.
.
.
.
Mission 9: Goodbye, Halcyon Day's (Last Part)
.
.
.
Masih ….. Seoul, 2 Tahun lalu…
.
3rd Day/5: The Start of Calamity
.
.
"Maaf, Lu. Aku harus pergi" adalah kata pertama yang dikeluarkan Sehun setelah memasukkan kembali handphone-nya kedalam saku. "Tak akan lama. Sepertinya" lanjutnya seakan membalas pertanyaan dari tatapan mata Luhan.
"Oke, aku akan menunggu" balas Luhan.
"Aku akan segera kembali" Hal yang Luhan lihat setelah itu adalah wajah Sehun yang berlalu dengan sebuah senyuman yang dipaksakan.
Sepeninggal Sehun, namja bermata rusa itu masih berfikir kenapa kekasihnya bisa berubah hanya karna sebuah panggilan. Ia masih memikirkan ekspresi Sehun yang tak terbaca (namun ia bisa melihat sepercik ekspresi marah, tak suka, bahkan benci) saat mengangkat panggilan itu. Gesture tubuhnya yang tak nyaman, dan nada biacaranya yang sangat ketus. Ia yakin jika panggilan tadi bukanlah sesuatu yang baik.
Namun cepat-cepat ia menggelengkan kepala. "Tak baik berburuk sangka" monolognya sendiri seraya menatap sekelilingnya dengan damai. Matanya menutup perlahan, Menikmati setiap hembus udara yang menerpa tubuhnya, merasakan sinar matahari yang berhasil mengenai sedikit senyumnya. "Andai Sehun menikmati ini"
.
.
.
Detik berganti menit. Menit berganti jam. Waktu berlalu begitu cepat, dan Luhan benar-benar tak menyadarinya –terlalu sibuk memainkan 'ronald'-nya—. Jarum jam dipergelangan tangan kirinya sudah menunjuk kearah jam 7 lebih. Penjaga sekolah sudah menyuruhnya pulang sejak sore tadi. Bahkan ahjussi itu sudah menawarkan diri akan mengantarnya pulang. Namun ia menggelang pelan. "Aku sedang menunggu seseorang Kwon-Ahjussi" balasnya dengan sebuah senyuman kecil. Saat ia berada di belakang sekolah.
"Apa ia akan segera datang? Sebentar lagi gerbang sekolah akan ku tutup, ini sudah hampir malam. Jika kau ingin tau" ujar Kwon ahjussi kala itu.
Luhan terkekeh pelan. "Aku tau Kwon ahjussi. Maafkan aku, kalau begitu aku akan menunggu di depan gerbang" balasnya seraya berjalan menuju arah depan sekolah, ditemani Kwon ahjussi dan nasehatnya.
"Lebih baik kekasihmu akan memberikan alasan yang bagus! Bisa-bisanya ia terlambat! Jika perlu, kau harus menghajarnya!" lanjut Kwon ahjussi marah-marah.
"Ini bukan masalah serius, ahjussi. Tenang saja" Luhan tertawa hambar dan memberikan senyuman yang sangat tipis. Kuharap begitu… lanjutnya dalam hati.
"Ckck. Aku tak tau membuatmu menunggu lebih dari 2 jam itu bukan masalah serius atau bagaimana, tapi jika kau butuh orang untuk menendang bokongnya, kau bisa memanggilku. Oke? Kau tau dimana bisa mencariku kan?" ujarnya sambil memberikan wink, kemudian berbalik menuju sekolah.
Luhan hanya tersenyum kecil melihat seorang pria yang sudah hampir kepala empat namun tetap memiliki sifat open minded seperti Kwon ahjussi. Tentu ayahnya tak masuk hitungan karna sifat kekanakannya.
Dan sekarang disinilah Luhan, jam 7 malam. Masih berdiri didepan gerbang sekolah. Dengan seragam yang sudah mulai lusuh dan membunuh waktu dengan memainkan rubiknya. Namun pandangannya tak fokus. Setiap 2 detik sekali ia akan melihat layar handphonenya. Kemudian ia akan kembali memainkan rubiknya. Seperti itu terus.
Ia sudah mengirimi kekasihnya pesan, 30 menit sejak Sehun pergi dengan urusannya yang luhan tak tau itu apa, sejak jam 3 tadi sampai jam 7 ini.. Ia tau apa yang ia lakukan ini adalah hal bodoh. Dan lebih parahnya Sehun sama sekali tak membalas semua pesan maupun panggilannya. Bahkan ia ragu jika Sehun membaca pesannya, atau bahkan meliriknya pun ia ragu. Namun sekali lagi ia mencoba, walau ini seperti berusaha menutup langit dengan telapak tangan (peribahasa korea: melakukan hal bodoh dan sia-sia)
.
.
Sehunnie. Kau akan datang menjemputku atau tidak? Atau aku harus pulang sendiri?
Bisakah kau jawab pesanku?!
