Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Naruto The Devil Fruit User © Ryo Kazuto

Warning : Typo(s), abal, gaje, SMS (Sistem Mikir Semalaman), dan hal-hal sejenisnya.

Rate : M

"Talking"

'Thinking'

"Jutsu"

Author's Note : Maaf minna-san karena terus menunda publish chap terakhir dan sampai-sampai laptop rusak. Ditambah kena UN SMA dan sekarang udah kuliah. Maaf telah mengecewakan kalian.

Story Start

BRUK

Ay dan juga Jiraiya terjatuh bersamaan. Menjadi yang terakhir dari belasan orang yang telah lama terkapar di sana. Densetsu no Sannin, Gokage, Tsukikage, dan Jinchuriki sudah lemas tak berdaya melawan dua monster dari dua sisi berbeda, Madara dan Yami. Itu merupakan kesalahan mereka karena mencoba menghentikan pertarungan antara dua monster.

Naas memang nasib mereka. Para Jinchuriki terbaring lemas, mereka kalah melawan Madara. Luka penuh darah menjalari tubuh mereka. Tsukikage juga sama. Nagato terbaring lemas, Konan tak lagi bisa bergerak, sisanya sudah hilang kesadaran. Gokage tak kalah miris. Gaara, Mei, dan juga Oonoki 'menancap' di sebuah batu besar. Menancap dalam artian tubuh mereka ditusuk pedang dan melekat pada sebuah batu besar. Tubuh mereka tak lagi bisa digerakkan. Bahkan Densestu no Sannin juga. Jiraiya sudah batuk darah, Orochimaru sudah pingsan, dan Tsunade sudah . . . terbelah dua . . . tepat di pinggangnya.

Miris. Pasukan aliansi hanya bisa melihat dari kejauhan. Jika sedikit cela saja diberikan pada Shisekiyojin, maka korban akan semakin bertambah. Yah, setidaknya begitulah yang dipikirkan 4 Hokage yang membuat kekkai besar itu.

Melihat ke sembilan jinchuriki, Madara tersenyum. Lalu ia kembali mengalihkan pandangannya pada Yami yang sudah berdiri puluhan meter di depannya dengan seringai melekat di wajah liciknya.

'Mengekstrak bijuu bisa setelah ini, aku harus membunuhnya dulu. Barulah aku puas. Bahkan mataku harus menunggu pertarungan ini selesai.' Batin Madara sambil terus memandang Yami tajam.

"Mari kita lanjutkan tarian kita." Ujar Madara.

"Hahaha. Tentu saja. Aku sudah menantikannya." Balas Yami.

GREB

Dengan serentak mereka mengeratkan pegangan pada senjata mereka. Madara pada tongkat hitam di tangannya, dan Yami dengan sabit hitam di tangannya.

WUSH

Mereka melesat dengan amat cepat.

DUARR

Senjata mereka beradu dan membuat tanah yang mereka pijak retak karena energi dari masing-masing senjata.

Madara lalu melakukan tendangan berputar yang dengan sigap ditahan oleh tangan kanan Yami. Lalu salah satu pedang Yami mendekat dan sampai di genggaman tangan kiri Yami. Yami langsung mencoba menyabetkan sabitnya ke kepala Madara secara horizontal namun di tahan tongkat Madara. Tak sampai di situ, Yami langsung mencoba menusuk Madara dengan pedangnya.

TRANK

Sebuah lingkaran hitam muncul dan menahan pedang Yami. Perlahan delapan bola hitam terbang di belakang Madara. Yami semakin waspada dan melompat menjauh dari Madara. Lingkaran hitam yang menahan serangan Yami berubah menjadi bola dan ikut melayang bersama bola hitam lainnya.

"Kau punya senjata yang merepotkan." Komentar Yami pada Madara.

"Heh, kau bilang begitu dengan semua pedang di sekelilingmu ini." balas Madara melirik pedang yang masih tetap terlihat sama jumlahnya itu.

Mendengar itu Yami malah menyeringai lebih lebar.

TRAKK

Sabitnya ia hentakkan ke tanah. Lalu sekitar sepuluh pedang tersusun di depannya. Enam pedang membentuk sebuah lingkaran dengan ujung pedang ke arah luar. Lalu tiga lainnya dengan rapi membentuk barisan baru. Satu ke atas, satu lagi ke sudut kiri bawah, dan sisanya ke sudut bawah yang satunya lagi. Lalu satu pedang sisanya mengarah ke depan. Tepat ke arah Madara. Sebuah formasi pedang berlapis dengan pedang di lapisan pertama (enam pedang) terus berputar searah jarum jam. Sementara lapisan kedua berputar dengan arah berlawanan.

Tangan kanannya ia acungkan ke depan. Tepat di tengah lingkaran formasi pedangnya. Sejajar dengan pedang yang teracung ke Madara. Perlahan tangan Yami membentuk pistol dengan telunjuk, jari tengah, dan ibu jari terbuka.

Madara menaikkan alisnya bingung. Ia juga sudah berjaga dengan sembilan bola godoudama yang mengelilinginya.

Dengan seringai licik di wajahnya, Yami berteriak, "Hakai no Taihoo : Yorujin no Okoru."

Psiuw

Sebuah laser mini menembak dari ujung jari Yami masuk ke dalam gagang pedang di depannya.

DUAAAAAARRRR

Dari ujung pedang itu keluarlah laser besar berwarna hitam menuju Madara dengan kecepatan yang sangatlah cepat. Tentunya membuat Madara membelalakkan mata kirinya itu.

BUMM

Ledakan terjadi. Debu pun menutupi tempat Madara berpijak. Barulah tak lama kemudian saat debu sudah lebih sedikit, sebuah bola hitam besar ada di sana. Madara berhasil menahan serangan Yami dengan Godoudamanya.

Krak

Perlahan bola itu retak sebelum berubah menjadi cair dan menjadi sembilan bola yang terbang di belakang Madara yang nafasnya ngos-ngosan.

'Dia bisa membuat Godoudama rusak. Benar-benar diluar dugaan. Jika saja aku telat berlindung aku akan langsung hancur tak bersisa.' Batin Madara melihat ke lahan di belakangnya yang sudah rata akibat tembakan Yami.

"Maaf. Tapi aku masih punya yang lebih dahsyat dari itu." Ujar Yami. Seketika itu pula lah ia menodongkan sabitnya ke atas. Lalu puluhan pedang berbaris ke atas dari atas sabitnya.

Madara kembali bersiaga.

