Detik demi detik mulai terlewati seiring heningnya ruangan keluarga Namikaze itu. Hanya ada seorang wanita cantik berusi 49 tahunan dan dua orang laki-laki yang masing-masing hanya terpaut usia 7 tahun. Terdengar helaan nafas yang terdengar dari sang wanita, yang tampak lebih tua dari kedua laki-laki dihadapannya.

"aku tidak tahu lagi harus bagaimana" kata wanita itu. Seharusnya bukan inilah kalimat yang dilontarkan oleh seorang ibu seperti dirinya. Tapi mau bagaimana lagi? Putra nya pun juga tidak bisa lagi dikatakan anak-anak. "melihat mu terus begini, aku hanya bisa sedih saja, Naruto" wanita bernama Sara Namikaze itu berkata lagi.

Oh, bahkan Sara benar-benar tidak tahu kapan terakhir kali ia menyerah seperti ini. ia ingin putranya bahagia, tentu sudah menjadi Naluri seorang ibu, bukan? Ku tahu kau pasti mengerti apa maksud istri kedua Minato Namikaze itu. Naruto hanya menunduk saja, dia sendiri pun juga bingung harus berbuat apa. apa ia harus menuruti permintaan sang ibu untuk berpisah dengan suaminya? Naruto melirik luka di telapak tangan kanannya yang masih di perban.

Jantungnya berdenyut pilu, kala mengingat kejadian dua hari itu. Apa benar tidak ada lagi cinta Sasuke untuknya? Sara beranjak dari duduknya dan meninggalkan Naruto berdua saja dengan Itachi. membujuknya? Ah, percuma saja. Naruto sangan sulit untuk dibujuk. "aku tidak ingin membuat ayah dan ibu terbebani, kak" Naruto akhirnya membuka suaranya.

Di samping kanannya, Itachi menoleh. "sudahlah, kita cari jalan keluarnya, ya" hibur Itachi. mengingat betapa sayangnya pria Uchiha itu pada Naruto.

.

.

.

Cinta Yang Lain

Pairing : SasuNaru

Warning: Sho-ai, ALUR CEPAT, GAJE, ABAL, Typo(s),AU,OOC

Rating : T

Masashi Kishimoto(c)

.

.

.

.

"kamu mau bicara apa lagi?" Tanya seorang pemuda bersurai pirang panjang pada seorang pemuda berambut kecoklatan yang kini sedang duduk tepat di hadapannya. Si pirang Deidara dan si rambut kecoklatan Utakata, adalah sepasang kekasih yang sedang berada diujung tanduk. Hubungan mereka yang tidak jelas, konon tak ada lagi kontak diantara keduanya.

Siapa yang tak cemburu kala melihat kekasihnya tertangkap basah sedang mencium orang lain? Janji ingin setia, janji akan saling mengerti, tapi kenyataannya, dia sendiri yang melanggar. Itu sangat menyakitkan. "kau harus dengar ini, ku mohon!" pinta Utakata. Dulu Utakata ada seorang playboy kelas kakap, wajahnya yang tampan dan bentuk tubuhnya yang ideal, tak jadi hal sulit kan untuk mendapatkan perhatian para gadis? Tapi, itu dulu. Dulu dimana ia belum mengenal pemuda manis ini, pemuda pirang yang telah mengubah gaya hidupnya.

"aku harus dengar apa? mendengar mu mengatakan 'aku tidak sengaja menciumnya' sungguh? Kau sangat menyebalkan" kata Deidara, ia memasang wajah cemberut dan membuat wajahnya semakin terlihat manis. Utakata tergiur melihatnya, ck, kalau saja mereka tidak sedang bermasalah sudah dipastikan Utakata akan mencium gemas bibir plum itu.

Dan pada akhirnya, Utakata harus menahan nafsunya mencium bibir Deidara. "dia yang mencium ku" Utakata mengelak.

Deidara menatap tajam pada sosok tampan dihadapannya kini. "aku bilangkan aku minta putus, soal siapa yang mencium duluan, aku tidak peduli. Dan aku tidak mau jadi pacar mu lagi" Deidara ngambek. Mendengar kata putus, laksana seperti mendengar petir di siang bolong.

Oh, man!

Utakata melotot, dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh kekasihnya itu. "kita putus!"

.

.

.

.

Pukul satu siang, Naruto diantar Itachi pergi ke kafe tempat dimana ia bekerja. 2 hari lamanya ia tidak masuk bekerja, sudah banyak yang merindukan sosok pirang itu. "aku sudah dengar apa yang terjadi dari Itachi-san"

Naruto yang sedang mencuci piring-piring kotor membulatkan matanya begitu mendengar suara bass milik atasannya itu. Gaara berjalan mendekati Naruto, terdengar suara pintu tertutup keras terkena angin. "suami mu itu memang tipikal laki-laki tidak bertanggung jawab" bisik Gaara tepat di telinga Naruto, dan membuat pemuda pirang itu gemetar.