Ini sangat menjengkelkan! Cepat balas pesanku, atau setidaknya balas panggilanku!
Kau mau mati hah?!
Yah! Cepat balas! Disini sangat dingin, jika kau mau tau. dasar tolol
Sehunnie?
Lee Sehun?
Kau mau aku benar-benar marah?
Luhan membaca sekali lagi pesan-pesan yang ia kirim ke Sehun. Tak ada satupun yang dibalas, ia mengigit bibirnya kuat-kuat. Entah kenapa dadanya terasa sesak. Ia menghembuskan nafas dengan kasar, menutup kelopak mata pelan, kemudian mencoba setidaknya tersenyum.. getir... Aku benar-benar bodoh
"Hyung? Luhan Hyung? Ya tuhan! Apa yang kau lakukan disini?!"
Dan kemudian ia menoleh kesumber suara. Rasa sesaknya entahlah, semakin mendalam.
.
.
.
사랑하지마(Don't Love Me)
Mission 9: Goodbye, Halcyon Day's (Last Part)
.
.
.
.
4th Day/5: The Explosion
.
"Jadi, Hyung.. kau sudah berniat mengatakan alasanmu kemarin?"
Luhan mendongak keatas, ia bisa melihat wajah teduh seorang namja berkulit tan yang sekarang sedang tersenyum kearahnya.
"Jongin" kata Luhan pelan.
Kai duduk di depan Luhan sambil menaruh makanannya dimeja -Mereka berada di Cafetaria- Senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. "Apa ini tentang Sehun? Aku tak melihatnya. Kalian bertengkar?"
"Jongin aku—"
"Oke, oke. Kau tak perlu menjawabnya jika belum siap Hyung. Yang penting kau baik-baik saja. Itu yang paling utama" balas Kai saat menangkap aura tak nyaman dari Luhan. "Tapi jika Hyung sudah berubah pikiran… Hyung bisa menceritakannya padaku"
"Terima kasih Jongin, jika kau mengerti. hei, aku tak melihat Baekhyun. Apa ia sakit? Aku tak bertemu dengannya beberapa hari ini, pesan dan panggilanku juga tak ia balas"
Kai menyipitkan matanya. "Bukannya aku sudah bilang kemarin saat mengantarkanmu pulang, Hyung?"
Mata Luhan tiba-tiba membesar. "Ben-benarkah? Maaf Kai, aku benar-benar tak mendengarkan" jawabnya dengan penuh rasa menyesal, bahkan kemarin ia tidak tau apa yang dikatakan Kai sepanjang perjalanan pulang. "Jadi dimana anak anjing itu?"
"Baekkie Hyung sedang ada urusan. Ia juga tak masuk sekolah. Urusan keluarga" jawab Kai pendek, namun Luhan merasa ada sesuatu yang disembunyikan, ia menggeleng pelan. Tak baik berburuk sangka Xi Luhan. "Oooh"
Mereka kembali sibuk dengan makanan mereka masing-masing atau dengan Luhan yang sibuk memainkan makanannya dan Kai yang makan dengan lahap. Itu sebuah keheningan yang aneh.
"Hyung?" panggil Kai memecah kesunyian.
"Mmm?" balasnya sambil bergumam.
"Myungsoo itu siapa?"
Luhan melebarkan kedua bola matanya. Mulutnya terbuka namun tak ada kata yang keluar. Ia terlalu terkejut dengan pertanyaan itu. seolah mengerti, Kai pun menjawab "Aku melihat nama itu di rubikmu, Hyung. Aku mencarinya di internet karna penasaran. Tapi aku tak mendapati merk rubik yang bernama myungsoo. Jadi kupikir berarti myungsoo itu nama seseorang. Aku benar kan, Hyung?"
Hening, Luhan cukup terkejut dengan kesimpulan anak yang sekarang sedang menatapnya dengan penuh rasa penasaran. "Wow.. aku tak menyangka –"
"Jika aku jenius?" potong Kai dengan sebuah senyuman menggoda dan alis yang dinaik turunkan. Luhan memutar matanya "Ya.. sebahagiamu saja"
"Jadi siapa Myungsoo itu, hem?" tanya anak yang lebih muda, masih penasaran. "Tapi jika Luhan Hyung tak mau bercerit—"
"Dia temanku" potong Luhan pelan. "Aku, Krystal, dan Myungsoo… kami bertiga berteman sejak kecil" namja bermata rusa itu menghembuskan nafas pelan, entah kenapa banyak kupu-kupu yang berterbangan ketika ia mengingat masa lalunya. Pipinya memanas.
"Aku mengenalnya saat ia menolongku dari anak-anak tetangga yang sangat nakal. Ia melawannya hanya dengan tatapan matanya yang sangat tajam! Hebatnya lagi, anak-anak nakal itu langsung lari. Bukankah itu keren?" Luhan melirik kearah Kai. Karna yang lebih muda masih mendengarkan, ia melanjutkan ceritanya.