"Matilah kau, Ma-"

DEG

Madara menaikkan salah satu alisnya tatkala Yami terdiam menghentikan gerakannya. Mata Yami terbelalak. Tubuhnya perlahan bergetar.

Greb

Ia memegang tangan kanannya yang memegang sabit itu dengan erat.

"Kau mengganggu, Naruto. Biarkan aku mengurusnya sendiri. Kau tak akan bi-"

JLEB

Ucapan tak jelas Yami terhenti ketika salah satu pedang menancap di dadanya.

TRANK TRANK TRANK

Dua puluh pedang menancap di tanah. Mengelilingi Yami.

JLEB JLEB JLEB

Beberapa pedang menancap di tubuh Yami. Membuatnya kembali terdiam dengan wajah kaget.

JLEB JLEB JLEB JLEB JLEB JLEB SRIIING

Serbuan pedang mendatangi Yami. Dan tak lama kemudian cahaya terang menyelimuti Yami sebelum kembali padam.

Tak ada lagi pedang di sana. Semuanya lenyap bak di telan bumi.

Dan Yami kini telah menghilang digantikan Naruto. Walau cukup sulit untuk dipanggil Naruto. Rambutnya putih. Mata kirinya berwarna merah darah dengan pola riak air dengan enam tomoe.

Tak ada yang bisa berkomentar melihat penampilan Naruto. Bajunya masih sama seperti yang dipakai Yami, namun dengan jubah panjang berlengan pendek warna merah. Ada aksen api hitam di bawah jubahnya. Di belakang jubah itu ada lambang rinnegan dan juga sembilan tomoe di bawahnya. Jubahnya dikancingkan dari dada sampai pinggang, sehingga membuat kerahnya lebih terbuka dan juga bagian bawah jubah lebih memudahkan manuver Naruto.

'Jadi ini kekuatan chakra.' Batin Naruto kagum merasakan energi baru di tubuhnya.

"Kau kelihatan berbeda." Ujar Madara heran.

"Maaf Madara, kurasa kali ini aku akan bersungguh-sungguh." Balas Naruto datar.

Naruto tiba-tiba menghilang dan muncul di depan Madara. Tangan kanannya berwarna hitam, lalu terlapisi aura kuning.

BUMM

Walau dengan susah payah, Madara masih bisa menahan pukulan Naruto dengan godoudama yang dijadikannya tongkat. Namun tetap saja pukulan dahsyat itu membuat Madara terkejut dan tanah pijakannya sampai retak.

'Dia menyentuh godoudama, tapi tak terjadi apa-apa. Dan juga matanya itu.' Batin Madara bingung.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Madara masih susah payah menahan serangan Naruto.

"Chakra. Chakra yang selama ini tersegel pada satu titik di tubuhku akhirnya bisa mengalir ke seluruh tubuhku. Dan juga . . ." Naruto mengangkat tangan kirinya ke atas. Lalu sebuah bola kecil berwarna putih muncul di sana dan mulai bercahaya.

" . . . kekuatan baru yang akan mengalahkanmu. Tsumi Hantaa." Dari bola itu langsung keluar sembilan bola cahaya yang langsung menuju ke arah Madara.

Langsung saja Madara terbang menjauh menghindari bola-bola itu.

Wush wush wush

Madara menghindari bola-bola itu satu persatu.

ZRUT

Namun satu bola berhasil menempel di kaki kiri Madara.

BUMM

Tiba-tiba Madara yang sedang terbang jatuh ke tanah. Ditarik oleh beban bola di kaki Madara yang tiba-tiba jadi berat.

ZRUT ZRUT

Bola-bola lain menempel di tubuh Madara yang masih syok akibat jatuh tiba-tiba.

Ctik

DUAR

Bola-bola itu meledak saat Naruto menjentikkan jarinya dan membuat Madara terlempar jauh.

Kembali ke Naruto, dia kini sudah berada di depan gadis Hyuga yang terluka karenanya. Hinata. ia menatap Hinata dengan wajah sendu.

"Gomen ne, Hinata." Perlahan ia menggendong gadis itu.

Dengan gerakan yang bahkan lebih cepat dari ninja kebanyakan, Naruto berlari ke salah satu sudut kekkai yang masih aktif. Dan itu adalah tempat Minato.

"Naruto." Minato tentu saja kaget melihat anaknya menuju ke arah dirinya.

Namun saat Naruto sudah dekat dengan kekkai, ia tidak menurunkan kecepatannya sedikitpun. Dan tiba-tiba saja, Naruto sudah berada di luar kekkai. Tepat di belakang Minato.

"Tou-san, tolong jaga Hinata." Ujar Naruto meletakkan Hinata perlahan di tanah.

"Hilangkan saja kekkainya. Sudah tidak apa-apa. Lagipula banyak yang terluka di dalam sana. Biar aku yang mengurus Madara."

Sementara itu, Madara ternyata masih bisa berdiri. Kebetulan atau tidak, ia terlempar tak jauh dari tempat Nagato berada. Tentu saja seringai lebar terpatri di wajahnya. Dengan cepat ia mengambil kedua mata Nagato dan memasangkan mata itu pada dirinya. Mata kiri yang diambilnya dari Obito berada di genggamannya.

"Obito, Rinnegan palsumu ini tak berguna lagi."

CPLASSH

Ia meremas bola mata di tangannya itu dengan keras. Darah pun berceceran di tangannya. Tanpa basa-basi ia terbang melesat ke arah sembilan jinchuriki.

'Matamu juga akan ku ambil, Naruto.' Batin Madara setelah selesai menyerap chakra bijuu.

Kembali ke Naruto, ia sedang berdiri tepat di depan 4 Hokage. Ya. Mereka sudah melepas Shisekiyojin dan berkumpul di tempat Yondaime. Di belakang mereka sudah siap ribuan pasukan shinobi yang tersisa.

"Apa kalian siap?" tanya Naruto tanpa mengalihkan pandangannya ke 4 Hokage.

"Kapan saja, Naruto." balas Hiruzen.

"Baiklah kalau begitu." Naruto lalu menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada.

WUUUSSH

Langsung saja tubuh Naruto dibalut aura kuning. Jubahnya berubah warna menjadi oranye dengan sembilan tomoe di kerahnya. Di depan baju hitamnya muncul garis kuning yang membentuk lingkaran lambang klan uzumaki dengan garis kuning yang terus ke bawah dan bercabang menjadi sebuah garis lurus di masing-masing depan kakinya. Rambut depannya membentuk seperti tanduk. Di belakang Naruto melayang sembilan godoudama.