"b...boss"

Gaara berpindah tempat disamping Naruto, ia tertawa pelan menanggapi sikap lucu pegawai nya itu. "selamat datang kembali, Naru-chan" ucap Gaara, tersenyum lembut padanya. Naruto membersihkan tangannya dari busa-busa. "ah, terimakasih, boss" Naruto menyahut canggung. "kau mau ku antar pulang?" Tawar Gaara.

"pulang? Boss, aku bahkan belum ada 3 jam di sini" kata Naruto, ia bertolak pinggang dan mengerucutkan bibirnya. Gaara menepuk dahinya pelan, "oh, aku lupa!" ujar Gaara, salah tingkah. Keduanya pun tertawa, seolah tak ada masalah yang terjadi.

.

.

.

'apa kau yakin anak itu adalah anak mu? Kau yang benar saja, Sasuke'

Ucapan Suigetsu sahabat masa sekolahnya dulu terngiang kembali di kepalanya. Dalam hati, Sasuke pun juga masih bertanya-tanya perihal kehamilan Sakura. Benarkah itu anaknya? Ia masih memikirkan, bagaimana bisa ia menjadi seorang ayah dari anak yang bukan hasil dari keturunannya. Sasuke merutuki kebodohannya sendiri, waktu itu ia malah meng-iya'kan permintaan Sakura untuk bertanggung jawab, tanpa ada hasil test kehamilan wanita itu.

Memang malam saat Sasuke sedang galau memikirkan kejadian apa yang terjadi bersama Naruto, Sakura tiba-tiba saja datang membawakan minuman untuknya. Mereka berbincang-bincang sedikit, dan ya, Sasuke memang melakukannya. Dua kali malah! Sore saat Naruto pulang pun juga ia melakukannya. Tapi, baru tadi pagi ia memperhatikan bentuk tubuh Sakura yang hampir mirip seorang wanita yang tengah mengandung 2 bulan, bukan dalam hitungan 4 mingguan.

Sasuke memang minim pengetahuan tentang hal kehamilan. Tapi, sahabatnya Suigetsu yang juga berpengalaman mempunyai istri yang pernah hamil pun memberitahukan dirinya tentang hal itu. Sasuke memijat pangkal hidungnya pelan, membiarkan berkas-berkas dokumen di meja kerjanya berjatuhan begitu saja ke lantai.

Cklek..

Pria bermarga Uchiha itu menoleh ke arah pintu. Dimana, seorang wanita berusia 49 tahun berdiri sambil menyilangkan tangannya ke dada. Wanita yang amat ia kenali itu menatap tajam padanya, Sasuke menyipitkan matanya, tidak mengerti dengan apa yang sedang dilakukan oleh ibu mertuanya itu. Sara Namikaze, wanita bersurai merah itu menatapnya penuh kebencian.

"lama tidak bertemu, Sasuke" sapa Sara.

"ibu?" Sasuke menatap ibu mertuanya dengan tatapan penuh Tanya. "bingung, eh?" Tanya Sara. Sasuke terdiam, akan tetapi dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Ia tidak tahu, sejak kapan Sara sudah duduk berhadapan dengannya. "aku ingin kau menceraikan Naruto" kata Sara, tanpa ada basa-basi. Sasuke melotot mendengarnya, bagaimana bisa ibu mertuanya meminta ia menceraikan putra kesayangannya itu.

"apa maksud ibu?" Tanya Sasuke, ia mencoba mengulik informasi dari sang mertua. "putra ku sangat mencintai mu, tapi bagi ku, berpisah dengan mu adalah yang terbaik" jawab Sara, dan semakin membuat Sasuke tidak mengerti alur pembicaraan mereka berdua. Hidup selama 49 tahun, membuat Sara cukup paham dengan perubahan gesture orang-orang yang sedang berhadapan dengannya. "aku tidak mau putra ku tersakiti, Sasuke" Sara menatap iris onyx menantunya.

"aku tidak mau" wanita cantik itu mengulangi ucapannya, sambil menggelengkan kepalanya. Sasuke berusaha mencerna kalimat sang ibu mertua. Merasa cukup, Sara pun bangkit dari duduknya dan berpamitan. "jika kau sibuk, biar aku saja yang mengurus semuanya" ujar Sara, sebelum benar-benar pergi dari ruang kerja Sasuke.

.

.

.

.