"Awalnya aku juga takut berteman dengannya. Ia terlihat sangat susah didekati… sorot matanya mengintimidasi, belum lagi sifatnya yang cuek dan… dan… dan auranya yang sangat dingin it—"
"Seperti Sehun?" interupsi Kai yang langsung dipelototi ganas oleh Luhan. "Bisakah kau diam dan cukup mendengarkan?!" bentak Luhan yang langsung membuat namja berkulit tan itu diam.
"Namun sebenarnya ia berhati lembut dan selalu menolongku. Menurutku ia seperti sosok pahlawan" Luhan mendesah pelan. "Krystal tak terlalu menyukainya, karna saat itu aku sering menghabiskan waktu dengan Myungsoo dan tak mempedulikan sosok yoeja gila bak iblis sialan itu" Namja bersurai coklat itu mendelik sebal mengingat tingkah Krystal saat mereka kecil.
"Aku sering memanggilnya L.. jika kau ingin tau, L itu karakter di salah satu komik. Bukan.. itu bukan Manhwa (komik korea), karakter itu ada di Manga (komik jepang). Dia sosok sempurna karakter itu. kau harus mencarinya, Jongin! Agar kau bisa membayangkan bagaimana Myungsoo itu!" Kai memutar bola matanya dengan malas. Melihat itu Luhan langsung melempar garpunya. "Ya tuhan Hyuung! Kau mau membunuhku?"
"Sayang sekali tidak kena" -_-
"Saat SMP.. kami masuk kesekolah yang sama" yang lebih tua mencoba mengambil nafas seolah-olah hal ini adalah hal yang berat. "Ia menyuruhku untuk ikut bela diri untuk menjaga diri, tapi aku menolaknya. Dan aku benar-benar menyesal saat hal itu terjadi . . ." Kai tertegun, ini bukan hal yang buruk kan? Batinnya dalam hati.
"Saat itu.. aku benar-benar ingin pulang. Tapi, Krystal harus melakukan latihan rutin tae kwon do seperti biasa, dan Myungsoo masih sibuk mencuci foto untuk tugas ekstrakulikulernya. Ia sudah memintaku untuk menunggu sebentar, ia bilang sebentar lagi foto itu akan kering. Tapi aku benar-benar tak bisa menunggu dan meninggalkannya. Bahkan aku meneriakinya egois karna lebih memilih foto itu daripada aku" ia mengambil nafas lagi.
"Saat aku berjalan pulang, ada beberapa orang preman, 5 orang, ya senior-seniorku lebih tepatnya. Mereka meminta uang. Aku sudah bilang jika aku tak mempunyai sepeserpun. Tapi mereka tak percaya, sehingga mereka mengeluarkan semua isi tasku, tapi aku melawan. Aku menendang salah satu dari mereka. Siapa juga yang terima isi tasnya dibuang begitu saja?. Salah satu dari mereka memegang kerahku, tinjunya sudah berada diatas udara . . . "
Luhan tersenyum kecil. "Tapi kemudian sebelum tinju itu melayang kewajahku, Myungsoo datang dan langsung menerjangnya. Ia melawan mereka berlima secara sekaligus. Tapi saat itu aku pingsan dan tak ingat apa-apa. Aku juga tak tau kenapa. Yang ku tahu setelah itu, kamera yang biasa Myungsoo bawa sudah menjadi kepingan, hancur lebur, tubuhnya penuh luka, bahkan keningnya benjol. . . . itu tidak lucu Kai! Berhenti tertawa! Rahangnya berdarah, tapi ia tetap mengandengku sampai rumah. Sepanjang perjalanan, ia tak mau berbalik. Ia tak mengatakan apa-apa. Jadi kufikir ia marah karna aku tak mau mendengarkannya.."
"Beberapa bulan setelah itu ia pindah kesuatu tempat karna pekerjaan orang tuanya. Ia tak memberi tau dimana lebih tepatnya. Kemudian ia menitipkan rubik miliknya itu.. ia bilang aku tak perlu kesepian lagi, karna rubik itu pengganti dirinya. Itu sangat lucu karna sebenarnya ia sangat jarang bicara denganku, ia selalu menatapku dan kemudian mengalihkan pandangannya saat aku melihatnya" Luhan mengakhiri ceritanya dengan kekehan pelan.
"Jadi, Hyung masih berkomunikasi dengannya?" tanya Kai
Luhan menggeleng lemah. "Tidak.. ia tak pernah memberikanku nomor telpon nya ataupun alamatnya. Ia juga tak pernah menghubungiku. Aku… aku hanya… merindukannya"
Hening lumayan lama, sampai akhirnya Kai tertawa kecil. "What so funny?"
"Kau tau Hyung? Kau ini sangat polos dan terlalu jujur"
"Maksudmu?"