BUMM

Sesuatu yang amat cepat mendarat ratusan meter dari Naruto. Muncullah sosok Madara yang sudah pulih kembali. Rinnegannya sudah lengkap dan kemungkinan besar kekuatannya bertambah besar.

"Sekarang kau sudah bisa menari. Hashirama, lihatlah, anak ini bahkan lebih menyenangkan diajak bertarung daripada denganmu." Ujar Madara datar. Hashirama tetap tak menghiraukan ucapan Madara.

"Mokuton-" Hashirama langsung membuat insou. Namun tak jadi mengeluarkan jutsunya tatkala Naruto merentangkan tangan kanannya bermaksud menahan Hashirama.

Madara menaikkan salah satu alisnya saat melihat kejadian tersebut. Sebelum ia kembali menyeringai.

"Kuchiyose no Jutsu"

POOFT

Muncullah patung raksasa di belakang Madara. Patung Gedomazou sudah di bawah kendali Madara.

"Naruto, apa pendapatmu tentang ini?" tanya Madara penuh kesinisan di setiap kata-katanya. Dia membentuk insou sekali lagi dan rantai-rantai muncul dari mulut Gedomazou.

Rantai-rantai itu masuk ke tubuh Madara. Sukses membuat para shinobi kaget. Namun kekagetan mereka menjadi kehorroran saat melihat chakra sembilan bijuu perlahan keluar dari tubuh Madara.

"Brengsek kau Madara. Suiton : Suiryudan no Jutsu." Sebuah naga air menyerbu ke Madara akibat kemarahan Tobirama melihat aksi sang hantu Uchiha.

BUMM

Jutsu Tobirama tak menyentuh Madara. Melainkan ditahan oleh salah satu tangan gedomazou. Tobirama langsung mendecih kesal. Ia hendak mengeluarkan jutsunya yang lain.

"Tunggu." Naruto menghentikan aksi Tobirama.

"Ada apa bocah? Aku tak akan menunggu lagi. Keparat itu sudah mengambil sembilan bijuu." Balas Tobirama kesal bahkan sambil melepaskan killing intent yang membuat shinobi di sana berkeringat dingin.

"Marah pun tak berguna, Nidaime." Ujar Naruto datar. Tak bergeming bahkan saat ia diberikan killing intent dari Tobirama.

"Lihatlah, patung itu berubah." Tunjuk Naruto. Benar saja, patung gedomazou berubah bentuk. Menjadi seekor -ralat- sepuluh ekor monster dengan bunga besar di punggungnya yang masih terkuncup. Sebenarnya monster itu satu, tapi ekornya yang sepuluh.

"Itu. . ." Hashirama terdiam tatkala melihat monster itu.

"Ya, itu Juubi." Ujar Naruto membenarkan Hashirama.

"Minna, dengarkan aku. Pisahkan menjadi dua kelompok. Satu kelompok kecil untuk regu penolong dan medis bagi para kage dan yang lainnya. Satu kelompok lain berpencarlah ke segala penjuru dan serang Juubi dengan jutsu kombinasi kalian. Serang secara beruntun tanpa henti. Jangan sampai ia membuat gerakan." Ujar Naruto agak keras.

Ia merentangkan tangan kanannya ke samping. Yang melihat hanya bisa bingung.

WUSSH GREB

Shusui milik Naruto terbang dan mendarat dengan mulus di genggaman Naruto. Sambil tersenyum tipis Naruto mengayunkan pedangnya bersiap pada posisi siaga.

"Serang." Ujarnya pelan sambil mengacungkan pedangnya ke depan. Tentu saja tak butuh waku lama untuk para shinobi di depannya melakukan perintah yang disebutkan oleh Naruto tadi. Mereka sudah terlalu percaya akan kemampuan anak muda itu memimpin mereka.

"Shinobi Rengo no Jutsu" teriak Naruto kembali.

"UUOOOHHH." Teriakan antusias para shinobi-shinobi itu juga menggema di segala penjuru.

'Strateginya sudah siap.' Suara Inoichi terdengar oleh semua shinobi di sana. Termasuk Naruto.

'Pertama, butakan musuh untuk memperlambat gerakannya.'

"Raiton : Raikochu, Ranton : Laser Circus" dipimpin Shi dan Darui, sebagian pasukan Kumogakure mengeluarkan jutsu mereka berupa cahaya untuk menyilaukan mata Jubi.

DAARR DAARR DARR

GRUOOO

'Begitu ya. Sambil menyerangku, tujuan mereka juga adalah menghancurkan mata Juubi.' Batin Madara yang melindungi dirinya dengan perisai godoudamanya.

'Selanjutnya, dengan Kirigakure no Jutsu dan Mushi Jamming no Jutsu, kita akan menambah kekacauan dalam debu bekas elemen badai. Pasukan Sunagakure, sekarang.'

Pasukan Kirigakure dan klan Aburame melakukan persis seperti yang diperintahkan Inoichi. Lalu dari shinobi Sunagakure mereka mengeluarkan Futon : Kiryu Ranbu.

'Dengan mengacaukan jarak pandang mata mereka secara akurat, takkan bisa melihat sosok serta merasakan hawa keberadaan kita. Monster sebesar itu mustahil disembunyikan. Kita harus memanfaatkan kesempatan kita.'

'Mau menghalangi penglihatan dan sensor kami yah? Maaf saja, tak akan berha-'

BUAAGH

Pukulan telak menghantam Madara dan membuatnya terpental dari tempatnya berdiri.

"Kau lengah." Ujar sang pelaku yakni Naruto.

'Aku serahkan Juubi pada kalian, minna.' Batin Naruto sebelum ia pergi ke tempat Madara.

Di tempat Madara

BUMM

Madara menghancurkan reruntuhan bebatuan yang menimpanya. Dia bangkit dan kembali melayang perlahan ke atas.

Tap

Naruto mendarat di depannya.

Pandangan mereka tertuju pada satu sama lain.

Tap tap tap

Shodaime, Nidaime, dan Yondaime Hokage mendarat di belakang dan samping Madara. Sehingga kini Madara dikelilingi dari empat arah.

"Kalian pikir bisa mengalahkanku hanya dengan kalian berempat? Menggelikan." Ujar Madara meremehkan. Tobirama tentu dibuat naik darah oleh Madara. Kalau saja bukan karena ditahan oleh killing intent Hashirama yang amat kuat, entah apa yang akan ia lakukan.

'Limbo.'

