Lucky

Hallo minna-san :3 makasih ya yang sebelumnya udah ngerivew, fav, follow dan baca aku seneng banget hehe 'w')/. Di chapter ini kalau ada kesalahan ketik, bahasa, ooc yang bertebaran disana sini... hountoni gomenasai selebihnya, monggo dibaca fic nya~ mudah-mudahan dapat dimengerti dan menghibur 'w')b

Chapter 2.

Midorima shontaro's POV~

"Takao, kamu dari mana saja nanodayo?" tadi kami bertemu di perempatan jalan, ia sedang menggoes grobak seperti biasa. (?)

"ah, hanya berputar dengan Mi-chan~ Kau sendiri tadi ngapain aja?" aku kini sudah duduk di atas gerobak.

"ga ngapa-ngapain na-nanodayo," ngasih boneka, menenangkan yang gagal (?), nganter pulang untuk yang kedua kalinya saja.

"heee~ kalau begitu mana boneka kelinci warna pink yang sengaja kamu beli? Kamu berikan ke dia kan?"

"ga sengaja beli nanodayo. Karena lucky item kami sejenis, aku belikan saja sekalian siapa tahu ketemu,"

"ga sengaja beli? Boneka panda mu kan punya adik mu, kelinci itu~~" kata Takao menggodaku,

"diam Takao," lalu aku melemparnya dangan sepatu

"ittai Shin-chan~~" katanya lalu mengelus bagian kepalanya yang tidak sakit sama sekali kelihatannya. Lagi pula kalau aku sengaja memebelikan untuknya biar dia ga sial seperti kemarin kok,

"Shin-chan juga hari ini ikut aku ketemu Mi-chan gara-gara aku bilang siapa tau si (last name)-chan iku ka—IIITAA-ITTAA-ITTTAIIIII" aku menjambak rambutnya agar diam.

"urusai nanodayo!" aku ikut Takao karna ada si cewe gamers itu? Ga mungkin nanodayo, Cuma mau kasih lucky item nanodayo. Iya lucky item nanodayo hmph, hmph.

"Kamu ngapain ngangguk-ngangguk shin-chan?"

"gapapa nanodayo,"

-skip-

Lucky item hari ini permen stroberi, lucky color warna coklat, lucky number 8 aku sudah lengkap, kalau (last name) lucky item pita ungu, lucky color ungu, lucky number 4 juga sudah aku bawakan. Sekarang aku juga sudah ada di depan cafe itu, tinggal menunggunya datang.

"Midori-kun," aku mencari sumber suara tapi tidak ketemu

"Midori-kun, aku disebelahmu," lalu aku melihat kesebelah ku

"hwaaa! Sejak kapan kamu disitu?"

"semenit lalu. Ayo berangkat," beneran, dia mirip sekali dengan kuroko yang bisa muncul entah darimana saja.

"jangan diam saja, ayo berangkat," Ia memakai baju berkerah tanpa lengan warna putih tipis dan rok pendek berwarna hitam serta sepatu converse dengan warna senada

"ayo nanodayo," kami berdua berjalan berdampingan, belajar dari pengalaman kemarin, aku memegang lengannya dan selalu memperhatikannya selama kita berjalan.

"hoooo Midori-kun, liat liat!" katanya melihatku lalu menarik lenganku,

"ada apa nanodayo?"

"ada toko ramen baru buka," wajahnya yang selalu datar namun tetap memiliki ekspresi berbeda itu mununjukan mata yang berbinar-binar kepadaku.

"jangan nanodayo, kita beli—"

"krruuukkkkk~~" hmmm? itu tadi bunyi apa?

"(first name),"

"apa?" katanya kali ini tak memandangku melainkan sembunyi dibelakangku,

"kamu... belum makan pagi?"