Itachi yang melihat kedatangan Sara pun segera membukakan pintu mobil untuk wanita yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya itu. "bagaimana, bu?" Tanya Itachi, ketika Sara sudah duduk di bangku belakang, menemani suaminya yang sedang sakit. "dia hanya diam, tapi aku mengerti kalau ia pasti setuju" jawab Sara—seraya memasang sabuk pengaman.

"Naruto akan cerai?" Tanya Minato, yang baru saja bangun dari tidurnya. Sara mengangguk pelan, "apa kau takut anak itu membuat kita miskin, Minato?" Sara bertanya, dan membuat Minato kembali murung. Itachi yang melihat itu semakin tidak enak hati, dengan cepat ia merubah suasana suami-istri Namikaze di hadapannya. "tidak ayah, aku tidak akan membiarkan kalian dalam kesulitan" hibur Itachi.

"aku tidak takut jatuh miskin, aku hanya takut kehilangan anak ku lagi. Istri ku benar, mungkin dulu aku terlalu sibuk dengan semuanya, tanpa pernah ku pikirkan nasib putra ku. Dan kini, aku tidak mau kehilangan Naruto, tidak" sahut Minato, dengan raut wajah bersalah. Sara menyeka air matanya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa, ketika mendengar ucapan suaminya.

Memang tidak seharusnya Minato berlaku egois. pemuda blonde itu juga anaknya, dan ia harus berlaku adil juga pada Naruto. kehilangan Naruko mungkin seperti batu besar yang menimpa tubuhnya, akan tetapi melihat penderitaan Naruto adalah hantaman yang sangat besar bagi hidupnya. Terpukul dan menyesal, mungkin itulah yang dirasakan oleh ayah dua orang anak ini.

"tapi, kenapa ibu berbohong pada Naruto?" Tanya Itachi, penasaran dengan apa yang sedang direncanakan oleh Sara. Wanita Namikaze itu tertawa pelan, lagi-lagi ia harus menyeka air matanya. "Naru-chan tidak akan mau jika aku memintanya berpisah dari Sasuke. Kau tahu, Itachi-kun? Bahkan anak itu akan melarangku bertemu dengan adik mu" jawab Sara. Minato dan Itachi tersenyum simpul mendengarnya.

.

.

.

.

Sasuke mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat. Ia harus menemui pemuda manis itu, ia harus berbicara dengan Naruto perihal pernikahan mereka. Tidak peduli dengan keselamatan, karena Uchiha itu egois. Ia mengingat-ingat dimana Naruto bekerja, menurut teman Naruto (Deidara), istri pertemanya itu bekerja di sebuah tempat bernama Strawberries Café, nama tempat terkesan norak menurutnya.

Setelah menulusuri jalanan mencari-cari cafe bernama Strawberries, memang susah-susah gampang. Apalagi, yang ditanyakan pun juga lupa dimana letak cafe tersebut. Sebuah cafe bergaya eropa menyapa kedua mata onyx itu. Suasananya tidak ramai, mungkin karena sudah malam dan membuat pengunjung enggan untuk berkunjung.

Sasuke stay di dalam mobil, ia memperhatikan cafe itu dengan seksama. Tak lama kemudian, orang yang ia tunggu pun muncul. Bukan seorang diri, tapi dengan seorang pemuda berambut merah bata dengan kantung mata terlihat jelas di wajah tampannya. Siapa pemuda panda itu? Sasuke bertanya-tanya dalam hati.

Naruto tertawa ketika pemuda panda itu mencubit pelan pipi tembamnya. Tanpa pikir panjang, Sasuke segera keluar dari mobilnya dan berjalan mendekati kedua pemuda itu. Dengan kasar ia menarik pergelangan tangan Naruto, dan membuat sang empunya terkejut bukan kepalang.

"S..Sakit" Naruto merintih pelan, luka yang dibalut perban dicengkram oleh seseorang yang baru saja tiba diantara mereka. Gaara menatap tidak suka ke arah Sasuke. Namun, Sasuke hanya cuek dan mencengkram kuat tangan Naruto. "Sa..Sakit—Sa..Suke" Naruto membulatkan matanya, ketika tahu siapa pelakunya.

Wajah manis itu pucat dengan bulir-bulir keringat sebesar pupil jagung di pelipisnya. Ia masih terpaku, dan tidak percaya dengan sosok pucat yang tengah mencengkram erat pergelangan tangannya itu. "aku duluan ya, Naruto" pamit Gaara, berjalan meninggalkan kedua suami-istri itu.

"ikut, aku!" seru Sasuke.

Naruto tetap tak bergeming dengan wajah pucat, tak lama kemudian pemuda itu pun jatuh pingsan. Mungkin saja karena tidak bisa menahan diri untuk bertatap muka dengan sosok dihadapannya tersebut.

