil sesekali membuka almari es untuk mengambil beberapa makanan. Wajah putihnya sesekali merona karena terkena panasnya uap air yang ada di dalam panci.

"Hinata~chan, apa ada yang bisa aku bantu?"

"Emh.. sepertinya tidak ada Naruto~kun" Jari jari lentiknya memotong beberapa sayuran di depan Naruto. laki laki berambut jabrik itu terus memandangi hinata dengan pandangan intens. Tubuh sexy Hinata melengak lenggok kesana kemari di depan naruto karena memang sedang sibuk memasak.

"OOooeeekkk... ooeeekkkk" suara Matsui terdengar oleh Naruto dan Hinata yang sedang ada di dapur. Dengan sigap Hinata segera berlari menuju kamar melihat keadaan bayi yang kini dirawatnya. Ternyata benar Matsui ngompol dan membuat ranjang bayinya basah. Hinata yang tau apa yang harus dilakukan segera mengganti pakaian Matsui dan menggunakannya pampers. Beberapa saat Matsui terdiam namum kembali menangis setelah di letakan di ranjang kecilnya kembali.

"Cupp,, cupp,, diam ya Matsui" Hinata kembali menggendong matsui sambil menenangkannya meski memang terlihat sedikit kaku karena Hinata saja baru kali ini menggendong bayi.

"Ciluuupppp baaaa" Naruto mencoba menghibur Matsui yang sedari tadi menangis di gendongan Hinata. namun bukannya diam Matsui justru semakin keras menangisnya.

"Hei dia ini masih bayi Naruto, mana mungkin mengerti ocehan mu" Hinata memarahi tindakan konyol naruto yang memang tidak akan dimengerti oleh bayi yang belum ada satu bulan tersebut.

"Gomen Hinata~chan, hehehe mungkin dia lapar?" Tangan Naruto segera mengulurkan sebotol dot yang berisikan susu formula. Ternyata benar Matsui segera meminum dot yang di berikan Naruto ke mulutnya dan akhirnya tak menangis lagi.

"Bagaimana kamu bisa tau Naruto~kun?" Hinata memandang heran kearah Naruto sambil memegangi dot yg di minum Matsui.

"Hahaha aku hanya menebaknya karena aku sendiri juga sudah lapar Hinata~chan'' waajah Naruto langsung nyengirr kuda di depan Hinata.

"Ah aku lupa.. masakannya Naruto~kun. Matikan apinya" Hinata mulai syook karena teringat sup yang dia buat dan mungkin sedikit gosong karena aromanya yang mulai tercium oleh Hinata. Naruto segera berlari ke dapur dan mematikan api sambil memandangi sup yang kini isinya mulai berkurang karena memuai terlalu lama di masak.

"Untung saja belum terlambat, jika terlambat yang ada nanti kita makan sup gosong Hinata~chan"

"Gomen... aku yang teledor Naruto~kun" Hinata mengulurkan tangannya memberikan semakuk sup ke arah Naruto yang kini duduk di ruang makan.

"Sudahlah, apa Matsui sudah tidur?" Naruto menyupkan sup buatan Hinata ke dalam mulutnya.

"Dia sudah tidur Naruto~kun, emh besok aku ada acara pemotretan tolong jaga Matsui ya?"

"Hei aku mana bisa menjaganya sendiri?"

"Tolonglah Naruto~kun, aku tidak mungkin membawa Matsui kan?"

"Hah" Naruto menghela napas panjang seolah tak setuju dengan keputusan Hinata.
"Baiklah aku akan menjaganya, tapi untuk sekali ini saja karena aku juga harus mengurusi proyek?"

"Terimakasih Naruto~kun" Hinata yang merasa senang segera memeluk Naruto tanpa memperdulikan bahwa saat itu Naruto sedang makan dan akhirnya tersedak karenanya.

"Uhuukkk,, kau ingin membunuhku Hinata?" Naruto membalikkan wajahnya sambil menepuk nepuk dadanya yang tersedak.

"Gomen Naruto~kun, aku tidak bermak..." Sebelum Hinata melanjutkan kata katanya Naruto segera mengunci bibir Hinata dengan bibirnya.


