Disclaimer dan lainnya ada pada Chapter I

...


'Bertambah hebat' gumamku.

Perlahan kembali kuputar arah bidikan senjata, dan terlihat seorang musuh tengah bersiap menembak, kuteliti kemungkinan arah ia akan menembak, dan setelah berpikir sejenak kuketahui targetnya.

'Sakura'

- Chapter IV : Attention Arc II End –

Chapter V : Attention Arc III Final

Gaara yang tak jauh dari tempat Sakura bersembunyi, segera mengambil sebuah Flashbang, dengan segera ia mencabut pin pengaman Flashbang tersebut dan melemparkannya tepat di depan musuh yang bersiap menembak.

DUARRR

Terdengar bunyi ledakan yang seketika disertai kilatan cahaya menyilaukan menyinari hampir seluruh lokasi Mall.

Naruto yang sudah bersiap mengambil tembakan untuk menumbangkan musuh, mengurungkan niatannya, ia dengan segera menutup matanya dengan kedua matanya.

Beberapa detik kemudian, perlahan ia membuka matanya, masih dengan keadaan penglihatan yang belum jelas, ia berusaha mencari sosok berambut merah muda yang kini tampak terbaring lemah di lantai.

Dengan segera ia langsung meloncat dari lantai 2 Mall tersebut, tak jauh dari tempat ia mendarat nampak seorang musuh mencoba menembaknya, namum dengan kesigapannya, a mengeluarkan bayonet yang terarungkan rapi di pinggangnya.

SHUUT

Terdengar suara bayonet Naruto yang bergesekan dengan udara.

JLEEBB

Kini nampak bayonet yang Naruto menancap tepat di dahi teroris yang hendak menembaknya tadi.

Naruto kemudian berlari mendekati Sakura yang masih terbaring lemah, setelah terkena dampak Flashbang yang Gaara lemparkan tadi, walaupun jaraknya tak terlalu dekat, namun efek yang ditimbulkan tenyata sangat berdampak.

"Sakura.. Sakura," panggil Naruto sembari ia mengangkat tubuh Sakura.

Perlahan airmata mulai keluar dari kelopak mata Naruto.

"Na...ru...t...o," ucap Sakura lirih.

Naruto yang mendengar suara Sakura, langsung memeluknya.

"Na...ru...t" "Uhuk...uhuk," Sakura berusah berbicara, namun tiba – tiba ia batuk sambil mengeluarkan darah.

"Bertahanlah Sakura, bertahanlah," ucap Naruto sembari ia senderkan Sakura ke tembok.

"Sakura, kau kenapa?" tanya Ino yang baru saja tiba, mungkin itu adalah pertanyaan terbodoh saat ini mungkin.

"Kau bo.." belum sempat Sakura menyelesaikan kalimatnya, ia kembali terbatuk memuntahkan darah.

"Beristirahatlah Sakura, jangan banyak bicara," perintah Naruto, Sakura hanya tersenyum mendengarkan pemuda didepannya itu.

"Ino, kau bawa Sakura menuju tempat para sandera lain!" perintah Naruto kepada Ino.

"Baik," "Ayo Sakura," ucap Ino sembari ia memapah Sakura.

"Shikamaru, Gaara, kalian bisa mendengarku?" tanya Naruto melalui earpiece.

"Ya, ada apa? Kuharap ini hal yang penting," jawab Gaara yang masih disibukkan dengan musuh yang sedang ia hadapi.

"Ada apa?" jawab Shikamaru yang kini tengah bersembunyi.

"Aku punya rencana," ucap Naruto sembari ia memungut M4A1 Carbine milik Sakura.

"Apa?" jawab Gaara yang masih sibuk.

"Gaara, kau bertugas menyampaikan situasi kepada pusat komandokan?" tanya Naruto yang kini nampak bersembunyi di salah satu tiang, sembari sesekali mengeluarkan tembakan.

"Lalu?"

"Kau hubungi paman Kakashi, suruh dia menahan polisi lebih lama lagi," ucap Naruto.

"Dan suruh Sai datang kesini," lanjut Naruto yang kini nampak berlari sembari menembakkan M4A1 Carbine yang ia pegang.

"Baik," ucap Gaara yang kini berlari menuju sebuah toko buku.

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Shikamaru.

"Kau pergi ke tempat pacarmu menyembunyikan para sandera,"

"Hahh, kenapa aku yang harus kesana," ucap Shikamaru kesal.

"Ini perintah..." Naruto kembali menembak ke arah 2 orang musuh yang ada didepannya.

"Lagipula, kau hanya memegang pistol bukan?" lanjutnya.

"Ck, sejak kapan kau bisa memerintahku," ucap Shikamaru yang kini sedang berlari.

"JANGAN MEMBANTAHKU, CEPAT KAU PERGI," teriak Naruto.

Shikamaru buru - buru melepas earpiece yang Sakura berikan tadi, karena teriakan Naruto.

'Ck, mendokusai' umpatnya.

-Silence Kills-

"Komando, disini Alpha 1, disini Alpha 1, over"

"Disini komando, ada apa Alpha 1, over"

"Tolong sambungkan ke Kakashi taichou, over"

"Disini Kakashi, ada apa Alpha 1, dan kenapa terdengar banyak sekali suara tembakan?" tanya Kakashi.

"Situasi memburuk, sepertinya Mall ini sudah berganti menjadi medan perang, over"

"Lalu ada apa?"