.

.

.

.

Skip time

Naruto mengerjabkan kedua matanya berkali-kali. Kepalanya terasa berat, namun ia memaksakan diri untuk menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur. Dimana ini? ia mencoba mengingat apa yang telah terjadi, namun kepalanya yang tiba-tiba berdenyut sakit menghentikan aksinya tersebut.

Cklek..

Pemuda itu hampir saja menjerit keras ketika melihat siapa yang baru saja tiba dengan sebuah nampan berisi makan malam serta obat ke arahnya. "S..Sasuke" bibir mungilnya mengucapkan sebuah nama milik suaminya. Tersirat ketakutan di mata Naruto, dan entah kenapa Sasuke merasa kesal dibuatnya. Naruto beranjak dari posisinya dan hendak berlari, namun kakinya tersandung sesuatu dan membuatnya terjatuh ke lantai hingga menghasilkan suara debuman keras.

Sasuke lantas meletakan nampan itu di atas meja, ia berlari pelan untuk membantu Naruto berdiri. Namun, lagi-lagi penolakan yang ia terima. "JANGAN MENYENTUHKU!" seru Naruto, darah segar mengalir dari lubang hidung Naruto. air mata lagi-lagi membuat wajah cantik itu sembab. Perasaan sesak tiba-tiba saja hadir di dalam dada Sasuke.

"ku mohon, jangan lakukan itu lagi" pinta Naruto.

Sasuke tidak peduli dengan ketakutan Naruto padanya, ia pun menarik Naruto ke dalam pelukannya dan membuat sang blonde membulatkan matanya menerima perlakuan seperti itu dari sang bungsu Uchiha. "aku tidak akan melakukannya lagi, aku janji" kata Sasuke.

Diam..

Diam..

Lalu..

Naruto mendorong kasar tubuh Sasuke, dan memeluk erat kedua lututnya. "kau tak perlu berjanji, kau boleh melakukannya.. lakukan apa yang kau sukai" tubuh Naruto bergetar hebat, Sasuke merasa bersalah melihatnya. "Naru—"

"lepaskan!" Naruto meronta lagi ketika Sasuke hendak menangkap tangannya. "katakan apa yang ingin kau katakan, lalu biarkan aku pulang" ujar Naruto.

"ibu mu meminta ku untuk menceraikan mu" sahut Sasuke, dengan nada datar seperti biasa. Naruto terkejut mendengarnya, "baiklah, antarkan aku pulang!" pinta Naruto, ada rasa sedih mengetahui perceraiannya dengan Sasuke. Sasuke sendiri pun juga bingung harus berbuat apa, ia pun akhirnya menuruti permintaan Naruto untuk mengantarnya pulang.

.

.

.

.

2 minggu kemudian..

"bukankah itu Sakura-san?" gumam Naruto, ia mempercepat langkahnya menuju meja nomor urut 5 yang memesan parfait orange dan beberapa cake. Sesampainya disana, ia membungkuk hormat dan meminta maaf atas waktu yang digunakan pengunjung untuk menunggu kehadiran pesanan mereka. "maaf menunggu lama" Ucap Naruto—menata pesanan di atas meja.

"ah, tidak apa-apa" sahut salah satu pengunjung di antara 3 orang yang duduk di meja nomor. 5 itu. Setelah mengucapkan kata terimakasih, Naruto pun segera pamit. Namun, ia tidak segera menuju ruang staff untuk ber-istirahat, ia malah bersembunyi di balik patung strawberry besar sebagai mascot kafe tersebut.

Tak jauh dari sana, adalah meja dimana Sakura sedang bersama seorang pria berkulit pucat bersurai raven, sangat mirip dengan Sasuke. Hanya saja kulitnya pucat pasi seperti vampire. "aku ingat betul, itu anak ku Sakura! Kita melakukannya 3 bulan yang lalu, dan anak itu adalah anak ku" kata pria itu. Naruto menajamkan pendengarannya. "lalu kau mau apa, Sai?" Tanya Sakura dengan nada meremehkan. Naruto membulatkan matanya, ketika mendengar ucapan Sakura. Pemuda bersurai blonde itu pun segera mengambil ponselnya untuk merekam pembicaraan dua orang itu, Sakura dan seorang pemuda yang ia ketahui bernama Sai.

"Naruto, sedang apa kau disana?" Gaara tiba-tiba saja datang menyapa Naruto.

Sakura yang mendengar hal itu segera menoleh ke arah patung strawberry, dan melihat Gaara yang hendak menarik pergelangan tangan Naruto. wanita itu tampak terkejut, dan sangat marah begitu mengetahui Naruto sedang mencoba menjadi mata-matanya.