WUSSH

Naruto tiba-tiba menghilang dari tempatnya dan muncul di depan masing-masing Hokage. Dia nampak sedang menahan pukulan. Tentu saja membuat ketiga (almarhum) Hokage itu kebingungan akan apa yang dilakukan Naruto.

'Jadi begitu. Ia bisa melihat Limboku dengan Rinnegannya. Ditambah dia bisa membelah diri. Kalau begitu percuma melakukan Limbo lagi.' Batin Madara.

'Namun bayangannya itu bukanlah kagebunshin. Dia pasti belum bisa menggunakan ninjutsu. Wajar saja karena ini kali pertama chakra di tubuhnya aktif. Itu pasti elemen cahayanya.' Lanjutnya dalam hati. Ia tak lama menampakkan senyum licik.

Tiga buah godou dama miliknya tiba-tiba melesat kencang. Semua membentuk tombak bertujuan membunuh para Hokage yang masih kaget dan lengah.

"JANGAN SENTUH BENDA ITU." Teriak Naruto. Sontak saja ketiga ninja itu menghindari benda yang mencoba menyerang mereka.

Madara menarik kembali Limbo dan godou damanya.

"Jangan pernah menyentuh bola hitam dipunggungnya. Sekalipun kalian edo tensei, tubuh kalian tak akan pernah pulih. Benda itu bisa menghilangkan ninjutsu apapun." Terang Naruto membuat Hashirama, Tobirama, dan Minato kaget.

"Kalau begitu ayo kita serang dia sebelum dia menyerang kita." Ujar Hashirama.

"Nii-san, lakukan gerakan kombinasi. Yondaime dan Naruto juga." Sambung Tobirama.

"Baik." Jawab Minato.

'Mau main keroyokan yah. Tak akan kubiarkan.' Batin Madara.

WUUSH

Dua bunshin cahaya Naruto muncul di samping Madara dengan masing-masing tombak godou dama berniat menusuk Madara. Madara yang masih reflek berhasil menangkis serangan Naruto dengan benda yang sama di kedua tangannya. Dengan gerakan lincah dia menendang dan memukul dua bunshin cahaya Naruto bersamaan. Membuat mereka berdua terpental dan menghilang menjadi partikel cahaya.

Wuussh

Sebuah batu dilempar ke Madara. Namun layaknya mainan ia menghindarinya.

BUMM

Tepat saat batu itu melewati Madara, Naruto muncul seketika dan menonjok Madara dengan pukulan berlapis Hakinya. Membuat Madara terlempar jauh dari tempat itu.

'Sudah kuduga. Aku tak bisa menggunakan kemampuan Pika-pika ku secara sempurna jika aku menggunakan chakra disaat bersamaan. Energi yang berbeda memang sulit bersatu.' Batin Naruto mengamati kepalan tangannya yang masih menghitam.

'Tapi setidaknya aku masih bisa menggunakan Haki.'

SRING

Naruto menjadi partikel cahaya dan pergi mengejar Madara yang karena pukulan Naruto semakin jauh dari Jubi. Seperti yang direncanakan Naruto.

"Aku tak bisa melihatnya." Komentar Tobirama melihat bagaimana Naruto pergi.

"Yondaime, apa kau sudah memasang fuin Hiraishin pada anakmu?" tanyanya pada Minato. Minato mengangguk.

DUAARRR

Ledakan itu sontak membuat tiga Hokage itu menoleh ke asal suara. Mereka semakin khawatir karena tempat itu berasal dari tempat Jubi berada.

"Tobirama, Yondaime, susul Naruto. Aku akan membantu yang disana." Perintah Hashirama sembari membentuk sebuah segel.

"Tapi-"

KRAAAKK

"Ikuti saja kata-kataku." Potong Hashirama saat naga kayunya keluar dari tanah. Ia melompat keatasnya dan mereka pergi ke tempat Jubi berada.

Tobirama hanya bisa terdiam melihat kepergian kakaknya.

"Ayo, Nidaime-sama." Ucap Minato membuyarkan Tobirama.

Tobirama langsung memegang pundak Minato dan mereka menghilang.

Sementara itu di dekat tempat Jubi bertarung, sesosok ninja berambut perak berlari dan melompat kesana kesini seperti mencari sesuatu. Ia adalah Kakashi.

'Obito, dimana kau?' tanya Kakashi panik dari dalam hatinya.

Barulah saat ia menemukan sosok yang dicari, duduk terdiam dengan bersandar di batu.

"Obito, kau tidak apa-apa?" tanya Kakashi mengecek tubuh sobat lamanya itu.

"A-aku tidak apa-apa. Tapi . . . aku tak akan bertahan lama . . . mataku . . ." jawab Obito dengan nafas tersenggal sambil menutupi mata kirinya. Jangan lupakan zetsu hitam yang masih di tubuhnya.

"Apa yang kau kataka-" "KAKASHI"

Suara Tsunade membuat Kakashi memberhentikan ucapannya. Dan ketika ia melihat Tsunade, ia kaget. Bagaimana tidak? Semua anggota Tsukikage, ditambah Itachi yang telah datang bersama Kabuto dan Sasuke, minus Jinchurikii yang sedang berada di bawah pengobatan Karin, salah satu anak buah Orochimaru beserta tim medis lainnya. Jangan lupakan Jiraiya serta Orochimaru yang telah kembali sehat walafiat. Yang mengenaskan hanyalah Nagato yang matanya diperban serta kage lain yang walau sudah sadar namun masih kehabisan energi karena merekalah yang paling banyak menyerang.

"Kalian? Bagaimana bisa?" tanya Kakashi bingung. Ia menoleh ke Tsunade. Byakugo no In miliknya aktif dan juga di wajahnya sudah mulai ada keriput. Di bahu mereka ada siput yang sama, Katsuyu.

"Tepat sekali. Tsunade, tolong transplantasikan mata kananku ini pada Kakashi. Sekarang juga. Pastikan dia bisa menggunakannya secara maksimal layaknya diriku. Aku mohon." Ujar Obito memotong Kakashi yang nampak kaget mendengar ucapan Obito.

"JANGAN BERCANDA OBITO." Teriak Kakashi. Semua yang ada minus dirinya terdiam.

"Kakashi. Aku kembali menyadari satu hal yang benar-benar kulupakan. Orang yang meninggalkan temannya lebih buruk dari pada sampah. Aku malu, Kakashi. Aku yang mengajarkan itu padamu, tapi sekarang akulah orang yang lebih buruk dari pada sampah itu. Karena itulah, biarkan aku menebus kesalahanku." Jelas Obito.

"Aku tak peduli, Obito. Kau harus tetap hidup." Balas Kakashi.