"Naruto menyuruhmu menahan polisi sedikit lebih lama lagi, dan ia juga meminta Sai datang kemari, over"

"Dimengerti, over"

"Alpha 1, out"

"Sai, cepat ambil peralatanmu, kau akan takeoff, dalam 5 menit," perintah Kakashi kepada Sai yang nampak sedang memperhatikan komunikasi.

"Dimengerti, taichou" jawab Sai.

4 menit kemudian Sai kembali dengan sudah mengenakan peralatannya, sebuah M4A1 Carbine yang ia sampirkan dan sebuah NVG berada di dahinya, ia lalu bergegas menuju helipad yang berada di atap, sesampainya ia diatas ia langsung menaiki blackhawk yang memang sengaja disiagakan di sana.

-Silence Kills-

Kini nampak Ino sedang memapah Sakura yang tengah terluka.

"Kau tak apa Forehead?"

"Aku tak apa pig,"

Tak lama kemudian mereka berdua sampai di gudang tempat para sandera bersembunyi, Ino lalu merebahkan Sakura ke dinding.

"Kau tunggu disini, aku akan mencari Shikamaru," perintah Ino.

'Ck, kemana si pemalas itu saat sedang seperti ini' umpatnya sembari ia berjalan meninggalkan gudang.

Saat Ino tiba diujung lorong, ia langsung bersembunyi setelah melihat 2 orang teroris yan nampak berjalan mundur kebelakang sembari menembakkan senjatanya.

'Ck, kenapa ada mereka' batinnya.

Inopun berpikir cara untuk melewati mereka berdua yang bersenjata sementara ia tidak.

Tak lama kemudian, penglihatan Ino langsung tertuju pada sebuah pipa besi yang berada di depannya.

Ia pun langsung menyambar pipa besi yang ada di depannya.

Perlahan ia berjalan mendekati 2 orang musuh yang kini nampak sedang bersembunyi.

Saat jarak mereka mulai dekat, Ino langsung berlari menuju 2 orang tersebut, sedangkan 2 orang yang terkejut melihat pergerakan tiba – tiba Ino, langsung berusaha untuk menembak.

BUUGH

BUUGH

Terdengar suara pipa yang Ino pegang mengenai perut 2 orang tadi, dengan sedikit keterampilan kendo, ia lalu dengan cepat menggeser posisinya kebelakang 2 orang tadi, dengan cepat ia pukulkan pipa besi yang ia pegang ke tengkuk mereka.

DUAGH

DUAGH

2 orang yang terkena pukulan tepat di tengkuk mereka itu pun lalu jatuh tak sadarkan diri.

"Cih, kupikir kalian kuat" ejek Ino.

Ino pun segera melanjutkan 'kegiatan' mencari si pemalas dari keluarga Nara itu.

-Silence Kills-

Terlihat Shikamaru yang sedang terpojok, ia dikepung oleh 3 orang bersenjatakan AK-47, sedangkan ia hanya membawa sebuah pistol SIG-Sauer P250 DCc, itupun hanya tersisa 1 peluru.

'Cih, kenapa aku sial sekali,' rutuknya dalam hati.

3 orang yang mengepung Shikamaru, semakin mendekat setelah mereka tahu Shikamaru terpojok. Salah satu dari 3 orang tersebut bersiap – siap menembak, Ino yang melihat itu, dengan sgera berlari dan lalu ia menendang pelipis kanan orang itu dengan lututnya.

DUAGHH

Terdengar suara pertemuan antara lutu Ino yang kini dalam keadaan melayang dengan pelipis kanan salah satu teroris, Shikamaru dan 2 orang teroris yang melihat itu hanya bisa melongo tidak percaya dengan apa yang dilakukan tunangannya itu.

"Apa kau hanya akan melongo seperti itu?" tanya Ino yang sedang merapikan bajunya.

Seakan tahu maksud yang Ino katakan, Shikamaru segera bangkit lalu menembakkan satu pelurunya yang tersisa.

DUARR

Dan peluru sukses bersarang tepat di tengah dahi teroris yang tersisa itu, 1 teroris yang tersisa kembali melongo tidak percaya, setelah temannya dikalahkan seorang anak SMA yang bahkan beberapa detik yang lalu terlihat terpojok.

DUAGHHH

Lamunan 1 orang teroris yang tersisa itu buyar setelah pipa besi yang Ino pegang mengenai perutnya.

UUGGHHH

Rintih teroris itu sembari memuntahkan darah dari mulutnya, namun tak lama kemudian.

DUAAGGH

Serangan kedua Ino yang kini mengincar leher 1 teroris yang tersisa itu.

BRUUKK

Suara 1 teroris yang kini tersungkur tak sadarkan diri dilantai.

"Ternyata mereka tak begitu kuat," ucap Ino sembari merapikan bajunya lagi.

"GLUK"

Suara Shikamaru menelan ludah setelah melihat bagaimana Ino dengan sadisnya mengalahkan 2 orang teroris tadi.

'Sepertinya aku bertunangan dengan psikopat' batinnya.

"Hei, mau sampai kapan kau melongo seperti itu,"

Perkataan Ino sukses menyadarkan Shikamaru dari 'kegiatan' melongonya.

"Kau sudah selesai kan disini?" tanya Ino.

Shikamaru hanya mengangguk, ia masih berusaha mencerna apa yang terjadi di depannya barusan.

"Kalau begitu ikuti aku," perintah Ino.

-Silence Kills-

Kini terlihat Naruto dan Gaara yang tengah terpojok, mereka bertahan hanya dengan satu magasin yang tersisa.