"APA MAKSUD MU?" Tanya Sakura, dengan emosi yang menggebu-gebu. Naruto dan Gaara menoleh ke arah Sakura. "hey, Nyonya kenapa kau memarahi karyawan ku?" Gaara balik bertanya. Sakura malah mendorong tubuh Naruto dan mencakar wajah manis itu. "hey!" Gaara menarik tubuh Sakura supaya wanita itu tidak menyakiti Naruto. "JADI ITU PEGAWAI MU, HAH? KAFE MACAM APA INI? AKAN KU TUNTUT KALIAN!" teriak Sakura. Dan membuat para pengunjung memperhatikan mereka bertiga.

"kau yang bisa ku tuntut, kau melukai pegawai ku dan mengacau kafe milik ku" sahut Gaara, tidak mau kalah. Ia segera membantu Naruto berdiri. Wajah manis Naruto tampak ada luka cakaran Vertikal di pipi kirinya. "heheheh"

Gaara dan Sakura terpaku, semua pengunjung menatap heran ke arah Naruto yang tertawa dikala pertengkaran terjadi diantara Gaara dan Sakura. "heheheheh..hahahahahhahah" tawa Naruto semakin keras.

"kau memperkerjakan seorang gila? Memalukan" ejek Sakura.

"kau yang gila" sahut Naruto.

Sakura hendak menampar Naruto, namun terhenti oleh suara di ponsel Naruto.

'kau tidak perlu bertanggung jawab Sai! Karena aku tidak membutuhkan mu'

'membuat seorang laki-laki tak bersalah bertanggung jawab itu tidak baik, Sakura'

'ini memang anak mu, tapi aku adalah ibunya. Dan berhak memilihkan ayah untuknya'

'Kau gila Sakura!'

'Sasuke yang telah membuat ku gila, HAHAHA'

Sakura melotot mendengarnya, Naruto menyeringai dan membuat Gaara sontak saja tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Naruto tampak keren di matanya. "Kau yang gila, berbohong hanya untuk merebut suami orang. Kau yang gila!" seru Naruto, kemudian si pirang pun berlalu meninggalkan Sakura yang berteriak-teriak seperti orang gila, menyumpah serapah istri tua Sasuke Uchiha itu.

.

.

.

Ruang Kerja Gaara (Pukul 2 siang)

Satu jam kejadian itu, Naruto masih dimintai penjelasan oleh Gaara. Dan pemuda itu pun tidak keberatan untuk menceritakan apa yang terjadi. Gaara geram mendengarnya, kenapa ia baru tahu tentang kisah hidup Naruto? Sumpah, laki-laki macam apa yang sudah tega menelantarkan Naruto seperti ini?

Mati saja orang itu!

"lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Gaara.

"aku akan memberitahukan hal ini pada Sasuke, percaya atau tidaknya aku tidak peduli" jawab Naruto.

Gaara menganggukan kepalanya, "aku akan mengantar mu pulang!" seru Gaara. "dan tidak ada penolakan!" lanjutnya.

.

.

.

.

Naruto segera berlari secepat mungkin memasuki rumah suaminya. Gaara tidak ikut masuk, karena ia rasa ia hanya orang lain dan tidak sepatutnya ia ikut campur urusan rumah tangga Naruto.

"hosh..hosh..hosh.." Naruto berusaha menormalkan nafasnya kembali, ia melangkahkan kakinya memasuki ruang tengah. Kondisi rumah masih sepi, Sasuke belum pulang rupanya. Naruto menaiki anak tangga, untuk memeriksa kamar Sasuke, entah kenapa perasaannya tidak enak. Di kamar dimana dulu Sasuke dan Naruko bersama, tidak terlihat keberadaan pria itu.

Naruto pun memutuskan untuk keluar kamar. "mencari, Sasuke-kun?" Sakura berdiri tepat di pinggir tangga atas dengan sebuah pemukul baseball di tangannya. Ia memukul pelan pemukul baseball itu ke tangannya. "kau tahu? Sasuke sangat suka bermain baseball" kata Sakura, Naruto memicingkan matanya ketika melihat sebuah tongkat pemukul baseball yang ia berikan pada Sasuke saat pemuda itu berulang tahun, dan Naruto tidak percaya jika Sasuke masih menyimpannya.

"masih mencoba meyakinkan Sasuke kah? Dasar gila" Naruto mencibir Sakura. Wanita itu pun marah dan hendak memukulkan pemukul baseball ke arah Naruto dengan membabi buta. Naruto menangkis semua pukulan Sakura. Hingga posisi keduanya pun berada tepat diujung tangga, Sakura menyeringai ketika melihat Naruto yang sudah tidak mempunyai pertahanan lagi. Ia pun melayangkan pukulannya ke arah Naruto, akan tetapi Naruto berhasil mengelak dan membuat kaki Sakura tergelincir hingga wanita itu terjatuh dari atas tangga.