GREB

Obito memegang bahu Kakashi.

"Dengar Kakashi. Semenjak dulu aku selalu di jalan yang salah. Jika saja aku tidak bertemu Madara saat itu, aku pasti sudah tenang di alam sana bersama Rin. Tapi, ini seperti Rin masih menginginkan kita untuk tetap hidup. Kali ini biarkan aku hidup sebagai matamu, Kakashi. " jelasnya lagi. Kakashi terdiam.

Obito memandang Tsunade dengan penuh harap. Tanpa bisa menolak Tsunade mengangguk.

"Kalian pergilah dulu. Aku akan mengurus yang disini." Perintah Tsunade pada yang lainnya.

"Baiklah. Minna, ayo." Ajak Ay.

"Tunggu . . ." Panggil Obito pelan.

"Apa lagi?" tanya Ay yang terburu-buru.

"Kelemahan Madara . . . ."

Mereka pun pergi meninggalkan ketiga orang itu. Tsunade, Obito, dan juga Kakashi.

WUUSH

Naruto menebaskan shusuinya pada Madara. Namun dengan sigap Madara menangkis pedang itu dengan tongkat buatannya.

Sring

Yondaime dan Nidaime muncul di samping Naruto.

"Rasengan" bola spiral dilayangkan Minato ke arah perut Madara yang masih menahan serangan Naruto.

Namun Minato kalah cepat, Madara lebih dulu mengayunkan lengan kirinya yang sudah ada tongkat di sana. Mencoba menebas Minato.

BUAAGH

Naruto ternyata yang paling cepat disana, ia menendang Minato terlebih dahulu agar ayahnya itu tak terkena serangan Madara. Namun akibatnya, pertahanan Naruto goyah dan Madara menendangnya dengan keras. Membuatnya terpental ke belakang.

Sementara Nidaime, ia memegang tangan kanan Madara dan bersiap menusuk Madara dengan kunai di tangan kanannya. Salah satu godoudama Madara lebih dulu melesat ke arah Nidaime.

JRASSH

Batu di depan Madara itu terbelah menjadi dua.

'Bertukar tempat. Jadi itu kemampuan rinnegannya.' Batin Madara melirik Tobirama yang sudah ada di sebelah Naruto.

"Suiton : Mizurappa" langsung saja semburan air besar mencoba menelan Madara.

Madara dengan mudah menangkis serangan itu dengan godoudamanya.

WUUSH TRANK

Madara menangkis kunai yang melesat ke arahnya dengan tongkat hitam di tangannya. Membuat kunai itu meleset dan menancap di tanah dekat Madara. Dalam sekejap mata, sosok Yondaime Hokage muncul tepat di depan kunai itu dengan rasengan di tangannya. Sebuah kunai dari arah lain kembali muncul dan melesat menuju kepala Madara. Sontak saja Madara menghindari kunai itu dengan memundurkan kepalanya dan mencoba menebas Minato secara bersamaan.

SRING

Madara hanya menebas angin. Membuat sang hantu Uchiha membelalakkan matanya. Minato pindah teleport ke kunai yang melewatinya barusan.

DUAARR

Rasengan Minato telak menghentam Madara. Membuatnya terpental beberapa meter dan berhenti menabrak sebuah batu besar. Asap dan debu menutupi Madara sebelum akhirnya menghilang menampakkan sosok Madara dengan dada bolong.

Tak lama dada Madara kembali semula. Nafas yang mulanya menderu kembali normal. Minato, Tobirama, dan Naruto semakin kaget akan kemampuan regenerasi Madara yang sangat cepat itu. Bahkan mengalahkan Byakugo no In milik Tsunade.

"Maaf saja, bocah. Kalian tak akan bisa melukaiku dengan mudah." Seringai Madara.

"Kuchiyose: Sanju Rashomon" tiga buah gerbang besar muncul dari tanah dan mengelilinginya dengan rapat. Sukses membuat Uchiha itu kaget. Begitu pula tiga orang shinobi Konoha di dekatnya.

"Maju Jiraiya." Ketahuanlah sosok yang mengeluarkan jurus itu. Dia adalah Orochimaru, dengan kedua tangannya berada di tanah.

Sosok yang dipanggilnya melesat dari belakang Orochimaru dan melompat ke satu-satunya bagian terbuka dari tiga gerbang itu. Yaitu di atas.

"Senpo : Cho Odama Rasengan" Jiraiya yang sudah dalam mode Senninnya.

DUAARR

Ledakan terjadi. Gerbang Orochimaru hancur akibat serangan Madara. Jiraiya lalu mendarat di sebelah rekannya itu.

'Apa berhasil?' Batin Jiraiya.

"Tetap siaga, Orochimaru." Ujarnya saat masih merasakan chakra super Madara.

Di kala debu di tempat Madara menghilang, kembali terlihat bola yang terus melindunginya membentuk lapisan dinding di atasnya. Tanah di bawah kakinya saja yang tak hancur akibat serangan sang Gama Sennin.

'Senjutsu miliknya bahkan menghancurkan tiga lapis dinding godou damaku. Aku harus waspada pada mereka.' Batin Madara.

Tap tap tap

Konan, Deidara, Kakuzu, Hidan, Nagato, Itachi, Sasori, dan Sasuke. Mereka datang bersamaan di belakang Tobirama.

"Kalian sudah sembuh. Aku terkesan." Ujar Madara masih meremehkan namun dengan sedikit bumbu kekagetan di nadanya.

"Kelemahan Madara adalah Senjutsu. Yang bisa senjutsu disini serang dia, kami akan jadi pengalih perhatian." Ucap Itachi.

Dua buah tangan besar berniat menghantam Madara dan . . .

DUUAARR

"Bukalah matamu." Ucap Naruto setelah menempelkan kedua tangannya ke mata Nagato.

Nagato pun membuka matanya.

"Nagato, aku sudah mengembalikan Rinneganmu." Ucap Naruto saat melihat kedua mata Nagato.

"Tapi Naruto, bukankah Madara bilang Rinnegan itu adalah matanya sendiri, bukan milik Nagato." Ucap Konan tak percaya.

"Siapa yang tahu. Yang jelas kita tidak bisa memikirkannya sekarang. Aku akan kembali ke Madara." Dan Naruto pun pergi dari tempat itu.

Di tempat Madara bertarung, debu menutupi tempat itu. Saat debu perlahan menghilang, hanya terlihat Sasuke beserta Itachi dengan Susanoo mereka. Madara menghilang entah kemana.