"Sial, peluruku hampir habis," ucap Naruto seraya menembakkan M4A1 Carbine.

"Aku pun sama..."

DUARRR

DUARRR

"Ini magasin terakhir ku," lanjut Gaara.

"Sepertinya kita memang harus pasrah," ucap Naruto kembali.

" ..hah, kau benar, sepertinya ini akan menjadi akhir hidup kita," ucap Gaara dengan nafas yang tersengal.

PRAAANGG

Terdengar suara kaca jendela yang pecah, dan tak lama kemudian muncul asap yang menutupi pandangan mereka berdua, tak terkecuali para teroris yang kini nampak kebingungan.

Dan tak lama kemudian terdengar bunyi tembakan, Naruto dan Gaara yang berpikir bingung siapa yang tiba – tiba masuk ke dalam Mall yang berubah menjadi medan peperangan ini.

"Si-siapa itu?" tanya Gaara.

Naruto yang mendengar nada ketakutan hanya bisa terdiam ditempat.

Tak lama kemudian asap pun mulai menghilang, samar - samar terlihat bayangan seorang lelaki yang perlahan mendekati mereka.

Gaara yang melihat orang yang mencurigakan itu mendekatinya dan Naruto, perlahan mulai mengangkat M4A1 Carbine yang kini kosong tak meninggalkan satu pun peluru.

"Siapa kau?" tanya Gaara kembali.

Perlahan badan orang itu pun mulai terlihat, terlihat seorang pria seumuran dengan mereka yang mukanya ditutupi masker dan sebuah NVG yang berada tepat di depan mata kanannya.

"Ara..ara, kau yang menyuruhku datang, tetapi malah kau yang ketakutan, Gaara" ucap pria bertopeng itu.

"A-apa maksudmu, dan kenapa kau tau namaku?" tanya Gaara kembali.

Naruto yang mendegar itu hanya bisa menghela nafasnya.

"Dia itu Sai, Baka!" bentak Naruto disertai ia memukul kepala Gaara.

"Be-benarkah? Apa itu kau Sai?"

"Tentu saja," jawab Sai disertai ia membuka maskernya.

"Kenapa kau baru datang Sai? Kautahu kami hampir pulang dalam kantong mayat tahu," ucap Naruto.

"Maaf Naruto-kun, tadi sedikit ada masalah pada tali yang kugunakan untuk turun,"

"Hah...terserah kau lah, lalu kau tak melupakan barang yang kutitipan padamu kan?" tanya Naruto.

"Tentu saja tidak Naruto-kun, mana mungkin aku melupakan titipan anak Kushina-sama " jawab Sai disertai senyuman palsunya.

"Apa yang kau titipkan pada Sai, Naruto?" tanya Gaara.

"Hanya benda kecil," jawab Naruto seraya mengeluarkan Evil Smiley, yang membuat Gaara bergidik ngeri.

Tak lama kemudian, terlihat Sai yang kini tengah mengambil sebuah koper berwarna putih yang sedari tadi ia masukkan dalam tas hijau tua yang ia gendong.

"Ini titipanmu Naruto-kun" ucap Sai seraya menyerahkan koper itu.

"Terimakasih Sai," ucap Naruto yang kini tengah membuka koper tersebut.

1 – 1 – 9 – 0, Naruto secara urut memasukkan kode untuk membuka koper tersebut, tak lama kemudian terlihat sebuah benda.

"I-ini kan?" ucap Gaara dengan nada tidak percaya.

"Ya," jawab Naruto seraya ia mengangkat benda dari koper tersebut.

-Silence Kills-

Shikamaru dan Ino yang sedari tadi berjalan setelah berhasil menumbangkan beberapa teroris, kini telah sampai disebuah gudang.

"Mau apa kita kemari?" tanya Shikamaru.

SREEKKK

Bunyi pintu dibuka.

"Sakura? Kau kenapa?" tanya Shikamaru yang langsung berlari ketika melihat Sakura yang sedang duduk bersandar di dinding dengan luka yang berada di sekujur tubuhnya.

"Aku tak apa Shikamaru, hanya sedikit terluka," jawab Sakura yang masih bisa tersenyum.

"Apa Naruto sudah tahu tentang ini?" tanya Shikamaru kepada Ino yang berdiri di belakangnya.

"Tentu saja, memangnya siapa yang menyelamatkannya," jawab Ino.

"Ini tak bisa dibiarkan, akan kubunuh mereka semua," ucap Shikamaru geram setelah melihat sahabat serta teman masa kecilnya terluka.

Belum sempat ia sampai di pintu, ia berhenti setelah sebuah tangan mencegahnya.

"APA?" bentak Shikamaru.

"Kau mau kemana?" tanya Ino.

"Tentu saja menghabisi mereka," jawab Shikamaru.

"Kau pikir dengan keadaan dan persenjataanmu, kau bisa mengalahkan mereka? Baru dikepung 3 orang saja kau sudah kerepotan apalagi berhadapan dengan mereka semua, dimana sikap tenang keluarga Nara yang terkenal itu?" tanya Ino sedikit menyindir.

"Wakatta...wakatta, kau menang, lalu aku harus bagaimana?"

"Hehh. Bukannya kau itu pintar dalam masalah strategi, apa karena kau melihat tunangan sahabatmu hampir sekarat kau jadi tiba – tiba bodoh? hah"

"Katakan saja apa yang bisa kuperbuat!" perintah Shikamaru yang kini sudah terlihat sedikit tenang.