Naruto panic, ia pun segera berlari ke bawah tangga untuk menolong Sakura yang pingsan dengan darah dimana-mana. "nyonya, bangun..nyonya" Naruto menyentuh pelan pipi Sakura, namun Sakura tidak sadarkan diri.

Bertepatan dengan hal itu, Sasuke baru saja tiba di rumah dan terkejut ketika melihat Naruto yang sedang memangku tubuh Sakura yang tidak sadarkan diri dengan banyaknya darah di lantai. Sasuke terkejut, ia pun berlari mendekati Sakura dan menggantikan Naruto untuk memangku tubuh Sakura. "Sakura.." Sasuke memeriksa denyut Nadi Sakura yang mulai melemah.

Naruto masih panic dan mencoba membantu Sasuke untuk membangunkan Sakura. Sasuke menoleh ke arah Naruto dengan tatapan kebencian. "kau..kau membunuh anak ku!" seru Sasuke, ia sangat marah, dan menampar wajah Naruto. "b..bukan..bukan aku Sasuke..bukan aku" Naruto menyentuh pipinya yang terasa panas akibat tamparan Sasuke.

"DASAR PEMBUNUH, PERGI KAU!" bentak Sasuke, Naruto membulatkan matanya ketika mendengar Sasuke mengusirnya. "bereskan barang-barang mu, aku muak dengan mu" seru Sasuke.

"baiklah, aku akan pergi. Tapi jangan pernah mencari ku kembali" kata Naruto, air mata lagi-lagi membasahi wajah manisnya.

"aku tidak akan pernah mencari seorang pembunuh seperti mu" sahut Sasuke.

.

.

.

.

2 Hari kemudian..

2 hari sudah Sakura di rawat di rumah sakit, dan masih belum menunjukan tanda-tanda untuk bangun dari masa tidur panjangnya. Sasuke baru saja tiba di rumahnya setelah 3 jam lamanya ia menunggu Sakura di rumah sakit. Bercak darah Sakura mengering di lantai itu, namun pria itu malah menghiraukannya dan melangkah gontai menuju kamar, dimana ia dan mendiang istrinya terbiasa tidur bersama.

Ia tinggal sendiri setelah ia mengusir pergi istri tertuanya. Ada perasaan sakit, jika melihat itu. Namun, ia sendiri juga tidak tahu kenapa. Mungkin saja, ia merasa sakit dan marah ketika mengetahui calon buah hatinya tidak terselamatkan. Ah, andai kau tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sasuke. Tanpa sadar, ia sudah berada tepat di depan pintu kamarnya yang terbuka.

Dilangkahkannya kedua kaki jenjang itu menuju kasur ukuran king size dengan seprei berwarna putih gading itu. Sasuke merebahkan tubuhnya asal-asalan ke atas kasur, ia menutup wajahnya. Rasanya sangat lelah hari ini. Tanpa sengaja kaki Sasuke yang masih di bawah ranjang pun menendang sesuatu, ia menoleh ke bawah. Dan menemukan sebuah pemukul baseball miliknya.

Apa Sasuke ingat siapa yang memberikannya pemukul baseball itu? Ya, tentu saja. Sangat ingat malah. Diambilnya pemukul baseball itu, dan dipandanginya untuk pertama kalinya, setelah terakhir ia memutuskan untuk menyimpan benda itu di dalam gudang. Siapa yang mengeluarkan benda ini? Pikirnya.

Seharusnya, Sasuke lebih memperhatikan tongkat baseball itu. Karena jika diperhatikan lebih jeli lagi, disana akan tertulis Teme love Dobe yang Naruto ukir menggunakan sebuah jangan besar miliknya semasa sekolah. Pria itu pun meletakan pemukul itu di atas kasur, dan lagi-lagi kejutan menyapa kedua mata onyx-nya.

Sebuah Compact disk dan ponsel flip berwarna Orange dengan handle berbentuk rubah mini berekor Sembilan favourite Naruto semasa sekolah dulu. Dan sebuah surat tanpa amplop dibawah ponsel tersebut. Sasuke pun mengambil surat itu dan segera membukanya, hanya untuk mengetahui apa yang tertera pada selembar kertas tersebut.

Dear, suami ku Sasuke Uchiha..