"belum," katanya menggeleng. Haaa, dia persis sekali seperti seorang adik kecil yang tidak bisa apa-apa tanpa kakaknya,

"sigh, kalau kamu mau makan dulu yasudah nanodayo," saat aku sudah selesai bicara, ia memandangku dengan matanya yang berbinar dan khas itu. Ia langsung menarikku leri ke toko ramen itu dan langsung memesan,

"midori-kun tidak memesan?"

"sebentar nanodayo, kira-kira hari ini aku harus makan ramen rasa apa menurut oha asa nanoda—"

"pak miso ramen satu lagi,"

"hee? Kamu pesan dua?"

"bukan, itu untukmu. Daripada kelamaan buka oha asa, aku pesankan yang sama saja."

"nanti kalau aku sial gimana nanodayo?" heee? Ini langkah pertma ku tanpa buka oha asa nanodayo! Bagaimana ini aku panik entah kenapa,

"gapapa, kalau kamu sial ada aku. Sialnya dibagi dua aja," katanya lalu tersenyum karena ramen kami sudah datang. Kata-kata paling bodoh yang pernah kudengar, sekaligus... membuatku senang? Ah bukan senang nanodayo. Pasti hanya kaget, iya kaget hmph, hmph.

"kamu kenapa ngangguk-ngangguk terus benerin kacamata?"

"gapapa nanodayo," lalu kita fokus ke makanan masing-masing. Aku selesai lebih dulu, ia makannya lama sekali nanodayo. Ah, mungkin rambutnya yang panjang itu menghalanginya makan. hmm? Aku kan bawa pita untuknya, ku kasih sekarang saja nanodayo.

"(last name), ikat rambutmu dengan pita ini nanodayo. Biar makanmu cepat dan sekalian lucky item nanodayo,"

"sibuk," katanya lanjut makan.

"sibuk? Lalu sampai kapan kamu selesai makan nanodayo?"

"yasudah," katanya menerima pitaku lalu memberikannya lagi padaku, "iketin," katanya dengan wajah datar nya

"sigh, yasudah nanodayo," lalu aku berdiri dan berjalan kebelakangnya, mengikat rambutnya dengan pita. Akhirnya setelah sekian lama, ramennya habis juga. Namun ia makan belepotan sekali.

"haaaah, kenyang," katanya tersenyum puas lalu melihatku.

"ada apa nanodayo?" ia hanya menatapku dan menggeleng.

"Cuma mikir, kalau punya kakak laki-laki pasti rasanya kayak gini ya," kakak? Oh, sepertinya ia anak tunggal.

"gini? Ditemani makan ramen nanodayo?"

"iya, bisa makan ramen enak setiap hari sama kakak hehe," katanya lalu berdiri dari kursinya,

"hei, (last name)" kataku yang masih duduk lalu mengambil tissue dan membersihkan mulutnya yang belepotan. Lalu aku menatap wajahnya yang rupanya sudah... memerah?

"ah, arigatou nii-san," katanya tersenyum kepadaku. Dia sangat manis dengan senyumannya, ah dia berwajah datar saja kadang manis, tanpa kusadari wajahku memerah.

"midori nii-san wajahmu merah, kenapa?" katanya lalu meletakkan punggung tangannya di dahi ku. manis? Tadi aku berpikir dia manis? Ah mak-maksudnya manis... seperti adikku iya. Manis seperti adikku pasti, lalu merah pasti karena ini musim panas tapi kita makan ramen yang panas mangkanya merah. Iya, pasti.

"gapapa nanodayo,"

"midori nii-san aneh,"

"mau mu apa, memanggilku midori, okka-san, lalu nii-san nanodayo,"

"mau ku? Midori-kun jadi semuanya untukku mungkin," semuanya? Apa dia sadar dengan kata-katanya yang blak-blakan dan bisa membuat orang salah tangkap itu? Namun tampaknya ia tidak menyadarinya dan hanya berjalan terus. Saat kami sedang mencari psp dan game yang ia maksud, tiba-tiba ia berlari melepaskanku. Aku mengejarnya karena tak mau terpisah di tempat seramai ini,

"hei (last name) kamu mau kemana?" ia berlari ke seorang laki-laki yang bertubuh cukup pendek yang rupanya adalah si kuroko tetsuya. Ia memeluk kuroko dengan senang namun ekspresinya tetap datar, begitu juga kuroko yang memiliki ekspresi datar. Saat sudah selesai memeluk, ia baru sadar tadi meninggalkan ku dan kini ia berlari lagi ke arahku.