"Kau ini benar – benar bodoh ya? Tentu saja kau bantu aku cari jalan keluar untuk mereka," ucap Ino yang mengarahkan jari telunjuknya kearah para sandera yang sedari tadi terlupakan.

"Hehhh... sejak kapan mereka ada disana?" tanya Shikamaru.

Ino yang geram melihat tunangannya yang kenapa tiba – tiba berubah menjadi bodoh ini hanya bisa mengeram kesal.

"Hahh... terserah kau saja, yang penting segera pikirkan jalan keluar, lalu kau bawa Sakura untuk bergabung dengan Naruto dan Gaara,"

"Hehh... jadi Naruto dan Gaara tidak ada disini? Lalu mereka ada dimana?" tanya Shikamaru dengan wajah Innocent.

"SUDAH... KAU CARI SAJA JALAN KELUARNYA BAKA!" bentak Ino yang membuat hampir semua sandera bergidik ketakutan, sementara itu Sakura hanya bisa terkikik geli melihat pertengkaran pasangan yang sangat lucu ini.

'Mereka mengingatkanku dengan si Baka itu,' batin Sakura, yang wajahnya kini merona.

"Kau tak apa forehead?" tanya Ino.

"Memang kau tak lihat ya pig, aku ini baik – baik saja," jawab Sakura yang belum menyadari pipinya yang merona.

"Lalu kenapa wajahmu berubah menjadi merah? Apa kau demam?" tanya Ino.

"Sudah sudah, lebih baik kau bantu Shikamaru cari jalan keluar," perintah Sakura, ia tak ingin sahabatnya ini melihat wajahnya yang tengah merona.

"Terserah kau sajalah forehead," ucap Ino sembari berjalan keluar pintu gudang untuk menyusul Shikamaru yang berjalan terlebih dahulu.

-Silence Kills-

Terlihat Gaara yang memegang M4A1 Carbine miliknya yang telah terisi peluru setelah diberi Sai, kini tengah mengintai 4 orang musuh yang masih tersisa, yang kini mengelilingi bos mereka, Momochi Zabuza.

Tak lama kemudian Gaara menoleh ke belakang, Naruto dan Sai yang seakan mengerti teengokan Gaara dengan segera menyebar sesuai rencana mereka.

"Aku sudah diposisi," ucap Naruto mealui earpiece.

"Affirmative, aku juga sudah," ucap Sai melalui earpiece.

"Baik, kita lakukan sesuai rencana," ucap Naruto kembali.

Tak lama kemudian, sebuah Smoke Grenade yang dilemparkan Sai jatuh tepat dibelakang 4 orang tersebut, dan tak lama kemudian muncul asap yang sangat tebal mulai menyelimuti 4 orang tersebut, 4 orang tersebut termasuk Momochi Zabuza terlihat kebingungan, mereka lalu menyiapkan senjata mereka.

CRASSH

Bunyi sebuah bayonet menyayat leher.

BRUKK

Musuh yang terkena serangan bayonet tersebut terjatuh ke tanah dengan keadaan tak bernyawa.

3 orang yang tersisa, kini menampakkan wajah kebingungan sekaligus ketakutan.

SHUUTTT

Terdengar gesekan sebuah peluru.

JLEEBBB

Peluru tadi sukses bersarang disalah satu jantung 3 orang yang tersisa tadi.

BRUKKK

Tak lama kemudian, 2 orang yang tersisa mulai merasa sesak napas.

BRUKKK

Dua tubuh itu terjatuh secara bersamaan, kini tinggal Momochi Zabuza yang masih tersisa.

"Keluar kalian!" perintah Zabuza.

Namum Naruto, Sai, dan Gaara masih enggan menampakkan wajah mereka.

"Cih!" ucap Zabuza mengumpat.

Tak lama kemudian, dengan perlahan asap yang menyelimuti lantai I mulai menghilang, tak jauh dari tempat Zabuza berdiri sembari menggendong sebuah AK-47, berdiri seorang pemuda bersurai kuning yang tengah menyeringai penuh kemenangan.

"Cih! Bocah apa kau sudah siap mati? Hah," tanya Zabuza.

Naruto yang mendegar itu hanya berdiam tanpa mengakhiri seringainya.

Zabuza yang mulai kesal, perlahan meganggkat senjatanya dan mulai membidik.

DUARR DUARRR DUARRR DUARR

Terdengar tembakan yang terksean membabi buta, namum semua tembakan tadi tak ada satupun yang mengenai Naruto, namum ketiga peluru tadi menembus tubuhnya dan hanya mengenai tembok.

"Apa? Tidak mungkin," ucap Zabuza tak percaya.

SHUUTT

Sebuah tembakan yang sangat halus membuyarkan lamunan Zabuza, namum terlambat baru ia hendak menghindar namum peluru tadi terlanjur tertanam pada tangan kanan Zabuza.

"Cih! Meleset," rutuk seseorang tak jauh dari sana.

"Hahahaha, kau kira kau bisa membunuhku dengan mudah bocah," ejek Zabuza sembari menggenggam tangan kananya.

"Heh? Kau kira kami tak punya rencana cadangan pak tua?" ucap seseorang yang mendekat dengan cepat sembari mengacungkan bayonet.

CRASSSHH

Bayonet itu sukses menembus perut Zabuza.

UHUUK

Zabuza memuntahkan darah dari mulutnya.

Ia menatap seorang pemuda yang bersurai Kuning yang kini tengah menancapkan bayonetnya.