Maaf telah membuat mu kecewa.. aku minta maaf atas perbuatan ku pada mu. Kau tahu? aku sangat menyesal telah menyakiti perasaan mu. Dengan memaksa mu untuk menjadi suami ku saja seharusnya aku sudah bersyukur, karena mustahil sekali kau mau menerima ku yang rendah ini. Seharusnya pun aku tidak memaksa mu untuk mencintai diri ku. Tidak, seharusnya aku tidak boleh terlalu berharap pada mu.

Apa kau tahu, Sasuke?

Jujur, aku sangat sakit ketika kau tidak bisa berbagi cinta mu pada ku, meskipun itu hanya sedikit saja. Dulu, aku sangat yakin, jika suatu saat nanti aku pasti bisa mendapatkan perhatian dari mu, mendapatkan cinta mu seperti kau mencintai Naruko. Percaya jika waktu mampu mengubah pemikiran mu tentang diri ku.

Tapi aku tidak bisa seperti ini lagi.

Aku hanya seorang manusia biasa. Ada titik dimana aku merasakan lelah akan semua ini, maaf, Sasuke.. aku tidak bisa lagi bersama mu. Kau tak perlu khawatir, juga tak perlu susah-susah lagi menandatangani surat cerai. Kita berpisah seperti ini saja, kita jalani hidup kita masing-masing, sama seperti saat dulu kita belum mengenal satu sama lain.

Naruto..

Sasuke mengambil ponsel Naruto dan menemukan beberapa file pemutar suara, dengan berbagai macam judul. Suara pertama adalah, suara pengakuan Naruto yang sangat mencintai Sasuke jauh sebelum mereka saling berteman. Hingga, pada akhirnya iris onyx Sasuke melihat satu judul pemutar suara berjudul 'Truth be told', tanpa sadar Sasuke menekan perintah putar dan akhirnya terdengarlah suara Sakura yang sedang berbicara dengan seorang pemuda, yang dipanggil olehnya dengan sebutan Sai.

Sesak..

Sasuke memegang dadanya yang terasa sesak. Kenapa ia begitu bodoh? Hingga tak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Kenapa dengan sangat mudahnya ia dibohongi oleh Sakura? Hingga pada akhirnya ia harus kehilangan Naruto dari hidupnya. Dan akhirnya, satu yang ia sadari; Sasuke mencintai Naruto jauh sebelum ia mencintai Naruko. Tapi, gengsinya yang terlalu tinggi, membuat ia harus memendam semua perasaannya dan mencoba untuk membalas perasaan cinta Naruko.

Hell, yah!

Sasuke memang sudah menyukai Naruto dari awal mereka bertemu di asrama saat mereka masih remaja, hanya saja tidak berani mengakuinya. Dia sangat pengecut, kau sebut ia pengecut, karena dia tidak akan marah sama sekali. Karena itulah memang keadaannya.

Awalnya, Sasuke mengira semua ini akan berjalan baik-baik saja. Namun, fakta tidak berjalan sesuai dengan perkiraannya. Meskipun berusaha untuk mengelak, tetapi sesungguhnya hanya Naruto lah yang selalu ada dipikirannya, itulah yang membuat Sasuke sangat membenci Naruto. ia membenci Naruto karena ia mencintai Naruto. cukup aneh? Ya, sangat aneh.

"aku tidak tahu apa itu semua bisa membuktikan jika Naruto sangat mencintai mu, Sasuke. Tapi yang pasti, aku sudah berusaha mencoba untuk memberitahukan diri mu jika ia sangat mencintai mu" tiba-tiba saja Itachi menyembul di depan pintu bersama Deidara disampingnya.

"aku tahu, aku akan minta maaf padanya" sahut Sasuke, tanpa menoleh ke arah Itachi. "maaf, tapi itu semua sudah terlambat, un" Deidara menundukan kepalanya, sambil menggigit bibir bawahnya. Ah, aku bahkan lupa kalau Deidara sedang membawa sebuah Koran harian di tangannya.

"terlambat? Tidak, Naruto adalah orang yang murah hati. Ia selalu memaafkan orang lain, dia pasti bisa memaafkan ku" kata Sasuke, penyesalan tampak jelas di wajahnya. Deidara melirik Itachi, mengisyaratkan pada kakak sulung Sasuke untuk menjelaskan pada sang adik.

"maaf, kau benar-benar terlambat" ujar Itachi—berjalan maju mendekati Sasuke dan menepuk pelan bahu adiknya itu. "apa maksud kakak?" Tanya Sasuke.

"Dei" Seru Itachi, tanpa menoleh ke arah Deidara.