"Hyung! Andai kau bisa melihat bagaimana ekspresimu tadi. Saat aku datang kesini, kau sedih dan kemudian sedikit gembira. Kemudian kau terkejut saat aku bertanya tentang siapa itu Kyungsoo –"
"Myungsoo, tolol!" -_- kesalahan fatal
"Oke, Myungsoo. Kemudian kau sangat gembira saat menceritakan masa lalumu, dengan sedikit emosi saat berbicara saat bagian Krystal sih tapi itu sangat direct dan terlalu honest. Kau seperti anak kecil Hyung"
"Apa itu buruk?"
"Untukku pribadi, itu untuk kebanyakan orang, hal itu membuatmu terlihat sedikit mmm.. bagaimana mengatakannya ya.."
"Aneh?" tanya Luhan ragu. "But in super adorable way?" lanjutnya dengan mata yang berbinar-binar. "Sebenarnya aku ingin mengatakan 'unik' tapi 'aneh' juga bisa dimasukkan" balas Jongin dengan senyuman simpul.
"Si Myungsoo itu pergi.. kemudian Krystal juga pergi beberapa hari yang lalu.. aku tak bisa membayangkan jika kau akan pergi ke—"
"Dan aku akan pergi juga" potong Luhan tanpa sadar. Cepat-cepat ia buang tatapannya kesudut kanan atas -_-. Sial, keceplosan. "Kau akan apa?!" teriak Kai akhirnya.
"Nothing!" balas Luhan cepat-cepat.
"Hyung! Kau akan pergi kemana? Hyung? Jawab aku Hyung?! Hyuuung! Ya tuhan! Tunggu.. tunggu… ini bukan seperti di drama-drama kan? Kau tak mungkin kena kanker kan? Andweee! Hyung? Aku kan sudah bilang jangan membeli banyak marchedise Hello Kitty! Hello Kitty itu tak baik Hyung! Jangan ada hello kitty didalam hidupmu Hyung!" -_- hell
"Diamlah! Dan aku benar-benar tak mengerti tentang masalah hello kitty yang sedang kau bicarakan itu Byun Jongin!"
Luhan melihat kearah kai. Tak tega dengan tatapan memohon dari anak yang lebih muda, akhirnya Luhan mendesah pelan. "Oke, fine.. aku akan menceritakan semuanya"
Dan kemudian cerita itu meluncur begitu saja dari mulutnya, semua yang ada dihatinya. Tentang Sehun yang tak datang meski ia sudah menunggu, tentang Sehun yang tak ada di bus stop seperti biasanya pagi ini, tentang Sehun yang tak membalas semua pesan dan panggilannya, tentang Sehun yang seperti mayat hidup dikelasnya hari ini, tentang Sehun yang mengacuhkannya, ia melewatkan bagian kepergiannya ke China, dan mengatakannya diakhir pembicaraan. Menurutnya itu akan lebih dramatis -_- Luhaaaan
"Bukankah itu beresiko Hyung? Kenapa kau tidak bertanya dihari pertama saja?" tanya Kai pada akhirnya.
Luhan mendegus pelan. "Jika aku mengatakannya dihari pertama, tentu ia akan menahanku untuk tak pergi. Itu sudah sangat jelas. Aku akan bertanya dihari terakhir"
"Kenapa?"
Namja bersurai coklat itu tersenyum kecil kearah Kai. "Karna aku sudah membuat janji dengan diriku sendiri, Kai. Aku akan tetap bertanya padanya di hari ke-5. Apapun yang terjadi. Semua orang akan berubah seiring waktu, aku bertanya dihari ke 5 karena aku tak mau menyesal dikemudian harinya.. aku memberikan ia waktu.. semacam hal sepeti itu" Luhan pikir Jongin tidak terlalu bodoh untuk mengerti bagaimana hubungannya dengan Sehun jika sudah pindah ke China.
"Tapi… apa kau harus pergi? Hyung?"
"Aku tak mungkin meninggalkan Aboejiku sendirian. Ia sudah cukup kesepian" jawab Luhan cepat.
"Meski aku meminta untuk tinggal?"
Dan saat itu juga bel berbunyi. Membuat ia segera bangkit berdiri. Kali ini ia benar-benar merasa bel menyebalkan sekolahnya sangat berguna. Ia tak mungkin menyakiti hati jongin lagi, setelah melakukan penolakan secara tidak langsung beberapa hari yang lalu tentunya. Jika ia menjawab pertanyaan Jongin, maka ia akan membuat semua ini semakin buruk.