"Ti-tidak mungkin," ucap Zabuza.

"Kenapa pak tua? Apa kau terkejut?, tentu saja yang kau tembak tadi hanya proyeksi diriku," ucap Naruto yang kini melepaskan tangannya dari bayonet yang masih menancap di dada kanan Zabuza.

"KAUUUUUU" ucap Zabuza kesal.

-Silence Kills-

Asap yang sedari tadi menyelimuti ruangan lantai I kini telah menghilang sempurna, dan tak lama kemudian muncul Sai dan Gaara yang mendekati Naruto yang tengah memandang Zabuza dengan tatapan jijik.

Dan tak lama kemudian datang Ino, Shikamaru, dan Sakura yang tengah digendong Shikamaru.

"Apa semua beres?" tanya Shikamaru yang hanya dibalas anggukan kepala Sai dan Gaara.

Sementara itu, Sakura yang masih digendong Shikamaru, hanya menatap tunangannya yang kini berdiri tak jauh darinya.

Sakura merasakan aura yang sangat dingin yang menyelimuti Naruto, seakan itu adalah aura membunuh seperti yang ia pendam selama 3 tahun.

Sakura sedikit khawatir karena selama ia bersama Naruto, ia tak pernah melihat Naruto menatap seseorang dengan tatapan dingin yang begitu menusuk.

Naruto perlahan mendekati tubuh Zabuza yang tengah sekarat, perlahan ia berjongkok disamping wajahnya.

"Ada pesan terakhir pak tua?"

"Cih! Kau terlalu sombong anak muda," ejek Zabuza.

"Baiklah, kuanggap itu pesan terakhirmu," ucap Naruto masih dengan wajah stoic.

Namum,

DUARRRRR

Suara tembakan terdengar menggelegar hampir kesemua ruangan, Sai, Gaara, Shikamaru, Ino, dan terutama Sakura, menatap tak percaya setelah tembakan yang dikeluarkan Zabuza tadi, Zabuza arahkan kearah dada kanan Naruto.

Tubuh Naruto perlahan terjatuh.

"Setidaknya kita mati bersama," ucap Zabuza yang tak lama kemudian menutup matanya pertanda ia telah kehilangan nyawanya.

-Silence Kills-

Sakura masih memandang tak percaya saat tubuh Naruto perlahan terjatuh.

"Ti – tidak mungkin," ucapnya lirih.

"Sakura... Sakura," panggil Ino kepada Sakura yang kini tengah berlutut tak percaya.

Sakura hanya menoleh dengan tatapan kosong kearah Ino.

"Ti – tidak mungkin, Naruto," ucap Sakura kembali.

"TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIDDDDDDAAAAAAAKKKK" teriak Sakura.

"Tenanglah Sakura, tenanglah," ucap Ino kembali.

"Pig, Naruto tak mungkin mati makan? Iya kan?" tanya Sakura.

Namun Ino hanya berdiam diri.

"Jawab aku pig, jawab aku!" perintah Sakura.

"Kau benar Sakura, Naruto tak mungkin mati semudah itu," ucap Sai coba membenarkan, namum sebenarnya didalam hatinya, ia kini tengah mencoba berpikir.

"Naruto, bukankah kau sudah berjanji tak akan meninggalkanku lagi," ucap Sakura yang kini mengangis, Ino yang tak tahan langsung memeluknya.

Namum tak lama kemudian Sakura mendorong tubuh Ino supaya menjauhi dirinya.

"Tidak, Naruto belum mati, aku yakin itu," ucap Sakura.

Sakura lalu berdiri dan mencoba berlari kearah Naruto, namum,

DUARRR

Suara ledakan terdengar didekat Sakura, dan perlahan reruntuhan lantai 2, perlahan terjatuh, Gaara yang melihat itu segera berlari menyelamatkan Sakura.

"Ti – tidak," ucap Sakura lirih.

DUARRR DUARRR DUARR

Terdengar ledakan kembali yang merobohkan 3 tiang penyangga.

"Gaara bawa Sakura pergi, aku akan coba menyelamatkan Naruto," perintah Shikamaru.

Shikamaru yang hendak berlari, berhenti ketika sebuah tangan menarik baju belakangnya.

"Tenaglah, aku pasti kembali," ucap Shikamaru kepada Ino.

"Janji?" tanya Ino.

CUP

Sebuah ciuman mendarat dikening Ino, ia lalu menatap Shikamaru yang tengah tersenyum kepadanya.

"Janji,"

"Gaara cepat kau bawa Sakura!" perintah Shikamaru yang hendak berlari.

Tanpa berpikiri panjang Gaara langsung memanggul Sakura, tanpa persetujuannya.

"Lepaskan aku Gaara, lepaskan," Sakura coba meronta.

'Maafkan aku Sakura' batin Gaara yang tengah berlari menuju pintu keluar bersama Sai dan Ino.

-Silence Kills-

Tak lama kemudian, mereka berempat sampai di depan Mall yang kini nampak dikelilingi banyak Polisi dan beberapa Ambulan.

Dengan segera, Gaara berlari menuju salah satu Ambulan, namum mereka dicegah beberapa polisi.

"Bila kalian menghalangi aku, tak akan ku maafkan kalian," ucap Gaara yang masih menggendong Sakura yang kini tengah pingsan.

Namum para polisi itu masih mengacungkan senjatanya kearah mereka.

"Hahh" Sai menghela nafas.

"Agen Khusus NE," ucap Sai yang mengeluarkan sebuah plakat.