Lampu yang terpasang di area pemotretan terlihat mulai di coba beberapa kali untuk menentukan intensitas cahaya yang mungkin akan mempengaruhi kualitas pemotretan. Sakura yang sedari tadi duduk di samping Hinata yang sedang di dandani oleh Ino sibuk membalas pertanyaan pertanyaan fans mengenai film Hinata yang sudah rilis beberapa bulan lalu. Wajah Hinata sedikit kesal kepada asistennya yang tidak memberitaunya terlebih dahulu jika pemotretan kali ini untuk majalah PLAY BOY yang memasangkannya dengan Gaara.

"Jangan cemberut seperti itu Hinata, wajah mu terlihat tua jika seperti itu?" Ino yang sedang membawa beberapa bikini untuk Hinata segera mengomentari wajah Hinata yang terlihat kesal.

"Ya,, ya,, hanya saja aku takut Naruto akan marah jika tau aku berfoto dengan bikini untuk majalah Play Boy dengan Gaara"

"Dia tidak akan marah Hinata, tenang saja.." Sakura menjawab enteng pertanyaan Hinata tanpa memalingkan wajah dari ponselnya.

"Tapi bukannya kamu sudah izin Naruto?" Gadis berambut pirang itu bertanya kembali sembari memberikan bikini di tangannya kepada Hinata.

"Aku memang sudah izin Ino~chan, tapi aku tidak bilang jika pemotretan ini untuk majalah play boy karena aku sendiri hanya di beritau jika akan ada pengambilan foto di studio"

"Maaf Hinata~chan, aku lupa karena kemarin aku juga sibuk dengan Sasuke"

"Kau ini lebih mementingkan kekasih mu dari pada pekerjaan" Ino ikut kesal karena Sakura lupa memberi tau Hinata soal pemotretan hari ini.

"Baiklah aku ganti baju dulu" Hinata segera menuju ke kamar ganti untuk mengganti pakaiannya.


Apartemen Hinata.

Naruto menguap bosan memandangi Matsui yang ada di ranjang sedang tertidur pulas. Mata Naruto yang mulai terpejam karena siang itu naruto kelelahan mengurusi Matsui sendirian. Belum sempat mata naruto terpejam bell apartemen hinata berbunyi. Naruto segera berlari menuju pintu sambil melihat cctv yang terhubung keluar pintu.

"Neji.. masuklah" Naruto mempersilahkan kakak Hinata tersebut masuk sambil menutup kembali pintu apartemen.

"Dimana Matsui Naruto?" Tanpa menunggu jawaban kaki Neji langsung berjalan masuk kedalam kamar Hinata dan memang Matsui sedang tertidur pulas disana.

"Dia sedang tidur, apa masalah mu sudah selesai?"

"Masalah dengan tetua sudah selesai, hanya saja keadaan Tenten belum juga membaik dan Karin justru menuntutku karena tidak jadi bertunangan"

"Wkwkwkkwkw...laki laki sepertimu ternyata juga bisa di perebutkan ya?" Naruto tertawa terbahak bahak mendengar perkataan kakak Hinata tersebut.

"Tidak ada yang lucu bodoh, oh ya Hinata di mana?" Neji memandangi seluruh apartemen yang sedari tadi tidak terlihat sosok Hinata.

"Dia sedang ada pemotretan. Apa kamu akan lama di sini?" Naruto balik bertanya ke arah neji yang kini sibuk memandangi wajah putrinya.

"Sepertinya sore nanti aku baru akan kembali, aku masi ingin menemani Matsui".

"Baiklah sekarang kamu jaga Matsui sendiri ya,, aku ada janji dengan teman lama" Naruto segera pergi dari pandangan Neji yang memang sudah tidak menghiraukan ucapannya.


Kilatan kilatan kamera mengabadikan kemolekan tubuh mulus Hinata yang berbalut bikini berwarna merah bersama dengan Gaara yang juga berpose di sampingnya dengan bertelanjang dada. Pose pose yang di atur oleh fotografer beberapa kali membuat Hinata sedikit risih, karena Hinata harus berbaring di atas tubuh laki laki barambut merah tersebut. Hinata mencoba profesional karena ini memang pekerjaan nya. Selesai pemotretan Hinata segera bergegas pulang, namun seseorang memanggilnya dari belakang.

"Hinata~chan" laki laki berambut merah marun itu kini berada di samping Hinata.