Namun dengan cepat tangannya ditahan oleh Jongin. Dengan gerakan cepat, ia mendekatkan tubuh Luhan ditubuhnya, tangannya melingkar memeluk namja bermata rusa yang tampak terkejut. Namun ia tak menolak, ia yakin jika Jongin mengerti apa jawaban pertanyaannya tadi. Kali ini ia merasakan betapa hangatnya pelukan adik dari sahabatnya itu. "Hyung… jika kau kembali lagi ke korea suatu hari nanti.. bolehkan aku mencintaimu lagi?" dan Luhan tanpa pikir panjang mengangguk. Ia tak terlalu bodoh
"Dan… Jangan beritahu perihal Sehun ke Kakakmu, kufikir ia belum tau jika kami sudah bersama… kau tau betapa bencinya kakakmu dengan pacarku kan?" pinta Luhan seraya melepas pelukan itu. Kai hanya tersenyum simpul, dan mengangguk pelan. "Rahasiamu aman bersamaku… Hyung"
Sebelum kembali kekelasnya, Luhan menuju toilet. Namun, sesudahnya keluar dari sana, ia menangkap sosok orang yang berdiri di tengah lorong yang sepi.
"Bersenang-senang?" Luhan menoleh kesumber suara. Ia melihat Sehun yang berdiri beberapa meter di depannya dengan wajah datar dan aura hitam pekat dibelakangnya. Luhan yang mengerti akan situasi langsung menelan ludahnya pelan.
Oh boy. It can't be good..
.
.
.
Yang paling Luhan benci di dunia ini adalah sayuran, apalagi yang berwarna hijau. Menurutnya itu tidak enak dan bisa membunuhnya setiap saat dengan warna dan rasanya, itu mengerikan. Namun selain itu, ada lagi satu hal yang ia benci selain sayuran. Suatu hal yang menurutnya lebih mengerikan.. Berargumen.
Ia selalu menghindari hal-hal seperti itu dan mencoba mencari jalan damai. Meski biasanya ia akan menerima kesalahan yang belum tentu itu salahnya. Namun ia tak ingin hal-hal seperti yang sekarang ini terjadi. Ia takut apa yang ia debatkan aku menjadi penyesalan dikemudian hari..
"Bersenang-senang?" Ulang Sehun sehingga membuat Luhan harus menelan ludahnya sekali lagi. Ia fikir kali ini Sehun jauh terlihat mengerikan daripada saat di kelas tadi, saat kekasihnya diam dan tak merasakan keberadaan orang lain disekitarnya. Aura gelapnya terasa lebih menusuk dan mencekam.
"Ap-apa mak-maksudmu?" Luhan mengutuki dirinya sendiri mengapa suaranya bisa bergetar.
Sejujurnya ia agak canggung jika harus berbicara dengan Sehun sekarang ini. Bagaimana tidak? Kemarin ia ditinggal pulang dan semua pesan maupun panggilannya tidak digubris. Pagi tadi Sehun yang tak menunggunya di tempat biasa, dan sifat Sehun sepanjang pelajaran yang seolah-olah tak mengangap Luhan ada disampingnya. Ini sudah benar-benar keterlaluan! Ia sudah mencoba menahan sesuatu yang sekarang ini telah bangun setelah lama tidur didalam dirinya. Namun ia tak yakin jika perasaan itu tak akan meledak-ledak nantinya… sebuah Amarah
Namun pertanyaannya dibalas dengan keheningan.
Setelah mengambil nafas panjang, ia akhirnya memberanikan diri menatap mata Sehun yang menusuk kearahnya dengan tajam dan seolah-olah hendak mencabiknya. Sebenarnya namja bermata rusa itu tak ingin melakukan hal ini apalagi dengan keadaan Sehun yang seperti sekarang. Ia fikir, kekasihnya sedang dalam situasi yang tertekan. Seperti itu, namun kata hatinya membantu menjernihkan pikirannya, Aku harus membenarkan semua ini, sekarang.
"Apa maksudmu?" kali ini Luhan bertanya dengan nada yang ia buat senormal mungkin. Meski di dalam hati ia sedang menahan gejolak itu.
"Kau masih berpura-pura tidak tau?" tanya Sehun dingin. "Aku menunggumu dari tadi di kelas, namun saat mencarimu dicafetaria tebak apa yang kudapatkan" saat itu juga Luhan menutup matanya, ini benar-benar buruk. "Seseorang sedang bersenang-senang"
"Ini tak seperti yang kau fikirkan, Sehun" balas Luhan singkat. Tak berniat menjelaskan.
Luhan melihat ujung bibir bagain kiri Sehun yang melengkung keatas dengan wajah datarnya. "Mataku tidak rabun ataupun buta. Dan aku melihat semuanya"
"Sehun—"
"Kau masih mau menyangkalnya? Wow, kau benar-benar tak tau malu" Sehun menghembuskan nafasnya kasar. "Aku tak menyangka kau serendah ini"
"Sehun, In—"
"Aku menunggumu dikelas, dan yang kudapatkan adalah seseorang yang sedang berpelukan dengan mesra didepan mataku? Bukankah itu luar biasa? Hah! Sangat luar biasa!" suara Sehun mulai meniggi.
Luhan menghela nafas pelan, hatinya mulai bergetar. "Sehun, aku.. bisahkan kita tak membahas hal ini?"