"Diatas." Mizukage yang pertama kali menyadari keberadaan Madara bersuara. Sontak seluruh pasang mata disana melihat ke Madara. Melayang dengan santainya di atas mereka.

"Kuchiyose no Jutsu"

POOFT

WUUSH

Gamabunta dan Manda pun muncul disana. Tentu saja Jiraiya dan Orochimaru yang memanggil mereka. Gamabunta beserta Jiraiya di kepalanya langsung meloncat ke arah Madara.

"Gamayudan." Bunta menyemburkan minyak dari mulutnya.

Madara menangkisnya lagi dengan godoudamanya. Namun alangkah terkejutnya ia saat minyak itu tak menghilang seperti seharusnya.

'Senjutsu kah?' batin Madara. Ia terbang mundur ke bawah dari Jiraiya dan katak besarnya.

SSSSSSSHH

Desisan ular terdengar oleh telinga Madara. Sontak saja ia melirik kebelakang dan mendapati Manda sudah membuka mulutnya dengan lebar bermaksud menerkamnya.

WUUSSH

Madara bisa menghindar dengan terbang kesamping. Namun Orochimaru sudah mengeluarkan pedang kusanagi dan melemparnya ke Madara. Bersamaan dengan itu Jiraiya melompat dari atas Gamabunta ke arah Madara dengan rasengan besar di tangannya.

"Senpo : Cho Odama Rasengan"

WUSSH

Kusanagi itu dihindari oleh Madara.

"Limbo"

BUMM

Limbo Madara lebih dulu menghantam Jiraiya dan rasengannya langsung menghilang. Jiraiya jatuh ke bawah namun dengan sigap Manda menangkapnya sebelum jatuh ke tanah.

SRING

Dengan tiba-tiba Naruto muncul di belakang Madara dan dengan telaknya Naruto menghadiahi sebuah tendangan keras ke Madara. Membuatnya jatuh dengan cepat ke tanah dan membuat kawah yang lumayan besar.

Sosok Madara bangkit perlahan sebelum kembali melayang di langit.

'Aku tak bisa menundanya lagi.' Batin Madara.

Madara membentuk sebuah segel dengan kedua tangannya. Sontak saja di sisi lain medan perang tempat Juubi berada terdengar auman yang menggelegar.

Di sana, sosok Juubi berubah drastis. Monster berekor sepuluh itu berubah menjadi monster yang lebih aneh. Bunga besar keluar dari mulutnya.

'Apa yang terjadi?' batin Hashirama kebingungan. Begitu pula dengan shinobi dan samurai yang ada disana.

Sementara di tempat Naruto, Madara menyeringai licik. Tentu saja membuat musuhnya disana meningkatkan kewaspadaan mereka.

"Kau tak punya waktu lagi, Naruto. Hadapilah kekuatan Juubi." Ujar Madara.

"Bijudama"

Sontak saja kata yang diucapkan Madara membuat Naruto membelalakkan matanya.

"Pilihlah, membunuhku di sini dan membiarkan mereka mati. Atau menolong mereka namun dengan gantinya aku yang menguasai dunia biadab ini." Lanjut Madara.

Tentunya Naruto bingung. Sangat bingung.

"Kau terlalu lama, MATILAH KALIAN." Madara berteriak saat ia membentuk sebuah segel.

Suasana hening. Madara terdiam. Tak ada ledakan terjadi.

"A-apa yang terjadi."

'Jangan khawatir, bijudama itu telah dipindahkan oleh Kakashi dengan Sharingannya.' Ujar Inoichi.

Ya. Kakashi kini telah pulih dan sudah berada di tempat Juubi yang terus diserang. Walau dia langsung terduduk kelelahan setelah menghilangkan benda besar yang bisa meledak kapan saja itu.

Di tempat Naruto berada, Madara menggeram kesal. Dan malang baginya, kelengahan itu dijadikan sebuah kesempatan oleh musuhnya.

JLEB JLEB

Dua buah tombak hitam runcing menusuk dadanya, lengkap dengan amaterasu menyelubungi api itu. Pelakunya ialah dua orang yang berbeda. Naruto dan Nagato. Berempat jika ditambah dengan pelapis tombak yang dilempar dari kedua Uzumaki tersebut, yaitu Itachi dan Sasuke.

"Ohok." Madara memuntahkan sedikit darah dari mulutnya dan amarahnya kian menjadi.

"Sialan. Limbo." Madara mengeluarkan lima Limbo miliknya namun lagi-lagi dia sedang sial.

Dengan mengadahkan tangannya kedepan, Nagato berucap,

"Shinra Tensei."

DUAARR

Madara terbelalak saat tahu Limbo-limbonya di lemparkan oleh jutsu Nagato. Dan disaat yang sama, ratusan kertas mengelilingi Madara dan menutupi seluruh tubuhnya. Tentu saja pelakunya Konan.

'Kertas Fuin. Mau menyegelku yah?' batin Madara.

Dengan menggunakan godou dama dipunggunya Madara melepas semua kertas Fuin yang harusnya sudah membuat ia tak bergerak. Dengan menggunakan godoudamanya, Madara menyerang siapapun di dekatnya. Tentu saja membuat Naruto and the gang agak segan mendekat.

JRAASH

Dengan kasar Madara mencabut kedua tombak yang menancap di dadanya itu. Wajah yang kian murka ia tunjukkan.

"SIALAN KAU NARUTOOOO." Ia berteriak sekeras-kerasnya dengan penuh amarah di setiap kata-katanya.

"Waktumu hampir habis, Madara."

"Mugen Tsukoyomi . . ." "Akan kuhentikan."

Ucapan Madara dipotong begitu saja oleh Naruto.

"Aku pastikan itu terjadi, Madara." Lanjut Naruto.

"Yasakani no Magatama"

Naruto menembakkan ratusan laser ke Madara. Namun Madara dengan lincah terbang menghindari serangan itu dan beberapa kali menebasnya.

"Itu tak akan berpengaruh padaku, bocah bodoh." Ujar Madara.

Madara melemparkan tombak kecil dari beberapa godou damanya, lalu ia membentuk segel.

"Musekiyojin"

Sontak saja sebuah kekkai mengurung Naruto dan Madara.

'Apa ini?' batin Naruto bingung.

"Sekarang, hanya kau dan aku. Tidak akan ada yang bisa menghancurkan kekkai ini dari luar sana. Begitu juga dirimu. Disini aku yang berkuasa, tidak ada seranganmu yang bisa melukaiku. Dan aku akan melenyapkanmu, Naruto." Ucap Madara.