"Ada apa Gaara~kun? Apa ada yang ingin kau sampaikan?"

"Aku dengar kamu dan Naruto menikah hanya karena perjodohan ya?"

"Emh,, soall itu.." Hinata mulai bingung menanggapi pertanyaan parthnernya tersebut

"Tenang saja aku tidak akan membocorkannya kepada orang lain, hanya saja..."

"kenapa?" Hinata tidak sabar mendengar penjelasan laki laki di depannya karena memang dia khawatir dengan Naruto yang menjaga Matsui sendirian. Tanpa di sadari Gaara mendekatkan tubuhnya sambil berbisik di telinga Hinata.

"Aku menyukai mu" deg,, Hinata tersentak kaget mendengarnya seolah tak percaya.

"Tapii.. aku..."

"Sssttt,, tidak apa-apa kamu tidak membalas perasaan ku. Yang penting aku sudah mengungkapkan persaan ku kepada mu". Gaara berjalan menjauhi Hinata yang masih berdiri mematung, tubuhnya seperti tak bisa bergerak setelah mendengar penjelasan Gaara yang membuat hatinya bergetar.


Gadis bersurai pirang panjang dan berponi kini duduk bersama seorang laki laki berambut blode di taman. Bibirnya tersenyum simpul ke arah laki laki yang di panggilnya Naruto itu, namun entah kenapa laki laki di sampingnya itu tidak merespon sama sekali.

"Naruto~kun apa kamu sakit?" Shion memandang Naruto dengan wajah cemas sembari memegang keningnya.

"Kurasa hubungan kita cukup sampai disini Shion~chan, dan tidak bisa dilanjutkan lagi" Tanpa berbasa basi Naruto segera mengutarakan niatnya kepada Shion.

"Tapi Naruto~kun? Aku kesini untuk menagih janji mu yang akan menikahi ku"

"Aku tidak pernah berjanji seperti itu, sudahlah.. lebih baik sekarang kembalilah ke inggris untuk menyelesaikan study mu"

"Tidak Naruto~kun, tidak... aku tidak mau berpisah dengan mu. Naruto~kun!" Shion terus berteriak teriak memanggil Naruto yang kini pergi meninggalkannya sendirian ditaman, kakinya berlari mengejarnya sampai akhirnya tubuh Shion terjatuh di tanah.

Shion pov*

Aku tidak akan pernah membiarkanmu meninggalkan ku Naruto~kun. Awas saja gadis Hyuga itu, akan aku rebut kembali kamu darinya.

End pov*


Jari Hinata dengan cepat memencet sandi apartemennya yang sudah ada di luar kepala. Tangan Hinata membawa beberapa belanjaan yang sepertinya memang sangat banyak, bisa di tebak isinya pasti kalo bukan baju ya sepatu keluaran brand terbaru.

"Kau sudah pulang Hinata?" Neji menyapa Hinata sambil menggendong matsui di pelukannya.

"Niisan? Naruto kemana?" Hinata sedikit kaget karena yang di temuinya bukan suaminya tapi justru kakaknya.

"Dia bilang ada urusan sebentar, kebetulan tadi siang aku kesini untuk menjenguk Matsui"

"Owwhhh" Hinata segera mengganti bajunya dan mengambil beberapa minuman di dalam almari es.

"Maaf ya Hinata, aku merepotkan mu dan Naruto"

"Niisan.. seperti dengan siapa saja. Sini Matsui biar aku yang menggendongnya, Nejinii tidak kembali ke rumah sakit?"

"Sekarang aku akan kembali kerumah sakit, tolong jaga Matsui ya Hinata?"

"Baik Niisan,"

Tangan Hinata membuka perlahan baju Matsui dan segera memandikannya dengan air hangat. Sesekali Matsui menangis karena Hinata memang masi kaku memandikannya, namun dengan telaten dan perlahan lahan Hinata bisa menyelesaikan tugasnya mulai dari dari memberikan minyak telon, bedak, memakaikan baju hingga sepatu dan penutup tangan Matsui. Karena bahagia Hinata segera mengambil hand phone dan mengabadikan moment itu dengan Matsui. Tanpa sengaja Hinata lupa jika galery fotonya terhubung dengan akun weibo, twetter dan facebook yang sudah pasti akan terkirim dengan otomatis.

T...B...C...