Mata Sehun melotot "Apa katamu?! Tak membahas masalah ini?" dan Luhan sadar jika ia sekarang tak akan bisa menghindari sebuah pertengkaran. "Aku mendapati pacarku berselingkuh, dan aku harus tak peduli?! Itu maumu?!"
"Kau tak mengerti apa yang terjadi!" ujar Luhan menaikkan satu oktaf nadanya. Matanya memanas, sesuatu mendesak ingin keluar. Dikatai rendah oleh kekasihnya sendiri itu sangat menyakitkan.
"BUAT AKU MENGERTI!" teriak Sehun sangat nyaring. Matanya gelap. Hitam pekat. Entahlah, Luhan tak mau melihat mata mengerikan itu lagi. "APA YANG TAK KU KETAHUI? SEMUANYA SUDAH JELAS! AKU TIDAK BUTA XI LUHAN!"
"MAKA DENGARKAN PENJELASANKU!" dan ia melepaskan amarah itu, wajahnya memerah, matanya menegang. Semua kekesalan dan rasa kecewa menumpuk disana. Sekarang ia tak bisa kembali. Tak bisa . .
Hening
Luhan membuang nafasnya dengan kasar. "Sebelum aku menjawab pertanyaanmu.. aku akan bertanya terlebih dahulu" melihat respon Sehun yang tak menolak, maka ia melanjutkan. Namja bersurai coklat itu benar-benar berharap semoga ini berlanjut dengan baik — Namun dugaannya salah.
"Kenapa kau tak membalas pesan maupun panggilanku?" tanyanya mencoba untuk tenang. Sehun terlihat terkejut dengan penuturannya. "Kau mengirim pesan?"
Luhan tersenyum sedih "Kau bahkan tak meliriknya" namun jawaban Sehun setelah itu sangat salah. "Aku sibuk. Oke" luhan menggigit bibirnya. "Itu bukan jawaban yang baik"
"Jika kita sedang membicarakan hal-hal bodoh dan tak penting, lebih baik berhenti dan cepat jelaskan apa yang salah dengan kejadian di kantin tadi! Kau hanya membuang-buang wak—"
"Apa.. apa menunggumu adalah hal yang bodoh?" Potong Luhan. Suaranya bergetar.
"Apa maksudmu?"
Luhan mendongakkan kepalanya, memberanikan membalas tatapan amarah Sehun. "Lupakan . . . . . Karna itu hanyalah hal yang bodoh dan sia-sia. Lagipula untuk apa kau bertanya kejadian dikantin tadi? Apa itu penting? Tidak bodoh? Dan tidak sia-sia?" ucap Luhan memainkan kata Sehun.
"ITU PENTING!" teriak Sehun kehilangan kendali. Luhan langsung menutup matanya "Aku cemburu, jika itu bisa membuatmu puas! Dan aku berhak tau kenapa kau memeluknya!"
"Kenapa kau harus tau?" Tanya Luhan sekali lagi. "untuk apa kau tau? Itu tak akan berguna" Luhan mengela nafas pelan.
"Entah ini berguna atau tidak.. Aku tak masalah jika kau tak mengirimiku pesan ataupun membalas semua panggilanku. Aku tau kau orang sibuk.. aku tau kau orang penting. Aku tau kau punya urusan sendiri. Dan aku tak akan memaksa jika kau tak mau membicarakan apa urusanmu. Aku masih menghormati privasimu"
"Kau ini bicara ap—"
Luhan memotong perkataan Sehun dengan cepat. Matanya sendu. "Aku tak masalah, jika kau tak datang meski aku sudah menunggu lebih dari 4 jam di depan sekolah. Aku mencoba mengerti, tapi setidaknya… bisakah kau memberikan alasan? Aku seperti orang bodoh jika kau tau.. ini sungguh menyedihkan" dan satu tetes air mata itu terjun.
Sehun yang mendengar penuturan Luhan langsung tersadar dari amarahnya. Cairan itu yang benar-benar membuatnya kembali kealamnya "Lu.. aku, tidak bermaksud…" Ia melangkah mendekat. Namun Luhan menarik langkah mundur.
"Aku tak tau kenapa kau tak menungguku di tempat biasa pagi ini.. meski aku kecewa.. tapi.. tapi aku mencoba untuk mengerti. Mungkin kau ada masalah. Jadi aku diam saja.."
"Lu.. tapi kau bisa bertanya padaku.." ujar Sehun dengan nada pelan
"Aku sudah bertanya" Luhan bisa melihat ekspresi terkejut Sehun, ia mencoba menahan matanya agar tak menjatuhkan air mata lagi. "Aku mencoba bertanya padamu.. aku sudah bertanya.. tapi kau bahkan tak mengubrisku. Aku bertanya 'ada apa?' kau hanya membalasnya dengan degungan tak jelas! Aku mencoba bertanya 'apa kau baik-baik saja?' tapi kau menjawabnya dengan 'bukan urusanmu'! aku tak tau siapa yang salah disini!" ia mengela nafas lagi.