Sementara itu, Tobirama dan yang lainnya berusaha menghancurkan dinding kekkai yang mengurung Naruto dan Madara. Mereka bisa melihat keduanya namun tak bisa mendengar apa-apa. Tentunya membuat mereka frustasi.

"Aku, Madara Uchiha ini akan membawa dunia ke kedamaian sejati. Korbankanlah dirimu demi mewujudkan itu semua, NARUTO."

"Kalau begitu aku tak perlu menahannya lagi." Ujar Naruto lagi. Tentu saja Madara bingung.

Jleb

Naruto menancapkan shusuinya di tanah. Lalu seluruh godoudamanya mengelilingi pedang itu.

"Bersinarlah, wahai pedang yang mengutuk cahaya." Tiba-tiba saja pedang Naruto bersinar dengan cahaya merah.

"Telanlah semua kebencian dan rasa sakit di dunia ini." Godoudama Naruto menempel di bilah shusui.

"Naungi pertarungan ini dengan bayanganmu." Shusui mengeluarkan aura hitam pekat. Bersamaan dengan bersatunya godoudama dengan pedang itu.

Grep

Tangan Naruto yang bercahaya menyentuh gagang shusui.

"Dan gunakanlah cahaya harapanku sebagai energimu."

SRING

Cahaya muncul dan menghilang. Menampakan sebuah pedang dengan gagang perak dan bilah pedang hitam kelam. Bilahnya sendiri bergerigi tajam.

Penampilan Naruto kembali berubah. Aura kuning itu menghilang. Mata kanannya berubah warna jadi merah sempurna. Warna merah di jubahnya menjadi ungu gelap. Di tangan kanannya terdapat sarung tangan hitam yang terlihat seperti dibuat dari logam menutupi sampai siku. Godou damanya menghilang

"Cruel Blade" itulah yang diucapkan Naruto sembari melihat ke Madara yang terdiam.

'Ini kali pertamanya aku melihat hal seperti ini. Aku tak pernah melihat pedang dengan aura sekelam itu. Bahkan lebih kelam dari Susanooku.' Batin Madara.

BUAGH

Tangan kiri Naruto menangkap sesuatu di depannya. Sesuatu yang tak kasat mata. Yaitu pukulan dari Limbo Madara.

"Zanshu"

DEG

Aura membunuh menyeruak dari tubuh Naruto dan membuat Limbo Madara terbaring lemas. Naruto menginjak dada Limbo Madara dan dengan cepat menebaskan pedangnya ke leher bayangan Madara itu. Tentu saja membuat sang legenda shinobi kembali terkejut. Namun Madara kembali menyiagakan dirinya saat Naruto melihat ke arahnya.

Wussh

Ia membentuk tombak dengan godou damanya dan melemparkannya ke arah Naruto dengan kecepatan tinggi. Dengan mudahnya Naruto menepis tombak itu dengan pedangnya sehingga tombak tersebut kembali ke Madara.

Tep

"Danzai"

Sebuah tebasan dari Cruel Blade Naruto membentuk sebuah pilar energi yang terus menuju ke Madara. Kecepatan serangan itu membuat Madara susah payah menghindarinya.

DEG

Sebelum Madara menyadari, Naruto sudah ada di depannya dengan pedang teracung ke atas.

Jrassh

"Agh. ."

Sebuah luka melintang terbentuk di tubuh Madara akibat sabetan pedang bergerigi Naruto. Momen dimana Madara masih mengerang kesakitan, Naruto dengan cepat menghantamkan tumitnya ke kepala Madara.

BUMM

Sukses membuat Madara jatuh dengan amat keras.

"Luar biasa. A-apa itu Naruto?" komentar Minato melihat anaknya dari luar kekkai. Begitu juga shinobi lain yang kagum akan kemampuan sang Namikaze muda.

Tapi kelengahan mereka dimanfaatkan musuh.

"JUUBI MENGHILANG.", ya . . . monster yang mereka lawan tiba-tiba menghilang . . .

POOFFT

. . . dan muncul tepat di tempat Madara.

Naruto mendarat dengan mulus sembari menatap Juubi.

'Haki, Pika-pika no mi, dan Senjutsu telah aku satukan dalam kutukan Shusui. Kuharap chakra cukup difokuskan untuk melindungi tubuhku. Lagipula ini kali pertama aku memiliki chakra.', batin Naruto kala ia mengeratkan pegangan pada pedangnya.

"Majulah, JUUBI."

ROAAARRR

Layaknya mengeram kesal Juubi menatap ke Naruto. Ia kembali berubah. Bunga besar keluar dari mulutnya.

Tep

Madara mendarat di kepala Juubi. Nafasnya tak teratur. Wajah dan bajunya kotor akan debu.

"Matilah, NARUTO.", teriak Madara penuh emosi.

Sebuah bijudama terbentuk dan melesat ke arah Naruto. Dengan wajah datarnya, Naruto seolah memasukkan Cruel Blade kesarungnya.

"Zankai"

Dengan gerakan Iai ia menebaskan pedangnya.

Wussh wussh wussh

Badai tebasan hitam muncul di depan Naruto. Menebas dan menahan Bijudama itu.

DUAARR DUAARR DUAAR

Hasilnya, Bijudama itu terpotong-potong dan meledak secara terpisah dengan tak satu pun mengenai target. Tentu saja Madara kembali mengerang kesal.

'Bagaimana kalau yang dua kali lipat lebih besar.' batin Madara memerintahkan Juubi untuk membentuk kembali sebuah bijuu dama yang jauh lebih besar.

JLEB

Naas. Kurang dari sedetik kemudian, sesuatu menancap di tubuh Madara. Sebuah bilah pedang bergerigi tanpa gagang. Si pelaku, yaitu Naruto tak bergeming sedikitpun. Di tangannya, sebuah pedang panjang ramping hitam gelap teracung ke Madara.

BRUK

Madara terduduk dan mencoba melepas bilah bergerigi tajam dari dadanya.

'Jadi . . . semenjak tadi dia bahkan belum mengeluarkan bilah asli pedangnya. Jangan bilang kalau ini hanya sarungnya.' batin Madara masih mencoba. Namun benda itu tak bergeser sedikitpun.

"Bilah itu tak akan bisa dicabut." ujar Naruto melihat aksi Madara.

BERGABUNGLAH DENGANKU

Sebuah suara ditangkap oleh telinga Madara. Sontak saja membuatnya kaget minta ampun.

'Siapa itu? . . . Jangan-jangan, Gedomazo?' batin Madara melihat Juubi.