Tentu saja para polisi yang sedari tadi mengacungkan senjata mereka buru – buru menurunkan senjata mereka.

"Maafkan kami tuan," ucap salah satu polisi.

"Tak apa, yang paling penting suruh semua anggotamu menjauh dari sini dalam radius 50 m," perintah Sai.

"Baik, tuan," ucap seorang polisi.

Dan tak lama kemudian seluruh personil dan ambulan diperintahkan menjauh dalam radius 50 m.

Sai yang berjalan kecil menuju salah satu ambulan, mengeluarkan ponsel, ia lalu menelepon Kakashi.

"Paman, kau ada dimana?"

"Aku masih dijalan,"

"Oh, kalau begitu paman tak usah kesini,"

"Ehh? Apa maksudmu?" tanya Kakashi bingung.

"Lebih baik paman siapkan saja 2 ruang perawatan, dan beberapa dokter ahli bedah," perintah Sai.

"Eh? Untuk apa?" tanya Kakashi lagi.

"Sudahlah paman, kali ini turuti saja perintahku," ucap Sai.

"Baiklah," ucap Kakashi mengiyakan.

'Semoga kau baik – baik saja Narutokun' ucap Sai dalam hati.

-Silence Kills-

Nampak seorang gadis berambut pink dengan luka yang hampir rata diseluruh tubuhnya kini tengah terbaring lemah di sebuah troli ambulan. Dengan mata yang masih kurang jelas ia mencoba membuka matanya, bisa ia lihat seorang pemuda bertato AI pada dahinya tengah dirawat disampingnya.

"Gaara?" ucap Sakura.

Gaara yang mendegar itu lalu menoleh sedikit dan hanya menyunggingkan senyuman.

"NARUTO" teriaknya ketika ia mengingat tunangannya itu.

"Tenanglah Sakura... tenaglah," ucap Sai yang sedari tadi tak ia sadari.

"Tidak Sai, aku harus menjemputnya," ucap Sakura sembari ia berdiri dari tempat ia berbaring.

"Sakura," teriak Sai mencoba menghentikan Sakura yang berlari menuju Mall, yang dalam keadaan setengah terbakar.

Namum karena kakinya yang tengah terkilir ia tak bisa mengejar Sakura.

Sakura terus berlari hingga ia mendekati radius 25 m, para polisi yang sedari tadi ia lewati sebenarnya berusaha untuk menghentikannya, namum semua itu sia – sia, tekadnya tak dapat dilawan siapapun. Namum,

DUARRRR

Bunyi ledakan yang sangat besar, menelan Mall tersebut dengan kobaran api yang sangat besar, dan tak lama kemudian terdengar bunyi ledakan kecil menyusul.

Sakura perlahan memelankan larinya, perlahan air mata keluar dari kelopak matanya.

"Ti-tidak," ucapnya lirih.

Ia lalu terduduk tak berdaya menyaksikan Mall dihadapannya itu kini tengah di lahap kobaran api yang sangat panas.

"TIDDAAAK," teriak Sakura.

"KENAPA?, KENAPA NARUTO?, KENAPA KAU MENINGGALKANKU LAGI?" teriak Sakura.

Para polisi yang melihat itu hanya bisa menatap iba Sakura.

Sementara itu, Ino yang tengah dirawat di salah satu ambulan menatap keatas langit, menyaksikan kepulan asap yang membumbung tinggi, dan tanpa sadar mulai keluar air mata dari kelopaknya.

"Kau mengingkari janji pertama kita," ucap Ino, yang menyesali kepergian cinta pertamanya itu.

-Silence Kills-

Sementara itu Sakura masih terisak di tempat semula, ia masih sangat tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini, baru beberapa hari ia bisa mengeluarkan senyuman tulusnya, namum kini ia harus menelan kepedihan kembali

TAP TAP TAP TAP

Terdengar langkah kaki yang mendekati Sakura, namum Sakura masih tak peduli, yang ada dikepalanya kini hanya penyesalan, penyesalan, dan pennyesalan.

Perlahan ia menaikkan kepalanya, hendak menengok siapa gerangan yang bergerak mendekatinya itu, samar – samar ia melihat 2 bayangan orang yang berjalan keluar dari kepulan asap dan api tersebut.

Hingga akhirnya ia melihat satu orang bersurai nanas yang kini tengah memapah seorang pemuda lain yang bersurai kuning yang nampak tak sadarkan diri.

Segera ia berlari kearah 2 pemuda tersebut, belum ia sampai, sang pemuda nanas yang sepertinya tengah kehilangan tenaga itu tiba – tiba terjatuh tak sadarkan diri.

"NARUTO" teriak Sakura sembari memeluk tubuh bersurai kuning yang nampak tak sadarkan diri tersebut.

Tak lama kemudian datang Minato, Kakashi, Sai, dan beberapa petugas, mereka bergegas mengangkut tubuh Naruto dan Shikamaru yang terbaring tak sadarkan diri.

-Silence Kills-

Perlahan mata seorang pemuda bersurai kuning terbuka, ia kini tengah berbaring disebuah ruangan serba putih, perlahan ia kedipkan matanya beberapa kali, setelah matanya sedikit membaik ia mencoba duduk, namum sesuatu yang berat menghambatnya, ia coba lirik apa yang menindih sebagian pahanya itu.

Ia dapati seorang gadis dengan surai pink, kini tengah tertidur disebagian pahanya itu, ia hanya bisa tersenyum kecil melihat orang itu nampak sangat menikmati tidurnya.