"Aku sudah mengajakmu untuk makan. Tapi kau tak menggubrisku. Bahkan menolehpun tidak. Jadi menurutmu aku harus bagaimana? AKU HARUS BAGAIMANA LEE SEHUN?"
Sehun terdiam ditempatnya. "Kau tau? Aku merasa menjadi seorang kekasih yang bodoh… Aku tak tau apa yang sedang mengganggu pikiranmu, tapi… bisakah kau setidaknya menggubrisku? Ini sangat melelahkan"
Hening… sangat lama…
"Atau kau.. ingin mengakhiri in—"
"TIDAK!" dengan Spontan Sehun menjawab dengan kencang. Matanya melebar.
"Terus bagaimana? Apa gunanya sebuah hubungan jika salah satu pihak sudah tak lagi digubris? Apa gunanya hubungan jika kau tak mempedulikanku, sedang aku dengan segenap kemampuanku mencoba mengerti keadaanmu? Apa gunanya suatu hubungan jika kau tak lagi percaya padaku? Padahal kau tau dengan pasti jika aku tak mungkin berselingkuh dengan siapapun!
"Lu.."
"Aku hanya ingin setidaknya kau menggubrisku.. atau kau bisa mempercayaiku untuk mendengar keluh kesahmu. Kau tak perlu menanggung semuanya sendiri…"
Luhan menghapus air matanya, ia beranikan menatap Sehun yang entah sejak kapan berada didepannya. "Aku menunggumu.. jam 4 sore. Besok. Didepan pintu taman kota untuk menjelaskan semuanya… jika kau telat 1 detik saja… maka kita berakhir" sebelum Luhan pergi ia berkata "Jika kau benar-benar ingin tau.. Jongin yang memelukku. Dan kami hanya berteman. Tak lebih, setidaknya ia menggubris keadaanku"
Dan Luhan tak menyangka sebuah masalah sepele bisa merambat hingga kemana-mana… hanya sebuah rasa tak dipedulikan dan salah paham biasa…
.
.
Ketika Luhan hendak menutup matanya dimalam menuju hari kelima itu, tiba-tiba saja seberkas cahaya putih membuat kedua matanya silau dan semuanya….
.
.
.
Seoul, masa sekarang…
.
"Maaf sudah membangunkanmu pagi-pagi begini, Luhan oppa.. dan terima kasih atas saranmu…" ucap suara disebrang sana.
"Oh sure~ kau tak perlu minta maaf Ji Yeon-ah.. lagi pula aku sudah bangun dari tadi. Aku akan menemuimu di kampus nanti" Balas Luhan yang sedang sibuk dengan urusannya.
"Okkeeee oppa! See you later. Bye~"
"Bye, Ji Yeon-ah~" balas Luhan riang seraya menutup panggilan itu.
Namja bersurai hitam legam itu melihat jam di handphone-nya "Jam 7 lebih 14.." gumamnya pelan kemudian kembali berkutat dengan masakannya. Sosis gorengnya yang lebih tepat.
Sebenarnya ia sudah terbangun sejak 2 jam yang lalu. Salahkan mimpi masa lalu bodohnya itu. such a nightmare.. huu-uuh batinnya sambil begidik ngeri. Ia sudah pulang ke apartemennya untuk mengambil nasi, beberapa potong sosis dan beberapa botol susu. Namun, ia kembali ke apartemen Sehun yang hanya berisi ramyun, sadar akan statusnya yang sekarang ini masih menjadi budak lebih tepatnya, "Lebih baik aku menurut daripada harus menjalani hari-hari yang mengerikan nantinya, aku tidak mau diperkosa.. andweeeee!" mengingat Sehun selalu bertindak seenaknya.
Luhan sudah mencari keseluruh ruangan apartemen ini, namun yang ia cari tak ia temukan.. foto orang tua Sehun. Sejak pertama bertemu ia selalu membayangkan bagaimana rupa kedua calon mertuanya Heelllllll nooooo! Itu masa lalu Xi Luhan! Andwweeeee! Teriaknya dalam hati -_-
Setelah tak lagi melamun, ia tiba-tiba tersenyum mengerikan. Rasa sakit yang kuterima dulu tak sepadan dengan rasa sakitmu Oh Sehun… dan setelah itu sebuah ide terlintas dikepalanya. Setelah menimbang-nimbang dengan matang, akhirnya ia mengangguk kuat. Setelah itu, ia dengan cepat menyambar handphonenya dan mencari sebuah kontak. Dengan cepat ia mengirimkan pesan singkat. "Let's get some fun~"
Luhan menyiapkan sarapan pagi dan menatanya dimeja makan. Dengan langkah riang ia menuju sebuah kamar.. "Knock.. knock.. knock~" -_- ia mengetuk pintu kamar itu perlahan kemudian membukanya. Ia melihat sosok bersurai coklat yang masih terlelap tidur.