"sini," ia menarik tanganku ke arah kuroko. Sebetulnya ada apa sih dia dengan kuroko? Kenapa dia tadi memeluk kuroko? Kenapa aku rasanya panas begini nanodayo?

"ah, midorima-kun konnichiwa," sapanya padaku

"konnichiwa kuroko,"

"he, kalian saling kenal? Tetsuya-kun, kamu kenal midori-kun?" kenapa (last name) manggilnya pake nama depan?

"iya, dia mantan teman satu tim basket di teiko,"

"ah, kalau begitu kenalaannya lebih gampang. Aku dan tetsuya-kun..." aku merasa tak nyaman dengan (last name) memanggil kuroko memakai nama depannya.

"...bersaudara," eh? Saudara? Sebentar, pantas saja aku merasa ada yang mirip. Lalu aku mensejajarkan merek berdua. Kuroko pendek, bermata sayu biru muda, muka datar, rambut biru muda berponi. (last name) pendek juga, mata sayu warna hitam tapinya, rambut lurus hitam sepunggung lengkap dengan poni rata seperti boneka kokeshi. Ah, mata sayu, datar dan ke-invisible-annya mirip.

"kalian mirip, pantas saja kalian bersaudara nanodayo,"

"(first name)-chan, kamu berpacaran dengan midorima-kun?" tanya Kuroko

"pacaran?" si (last name) yang lemot malah bertanya kembali,

"bu-bukan nanodayo! Kami tidak berpacaran na-nanodayo,"sontak wajahku memerah dan panik. Sedangkan (last name) masih berpikir maksudnya kata pacaran.

"ah, kami cuma mau beli game kesini, tapi kami tidak pacaran." Katanya seperti baru konek.

"ooh, baguslah. Kalau kamu pacaran dengannya selera mu buruk juga,"

"kuroko..." kataku lalu meremas kepalanya

"itte—ittai!" katanya kesakitan

"aku juga berpikir yang sama ko—ittaiii!" lalu kuremas kepala keduanya. Setelah kami berbicara sebentar, kami berpisah dengan Kuroko yang hanya kebetulan lewat disitu.

"ittai nee, Midori-baka." Katanya mengembungkan pipi dan mengelus kepalanya.

"salah sendiri mengataiku nanodayo,"

"Midori-kun seperti perempuan mau dapet ih, digituin aja ngambek."

Aku lalu mengangkat tanganku, ia sudah berprasangka aku mau memukul kepalanya lagi dan ia hanya memejamkan mata. Namun kali ini aku hanya mengelus kepalanya seperti seorang kakak, kalau dia bilang. Lalu ia mentapku dan tersenyum dengan pipinya yang berwarna merah jambu itu. Aku hanya bisa memalingkan wajah dan membenarkan kacamata agar tak terlihat kalau sekarang wajahku merah.

"Midori-kun, kenapa melihat ke arah lain?" lalu ia mengikuti kemana arah wajahku,

"gapapa nanodayo," aku memalingkan wajah ke arah lain,

"hee, kenapa?" ia malah tersenyum usil dan mengikuti ke arah wajahku,

"gapapa nanodayo," aku palingkan wajahku ke arah lain lagi

"hayooo kenap—"

aku memasukkan permen stroberi yang kubawa ke mulutnya agar dia diam. benar ia diam, malah hening dan memperhatikan wajahku dengan pipinya yang merah jambu itu. Aku juga ikut hening dan memperhatikan wajahnya, saat aku melihat ke bibirnya, jari telunjukku yang menyuapinya permen masih tertiggal disitu. Aku hanya bisa membeku karena malu, lalu ia membuka mulutnya lebar-lebar dan... jariku digigit.