Masih dengan posisi berbaring, perlahan Naruto menginggat apa yang baru saja terjadi padanya, ia ingat bahwa ia ditembak dari jarak dekat, namum setelah itu ia tidak ingat apa yang terjadi. Ia coba raba dada kananya mencoba memastika, dan benar saja terdapat jahitan kecil berada di dada kananya.

Perlahan Naruto menarik badannya berusaha untuk duduk namun juga berusaha untuk tak membangunkan sang Cherry-hime.

Namum karena tarikan yang tiba - tiba, Sakura akhirnya terbangun perlahan ia mengucek matanya berusaha menghilangkan rasa kantuknya.

Sementara Naruto yang melihat itu hanya bisa tersenyum sambil meahan rasa gemas melihat Sakura yang baru bangun tidur, ada sedikit keinginannya untuk memakan gadis didepannya itu.

"Ohayou, Sakura," sapa Naruto.

"Ohayou Naru-kun," balas Sakura yang masih belum sadar.

'Eh? Sepertinya ada yang menyapa ku tadi, tapi bukannya paman dan bibi sudah pulang, lalu...' batin Sakura, perlahan ia tolehkan wajahnya, dan benar saja ia langsung disambut senyuman mentari khas dari tunanganya.

'Ini bukan mimpi kan?' tanya Sakura pada diri sendiri.

'Benar ini bukan mimpi,' jawab inner Sakura.

Naruto yang masih tersenyum perlahan mendekatkan tangannya ke kepala Sakura, perlahan ia mengelus rambut berwarna pink tersebut.

Sakura yang baru selesai dari berdebat dengan innernya itu, langsung memeluk Naruto, ia hamburkan kepalanya itu ke dada Naruto, perlahan mulai muncul air mata kembali.

"Kenapa kau menangis Sakura? Bukankah aku sudah kembali," tanya Naruto.

Perlahan Sakura mengangkat kepalanya, kini jarak wajah mereka tak lebih dari 15 cm.

"Eeehhh, aku-aku hanya bahagia, aku hanya bahagia melihat Naru-kun, kembali," ucap Sakura yang masih terisak.

Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum, melihat gadisnya itu sangat khawatir terhadapnya.

"Berjanjilah Naru-kun, berjanjilah kau tak akan meninggalkanku lagi," ucap Sakura.

"Tentu sa..." jawab Naruto yang belum selesai ketika sebuah ciuman menghampiri bibirnya.

Ia sedikit terkejut dengan perlakuan Sakura yang tiba – tiba, namun tak lama kemudian, ia mulai membalas ciuman Sakura, ia telusuri rongga mulut Sakura dengan lidahnya, mereka saling bertukar saliva, Sakura hanya mendesah kecil, tak menghiraukan orang yang sedari tadi berdiri di depan pintu, ciuman yang awalnya ciuman penuh kasih sayang kini telah berubah menjadi ciuman penuh nafsu. Mereka terus berciuman hingga akhirnya mereka berhenti karena mereka kehabisan nafas, dan setelah mereka menghirup beberapa udara, mereka melanjutkan kegiatan mereka.

Perlahan Naruto mengangkat tubuh Sakura ke tempat tidurnya, dengan mereka masih melanjutkan kegiatan mereka.

Ketika Naruto berusaha menaikkan baju Sakura, sebuah deheman menghentikan kegiatan mereka.

EHEEEM, sela seseorang yang diikuti beberapa deheman lain.

Mereka melepaskan ciuman mereka masing – masing, nampak saliva yang keluar dari kedua mulut mereka.

Dengan raut wajah yang bercampur antara ketakutan dan malu, Sakura coba meyakinkan Naruto.

Perlahan mereka membalikkan badan mereka yang kini berada diatas tempat tidur kearah suara deheman tadi.

Benar saja perkiraan mereka, kini nampak didepan pintu terdapat Minato, Mebuki, dan Kizashi yang tersenyum penuh arti, sedangkan Kushina nampak tersenyum sambil meremas buket buah – buahan yang ia bawa.

"Ka-kaa-san, bukankah kalau masuk keruangan harus mengetuk pintu dahulu?" tanya Naruto gugup.

Sementara itu Sakura mencoba mengkancingkan beberapa kancing bajunya yang sudah Naruto lepas, tentu saja dengan tatapan Mebuki.

Seakan – akan diberi komando, Kushina dan Mebuki perlahan berjalan mendekati kedua anaknya itu, dengan masih tersenyum penuh arti.

"Kalian sudah besar ya Naru-kun, Sakura-chan," ucap Kushina yang membuat Naruto dan Sakura bergidik ngeri.

"Betul kushina-san, sepertinya mereka sudah siap menikah besok." ucap Mebuki mengompori.

Sementar itu Naruto berusaha meminta bantuan ayahnya, namum Minato mengalihkan pandangannya seolah tidak tahu, begitu pula dengan Sakura, Kizashi nampak enggan memberi bantuan pada mereka.

Kini Kushina dan Mebuki sudah berada di depan kedua anaknya ynag tengah berpengangan erat seakan tak ada hari esok bagi mereka.

"Naruto, Sakura berapa umur kalian nak?" tanya Kushina masih dengan senyumannya.

"Ha..haikk, 17 kaa-san" "17 bibi," jawab mereka berdua bersamaan.

"Lalu, apa kau ingat peraturan keluarga nomor 6 Naruto?" tanya Kushina kembali.

"Ha...haik," jawab Naruto dengan gagap.