Pemuda itu pun langsung berjalan pelan mendekati Itachi dan menyerahkan Koran yang ia bawa ke tangan Itachi. "Bacalah, Sasuke!" titah Itachi, meminta Sasuke untuk membaca berita Koran berjudul 'Pesawat KonohaAirlines tenggelam di laut'. Tak sampai 5 menit Sasuke sudah selesai membacanya, dan menatap aneh pada sang kakak. "Naruto hendak ke kota Oto untuk mengunjungi nenek" ujar Deidara, menerima Koran yang diberikan oleh Sasuke.

"lalu? Apa hubungannya dengan kecelakaan pesawat, hm?"

"pesawat yang Naruto tumpangi kecelakaan, dan Naruto terdaftar sebagai penumpang yang hilang" jawab Itachi, ia masih tidak percaya kalau Naruto menjadi korban hilang dalam kecelakaan itu. "tadi pagi manager pesawat Konoha Airlines mengucapkan belasungkawa pada ibu dan ayah atas hilangnya Naruto dalam kecelakaan itu" lanjut Itachi.

"tidak mungkin" Sasuke menjatuhkan tubuhnya ke lantai, hari ini mungkin adalah hari keterpurukannya yang kesekian kalinya. Dulu ia harus kehilangan Naruko, lalu ia kehilangan Naruto dengan penyesalan yang begitu dalam di hatinya. "tidak mungkin" pria itu memeluk kedua kakinya dan menenggelamkan wajah tampannya. Derai air mata lagi-lagi hadir menyiratkan rasa kehilangan.

Deidara mencoba untuk menghibur Sasuke, namun Itachi menahan pergelangan tangannya seraya mengisyaratkan kata jangan lewat gelengan kepalanya. "kau kehilangan harta yang paling berharga bagi mu, Sasuke. Harta yang kau sia-sia kan selama hidup mu" kata Itachi, menutup kedua matanya mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata. Apa kalian pikir dia tidak sedih? Hey, Itachi sangat menyayangi Naruto, tentu ia akan merasa sedih atas kehilangan pemuda manis itu.

"NARUTOOO" Teriak Sasuke dalam keheningan malam. Deidara menyeka air matanya, ia sendiri pun juga tidak tahu jika pada akhirnya inilah yang terjadi. 2 hari yang lalu, Naruto memang sempat pamit padanya. Itachi pun juga sempat mengantarnya pergi ke bandara. Tak pernah menyangka kalau hari itu adalah hari terakhir ia melihat senyum adik iparnya. Tak ada yang tahu, jika itu adalah hari terakhir Naruto bersama mereka. Percuma saja, Sasuke berteriak memanggil Naruto seperti seseorang yang sedang kesetanan, Naruto tidak akan pernah kembali ke rumah itu. Tidak akan pernah.

.

.

.

END

.

.

.

Omake..

Tingg..tongg...

Bel apartment-nya berbunyi. Hujan turun lebat, namun Deidara masih bisa mendengar suara bel berbunyi. Ia pun berjalan hendak membukakan pintu untuk tamu misterius itu.

Dengan langkah gontai pemuda pirang itu berjalan. Langkahnya terhenti ketika tiba-tiba saja mati lampu, dan membuat seseorang di luar sana menekan keras tombol bel pintu apartment miliknya. Deidara menyalakan flash pada ponselnya untuk menuntun langkahnya di kegelapan.

Dengan sedikit berdecak ia akhirnya membuka pintu berwarna abu-abu itu. Pintu belum sepenuhnya terbuka, namun Deidara dapat melihat sosok tamu itu dalam kegelapan. Kedua bola mata azure itu hampir saja lepas dari tempatnya begitu mengetahui siapa sosok tersebut.

Kakinya gemetar hebat, wajah cantiknya pucat pasi, belum lagi kilatan petir berhasil memperjelas sosok dihadapannya kini.

"N..N..Naruto-chan"

.

.

.

END

.

.

.

(A/n: kyaaaaa...AMPUNI AI READERS! ENDINGNYA PASRAH BANGET.. HIKSU.. Ai maksa banget buat bangkit dari serangan Zombie(?) yang hampir ngebuat AI berhenti nerusin fic ini. hufettt..Ini fic abal banget, dan gak jelas. Tapi, WAIT! AI udah ada Sequel-nya kok.. yang minta Sasuke nyesel, yang minta Penjelasan detail, ada kok di Sequelnya. AI udah jelasin sedetail-detailnya. Apa nanti di sequelnya tetep ada Gaara? Woo, Iya dums.. hohoho. Kok Gaara scene nya Cuma sedikit? Huumm, Gaara kan Cuma jadi pemeran pembantu. Pairing Itachi siapa? Ssssttttt, Rahasia.. Deidara sama siapa? Hihihi, beneran mau tau? Pokoknya semua pertanyaan kalian akan terjawab di sequelnya (semoga aja)