"Sehun… cepat bangun. aku sudah menyiapkan sarapan" ujarnya sambil mengoyang-goyangkan tubuh namja itu. namun tak ada pergerakan.
"Oh Sehunn~" masih nihil
"Lee Sehun~" bahkan tak peduli.
Luhan mendengus sebal, ini menyebalkan! aaarrrggggg. Namun tiba-tiba ia teringat sesuatu… entah darimana ia mendapatkan kata ini.
"Sehunniieee~ Sehuniieee~" dan ajaibnya kedua mata yang terlelap itu membuka secara tiba-tiba! "Lu..han?" ujar yang lebih muda sedikit mengucek matanya. "Bangunlah. Aku sudah membuatkan sarapan…" kata Luhan dengan senyuman yang terlihat menawan. Namun hatinya sedang menyeringai Muwahahahaha! Aku akan membalasmu~
Hanya sehari… hanya satu hari… maafkan anakmu ini aboeji.. hanya satu hari ini dan aku tak akan mengulanginya lagi… aku bersumpah…
.
.
.
.
.
TBC
.
,
,
,
Yeheett ohorat~ aku sangat suka dengan fanart diatas. Sangat keren! Aaarrggg… jika aku sempat aku akan membuat fanart seperti gambar komik. Jika aku sempat ^^
.
.
Angst-konflik-dan sad romance adalah hal yang paling kubenci setelah NC! Aarrrgg itu sangat sulit untuk membuatnya, maka dari itu aku membencinya. Aku tau kalian tak mendapatkan fellnya. Ini mengerikan -_-. Aku bahkan tak tau aku menulis apa diatas sana.. semoga kalian bisa mengerti jika kalian marah sesuatu yang lain bisa dibawa-bawa.. Kedepannya aku tak akan membuat sesuatu seperti angst lagi. tapi akan memberikan konflik yang lucu. Hidup sekali lebih baik bahagia. Oke? Ini alasan kenapa aku membuat cerita masa lalunya menjadi 4 chapter. (dan tak akan sampai 5 atau 10 chapter, *eyes roll*).
Jangan bunuh Sehun -_- semua pasti ada alasannya.. weelll~ kita lihat nanti~ maaf aku menggantungkan hari kelima mereka. :3 di beberapa chapter kedepan kalian akan tau dengan sendirinya.
Kabar baiknya, di chapter depan kalian akan menemukan Kwanghee lagi! aku sangat excited menulis bagiannya. Itu sangat lucu, jika kalian ingin tau. hell~ Luhan akan membalas dendam! Kkk~ aku tak akan membuat sesuatu yang kejam, Yee~ aku memasukkan Myungsoo disini. L! aku mendapatkan ilham setelah membaca berita jika ia akan ikut bermain di drama baru krystal. Ini akan lucu. Untuk soal Krystal, mmm… ia tak akan kembali. Ini sudah fiks. Oke fiks -_-. Tapi… lihat kedepannya saja :)
Kabar buruknya… aku tak akan update sampai beberapa waktu, mungkin hingga awal bulan? Saudaraku ada yang hendak menikah, dan ia memintaku untuk membuat lagu untuk pernikahan mereka. Dan karna uangku sudah untuk membeli tiket, jadi aku mau saja. Dan… kesalahan terbesarku adalah lagu pernikahan biasanya serat akan kebahagian. Sedang lagu yang biasa kubuat adalah lagu-lagu yang sedih dan bernada rendah (karna suaraku bernada rendah tentunya. Kata hyung-ku suaraku senada dengan Ji Yeon. Hell mentang-mentang ia suka dengannya) dan ini sangat menyebalkan ketika ia meminta 2 lagu.. arrg! Untung pekerjaanku sudah selesai ini membuatku tak lagi terbebani.
Namun, membuat lagu bukan hal yang mudah. Aku harus memulai membuat lirik, mencari nada yang pas, aransemen apa yang akan kugunakan, mengkomposisinya kedalam komputer, dan belum lagi menyanyikannya. Aku harus bekerja keras. Ini hadiah pernikahan sehingga aku harus memberikan hal yang baik. Karna pernikahannya besok tanggal 28 dan akan berlanjut dengan ospek universitas pada tanggal 1-6… maka… kuharap kalian mengerti.
Dan tolong, aku seorang namja, oke? Sekali lagi aku tak suka dipanggil noona atau oenni. Itu mengerikan. Aku bukan jurusan sastra ataupun jurusan musik, aku ditahun pertamaku di jurusan teknik elektro, jika kalian ingin tau. banyak yang kaget akan hal itu -_-
Seperti biasa, jika kalian punya pertanyaan ataupun kritik dengan saran kalian bisa PM ataupun Chat aku di BBM. Aku suka bisa berinteraksi dengan kalian, jika aku lowong tentunya.
.
.
I Yehet You pokoknya~
.
Last… RCL ne?