"Lalu apa itu Naruto?"

"Ti-tidak boleh menyentuh wanita sebelum berumur 20 tahun," jawab Naruto.

"Sekali – lagi, berapa umurmu Naruto?"

"Tu-tujuh belas kaa-san,"

"Lalu? Apa kau tahu apa artinya itu?"

"Te-tentu saja,"

"LALU KENAPA KALIAN BERDUA MELANGGAR ATURAN TERSEBUT BAKA!" teriak Kushina dan Mebuki secara bersamaan, mereka tak meperdulikan kalau ini rumah sakit.

"Maafkan saya Kaa-san, Bibi, ini kesalahan saya karena menghasut Sakura," pinta Naruto.

"Ti-tidak ini murni kesalahanku Kaa-san, Bibi, aku yang menggoda Naru-kun terlebih dahulu," bantah Sakura.

"Tidak, ini kesalahanku kaa-san, Bibi, tolong lepaskan Sakura dari hukuman dan hukum aku saja," pinta Naruto kembali.

Sakura hendak membantahnya kembali, namum tangan Naruto tiba – tiba mengenggamnya dengan erat pertanda ia tak setuju.

"Baik kalau kau menyadari kesalahanmu sendiri Naruto, sebagai hukumanmu, rencana hidup mandirimu akan ibu majukan, dan selesai pulang dari rumah sakit, kau langsung pulang ke apartemen," ucap Kushina.

Naruto hanya sedikit menghela nafas lega, ia kira semua asetnya akan ibu sita.

"Baik, kaa-san," ucap Naruto masih dengan nada lemah.

"Dan kau Sakura, hukumanmu adalah, menemani Naru-kun di apartemennya yang baru," ucap Mebuki.

"Eeeeehhhh?," ucap Naruto dan Sakura berbarengan.

- Chapter V : Attention Arc III Final –


uchihakhamya : hehehe. Amin uchiha-san semoga gak ada halangan lagi.

Dorara Doremi : jadi malu nih, diingetin sama Dorara-san terus, Author hanya bisa maaf kalau masih ada typo, soal senjata tau dari mana?, Author tau dari beberapa game yang pernah Author maenin dulu, dan Author tahu setelah sering maen ke forum Hankam, kayak di kaskus, sama di jakarta greater.

agung. : dah lanjut agung-san.

.984349 : makasih avin-san, selama masih ada yang suka, Author pasti lanjutin.

Sika-chan : hahaha, gomen Sika-chan, rencana buat update kemarin gagal, soal cuplikan chapter, akan Author pertimbangkan dulu.

ZeeMe : hihihi, kalau Authornya cewek mau gak jadi pacar Author?, tapi sayang Authornya laki-laki tulen, gamer ya?, itu kayaknya 2 tahun yang lalu sekarang dah enggak.

Shipueden : makasih Shipueden-san.

Serion Furukawa : ati-ati kalau gigt jari terus Serion-san, nanti kukunya abis loh, ShikaIno ya, ada sedikit rencana sih, buat chapter 7/8 mau dibuat khusus ShikaIno, tapi kita lihat saja nanti.

Saladin no jutsu : oke Saladin-san.

Namikaze Sholkhan : lanjtu Namikaze-san.

The Dragon Nuke : salam kenal juga, makasih atas sarannya, beberapa sudah saya terapkan di chapter ini, dan sara agan sangat membantu, jadi sekali lagi terimakasih. Dan soal Thermal Sight, kalau gak salah itu Scope yang pake metode penjejak panas ya?, kayaknya kalau benar belum bisa diaplikasikan, mungkin kalau setting tempatnya, di hutan yang gelap atau yang cahayanya kurang.

Yukata Girl : waduh SasuSaku ya?, kayaknya Author gak bisa wujudin nih, gomen Yukata-san, soalnya, dari Chapter awal NaruSaku feelnya udah dapet, sekali lagi gomenasai, mungkin kalau Author buat Fic lagi, bisa diterapkan.

Kirigaya o : dah gak sabar ya Kirigaya-san, emang di Arc ini lebih ditonjolkan sisi snipernya, gomen kalau belum memuaskan hati Kirigaya-san.

kappew : makasih atas pujiannya kappew-san, Go NaruSaku *hihihi.

Lutfi : ?

Blossom-Hime : hihihi, makasih Senpai, udah nyempetin baca Fic yang masih amburadul ini, eh malah diberi pujian, sekali lagi Arigatou.

TitaniaGirl : jangan banyak geleng2 Titania-san nanti pusing, gak papa baru review, Author maklumi *plakkk


Silence Kills Encyclopedia

NVG [Night Vision Goggles] : Fungsinya hampir sama dengan Thermal Sight, namum ini diletakkan tepat didepan mata.

Bayonet : Pisau Militer.


Author Note

Yayyy, akhirnya bisa update juga, gomen minna, update rada telat, soalnya beberapa hari ini baru disibukkan dengan kegiatan 'mos' jadi agak telat deh, *heheheh. Oh ya semoga chapter ini masih bisa menghibur, dan Author minta maaf kalau ada typo dan kesalahan lain. Untuk update masih seperti biasa, Author usahain 2-3 hari. Dan yang terakhir, Author mungkin bakalan naikin rate ke 'M' untuk beberapa chapter kedepan.

Oh dan satu lagi, Author ucapin banyak – banyak terimakasih buat yang udah memfav, memfollow dan meriview Fic pertama saya.

Ok See You Next Chapter.

Ripaza Out.