"Bila itu maumu." Madara membentuk sebuah segel lalu berteriak kencang.

GYUUUUTT

Juubi tiba-tiba menyatu dengannya.

BUUUMM

Asap tebal menutupi tempatnya.

Trank

Bilah yang menancap di dadanya lepas dan tergeletak di tanah.

Saat asap itu menghilang. Sosok Madara muncul tanpa cacat sedikitpun. Lecet yang dialaminya menghilang tak meninggalkan bekas sedikitpun.

"HAHAHAHAHAHAHAHA. Naruto. Sekarang aku puluhan kali lebih kuat. Menyerahlah dan kau akan kuampuni." ujar Madara dengan maniaknya.

Yang di ajak bicara malah tersenyum.

"Kalau begitu pemanasannya kita akhiri." balas Naruto kembali memancing emosi sang legenda Uchiha.

Ia menggigit gagang pedangnya. Tubuhnya agak menunduk. Tubuhnya lemas. Dan,

.

.

.

aura hitam muncul di kepalanya. Dan matanya bersinar terang.

"KYOUKO"

Madara melesat ke Naruto dengan kencang. Di tangannya sebuah pedang layaknya untai DNA, Nunoboko.

Naruto perlahan berjalan. Semakin cepat. Sampai ia berlari dan melesat dengan kecepatan yang sulit diikuti manusia normal. Dan ia melompat ke arah Madara. Keduanya hendak menebaskan senjata mereka satu sama lain.

"MATILAH KAU NARUTO"

JRAAAAAASSSSSHH

Apa yang terjadi?

.

.

.

BRUKK

Madara jatuh di tanah. Tatkala ia bangkit dan berdiri. Tangan kanannya . . . putus. Pedang kebanggaannya jatuh ke tanah.

Tap

Naruto mendarat di tanah. Tak terluka sedikitpun. Aura hitam kelam semakin menutupi kepalanya. Ia menatap Madara bak seorang monster penuh amarah yang siap menghancurkan apapun di dekatnya.

Krak krak krak

Langkah kaki Naruto yang pelan membuat tanah yang ia pijak retak. Pedangnya mengeluarkan aura yang lebih kelam. Bahkan membuat Madara meneteskan keringat di dahinya.

WUSH

Naruto tiba-tiba ada di belakang Madara.

WUSH

Ia menghilang kembali. Tanpa sadar Madara sudah melayang. Madara hanya terbelalak kaget. Otaknya tiba-tiba mengalami korslet hanya untuk memikirkan apa yang sebenarnya Naruto lakukan. Ia tak merasakan Naruto di dekatnya atau menghantamkan serangan padanya. Tapi tangannya putus, dua luka melintang besar ada di tubuhnya.

WUSH WUSH WUSH WUSH

Tubuh Madara terpental kesana kemari akibat dihantam oleh bayangan hitam yang tak bisa dilihat secara pasti bentuknya.

Madara yang melayang di udara hening. Kedua tangannya putus. Kakinya tinggal satu.

Akhirnya Naruto memberi kesempatan pada Madara untuk melihat sosoknya. Madara tak bergeming. Sosok yang ia lihat di depannya bukan lagi manusia. Aura iblis yang mencekam.

"Apa kau . . . Shinigami?" tanya Madara pelan.

"Sepertinya aku tak bisa lari lagi."

"Beristirahatlah dengan tenang."

"Ten no Handanryoku"

SRING

Cahaya terang menutupi medan perang.

KRAK PYAAAAARR

Kekkai itu pecah. Para zetsu yang tersisa langsung lemas tak berdaya. Dan keheningan tercipta.

"Apa yang terjadi?"

"Apa sudah selesai?"

"Dimana Madara?"

Ribuan pertanyaan pemecah keheningan lain muncul di medan perang yang kembali ramai. Dan kembali hening saat debu di medan perang tempat Naruto dan Madara bertarung mulai menipis. Lalu sesosok pria berdiri tegak. Dan nampaklah . . . .

"Naruto" Kushina yang telah sadar dan masih terbaring di tanah yang paling sadar. Walau suaranya lemah, namun keheningan di medan perang membuatnya terdengar jelas. Dan tak lama setelah itu, saat Naruto semakin jelas terlihat, air matanya mengalir dan senyum tercetak di wajah cantiknya.

Pemandangan yang begitu menggembirakan. Seorang pemuda berambut putih berdiri di tengah medan perang. Dan di depannya, seorang pria terbaring lemas tak berdaya dengan tubuh bersimbah darah.

"Aku menang. . ." Gumam Naruto pelan.

"HUOOOOOOO" sorak sorai penuh kebahagian menggema di penjuru medan perang tatkala Naruto mengangkat pedangnya pertanda kemenangan berada di tangannya.

Dan akhirnya . . . . setelah mengorbankan banyak pahlawan, Perang Dunia Shinobi keempat pun berakhir.

BRUK

Dan Naruto pun tumbang. Ikut berbaring di sebelah Madara.

". . . akulah yang menang pak tua." ucapnya sebelum kesadarannya menghilang.

Konohagakure

Satu bulan berlalu.

Dan banyak yang telah berubah.

Hubungan kelima negara besar semakin erat dikarenakan adanya aliansi. Begitu banyak korban dari segala pihak. Termasuk kelima kage. Walaupun nyawa mereka tak melayang, tapi inilah hasil terbaik bagi mereka.

Dan Uzumaki-Namikaze Naruto dianggap sebagai pahlawan shinobi. Dalam waktu singkat ia menjadi begitu terkenal sampai ke daerah pelosok sekali pun. Namun, dua minggu setelah perang usai, ia menghilang. Hanya sepucuk surat yang ia tinggalkan.

"Tou-san, Kaa-san, minna

Maaf aku menghilang begitu saja. Sekarang dunia sudah damai dan aku bisa melanjutkan perjalananku dengan tenang. Seperti yang kuduga, aku tak cocok tinggal di satu tempat terlalu lama. Sejatinya aku adalah seorang pengembara yang mencari jati dirinya. Aku akan terus berkelana untuk mengendalikan kekuatanku. Aku akan memberi kabar, tapi tidak akan terlalu sering. Aku akan mengelilingi dunia. Tapi, Konoha akan selalu jadi rumahku.

Lalu Tou-san, jaga desa untukku. Ano, tolong juga jaga Kaa-san dan Hinata untukku. Katakan padanya aku akan kembali jika waktunya sudah tepat. Maaf.

Terima kasih untuk semuanya. Aku akan kembali.

Uzumaki-Namikaze Naruto"

The End