"hauupp.."

"maksudmu menggit jariku apa nanodayo?" kataku sambil memalingkan wajah dan mengelus jariku yang sakit,

"sa-salah Midori-kun intinya," katanya melihat ke arah lain,

"apa salahku?"

"intinya salah salah salah salah!" aku melihat ke arahnya dan mendapati kupingnya yang memerah.

Saat kami sudah mau dekat dengan toko game, tiba-tiba (last name) hilang lagi. Sepertinya dia juga bakat missdirection seperti kuroko yaa. Saat aku meluaskan pandang untuk mencarinya, ternyata ia ada di depan arcarade yang isinya boneka kelinci. Aku mendatanginya dan menepuk pundaknya,

"kamu lagi ngapain nanodayo?"

"temennya usagi-san," katanya lalu menunjuk ke arah boneka-boneka kelinci itu.

"sudah, kita beli psp dulu nanodayo,"

saat aku mau pergi, ia menarik ujung bajuku dan menatapku minta diambilkan boneka kelinci. Aku memandangnya dengan tatapan 'engga nanodayo' dan dia... mungkin cuma 'jiiittttt'. Karena aku ga pernah tahan sama tatapan perempuan, aku buru-buru pergi. Tapi kali ini ia menarik lenganku dan menatapku 'onegai...', aku membenarkan kacamata dan menutup wajahnya dengan satu tanganku lalu ke depan arcrade tadi. Ia tampak senang karena aku mau mengambilkan boneka itu, melihatnya senang aku pun juga ikutan senang entah kenapa.

"kamu mau yang mana nanodayo?"

"yang hijau muda lagi meluk wortel," lalu aku mengambilkannya. Dengan mudahnya boneka itu aku dapatkan, tentu saja aku beruntung berkat menonton oha asa setiap hari nanodayo.

"ini nanodayo," kataku memberikan boneka itu padanya.

"haaah arigatou," katanya senang dan memeluk boneka itu,

"lalu kamu beri nama dia siapa nanodayo?" tanyaku penasaran

"mmm, Midorima saja,"

"heee? Kenapa namanya midorima sedangkan aku kamu panggil midori?"

"gapapa, yang penting sehat," lalu ia memeluk si 'midorima' . tiba-tiba ada petugas yang membunyikan bel lalu mendekati kita,

"selamat! Kalian couple pertama yang memainkan arcrade baru itu, sebagai hadiahnya kalian akan kami foto sebagai kenangan yaaa~~~" couple? Wajahku memerah sedangkan karena kaget (last name) ngumpet entah kenapa di belakangku.

"ayo ku foto yaa, pose yang manis~ satu, dua, tiga! Sekali lagi, satu, dua, tiga! Yey~ selamat yaaa, ini fotonya~~ terimakasih," lalu ia pergi begitu saja.

Di foto itu, (last name) memeluk lenganku dan boneka 'midorima' lalu tangannya yang satu lagi menunjukkan dua jarinya lengkap dengan wajahnya yang memerah, posisi (last name) agak 'mengumpet' dibelakangku. Sedangkan aku berpose biasa dengan membenarkan kacamata ku. frame di foto tersebut ada tulisan 'huge crush' dan 'lovely couple' yang norak. Lalu aku memandang (first name) yang juga sedang memperhatikan foto itu, ia tampak senang melihatnya. Yah, kalau (last name) suka dengan foto ini, kurasa bukan foto yang norak juga.

Chapter 2. END

Bersambung yawww~~

Gimana fic kali ini? Aneh ga? ah tapi yang udah baca makasih yaa :3 aku tunggu review kalian, biar kalau ada kekurangan bisa aku hilangkan kekurangnnya~ untuk chapter selanjutnya mohon ditunggu yaa 'w')/ aku akan update secepet mungkin~~ mata nee minna-san :D